Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan Dosen
Pengampu: Dr. Linda Amalia, S.Kp., M.KM dan Budi, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh :
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kekehadirat Allah Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Makalah yang
berjudul "Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea" disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Maternitas.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis meminta maaf apabila masih ada kendala materi atau penyampaian dalam penyusunan
makalah ini. Untuk memperbaiki makalah pada kesempatan berikutnya, penulis juga menerima
masukan dari pembaca dalam bentuk kritik dan saran.
Add Headings (Format > Paragraph styles) and they will appear in your table of contents.
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.6 Penatalaksanaan
● Persiapan Klien
a. Pada daerah yang akan dilakukan penyayatan telah dibersihkan (rambut
pubis dicukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptik).
b. Pemeriksaan laboratorium (Darah, Urine).
c. Pemeriksaan USG.
d. Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
● Ketersediaan alat
a. Infus set
b. DC (Dower Catheter)
c. Obat premedikasi
d. Kasa alkohol
e. Baju operasi dan topi
f. Tensimeter, termometer, fetal phone
g. Set hecting
h. Set bayi, serta infus set, abbocath
● Penatalaksanaan medis
a. Perawatan luka insisi
- Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin, lalu
ditutup dengan kain penutup luka
- Secara berkala pembalut luka diganti.
b. Tempat perawatan pasca bedah
- Setelah tindakan di kamar operasi selesai, pasien dipindahkan ke
kamar rawat khusus (recovery room)
- Jika pasca bedah kondisi gawat -> Segera pindahkan ke unit
darurat.
c. Pemberian cairan
Setelah 24 jam pertama pasien puasa pasca op -> Cegah dehidrasi dengan
pemberian cairan per infus.
d. Nyeri
Untuk mengurangi rasa nyeri -> Berikan obat anti nyeri dan penenang
seperti suntikan IM pethidin 100-150 mg / morfin sebanyak 10-15 mg.
e. Mobilisasi
- Mobilisasi segera tahap demi tahap untuk membantu
penyembuhan.
- Pada hari kedua pasien dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam.
- Posisi tidur terlentang diubah menjadi semi fowler.
- Secara berturut-turut, hari demi hari pasien dianjurkan belajar
duduk, berjalan sendiri hari ke-3 sampai 5 setelah bedah.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah dilakukan operasi sectio caesarea:
1. Pada Ibu
● Infeksi puerperal : Infeksi puerperal merupakan infeksi bakteri yang
menginfeksi bagian reproduksi setelah post partum, keguguran, atau post
SC, biasanya ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh yang bersifat
berat seperti peritonitis, sepsis.
● Perdarahan : Perdarahan sering terjadi karena proses pembedahan
mengakibatkan cabang-cabang arteri terbuka atau karena atonia uteri.
● Luka pada kandung kemih, embolisme paru-paru.
● Kurang kuatnya dinding uterus, sehingga pada kehamilan selanjutnya
biasanya terjadi ruptur uteri (trauma tindakan operasi persalinan).
2. Pada Bayi
● Delayed bonding: Sulit mengASIhi karena pengisapan lemah dan
perpisahan antara ibu dan anak yang terlalu lama
● Berisiko terkena asma dan gangguan pernapasan
● Berisiko terjangkit penyakit infeksi
● Risiko terjadinya depresi pernapasan disebabkan obat bius yang
mengandung narkose.
3.2 Pembahasan
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Guru Honorer
Perkawinan : Ke-1
Tanggal masuk RS : 6 Mei 2014
Tanggal Operasi : 6 Mei 2014
Tanggal Pengkajian : 7 Mei 2014
No. Register : 26 52 02
Diagnosa Medik : SC a/i Letak Lintang
Alamat : Sidodadi
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Honorer
Alamat : Sidodadi
Hubungan Dengan Klien : Suami Klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama : Nyeri
(2) Riwayat Keluhan Utama :
Menurut keterangan dari klien bahwa pada saat masuk Rumah
Sakit tanggal 6 Mei 2014, menurut hasil pemeriksaan bahwa
kehamilan saat ini adalah kehamilan dengan letak lintang sehingga
klien langsung di operasi Sectio Caesarea. Pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 7 Mei 2014, klien mengeluh nyeri pada daerah
luka bekas operasi yaitu pada abdomen bagian bawah, klien
tampak meringis pada saat timbul nyeri dengan skala nyeri 6 (0-
10). Nyeri dirasakan secara hilang timbul (Intermittent), nyeri
bertambah pada saat klien bergerak dan dirasakan ringan pada saat
klien istirahat.
(3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Menurut ungkapan dari klien, ini merupakan persalinan pertama.
Klien tidak mengira bahwa persalinan pertama, janinnya
mengalami letak lintang. Klien tidak mempunyai riwayat penyakit
yang memperberat selama kehamilan seperti penyakit hipertensi
serta penyakit jantung dan klien juga tidak memiliki riwayat alergi
makanan maupun obat.
(4) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
perkembangan janin serta tidak ada anggota yang berpenyakit
keturunan seperti Diabetes Melitus, Gangguan Jiwa dan
hemophilia.
3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan sekarang
G1 P1 A0, Ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya di bidan
pada usia kehamilan 2 minggu kemudian mulai memeriksakan diri
ke dokter spesialis kandungan pada usia kehamilan 1 bulan sampai
usia kehamilan sekarang selama ibu hamil tidak pernah melakukan
imunisasi sekalipun.
(2) Riwayat persalinan sekarang
P1 A0 tempat persalinan Rumah Sakit Umum Daerah pada tanggal
6 Mei 2014, lamanya persalinan sekitar 35 menit, jenis persalinan
Sectio Caesarea (SC) jenis kelamin bayi laki-laki dengan berat
badan 3000 gram dan panjang 45,3 cm.
b) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat menstruasi
Klien mengatakan mendapat haid pertama pada usia 12 tahun
siklusnya 30 hari, lama haid 5-7 hari, jumlah ganti balutan 3x
dalam sehari, warna darah merah dan biasanya bercampur dengan
gumpalan darah, berbau amis. Selama haid ada keluhan nyeri pada
perut, haid pertama dan terakhir (HPHT) yaitu 4 Agustus 2013,
Tafsiran persalinan tanggal 11 Mei 2014.
(2) Riwayat perkawinan
Klien mengatakan menikah pada usia 25 tahun dan suaminya pada
usia 29 tahun. Lamanya perkawinan 1 tahun dan merupakan
perkawinan pertama bagi Klien dan suaminya.
(3) Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan sebelum hamil tidak menggunakan alat
kontrasepsi, dan melahirkan klien berencana untuk memakai KB
jenis pil.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda-Tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
R : 24x/menit
S : 37 C
d) Sistem integumen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, suhu 37°C, tampak
luka yang masih basah, bentuk kepala bulat, penyebaran rambut merata,
warna hitam dan bergelombang, keadaan rambut kusam dan berketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema dan kulit tampak lengket.
e) Sistem pengindraan
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, gerakan bola
mata baik, refleks pupil terhadap cahaya isokor, konjungtiva tidak anemis
dan penglihatan klien masih jelas terbukti dengan klien dapat membaca
nama perawat dengan jarak 30 cm, pada hidung klien dapat membedakan
bau alkohol dan minyak kayu putih, posisi hidung simetris kiri dan kanan,
tidak ada secret, pada telinga klien masih dapat mendengar dengan baik
dengan melakukan tes pendengaran menggunakan garputala, posisi telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pada lidah klien masih bisa
membedakan rasa asin, pahit dan manis, warna lidah merah mudah, pada
kulit klien masih bisa merasakan rangsangan apabila disentuh oleh
perawat.
Palpasi: Tidak terdapat benjolan atau masa serta nyeri tekan pada mata,
hidung, telinga.
f) Sistem kardiovaskular
Inspeksi: Tidak terdapat sianosis.
Palpasi: CRT <2 detik, tidak ada pembesaran arteri karotis, frekuensi nadi
80x/menit, konjungtiva tidak anemis, akral teraba hangat dengan suhu
37°C, irama jantung reguler.
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, tekanan darah
100/70 mmHg, bunyi jantung SI dan S2 murni.
Perkusi: Bunyi pekak pada daerah jantung.
g) Sistem pernafasan
Inspeksi: Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan
cuping hidung. bentuk dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada
simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, pergerakan dada mengikuti
pernapasan, tidak ada penggunaan otot-otot pernapasan, napas teratur
dengan frekuensi pernapasan 24x/menit.
Palpasi : Vocal fremitus teraba sama antara kiri dan kanan pada saat klien
mengatakan satu-satu.
Perkusi : Saat di perkusi suara paru resonan.
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi napas tambahan.
h) Sistem pencernaan
Inspeksi : Jumlah gigi masih lengkap, gigitampak kotor, tidak ada
peradangan pada gusi, pergerakan lidah baik, tampak luka operasi yang
tertutup verban pada abdomen bagian bawah, keadaan luka masih basah
Palpasi: Nyeri tekan pada abdomen dengan skala nyeri 6 (0-10).
Auskultasi: Bising usus 8x/menit (normal 8-12x/menit).
Perkusi: Terdengar bunyi timpani.
i) Sistem muskuloskeletal
Inspeksi : Ekstremitas kiri dan kanan simetris, tidak terdapat lesi, pada
tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit, pergerakan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, Kekuatan otot 5 5.
Perkusi: Refleks bisep +/+, refleks trisep +/+.
(2) Ekstremitas bawah
Inspeksi: Ekstremitas kanan dan kiri simetris,
tidak terdapat lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, Kekuatan otot 5 5.
Perkusi : Refleks achilles +/+.
Refleks patella +/+.
Refleks babinski +/+.
j) Sistem endokrin
Inspeksi: Refleks menelan baik, tidak ada pembesaran thyroid dan
parathyroid, pengeluaran ASI tidak lancar dan kontraksi uterus baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema.
k) Sistem perkemihan
Inspeksi : Terpasang kateter, warna urin kuning pekat, volume urin 500
cc/hari.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan edema.
l) Sistem reproduksi
Inspeksi : Tidak ada edema pada perineum, keluar darah bercampur
dengan gumpalan darah (lochia rubra), tampak terpasang pempers
pembalut 1 buah, payudara simetris kiri dan kanan, tampak areola mama
kurang bersih serta produksi ASI kurang.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada payudara.
m) Sistem imun
Inspeksi: Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar limfe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
n) Sistem persyarafan
(1) Fungsi serebral
(a) Status mental
Klien dapat berorientasi dengan baik, wajah klien nampak meringis,
kekuatan otot normal, bahasa jelas.
(b) Kesadaran
Compos mentis (GCS: 15), eyes 4 (dapat membuka mata dengan spontan),
motorik 6 (pergerakan baik), verbal 5 (komunikasi jelas).
(c) Bicara
Dapat mengungkapkan rasa nyeri, klien dapat mengikuti perintah, serta
bicara normal dan jelas.
(2) Fungsi kranial
N I (Olfaktorius) : klien dapat membedakan bau.
N II (Optikus) : fungsi penglihatan klien masih baik dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
N III, N IV dan N VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abdusen) : kontraksi
pupil isokor, pergerakan kelopak mata baik, klien dapat menggerakan
mata ke atas dan kebawah.
N V (Trigeminus) : refleks kornea klien baik.
N VII (Facialis) : perubahan mimik wajah klien baik.
N VIII (Vestibulocochlearis) : Klien dapat mendengar dengan baik.
N IX dan N X (Glosofaringeo dan Vagus) : refleks menelan dan mengecap
klien baik.
N XI (Aksesorius) : klien dapat mengangkat bahu.
N XII (Hipoglosus) : pergerakan lidah klien baik.
5) Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Nutrisi
- Pola makan Teratur Teratur
- Frekuensi makan 3 x sehari 2x sehari
- Jenis makanan Nasi, ikan, sayur Bubur, telur, daging
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Keluhan Tidak ada Tidak
- Intake cairan/hari 7-8 gelas/hari 4-5 gelas/hari
- Jenis cairan Air putih dan susu Air putih hangat
2. Eliminasi
- Frekuensi BAK 5-6 x/hari 4-5 x/hari
- Warna urin Kuning jernih Kuning pekat
- Bau Khas amoniak Khas amoniak
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Frekuensi BAB 2 x/hari Klien belum BAB
- Konsistensi Padat Selama 2 hari setelah
- Warna fases Kuning kecoklatan post operasi
- Bau Khas fases
- Keluhan Tidak ada
3. Personal hygiene
- Mandi 2x / hari Belum mandi
- Cuci rambut 2x seminggu Belum cuci rambut
- Gosok gigi 3x / hari Belum pernah
- Potong kuku 1x per minggu 1x seminggu
- Ganti pakaian Setiap habis mandi Klien tampak kusam
4. Pola istirahat
- Tidur siang 13.00-15.00 13.00-16.00
- Tidur Malam 21.00-05.00 22.00-05.00
5. Aktivitas
- Olahraga Jalan pagi Tidak pernah
- Kegiatan di waktu luang Nonton televisi Cerita dengan
- Jenis pekerjaan Sebagai guru keluarga dan perawat
honorer/ IRT Tidak dapat
Beraktivitas karena
nyeri
6) Data psikologis
a) Status emosi
Klien tampak tidak mudah tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan
yang perawat ajukan kepadanya.
b) Konsep diri
(1) Body image : klien mengatakan tidak merasa malu walaupun pada
perutnya terdapat luka bekas operasi.
(2) Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh agar dapat
berkumpul lagi bersama keluarganya.
(3) Harga diri : klien masih merasa berharga walaupun dengan
kondisinya yang sekarang, serta klien tidak merasa cemas atas
kondisinya.
(4) Peran : klien adalah sebagai ibu rumah tangga yang baru
mempunyai satu orang anak serta mengurus suaminya.
(5) Identitas diri : klien mengatakan. dirinya sama dengan orang lain
meskipun terdapat luka bekas operasi di perutnya.
c) Pola koping
Klien tampak ceria dan terbuka dalam bercerita.
7) Data sosial
Klien mau diajak untuk bercerita tentang keadaan penyakitnya, klien selalu
menjawab bila ditanya serta cara berbicara klien cukup jelas.
8) Data spiritual
Klien mengatakan dukungan dari suami dan keluarga sangat tinggi, klien
beragama islam dan klien menyerahkan semua keadaannya saat ini kepada Allah
SWT serta selama sakit klien tidak dapat menjalankan shalat.
9) Data penunjang (pemeriksaan laboratorium tanggal 6 Mei 2014)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan prosedur operasi ditandai dengan mengeluh
nyeri, meringis.
b. Defisit Perawatan Diri (D.0109) berhubungan dengan keterbatasan gerak ditandai dengan
tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri.
c. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakan ekstremitas.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
SLKI SIKI RASIONAL
Terapeutik
1. Menyediakan
lingkungan yang
terapeutik (mis:
suasana hangat,
rileks, privasi)
2. Memfasilitasi
untuk menerima
keadaan
ketergantungan
3. Memfasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
Edukasi
1. Menganjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan
1. Mengidentifikasi
adanya nyeri S : Pasien mengeluh sakit
D.0054 Gangguan atau keluhan ketika berjalan
Mobilitas Fisik b.d fisik lainnya
nyeri d.d mengeluh 2. Mengidentifikasi O : Pasien menyeringai
sulit menggerakan toleransi fisik sakit ketika berjalan
ekstremitas saat melakukan
mobilisasi A : Masalah belum
3. Memonitori teratasi diharapkan
kondisi umum mobilisasi fisik
selama meningkat
melakukan
mobilisasi
4. Melibatkan P:
keluarga untuk - Memfasilitasi
membantu aktivitas
pasien dalam mobilisasi dengan
meningkatkan bantuan
mobilisasi - Melibatkan
5. Mengajarkan keluarga untuk
mobilisasi membantu pasien
sederhana yang dalam
harus dilakukan meningkatkan
6. Memfasilitasi mobilisasi
aktivitas - Serta Intervensi
mobilisasi dilanjutkan
dengan bantuan
Terapeutik
1. Menyediakan
lingkungan yang
terapeutik (mis:
suasana hangat,
rileks, privasi)
2. Memfasilitasi
untuk menerima
keadaan
ketergantungan
3. Memfasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
Edukasi
1. Menganjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan
Action TTV
- Mengidentifikasi TD: 120/80 mmhg
, lokasi, S: 36,6 °C
karakteristik, N: 90 x/m
frekuensi, RR: 20 x/m
kualitas,
intensitas nyeri A: Masalah teratasi
- Mengajarkan
teknik relaksasi P: Hentikan Intervensi
nafas dalam
- Mengontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
- Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
(D.0109) Defisit Respon S: Klien mengatakan
Perawatan Diri b.d Rs: Klien mengatakan mampu melakukan
kelemahan d.d tidak nyeri berkurang sedikit aktivitas perawatan diri
mampu mandi secara mandiri
/mengenakan - P: saat gerak dan
pakaian/makan/ batuk O:
Ke toilet/berhias - Q : seperti - Klien tampak
secara mandiri. ditusuk-tusuk tidak
- R : abdomen ketergantungan
- S : skala 3 kepada orang lain
- T : Hilang - Klien mampu
datang secara perlahan
menggunakan
Observasi alat kebersihan
1. Mengidentifikasi diri, berpakaian,
kebiasaan berhias, dan
aktivitas makan dengan
perawatan diri benar
sesuai usia
2. Memonitor A: Defisit perawatan
tingkat diri, tujuan terlaksana
kemandirian
3. Mengidentifikasi P: Memonitor pasien
kebutuhan alat dengan teratur
bantu kebersihan
diri, berpakaian,
berhias, dan
makan
Terapeutik
1. Menyediakan
lingkungan yang
terapeutik (mis:
suasana hangat,
rileks, privasi)
2. Memfasilitasi
untuk menerima
keadaan
ketergantungan
3. Memfasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
Edukasi
1. Menganjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan
Isi (5W+1H) Jurnal ini meneliti tentang dampak rasa nyeri yang dirasakan
What (APA?) oleh klien post partum, penatalaksanaan nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri dapat berupa teknik relaksasi otot progresif.
When (Kapan?) Jurnal ini tidak menjelaskan secara tepat kapan penelitian
dilakukan tetapi jurnal ini dipublikasikan pada tanggal 29
September 2020.
Who (Siapa?) Jurnal ini ditulis oleh Andria Pragholapati, Heni Tresnawati dan
Inggrid Dirgahayu yang melakukan penelitian pada 20 ibu post
sectio caesarea di RSDU Kota Bandung.
Why (Kenapa?) Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik
relaksasi otot progresif terhadap nyeri pada klien post sectio
caesarea di RSUD Kota Bandung.
c. Hasil
-Tingkat nyeri sebelum dilakukan relaksasi otot progresif
lebih dari setengahnya responden berada pada skala nyeri
6 (65%), dimana skala ini termasuk ke dalam nyeri
sedang.
-Tingkat nyeri sesudah dilakukan relaksasi otot progresif
hampir setengahnya dari responden berada pada skala
nyeri 3 dan 4 (40%), dimana skala ini termasuk ke dalam
nyeri ringan dan sedang.
-Pengaruh teknik telaksasi otot progresif terhadap nyeri
post sectio caesarea di RSUD Kota Bandung dengan
responden 20 ibu post sectio caesarea yang diberikan
selama 15-20 menit didaptkan hasil yang menunjukan
adanya pengaruh yang bermakna pemberian teknik
relaksasi otot progresif terhadap nyeri pada klien.
d. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20
ibu post sectiocaesare di RSUD Kota Bandung dapat
disimpulkan sebelum diberikan latihan teknik relaksasi
otot progresif skala nyeri dalam skala nyeri sedang
dengan nilai 5-6 dimana rasa nyeri ini mengganggu, tidak
nyaman,merepotkan dan dapat melakukan sebagian
aktivitas dengan waktu istirahat, adapun sesudah
diberikan latihan teknik relaksasi otot progresif skala
nyeri responden mengalami penurunan dengan skala
nyeri 2-5 yang termasuk kategori nyeri ringan dan
sedang.Teknik relaksasi otot progresif berpengaruh
terhadap nyeri akibat luka post sectio caesarea
berkurangnya nyeri yang dialami ibu post sectio caesarea.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Sectio caesarea adalah suatu prosedur tindakan operasi melahirkan dengan insisi pada dinding
abdomen dan uterus. Meskipun memberikan dampak positif dalam menurunkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin, sectio caesarea juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti rasa
nyeri, gangguan integritas kulit, dan risiko infeksi. Jenis-jenis sectio caesarea, seperti insisi
abdominal dan insisi uterus, memberikan pilihan yang berbeda dengan pertimbangan estetika,
aksesibilitas, dan risiko komplikasi. Indikasi untuk melakukan sectio caesarea mencakup faktor
janin dan ibu, seperti ukuran bayi yang terlalu besar, kelainan letak janin, atau masalah kesehatan
ibu. Sementara itu, kontraindikasi sectio caesarea melibatkan kondisi-kondisi seperti janin
meninggal, syok, atau kurangnya fasilitas untuk operasi. Dampak persalinan sectio caesarea
melibatkan respon stres, penurunan pertahanan tubuh, penurunan fungsi sirkulasi, dan pengaruh
terhadap harga diri dan gambaran diri. Manifestasi klinis pasca sectio caesarea melibatkan
kehilangan darah, pemasangan kateter, dan perubahan dalam aliran lokhia. Penatalaksanaan
mencakup perawatan luka insisi, pemantauan cairan, pengelolaan nyeri, dan promosi mobilisasi
pasien. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk infeksi, perdarahan, luka pada kandung
kemih, serta dampak pada bayi seperti kesulitan mengASIhi dan risiko penyakit infeksi.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada sectio caesarea melibatkan pemahaman yang
mendalam tentang indikasi, pemilihan jenis sayatan, dan manajemen komplikasi potensial.
Pelibatan perawat dalam memberikan dukungan emosional dan edukasi kepada ibu sebelum,
selama, dan setelah operasi sangat penting. Pengelolaan nyeri pasca operasi dan pencegahan
komplikasi, seperti infeksi, perlu menjadi fokus utama.
Pentingnya kolaborasi antara tim perawatan kesehatan, termasuk dokter anestesi dan dokter
anak, juga harus ditekankan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan ibu serta bayi.
Edukasi kepada ibu tentang perawatan luka, mobilisasi postoperatif, dan peran aktif dalam proses
penyembuhan dapat meningkatkan pemulihan pasca sectio caesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Haniel. (2013). Cytokines and The Skin Barrier. Diakses dari: http://www.mdpi.com/1422-
0067/14/4/6720/pdf. Pada tanggal 26 September 2019.
Hidayat, A.A. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: salemba Medika.
Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi ketiga.
Jakarta : EGC.
Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. (Edisi 1). Jakarta:
Salemba Medika
Oxorn, H & William R, Forte. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi dan Persalinan. Yogyakarta:
Yayasan Esentia Medika.
PPNI ( 2016 ).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia & Definisi dan indikator diagnostik:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
Pragholapati, A., Tresnawati, H., & Dirgahayu, I. (2020). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI
OTOT PROGRESIF TERHADAP NYERI PADA KLIEN POST SECTIO CAESAREA. LP3M
STIKES dr. Soebandi Jember
Rasjidi, I. (2009). Manual Sectio Caesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa Berdasarkan
Evidence Based. Jakarta: Sagung Seto.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8,
Vol. 1,2). Jakarta : EGC
Solehati, T & Kosasih CE. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas. Bandung : PT Refika Aditama
LAMPIRAN