Anda di halaman 1dari 11

PERILAKU SISWA PENGGEMAR TAYANGAN KOREA DI TELEVISI

PADA SISWA SMP NEGERI 1 JOGOROGO, KABUPATEN NGAWI

JURNAL

Oleh:

YENY PUSPITO SARI

K8410062

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2014
PERILAKU SISWA PENGGEMAR TAYANGAN KOREA DI TELEVISI
PADA SISWA SMP NEGERI 1 JOGOROGO KABUPATEN NGAWI

YENY PUSPITO SARI

K8410062

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2014

ABSTRAK

Penyebaran Korean wave di Indonesia tidak lepas dari peranan media


massa, salh satunya adalah televisi. Setiap hari televisi menghadirkan berbagai
tayangan Korea seperti drama Korea, film Korea, acara musik Korea, serta
berbagai acara lain yang bernuansa Korea. Sebagian besar penggemar tayangan
Korea di televisi adalah remaja yang merupakan siswa sekolah. Siswa sangat
antusias untuk mengikuti acara-acara Korea. Tayangan Korea di televisi berhasil
mencuri hati para siswa sehingga merasa tidak cukup bila hanya melihat melalui
televisi saja. Kecanggihan teknologi didukung oleh fasilitas yang dimiliki siswa
membuat siswa semakin mudah untuk melihat tayangan Korea. Intensitas siswa
melihat tayangan Korea melalui televisi maupun media lain sangat tinggi. Melihat
tayangan Korea dianggap menjadi hal yang sangat penting sehingga siswa tidak
ingin melewatkannya bahkan hingga melupakan kewajiban sebagai siswa yaitu
belajar. Ada beberapa perilaku tertentu yang dilakukan oleh siswa penggemar
tayangan Korea. Menjadi penggemar Korea juga memiliki dampak bagi siswa.
Kata Kunci: perilaku penggemar, siswa, K-pop, Hallyu, tayangan Korea.

PENDAHULUAN untuk tersebarnya budaya pop Korea


Salah satu budaya yang selatan secara global di berbagai
sedang berkembang di era globalisasi negara di dunia. Penyebaran Korean
ini adalah budaya pop Korea atau wave di Indonesia tidak lepas dari
yang sering kita dengar dengan peranan media massa. Salah satu
istilah Korean wave. Hallyu atau media massa yang berperan dalam
Korean Wave (Gelombang Korea) hal ini adalah televisi. Awal
merupakan istilah yang diberikan masuknya Korean wave di Indonesia
melalui drama-drama Korea atau siswa yang sama sekali tidak tertarik
yang biasa disebut K-Drama. dengan hallyu. Berangkat dari
Banyaknya masyarakat yang realitas sosial di atas, Peneliti
menerima kehadiran drama korea berusaha mendeskripsikan tentang
tersebut adalah faktor yang perilaku siswa penggemar tayangan
mendorong berbagai stasiun tv lain Korea di televisi serta dampak
untuk ikut menayangkan drama dan menjadi penggemar tayangan Korea
film Korea. Sebagian besar bagi siswa. Fokusnya adalah pada
penggemar tayangan Korea di siswa yang besekolah di SMP Negeri
televisi adalah remaja yang 1 Jogorogo, Kabupaten Ngawi.
merupakan siswa sekolah. Ketenaran Peneliti ingin mendeskripsikan
drama dan film Korea diikuti dengan perilaku siswa yang menggemari
ketenaran musik yang dibawa oleh tayangan Korea di televisi serta
girlband serta boyband Korea yang dampak menjadi penggemar
kebanyakan juga ikut bermain dalam tayangan Korea bagi siswa yang ada
drama serta film Korea. Setiap hari di lingkungan pedesaan.
lewat televisi, siswa disuguhi
berbagai tayangan Korea seperti METODE PENELITIAN
drama, film, musik, dan berbagai Metode penelitian ini adalah
tayangan lain yang bernuansa Korea kualitatif deskriptif karena peneliti
apalagi didukung hadirnya televisi dapat menggambarkan objek
parabola yang menyediakan program penelitian secara holistik berdasarkan
khusus Korea seperti LBStv. realitas sosial yang ada di lapangan.
Tayangan Korea di televisi Jenis penilitian adalah fenomenologi.
berhasil mencuri hati para siswa Teknik pengumpulan data yang
yang tergolong remaja tersebut. digunakan adalah wawancara
Kegemaran siswa terhadap tayangan mendalam, pengamatan langsung,
Korea diwujudkan dalam perilaku- dan studi dokumentasi. Validitas data
perilaku tertentu. Ada perilaku- diperoleh melalui triangulasi sumber
perilaku khusus yang membedakan dan triangulasi metode. Teknik
siswa penggemar hallyu dengan
analisis data yang digunakan adalah lain, siswa biasa melihat setiap waktu
model analisis interaktif. yang mereka inginkan. Intensitas
PEMBAHASAN siswa melihat tayangan Korea sangat
Perilaku Siswa Penggemar tinggi.

Tayangan Korea di Televisi Tayangan Korea di televisi


Dari hasil penelitian mengganggu kegiatan belajar siswa
mengenai perilaku siswa penggemar karena siswa memilih mendahulukan
tayangan Korea di televisi pada menonton dari pada belajar.
siswa SMP Negeri 1 Jogorogo dapat Konsentrasi belajar siswa menjadi
diketahui bahwa siswa-siswa terpecah karena ingin melihat
penggemar tayangan Korea memiliki tayangan Korea ketika sedang
perilaku-perilaku tertentu. Alasan belajar, maupun belajar sambil
siswa senang melihat tayangan Korea menonton. Kegiatan belajar di
di televisi adalah wajah cantik dan Sekolah juga terganggu karena siswa
tampan artis-artis Korea, perjuangan tidak memperhatikan penjelasan
artis Korea untuk menjadi terkenal, Guru tentang pelajaran dan justru
alur cerita dalam drama dan film bercerita tentang tayangan Korea
Korea yang tidak membosankan serta bersama temannya. Bagi siswa
acara-acara Korea dengan konsep penggemar tayangan Korea di
baik, dan banyak teman-teman di televisi, melihat tayangan Korea
Sekolah memiliki kegemaran yang dianggap menjadi hal yang penting
sama. sehingga siswa tidak ingin

Kegemaran siswa melihat ketinggalan acara-acara Korea

tayangan Korea terus berkembang meskipun ketika ujian sekolah

tidak hanya melalui televisi saja. sekalipun.

Siswa juga senang melihat melalui Siswa penggemar tayangan


internet maupun melalui laptop Korea ketika berada di Sekolah
dengan menyimpan berbagai soft file senang bercerita tentang tayangan
tentang tayangan Korea. Siswa biasa Korea bersama teman-temannya
melihat tayangan Korea di televisi sesama penggemar, bahkan ketika
setiap hari, sedangkan melalui media jam pelajaran sedang berlangsung.
Dari segi penampilan, penampilan internet serta menggunakan media
siswa sederhana saja karena siswa- sosial untuk meng-update segala
siswi di Sekolah tersebut diwajibkan sesuatu tentang Korea.
berpakaian panjang dan mayoritas
siswi telah berjilbab. Dampak Positif Menjadi
Siswa penggemar tayangan Penggemar Tayangan Korea Bagi
Korea meniru penampilan artis Siswa
tersebut dengan meniru potongan Melihat tayangan Korea bisa
rambut, meniru tarian dan nyanyian menjadi hiburan bagi siswa bila
artis Korea ketika di Rumah, serta siswa bisa mengatur waktu antara
meniru cara berpakaian artis Korea. melihat televisi dan belajar, bisa
Siswa tidak mengimitasi penampilan menambah pengetahuan siswa
artis Korea ketika berada di Sekolah. tentang Bahasa Asing, budaya Korea,
Siswa penggemar tayangan dan berbagai hal lain yang tidak ada
korea memanfaatkan uang saku dan di Indonesia, dan bisa memberikan
tabungannya untuk menambah motivasi bagi siswa dari karakter
koleksinya tentang K-pop seperti atau tokoh yang baik dalam drama
poster, majalah, foto, album atau atau film Korea maupun dari
kaset, serta pakaian untuk bergaya kehidupan nyata artis Korea.
seperti artis Korea. Selain itu siswa
juga memanfaatkan uang sakunya Dampak Negatif Menjadi
untuk membeli pulsa modem Penggemar Tayangan Korea Bagi
maupun untuk ke warnet agar bisa Siswa
browsing tentang Korea.
Tayangan Korea mengganggu
Siswa penggemar tayangan kegitan belajar siswa karena pada
Korea di televisi senang kenyataannya siswa tidak bisa
menggunakan internet untuk membagi waktu dan justru
mengekspresikan kegemarannya mendahulukan menonton dari pada
terhadap hallyu dengan cara men- belajar. Orangtua tidak melarang
download berbagai hal tentang anaknya melihat tayangan Korea
hallyu, melihat tayangan Korea via
asalkan tidak mengganggu kegiatan berbagai stasiun televisi. Tayangan-
belajar anaknya, namun pada tayangan Korea tersebut ditayangkan
kenyataannya tetap mengganggu setiap hari dan dalam sehari lebih
karena siswa lebih memilih melihat dari sekali. Kegemaran siswa melihat
tayangan Korea dari pada belajar dan tayangan Korea ternyata terus
mengerjakan PR bahkan siswa rela berkembang. Kecanggihan teknologi
berbohong dan tidak terbuka kepada didukung fasilitas yang dimiliki
orangtuanya agar bisa melihat siswa seperti laptop dan modem
tayangan Korea. membuat siswa semakin mudah
Dalam mewujudkan untuk melihat tayangan Korea. Siswa
kegemarannya terhadap hallyu, siswa rela menghabiskan waktu berjam-
harus mengeluarkan biaya yang tidak jam di depan layar komputer untuk
sedikit untuk ukuran siswa sekolah. melihat tayangan Korea atau sekedar
Untuk membeli poster, foto, majalah, browsing tentang Korea di internet.
baju, album, membayar warnet, serta Intensitas siswa melihat tayangan
membeli isi modem tidaklah murah Korea sangat besar sehingga
sehingga hal tersebut adalah membuat siswa tidak sadar bahwa
pemborosan. mereka sebenarnya telah terdominasi
oleh teknologi yaitu televisi dan

Perilaku Siswa Penggemar media lain yang menghadirkan

Tayangan Korea di Televisi tayangan Korea.

Sebagai Kesadaran Palsu Marcuse dalam Drajat Tri

Menurut Herbert Marcuse Kartono dan Pajar Indra Jaya juga

dalam Drajat Tri Kartono dan Pajar mengatakan, “Bahwa kebutuhan

Indra Jaya, “Bahwa kemajuan sekunder atau tersier menjadi

teknologi hanya bermanfaat dalam kebutuhan sangat primer sehingga

bentuk luarnya saja, namun sejatinya manusia akan sakit apabila manusia

kondisi tersebut menimbulkan tidak mampu memenuhinya”

kesadaran palsu” (2004:57). Dalam (2004:58). Dalam hal ini, bagi siswa

hal ini televisi menghadirkan penggemar tayangan Korea di

tayangan-tayangan Korea lewat televisi, melihat tayangan Korea


adalah hal yang penting bagi mereka menyukai budaya pop Korea atau
sehingga siswa tidak ingin hallyu ditunjukkan lewat kebiasaan
ketinggalan acara-acara Korea ketika siswa menghabiskan uang saku dan
harus belajar untuk ujian sekolah, uang tabungan untuk membeli
bahkan siswa rela mengesampingkan majalah, poster, mencetak foto artis
kewajibannya yaitu belajar. Korea, membeli album original,
Keinginan melihat tayangan Korea membeli pakaian untuk bergaya
membuat konsentrasi belajar siswa seperti artis Korea dan untuk
menjadi terpecah karena siswa tetap internetan guna men-download
memikirkan ingin melihat tayangan segala hal tentang hallyu. Marcuse
Korea ketika sedang belajar, maupun berpendapat, “Bahwa kemampuan
belajar sambil melihat tayangan untuk mengkonsumsi barang secara
Korea. Kegiatan belajar di Sekolah bebas sesuai dengan ukuran kantong
juga terganggu karena siswa tidak dianggap suatu bentuk kemerdekaan”
memperhatikan penjelasan Guru (Drajat T.K dan Fajar Hatma I.J,
tentang pelajaran dan justru bercerita 2004: 59-60). Dalam mewujudkan
tentang tayangan Korea bersama kegemarannya terhadap hallyu, para
temannya. Sebenarnya melihat siswa harus mengeluarkan biaya
televisi bukanlah kebutuhan primer yang tidak sedikit untuk ukuran
bagi siswa, namun tayangan- siswa sekolah, namun siswa tidak
tayangan Korea yang dihadirkan merasa rugi ketika mereka harus
televisi mampu membuat menonton menghabiskan uang saku dan uang
televisi menjadi kebutuhan primer tabungan karena siswa mengaku bisa
bagi siswa. Para siswa tidak ingin mendapat kesenangan dan kepuasan
melewatkan acara kesayangan tersendiri. Mereka tidak menyadari
mereka tersebut sehingga ada rasa bahwa sesungguhnya mereka telah
kehilangan dan kekecewaan bila diliputi oleh kepentingan semu
mereka melewatkan acara tersebut. karena membeli barang-barang
Kegemaran siswa terhadap mahal yang di jelaskan di atas
tayangan Korea juga diekspresikan sebenarnya bukanlah kebutuhan
melalui beberapa hal. Identitas sebagai siswa.
siswa belajar dengan terpaksa dan
Menjadi Penggemar Tayangan mempercepat belajar agar bisa segera
Korea Lebih Banyak Berdampak melihat tayangan Korea.
Negatif Bagi Siswa William L. Rivers
Melihat tayangan Korea di berpendapat, “Media bukan saja bisa
televisi maupun media lain memang menjadi pembujuk kuat, namun
bisa memberikan hiburan bagi siswa, media juga bisa membelokkan pola
bila intensitasnya tidak berlebihan. perilaku atau sikap-sikap yang ada
Artinya melihat tayangan Korea terhadap suatu hal” (2008:255).
hanya untuk selingan sehingga tidak Dalam hal ini televisi berhasil
mengesampingkan kewajiban untuk membuat siswa menggemari
belajar. Namun pada kenyataannya tayangan korea bahkan ketagihan
kegemaran siswa melihat tayangan- ingin terus menonton. Kegemaran
tayangan Korea membuat siswa terhadap tayangan Korea bahkan
menjadi terlena sehingga membuat siswa melakukan tindakan
mengesampingkan belajar dan yang kurang terpuji. Salah satunya
mengerjakan pekerjaan rumah. adalah siswa menjadi tidak terbuka
Muhibbin Syah (2009) kepada orangtuanya. Seperti AL
menyatakan, “Bahwa minat (interest) yang harus berbohong kepada Ibunya
berarti kecenderungan dan dengan mengatakan mengerjakan
kegairahan yang tinggi atau tugas padahal internetan di warnet
keinginan yang besar terhadap untuk melihat dan men-download
sesuatu” (hal 152). Minat dapat tentang hallyu, serta IH yang harus
mempengaruhi kualitas pencapaian. diam-diam pergi ke warnet internetan
Dalam hal ini ketika minat siswa untuk men-download lagu-lagu
untuk melihat tayangan Korea lebih Korea.
besar dari pada keinginannya untuk Menurut Thorne dan Brunner
belajar, maka proses belajarnya dalam Nesya Amellita, salah satu
menjadi tidak maksimal karena karakteristik tertentu yang dapat
pikirannya tidak sepenuhnya tercurah ditemukan pada penggemar dan
pada belajar atau bisa dikatakan mempengaruhi perilaku mereka.
Penggemar memfokuskan sebagian penggemar dan karakteristik tersebut
besar waktu dan kemampuan mereka mempengaruhi perilaku mereka
secara intens pada suatu area hobi adalah keinginan memiliki. Siswa
atau ketertarikan yang lebih spesifik penggemar tayangan Korea senang
dari pada mereka yang bukan mengekspresikan kegemaran mereka
penggemar. Penggemar biasanya terhadap hallyu melalui beberapa hal
memiliki rasa suka yang kuat yaitu membeli poster, majalah,
sehingga terjadi perubahan pada gaya album, pakaian agar bisa bergaya ala
hidup mereka untuk mengakomodasi artis Korea. Para siswa juga
kesetiaan mereka pada obyek yang memanfaatkan internet untuk
disukai (2010:17). Dalam hal ini mengekspresikan kegemaran mereka
siswa penggemar tayangan Korea terhadap hallyu dengan cara men-
memiliki rasa suka yang kuat download foto, lagu, video, bahkan
terhadap tayangan Korea baik di film Korea, serta sekedar
televisi maupun media lain sehingga memposting tentang hallyu melalui
mereka mengkhususkan waktu untuk media sosial seperti facebook dan
selalu setia mengikuti tayangan- twitter. Dalam mewujudkan
tayangan Korea. Melihat tayangan kegemarannya terhadap hallyu, para
Korea dianggap sebagai hal yang siswa tersebut harus mengeluarkan
penting sehingga siswa tidak ingin biaya yang tidak sedikit untuk
melewatkan meski hanya sekali saja. ukuran siswa sekolah sehingga hal
Ada perasaan menyesal, kehilangan, tersebut adalah pemborosan.
dan malu terhadap fans lain bila
sekali saja tidak menonton hingga PENUTUP
akhirnya siswa mengesampingkan Fenomena ini menunjukkan
kewajiban utamanya sebagai siswa bahwa siswa penggemar tayangan
yaitu belajar dan mengerjakan PR. Korea di televisi telah terdominasi
Thorne dan Brunner dalam oleh teknologi lewat acara-acara
Nesya Amellita (2010) juga Korea yang ditayangkan melalui
mengatakan salah satu karakteristik televisi maupun media yang lain.
tertentu yang dapat ditemukan pada Dominasi teknologi terhadap dirinya
tidak disadari oleh siswa. Melihat dijadikan sarana untuk browsing dan
tayangan Korea dianggap menjadi men-download tentang hallyu.
sesuatu yang penting sehingga siswa Fenomena ini mengajarkan
mengesampingkan kewajibannya orangtua agar lebih memperhatikan
untuk belajar dan mengerjakan kegiatan anaknya. Suatu hal yang
pekerjaan rumah. Menjadi wajar ketika orangtua memberikan
penggemar tayangan Korea lebih kepercayaan kepada anaknya, namun
banyak berdampak negatif bagi orangtua tidak boleh lengah dan tetap
siswa. Kegemaran terhadap tayangan memantau kegiatan anaknya
Korea bahkan membuat siswa sehingga anaknya tidak melupakan
melakukan tindakan yang kurang kewajibannya sebagai siswa sekolah
terpuji. Salah satunya adalah dengan serta fasilitas yang diberikan kepada
memanfaatkan kepercayaan yang anak bisa digunakan dengan baik dan
diberikan oleh orangtuannya. tepat. Pengawasan orangtua harus
Identitas menyukai budaya lebih ditingkatkan mengingat sebagai
pop Korea atau hallyu juga remaja, siswa masih labil dan mudah
ditunjukkan lewat kebiasaan siswa terpengaruh oleh banyak hal.
menghabiskan uang saku dan uang Kedekatan orangtua dengan anak
tabungan untuk membeli berbagai terus dibangun sehingga anak selalu
macam benda tentang hallyu. Siswa terbuka dan tidak berbohong dalam
tidak menyadari bahwa segala hal.
sesungguhnya mereka telah diliputi
oleh kepentingan semu karena
DAFTAR PUSTAKA
membeli barang-barang tersebut
sebenarnya bukanlah kebutuhan Agus Salim. 2006. Teori dan
Paradigma Penelitian Sosial.
sebagai siswa dan justru
Yogyakarta: Tiara Wacana
menimbulkan pemborosan. Siswa
Bimo Walgito. 2011. Teori-teori
juga menjadi kurang bisa Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi
memanfaatkan kegunaan internet Yogyakarta
dengan tepat. Internet hanya Bimo Walgito. 2012. Psikologi
Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Burhan Bungin. 2008. Penelitian Nesya Amellita. 2010. Skripsi
Kualitatif. Jakarta: Kencana Kebudayaan Populer Korea:
Prenada Media Group Hallyu dan Perkembangannya
di Indonesia. FIB Universitas
Chasiyah, Chadidjah & Legowo E. Indonesia. Diakses melalui
2009. Perkembangan Peserta Http://lontar.ui.ac.id/file?file=d
Didik. Surakarta: Yuma igital/20160925-S-
Pustaka Nesya%20Amellita.pdf pada
15 Agustus 2013 pukul 6.43
Drajat Tri Kartono & Pajar Hatma
Indra Jaya. 2004. Lubang Kecil Olivia M. Kaparang. 2013. Analisa
Menuju Teori Kritis. Surakarta: Gaya Hidup Remaja Dalam
Pustaka Cakra Mengimitasi Budaya Pop
Korea Melalui Televisi (Studi
Gerungan.2004. Psikologi Sosial. pada siswa SMA Negeri 9,
Bandung:Refika Aditama Manado). Universitas Sam
Ratulangi Manado. Diakses
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi melalui Ejournal.unsrat.ac.id
Penelitian Kualitatif: Dasar pada 15 Agustus 2013 pukul
Teori dan Terapannya dalam 7.00 WIB
Penelitian. Surakarta: UNS
Press Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhi.
Hendri Yulius. 2013. All About K- Jakarta: Rineka Cipta
pop. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia Syamsu Yusuf LN & Nani M.
Sugandhi. 2011.
John Storey. 2008. Cultural Studies Perkembangan Peserta Didik.
dan Kajian Budaya Pop. Jakarta: PT Raja Grafindo
Yogyakarta: Jalasutra Persada
Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Syamsu Yusuf LN. 2011. Psikologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Perkembangan Anak dan
PT Remaja Rosdakarya Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset
Lipsus.kompas.com diakses pada 17
Agustus 2013 pukul 16.31 WIB William L Rivers, Jensen, Jay W.
Jensen & Theodore Peterson.
Makmun, A.S. 2012. Psikologi
2008. Media Massa
Kependidikan. Bandung: PT Remaja
Masyarakat Modern. Jakarta:
Rosdakarya
Kencana Prenada Media Group
Moh Nazir. 2003. Metode Penelitian.
William L Rivers. dkk. 2008. Media
Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Massa dan Masyarakat
Muhibbin Syah. 2009. Psikologi Modern. Jakarta:Kencana
Pelajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai