Anda di halaman 1dari 23

Visi

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul dalam asuhan keperawatan
dengan masalah kesehatan neurosains melalui pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Keperawatan

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWATAN PADA IBU POST SECTIO CESARIA

Disusunoleh:

Kelompok 2/A

1. Anisa Ayunuraini 3. Ladi Fajri Ananda


P3.73.20.1.18.005 P3.73.20.1.18.022
2. Hana Afifah 4. Mia Andini Febrianti
P3.73.20.1.18.017 P3.73.20.1.18.023

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Pembimbing : Ns. Deswani Kasim, Mkes,Sp.Mat

Jurusan Keperawatan

Program Studi D III Keperawatan

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas semua limpahan
nikmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Section Cesaria” dengan baik.Adapun maksud dan
tujuan penulis untuk menyusun karya tulis ini, yaitu dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang ditemukan
dalam karya tulis ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan masukan-masukan dan kritik yang
membangun sebagai bahan evaluasi guna memperbaiki karya tulis ini.

Bekasi, 16 Februari 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN ‘

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan salah satu penyebab langsung kematian ibu, sehingga
penting menjadi perhatian masyarakat untuk mencegah kematian ibu akibat persalinan.
Secara harfiah, perempuan dapat melahirkan normal yaitu persalinan melalui vagina atau
jalan lahir biasa (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Apabila wanita tidak dapat
melahirkan secara normal maka tenaga medis akan melakukan persalinan altematif untuk
membantu pengeluaran janin (Robak, elal, 2005). Salah Satu penatalaksanaan yang dapat
dilakukan adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan section caesarea (sesar) adalah
mengambil janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding uterus.
Menurut Winkjosastro (2002), dewasa ini operasi sesar jauh lebih aman daripada
dahulu, ini berhubungan dengan kemajuan teknologi kedokteran juga kemajuan obat –
obatan, teknik operasi dan anestesi serta tersedianya transfuse darah. Karena keamanan
tindakan operasi sesar jauh lebih aman pada saat ini sehingga menimbulkan kecenderungan
untuk melakukan operasi tanpa dasar yang cukup kuat padahal tindakan ini mempunyai
resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervagina, baik pada ibunya
maupun pada anak yang dilahirkannya. The ICEA Cesarian Optios Comitte, mengatakan
bahwa tindakan persalinan melalui operasi sesar meningkatkan risiko kematian dan
kesakitan ibu bersalin dan bayi yang dilahikannya hingga 2-4 kali (Martius, 1997). Hasil
penelitian oleh Sadiman dan Ridwan (2009) juga menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) dengan persalinan melalui operasi sesar sebesar 40-80 setiap 100.000 kelahiran
hidup, sementara risiko kematian ibu pada persalinan melalui operasi sesar meningkt 25
kali dan risiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervagina
Survey demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan presentasi
persalinan melalu operasi sesar ditahun 1997 yaitu 4.3%. di tahun 2002 – 2003 dilaporkan
dengan angka 4.1%. namun di tahun 2007, angka tersebut meningkatkan mencapai 6,8%
dan pada tahun 2012 kembali meningkat hingga dua kali lipat dari tahun 2007 yaitu sebesar
12% dengan berbagai fenomena tersebut penulis ingin mengetahui gambaran persalinan
melalui metode operasi sesar dan faktor yang mempengaruhi.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami mengenal asuhan keperawatan pada section caesaria
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan konsep dasar section caesaria meliputi : pengertian, tipe – tipe,
indikasi, etiologi, patofisiologi, pertimbangan teknis dalam melakukan section
cesaria, komplikasi, pemeriksaan penunjang
b. Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan section cesaria
meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis secara sistematis yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi, bab
I sampai bab III, dan daftar pustaka. Bab I pendahuluan yaitu latar belakang, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka yaitu konsep dasar section
cesaria dan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan section cesaria. Bab III
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Sectio Caesarea


1. Pengertian sectio caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea merupakan bagian dari metode obstetrik operatif. Operasi sesar
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut dan dinding rahim (Winkjosastro, 2002).
Persalinan sectio caesarea dilakukan sebagai alternatif jika persalinan lewat
jalan lahir tidak dapat dilakukan. Dilakukannya persalinan sectio caesarea agar ibu dan
bayi yang dilahirkan sehat dan selamat. Istilah section caesarea (seksio sesarea) berasal
dari perkataan Latin “caedere” yang artinya “memotong”. Dalam hukum Roma
terdapat hukum lex zaesarea. Dalam hukum ini menjelaskan bahwa prosedur tersebut
dijalankan di akhir kehamilan pada seorang wanita yang sekarat demi untuk
menyelamatkan calon bayi. Sectio caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin
melalui sayatan di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi)
(Williams, 2005).
Kesimpulannya adalah sectio caesarea adalah operasi untuk
melahirkan/mengeluarkan bayi dari rahim ibu, dengan cara membuat sayatan pada
perut dan rahim ibu.
Tujuan dilakukannya sectio caesarea adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim.
Robekan pada serviks dan segmen bawah rahim mudah terjadi bila anak dilahirkan per
vagina karena daerah tersebut pada plasenta previa banyak mengandung pembulu
darah. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previalainnya
jika perdarahan hebat. Tindakan sectio caesarea pada plasenta previa selain dapat
mengurangi kematian bayi, terutama juga dilakukan untuk kepentingan ibu. Oleh
karena itu, sectio caesarea juga dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah
mati.
2. Tipe-tipe sectio caesarea
a. Sectio caesarea segmen bawah (SCSB)/transperitonealis profunda
Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus. Segmen bawah
uterus tidak begitu banyak mengandung pembulu darah dibandingkan segmen atas
sehingga risiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak diluar kavum
peritonei, kemungkinan infeksi pascabedah juga tidak begitu besar. Disamping itu,
risiko rupture uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih kecil
bilamana jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah uterus . kesembuhan
luka biasanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak
begitu aktif.
b. Sectio caesarea klasik
Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Cara ini dikerjakan jika
segmen bawah tidak terjangkau karena adanya perlekatan atau rintangan plasenta,
jika terdapat vena varikosa pada segemen bawah , dan kadang-kadang juga
dilakukan bagi janin yang letaknya melintang serta untuk melakukan histerektomi
caesarea.
Perbedaan Secsio Segmen Bawah Secsio Caesarea Klasik

Teknik Lebih mudah Lebih sulit

Poses bayi lahir Lebih cepat Lebih lambat

Perdarahan Banyak Sedikit

Infeksi Lebih besar Sedikit

Penyembuhan Kurang baik, banyak Lebih baik, perlekatan


perlekatan antara rahim sedikit
dan dinding perut
Gangguan kontraksi pada (+) (-)
persalinan beikutnya

Ruktur uteri (robeknya Resiko besar Jarang


rahim) pada persalinan
berikutnya

Jaitan 3 lapis 2 lapis

Tabel 1.1 Perbedaan antara secsio segmen bawah dengan secsio caesarea klasik (sumber:
http://repository.ump.ac.id/2731/3/SETIYANI%20EKASARI%20BAB%20II.pdf)

3. Indikasi Sectio Caesare


Sectio caesarea efektif dilakukan jika sebelumnya sudah diperkirakan bahwa
perlahiran per vagina yang normal tidak cocok atau tidak aman. Pelahiran dengan
secsio caesarea dilakukan untuk:
a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di bagian bawah
rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Selain menutupi jalan
lahir, plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan hebat, baik sebelum maupun
saat persalinan.
b. Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi atau sungsang
Kehamilan sungsang artinya kehamilan dengan bokong bayi atau kaki bayi berada
di bagian bawah rahim, yang normalnya sebenarnya adalah kepala bayi. Pada awal
kehamilan, posisi ini sangat umum terjadi, seiring dengan membesarnya bayi, ia
akan mencari posisi yang paling pas dengan bentuk rahim yaitu posisi kepala di
bawah. Pada usia kehamilan 37-42 minggu, umumnya kepala bayi sudah berada di
bagian bawah.
c. Riwayat obstetric yang jelek
Riwayat obstetric yang jelek adalah mereka yang pernah mengalami keguguran
atau pendarahan berulang, melahirkan dini, atau pernah melahirkan janin yang
sudah meninggal, atau mengalami pendarahan setelah melahirkan
d. Disporporsi sefalopelvik
kondisi klinis ketika janin terlalu besar dibandingkan dengan rongga tulang
panggul sehingga tidak dapat dilakukan persalinan per vagina bahkan dalam
kondisi optimum.
e. Infeksi herpes virus tipe II (genital)
Herpes simpleks tipe 2 adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (PMS),
yang ditandai dengan adanya lepuhan atau luka di sekitar alat kelamin dan rektum.
Karenanya, penyakit ini juga disebut sebagai herpes genital.
f. Riwayat sectio caesarea klasik
g. Presentase bokong
Adalah keadaan janin letaknya memanjang dengan boong menepati bawah rongga
janin. Gejala yang bisa dijumpai pada kondisi ini berupa gerakan janin dirasakan
dibagian bawah, teraba kepala bulat dank eras dan mudah di gerakan pada fundus
uteri. Denyut jantung janin setinggi atau kadang-kadang lebih tinggi dari umbilikus
dengan pemeriksaan dalam dapat diraba bokong yang di tandai dengan sakum,
anus dan kaki. Presentasi bokong sering terjadi pada multigravida, kehamilan
kembar, air ketubahn terlalu sedikit, uterus mengalami pertumbuhan abnormal
sepeti fibroit.
h. Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritroblastosis atau retardasi
pertumbuhan yang nyata.
Sectio caesarea emergensi dilakukan berdasarkan tingkat urgensinya, sectio caesarea
(SC) dapat dibedakan menjadi SC cito dan elektif. Hanya 1% kehamilan yang
memerlukan SC cito, yaitu SC yang dilakukan setelah proses pesalinan dimulai.
Sedangkan SC elektif adalah tindakan SC terencana yang dilakukan sebelum proses
persalinan dimulai. SC emergensi dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:
a. Kategori 1 : Gawat janin atau gawat ibu yang membahayakan nyawa

b. Kategori 2 : Kegawatan janin atau ibu yang tidak membahayakan nyawa

c. Kategori 3 : Persalinan dibutuhkan tanpa adanya tanda gawat janin atau gawat ibu
4. Etiologi Sectio Caesarea
1) Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primiravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat 1- 2,
komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
CPD (Cahepalo Pelvik Disprotortion) adalah ukuran lingkah panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuan lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. PEB (Pre-Eklamsi Berat) adalah kelainan pada ibu
hamil yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ. Preeklamsi
terjadi sebelum eklamsia. Eklamsia merupakan kelanjutan preeklamsia yang di
tandai dengan kejang sebelum, saat, dan setelah persalinan. KPD (Ketuban Pecah
Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat pesalinan di tunggu satu jam
inpartum. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm atas 37 minggu.
2) Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal prestasi dan mal posisi kedudukan janin,
polapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinana vakum atau
forceps ekstrasi. Bayi kembar tidak selamanya bayi kembar diahirkan secara sesar
hal ini karena kelahiran bayi kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi yang
lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu bayi kembar dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal dan
haru secara sesar.
5. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi
dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post
deentris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan
gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun
ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak
dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya
anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini
juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.Seperti
yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka
peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
Gambar 1.1 Dokumen tips pathways post op sc

6. Pertimbangan teknis dalam melakukan sectio caesarea


Bedah sesar elektif dapat dilakukan setelah usia gestasi 39 minggu, analgesic
regional lebih disukai dari pada analgesic umum, penggunaan antibiotika profilaktik
rutin akan mengurangi insidensi kesakitan yang berkaitan dengan demam pasca
operasi, insisi kulit dapat dilakukan secara pfannenstiel (insisi tranversal bawah yang
bersifat memisahkan otot, kuat, tetapi bukannya terbatas), vertical digaris tengah
(memberikan bukaan terbaik, tetapi lemah), atau paramedian (insisi vertical disebelah
lateral otot rektus,jarang digunakan). Insisi pfannenstiel kadang- kadang ( tetapi jarang)
dimodifikasi untuk memperluas bukaan dengan cara membuka otot rektus secara
horizontal (insisi maylard) atau pengangkatan rektus dari tulang pubis”(insisi cherney),
pembedahanelektif (seperti miomektomi) tidak boleh dilakukan pada saat sesar karena
ada risiko perdarahan.
7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakkan sectio caesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi section caesarea, syok perdarah,
obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti
usus,ureter,kandung kemih, pembulu darah. Hal yang sangat mempengaruhi
komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahitan pasca sectio caesarea, infeksi ini terjadi
karena banyak faktor, seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang
berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tubafaria, apendiksitis,diabetes
mellitus,gula darah tidak terkontrol, kondisi imunokompromised misalnya, infeksi
HIV, tuberculosis atau sedang mengonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gizi buruk,
termasuk anemia berat, sterilisasi kamar operasi atau alat tidak terjaga. Akibat infeksi
ini bekas luka sectio caesarea akan terbuka dalam minggu pertama pasca operasi.
Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bsia saja sampai fascia yang disebut
dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya
jika dibiarkan karena kuman tersebiut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang
terbuka akibat adanya infeksi itu harus diraweat, dibersihgkan dan dilakiukan kultur
dari cairan luka tersebut.
8. Pemeriksaan penunjang
1) Pemantauan janin terhadap kesehtan juanin
2) Pemantaua EKG
3) Urinalis
4) Hemoglobin/hematocrit
5) Golongan darah
6) Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
9. Penatalaksanaan medis
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama pasien puasa pasca operasi, maka pembeian cairan perintravena
harus banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermia, dehidrasi atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan adalah DS 10%,
garam fisiologi, dan RL secara begantiandan jumlah tetesan tergantung dengan
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah maka diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah pasien latus lalu dimulailah
pemberian minum dan makan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah sedikit
sudah boleh diberikan pada 6-8 jam pasca operasi berupa air purih dan air teh.
c. Mobilisasi
Monilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
1) Miring kanan dan miring kiri dapat dilakukan mulai 6-8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dilakukan pasien sambil tiduran telentang, dilakukan sedini
mungkin setelah operasi.
3) Hari pertama post operasi pasien dapat di dudukan secara perlahan selama 5 menit
dan meminta pasien melakukan nafas dalam.
4) Kemudian posisi yang telentang dapat di ubah menjadi setengah duduk.
5) Selanjutnya selama beturut-turut, hari demi hari, pasien di anjurkan duduk lebih
lama lagi, belajar berjalan, dan kemudian belajar jalan mandiri. Lalu pada hari ke 3
pasien sudah dapat pulang.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman bagi pasien,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24-48 jam / lebih lama lagi, tergantung pada kondisi pasien.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
2) Analgetik, ada untuk memperlancar kerja saluran pencernaan, contohnya
supossitoria, oral, ataupun injeksi.
3) Untuk mengikatkan vitlisasi dan keadaan umum penderita dapat diberikan cairan
caboransia neurobian I vit C.
f. Perawatan luka
Kondisi balutan pasien dilihat pada hari pertama pos operasi, bila basah dan berdarah
berarti harus di buka dan ganti
g. Perawatan rutin
Adalah melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital atau TTV.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas klien dan penangguna
b) Keluhan utama klien saat ini
c) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d) Riwayat penyakit keluarga
e) Keadaan klien meliputi
f) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
g) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan
dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
h) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
i) Neurosens ori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinalepidural.
j) Nyeri/ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek efek anesthesia, nyeri tekan uteus mungkin
ada.
k) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
l) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
m) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
b) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka kering
bekas operasi
c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
d) Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan
e) Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional

Keperawatan Kriteria Hasil

Nyeri akut Setelah diberikan  Lakukan  Mempengaruhi


b.d pelepasan asuhan keperawatan pengkajian secara pilihan
mediator selama …x 24 jam komprehensif pengawasan
nyeri diharapkan nyeri klien tentang nyeri keefektifan
meliputi intervensi.
(histamine, berkurang dengan
lokasi,karakteristi
prostaglandin kriteria hasil: k, durasi,
) akibat frekuensi, kualitas,
trauma  Klien intensitas nyeri
melaporkan dan faktor
jaringan
nyeri presipitasi.
dalam berkurang
 Observasi respon
pembedahan  Wajah tidak nonverbal dari
(section tampak ketidaknyamanan
caesarea) meringis (misalnya
 Klien tampak wajahnya
rileks, dapat meringis) terutama
beristirahat, ketidakmampuan  Tingkat ansietas
dan untuk dapat
beraktivitas berkomunikasi mempengaruhi
sesuai secara efektif. persepsi/reaksi
kemampuan  Kaji efek terhadap nyeri.
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup (ex:
beraktivitas, tidur,
istirahat, rileks,
kognisi, perasaan,
dan hubungan
sosial)
 Ajarkan
menggunakan
teknik  Mengetahui
nonanalgetik sejauh mana
(relaksasi pengaruh nyeri
progresif, latihan terhadap kualitas
napas dalam, hidup pasien.
imajinasi, sentuhn
terapeutik).
 Control faktor-
faktor lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
repon pasien
terhadap  Memfokuskan
ketidaknyamanan kemali perhatian
(ruangan, suhu, meningkatkan
cahaya, suara) control dan
meningkatkan
harga diri dan
kemampuan
 Kolaborasi untuk koping.
penggunaan
control analgetik
jika perlu

 Memberikan
ketenangan
kepada pasien
sehingga nyeri
tidak bertambah

 Analgetik dapat
mengurangi
pengikatan
mediator kimiawi
nyeri pada
reseptor nyeri
sehingga dapat
mengurangi rasa
nyeri.

Risiko tinggi Setelah diberikan  Tinjau ulang  Kondisi dasar


terhadap asuhan keperawatan kondisi seperti
infeksi b.d selama …x 24 jam dasar/faktor resiko diabetes/hemorag
trauma diharapkan nyeri klien yang ada i menimbulkan
sebelumnya. Catat potensial risiko
jaringan / berkurang dengan
waktu pecah infeksi
luka bekas kriteria hasil: ketuban. penyembuhan
operasi (CS) luka yang buruk.
 Tidak terjadi Pecah ketuban
tanda infeksi yang terjadi 24
(kalor, rubor, jam sebelum
dolor, tumor, pembedahan
fungsio dapat
leasea). menimbulkan
 Suhu dan nadi koriamnionitis
dalam batas sebelum
normal intervensi bedah
(suhu=36,5- dan dapat
37,5°C, mempengaruhi
frekuesi proses
nadi=60-  Kaji adanya tanda penyembuhan
100x/menit) infeksi luka.
 WBC dalam  Mengetahui
batas normal secara dini
(4,10-10,9 terjadinya infeksi
10ˆ3/uL) sehingga dapat
dilakukan
pemilihan
 Lakukan intervensi secara
perawatan luka tepat dan cepat.
dengan teknik  Meminimalisir
aseptic adanya
kontaminasi pada
luka yang dapat
menimbulkan
 Inspeksi balutan infeksi.
abdominal
terhadap  Balutan steril
eksudat/rembesan. menutupi luka
Lepaskan balutan dan melindungi
sesuai indikasi. luka dari
cedera/kontamina
si . rembesan
 Anjurkan klien dapat
dan keluarga menandakan
untuk mencuci terjadinya
tangan hematoma yang
sebelum/sesudah memerlukan
menyentuh luka intervensi lanjut
 Pantau  Cuci tangan
peningkatan suhu, menurunkan
nadi, dan resiko terjadinya
pemeriksaan infeksi
laboratorium nosocomial.
sejumlah WBC/sel
darah putih.
 Kolaborasi untuk
pemeriksaan Hb  Peningkatan suhu
dan Ht. catat nadi dan WBC
perkiraan merupakan salah
kehilangan darah satu data
selama prosedur penunjang yang
pembedahan. dapat
 Anjurkan intake mengidentifikasi
nutrisi yang adanya bakteri di
cukup. dalam darah.
 Risiko infeksi
pasca melahirkn
dan proses
penyembuhan
akan buruk bila
kadar Hb rendah
dan terjadi
kehilangan darah
berlebih.
 Kolaborasi
penggunaan
antibiotic sesuai  Mempertahankan
indikasi. keseimbangan
nutrisi untuk
mendukung
perpusi jaringan
dan memberikan
nutrisi yang perlu
untuk regenerasi
selular dan
penyembuhan
jaringan
 Antibiotic dapat
menghambat
proses infeksi.
Ansietas b.d Setelah diberikan  Kaji respon  Keeradaan sistem
kurangnya asuhan keperawatan psikologis penukung klien
informasi selama …x 24 jam terhadap kejadian (misalnya
tentang diharapkan nyeri klien dan ketersediaan pasangan) dapat
sistem pendukung memberikan
prosedur berkurang dengan
dukungan secara
pembedahan, kriteria hasil: psikologis dan
penyembuha membantu klien
n, dan  Klien terlihat dalam
lebih tenang  Tetap bersama
perawatan mengungkapkan
dan tidak klien bersikap
post operasi masalahnya
gelisah tenang dan
 Keberadaan
 Klien menunjukkan rasa
perawat dapat
mengungkapk empati
memberikan
an bahwa dukungan dan
ansietasnya perhatian pada
berkurang klien sehingga
 Observasi respon klien merasa
nonverbal klien nyaman dan
(misalnya: mengurangi
gelisah) berkaitan ansietas yang
dengan ansietas dirasakannya.
yang dirasakan  Ansietas
 Dukung dan seringkali tidak
arahkan kembali dilaporkan secara
mekanisme koping verbal namun
tampak pada pola
perilaku klien
 Berikan infirmasi secara nonverbal
yang benar
mengenai
prosedur  Mendukung
pembedahan, mekanisme
penyembuhan, dan koping dasar,
perawatan post meningkan rasa
operasi percaya diri klien
sehingga
menurunkan
ansietas
 Diskusikan  Kurangnya
pengalaman/harap informasi dan
an kelahiran anak misinterpretasi
pada masa lalu klien terhadap
informasi yang
dimiliki
sebelumnya
dapat
mempengaruhi
ansietas yang
dirasakan
 Klien dapat
 Evaluasi mengalami
perubahan ansiets penyimpangan
yang dialami klien memori dari
secara verbal melahirkan.
Masa
lalu/persepsi
yang tidak
realistis dan
abnormalitas
mengenai proses
persalinan SC
akan
meninggalkan
ansietas
 Identifikasi
keefektifan
intervensi yang
telah diberikan
BAB III

Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan Josephine. 2019. Sectio Caesarea. Diunduh dari https://www.alomedika.com/tindakan-


medis/obstetrik-dan-ginekologi/sectio-caesarea/indikasi. (Diakses pada 20 Februari 2020).

Helen, Farrer.(2001). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Sarwono Prawiroharjo. (2009). Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Schorge, Errol.(2008). At a OBSTETRI DAN GINEKOLOGI edisi kedua.Erlangga: Jakarta.

Sholihah, Devi dkk. (2019) ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM
SC(SECTIO CAESAREA) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT Di Ruang
Siti Walidah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo. Diunduh dari
http://eprints.umpo.ac.id/5038/. (Diakses pada 17 Februari 2020).

Sulaiman, Sastrawinata et al. (2005). ILMU KESEHATAN REPRODUKSI: OBSTETRI


PSTOLOGI. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC


William, M. Sachwartz. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai