Anda di halaman 1dari 9

Template Pembuatan Artikel Jurnal

Tema dan template pembuatan artikel jurnal ini dibuat oleh Firman Aziz
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung
Senin, 01 September 2022 Pukul 07.00 WIB
I. Tema Artikel Jurnal
Tema artikel jurnal meliputi bidang:
a. Bahasa
b. Pendidikan Bahasa
c. Budaya
d. Ilmu Komunikasi
e. Sosial Humaniora

II. Sumber Pencarian Artikel Jurnal


Sumber pencarian artikel jurnal dapat ditelusuri melalui laman sebagai berikut.
a. https://scholar.google.com
b. https://sinta.kemdikbud.go.id
c. https://scopus.com
d. https://scimagojr.com
e. dan berbagai situs pencarian artikel jurnal

III. Template Pembuatan Artikel Jurnal

SISTEMATIKA ISI ARTIKEL JURNAL


ARTIKEL JURNAL
Judul Artikel Pengaruh Budaya Asing KPOP Terhadap Minat Belajar Bahasa Korea Pada Mahasiswa di Indonesia
(Judul artikel ditulis dalam bahasa
Indonesia, kecuali kata berbahasa
Inggris. Judul artikel ditulis jelas,
singkat, dan padat. Judul artikel
ditulis tidak lebih dari 14 kata)
Nama Penulis Virna Sabrina Diaz
(Nama penulis ditulis selengkap
mungkin. Nama penulis ditulis
dgn jelas dan tidak boleh
disingkat)
Email Penulis virnadiaztugas@gmail.com
(Email penulis diusahakan email
lembaga @upi.edu. Jika belum
ada, maka boleh juga pakai gmail)
Program Studi Kepelatihan Fisik Olahraga
(Diisi program studi penulis)
Fakultas Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
(Diisi fakultas tempat penulis)
Universitas Universitas Pendidikan Indonesia
(Diisi universitas tempat penulis)
Alamat Lembaga Jl. Dr.Setiabudhi no. 229,Isola kec, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat
(Diisi alamat lembaga penulis)
Abstrak dan Kata Kunci Banyak mahasiswa yang termotivasi untuk belajar bahasa Korea karena mereka tertarik
(Abstrak ditulis cukup Budaya populer Korea seperti lagu Korea, drama dan acara TV. Untuk bisa mencapai
menggunakan bahasa Indonesia, tujuan pembelajaran yang diinginkan, dosen harus menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan tujuan
tidak perlu menggunakan bahasa pembelajaran yang diinginkan dengan gaya belajar mahasiswa yang diajar. Penelitian ini bertujuan
Inggris. Abstrak ditulis 150-250 mengetahui seberapa efektifkah penggunaan budaya pop Korea untuk mendukung kegiatan pembelajaran
kata. Abstrak berisi: (1) latar bahasa Korea. Selain itu penelitian juga memeriksa kegiatan apa saja yang ada
belakang penelitian, (2) harus dilakukan di kelas untuk membuat mahasiswa tertarik untuk belajar bahasa Korea. Dengan
permasalahan penelitian, (3) menggunakan metode wawancara, dapat diketahui bahwa mahasiswa ptodi bahasa Korea lebih menyukai
metode dan pendekatan penelitian, gaya belajar visual dan kombinasi visual, auditori dan kinestetik,
(4) hasil penelitian, dan (5) namun ada juga mahasiswa yang belum menemukan gaya belajarnya. Dengan gaya belajar
simpulan atau novelty (kebaruan Campuran, mahasiswa dapat lebih fleksibel untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan banyak lagi
dari hasil penelitian. Kata kunci Beradaptasi dengan mudah ketika lingkungan belajar berubah. Meskipun sebagian besar
berisi 4-5 kata dan atau frasa) Responden mengatakan mereka mendukung penggunaan budaya pop Korea dalam proses pembelajaran
di kelas, beberapa responden menyatakan ketidaksetujuan mereka. Berbagai alasan
penolakan tersebut karena mereka khawatir dengan kondisi pembelajaran di kelas
terlalu berisik dan mereka masih ingin mempelajari beberapa batasan di kelas dan
nikmati budaya pop Korea di luar kelas.

Kata kunci: Bahasa Korea, budaya pop Korea, gaya belajar


Pendahuluan
(25% dari Panjang Artikel)
PENDAHULUAN
(Pendahuluan berisi: (1) latar
belakang atau review singkat Mahasiswa bersemangat jika diselipkan budaya pop Korea dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Budaya pop yang
penelitian terkait, (2) dimaksud bisa dalam bentuk lagu Korea, cuplikan drama Korea, ataupun video klip dari acara TV Korea. Namun,
permasalahan penelitian, (3) kajian harus dipahami bahwa satu jenis lingkungan belajar tidak selalu sesuai dengan gaya belajar semua mahasiswa. Oleh
literatur atau kajian teori yang karena itu, melalui penelitian ini dapat melihat gaya belajar yang disukai mahasiswa. Setelah mengetahui gaya
mencakup literatur / teori dan hasil belajar mereka, akan dilihat apakah menggunakan budaya populer Korea cocok untuk digunakan sebagai kegiatan
penelitian yang relevan, hasil yang belajar bahasa Korea. Sebelum menganalisis hasil penelitian lebih detail, perlu diketahui terlebih dahulu pentingnya
akan dicapai, serta manfaat gaya belajar dan budaya populer Korea.
penelitian, dan (4) data, fakta, dan
bukti)
Gaya Belajar
(Kajian teori, literatur, atau
Menurut pengertiannya, gaya belajar merupakan cara konsisten yang dipilih siswa dalam berpikir, menyerap
teori-teori dalam penulisan informasi, mengolah dan memahami informasi, serta mengingatnya. Efektif atau tidaknya proses pembelajaran
artikel jurnal dimasukkan ke sangat erat kaitannya dengan metode pembelajaran dan lingkungan belajar yang digunakan oleh guru serta gaya
dalam bagian pendahuluan) belajar siswanya (Muhtadi, 2006). Menurut Xu (2011), Setiap orang memiliki cara belajar bahasa asing yang
berbeda karena setiap orang memiliki latar belakang pendidikan dan budaya, kepribadian, dan pengalaman belajar
yang berbeda. Gaya belajar yang berbeda ini mengarah pada tingkat keberhasilan yang berbeda. Perbedaan cara
belajar seseorang disebut dengan “learning style” atau gaya belajar. Dalam proses belajar mengajar di perguruan
tinggi, kualitas proses pembelajaran meningkat ketika strategi pengajaran pesan pembelajaran yang digunakan
dosen sesuai dengan karakteristik gaya belajar mahasiswa. (Muhtadi, 2006). Oleh karena itu, seorang pendidik
harus mengetahui gaya belajar yang dimilki oleh peserta didik

Budaya populer Korea


Budaya populer dapat diartikan juga sebagai budaya massa. Budaya massa adalah budaya yang timbul dan tumbuh
dalam masyarakat. Budaya ini muncul dari keinginan untuk menghilangkan kebosanan dari aktivitas masyarakat
umum seperti biasanya. Kebudayaan mempunyai arti sebagai hasil kerja sadar pemikiran manusia dalam kehidupan
berkelompok. Perubahan kebudayaan dapat terjadi karena faktor dari dalam masyarakat, mereka berpikir dan
bertindak bahwa kebudayaan yang ada sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosiologis
mereka.
Budaya Korea Selatan berkembang sangat cepat di seluruh dunia, terutama di Asia, karena memiliki kesamaan
unsur budaya. Baik itu musik, film, drama, program TV, produk kosmetik, atau gaya hidup Korea Selatan, yang
terkenal sejak perkembangannya, Korean Wave atau Hallyu Korea, yang berarti gelombang budaya Korea yang
mengalir ke berbagai negara di seluruh dunia. Pada budaya populer (pop culture) yang telah diekspor ke berbagai
negara sebagai produk budaya seperti drama TV, film, musik K-pop, animasi, dan game. Produk budaya tersebut
dinikmati oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan dan generasi di seluruh dunia. Produk Korea Selatan ini
memadukan modernitas, teknologi, dan tradisi dengan nilai-nilai kekeluargaan yang dianut oleh banyak
penggemarnya. Korea Selatan terus memperluas pengaruh Korean Wave (KWave), atau gelombang budaya Korea,
mengekspor lebih banyak drama Korea, acara televisi Korea, film Korea, dan musik populer Korea, sering disebut
K-pop, ke berbagai negara. di Asia, Amerika dan Eropa (Suryani, 2015).
Seiring dengan budaya pop Korea yang merambah ke Indonesia, Bahasa Korea digemari oleh para mahasiswa yang
ingin lebih dekat dengan apa yang mereka sukai. Selain dari segi budaya, minat mahasiswa bahasa Korea
meningkat karena Korea Selatan banyak menjalin hubungan kerjasama dengan Indonesia. Budaya pop Korea tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan mahasiswa sehari-hari, karena tidak mungkin mempelajari bahasa asing tanpa
mempelajari budayanya. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut keefektifan pembelajaran bahasa Korea dengan
menggunakan media pembelajaran budaya pop Korea seperti lagu Korea, drama Korea, dan acara TV Korea. yang
sedang digandrungi oleh mahasiswa di Indonesia.
Metode Penelitian
(10% dari Panjang Artikel) METODE
(Metode penelitian berisi: (1) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek penelitian yang digunakan
metode penelitian, (2) pendekatan mahasiswa angkatan 2020. Data yang digunakan adalah dari hasil wawancara berjumlah 10 mahasiswa. Alasan
penelitian, (3) tempat, waktu, dan dipilihnya mahasiswa angkatan 2020 karena mahasiswa angkatan 2020 adalah termasuk generasi yang lahir di
lama penelitian, (4) objek dan tahun 2000-an. Generasi ini merupakan generasi revolusi 4.0 dimana teknologi sangat berpengaruh terhadap segala
subjek penelitian, (5) partisipan kegiatan terutama di sosial media. Wawancara digunakan untuk mengetahui latar belakang budaya pop Korea, Hal
penelitian, (6) populasi dan sampel ini menjadikan para responden sangat bersemangat untuk belajar bahasa korea yang memotivasi mereka untuk
penelitian, (7) instrumen mendukung pembelajaran di kelas bahasa Korea.
penelitian, (8) teknik pengumpulan
data, (9) teknik pengolahan data,
dan (10) teknik analisis data)
Hasil dan Pembahasan
(50% dari Panjang Artikel)
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Hasil dan pembahasan berisi: (1)
data dan deskripsi data, (2) temuan Untuk belajar bahasa Korea, mahasiswa harus mempelajari huruf khas Korea yaitu hangeul. Berbeda dengan pola
dari hasil penelitian, dan (3) kalimat bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang memiliki pola subjek-predikat-objek, pola kalimat bahasa Korea
pembahasan hasil dari penelitian) adalah subjek-objek-predikat (predikat ada di akhir kalimat). Perbedaan pola kalimat ini cukup membingungkan
bagi pelajar Indonesia-Korea yang tidak terbiasa dengan pola kalimat ini. Bahasa Korea juga memiliki berbagai
partikel tanda, dan posisi sebuah kata dalam kalimat bahasa Korea ditentukan oleh partikel tanda yang melekat pada
kata tersebut. Contohnya adalah partikel penanda objek, partikel penanda objek, partikel penanda objek, dan
partikel penanda lokasi. Urutan kata dalam kalimat bahasa Korea fleksibel, tetapi fungsinya sebagai subjek, objek,
atau kata keterangan tidak mengubah posisi dan maknanya. Dalam bahasa Korea, tingkat kesopanan harus
diperhatikan saat mengajarkan bahasa, jadi ada bahasa Korea formal, Korea semi formal, dan Korea informal.
Predikat Korea adalah kata dasar terkonjugasi dan perubahannya menunjukkan waktu, kesopanan, dan situasi.
Dalam belajar bahasa Korea perlu dikuasai aspek membaca, menulis, menyimak, dan mendengar. Selain itu, untuk
mendukung kompetensi lulusan, di Program Studi Bahasa Korea UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
terdapat kelas tentang budaya Korea. Dalam pembelajaran terdapat topik yang harus dikuasai mahasiswa. Untuk
menguasai kosakata dan tata bahasa suatu kelas, dosen harus mampu menjelaskan budaya Korea dan
mengilustrasikan penggunaan kalimat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pemutaran video drama Korea
atau lagu Korea sangat sering dilakukan oleh dosen agar mahasiswa dapat lebih memahami apa yang diajarkan.
Oleh karena itu, memutar video dari drama Korea atau lagu Korea sangat sering dilakukan oleh dosen agar
mahasiswa semakin memahami apa yang diajarkan.

Peran Budaya Pop Korea dalam Pembelajaran Bahasa Korea


Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya pop Korea berperan penting dalam pembelajaran bahasa Korea. Seperti yang
di wawancara bahwa 80% dari mereka menyukai budaya pop Korea, dan sisanya 20% menjawab bahwa mereka
biasa saja dengan budaya pop Korea. Ketika ditanyakan apakah responden mengunakan budaya pop Korea untuk
belajar bahasa Korea, 90% menjawab “iya” yang berarti bahwa keberadaan budaya pop Korea tidak lepas dari
proses pembelajaran bahasa Korea. Ketika ditanya apakah seharusnya lebih banyak kegiatan belajar bahasa Korea
menggunakan bahasa Korea, 70% responden menjawab iya dan sisanya 30% menjawab tidak perlu.

Belajar Bahasa Korea Menggunakan Budaya Pop Korea


Responden dengan gaya belajar berbeda menggunakan budaya populer Korea untuk mendukung pembelajaran
bahasa Korea. Beberapa mahasiswa belajar dengan mengartikan lagu-lagu Korea yang mereka dengar, yang dapat
mengarahkan mereka untuk mempelajari kosa kata dan frasa baru dalam bahasa Korea. Cara lain yang bisa
dilakukan adalah dengan menyanyikan lagu Korea sambil membaca lirik lagunya, yang dianggap efektif untuk
belajar pengucapan bahasa Korea. Sebagian responden belajar bahasa Korea dengan cara menonton drama tanpa
subtitle, kecuali lagu dan drama Korea. Melalui media YouTube, responden dapat memilih konten yang mereka
pelajari sendiri, apakah itu konten kosmetik Korea, makanan Korea, atau cerita sehari-hari orang Korea di akun
YouTube mereka.
Kegiatan Kelas dengan Menggunakan Budaya Pop Korea
Selain menceritakan mengenai bagaimana responden belajar bahasa Korea melalui budaya pop Korea, mereka juga
dapat memberikan beberapa pendapat tentang kegiatan kelas menggunakan budaya pop Korea yang menurut
mereka efektif dalam pembelajaran bahasa Korea. Meskipun mayoritas responden setuju dengan penggunaan
budaya Korea dalam proses pembelajaran, beberapa responden tidak setuju. Misalnya, tidak semua mahasiswa
setuju untuk mempelajari cara menggunakan lagu Korea. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa mempelajari
lirik dan mendiskusikan isi lagu adalah metode yang baik, namun selera musik setiap mahasiswa berbeda-beda,
sehingga metode ini tidak menarik bagi mereka.
Responden lain menyatakan tidak harus menggunakan drama korea untuk belajar di kelas Korea karena
dikhawatirkan mahasiswa akan lebih berkonsentrasi tentang Drama Korea dibandingkan dengan mempelajari materi
kuliah yang diberikan di kelas. Selain itu, hal tersebut bisa mengubah persepsi mahasiswa dari yang awalnya
menonton drama Korea untuk kesenangan berubah menjadi menonton drama Korea demi tugas yang merupakan
sebuah beban. Kata salah seorang responden dimana dia tidak bisa fokus belajar di lingkungan yang tidak tenang.
Jika menggunakan K-Pop dan K-Drama belajar bahasa korea, khawatir suasana kelas gaduh karena mahasiswa
terlalu bersemangat ketika melihat idolanya muncul di layar. Menggunakan lirik dan puisi Korea terasa lebih
berkesan bila wajah seperti idola atau bintang yang mereka suka tidak diekspos untuk menjaga suasana kelas
tenang.
Harus disadari bahwa dalam kegiatan belajar mengajar mengajar, dosen tidak bisa menyenangkan semua
mahasiswa karena setiap mahasiswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Yang menjadi kewajiban pendidik
adalah menyampaikan materi ajar dengan sebaik mungkin menggunakan metode dan media ajar yang paling sesuai
dengan mahasiswa. Dengan mahasiswa yang memiliki gaya belajar campuran, mau tidak mau dosen harus
menggunakan kegiatan belajar yang bervariasi agar suasana kelas tetap dirasa efektif untuk proses belajar mengajar,
tidak hanya untuk mahasiswa tetapi juga untuk dosen itu sendiri.
Simpulan KESIMPULAN
(15% dari Panjang Artikel) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa memiliki gaya
(Simpulan berisi: (1) hasil belajar campuran. Maka diperlukan metode pengajaran yang berbeda. Mahasiswa juga mengatakan bahwa mereka
penelitian yang sudah disarikan, senang belajar bahasa Korea, memutar video dan mendengarkan lagu Korea di sela-sela permainan. Meskipun
(2) novelty atau kebaruan dari banyak yang setuju dengan penggunaan budaya pop Korea dalam kegiatan kelas, namun beberapa mahasiswa tidak
hasil penelitian, dan (3) bagaimana setuju, merasa dapat mengganggu fokus pembelajaran di kelas, mengharuskan dosen memberikan variasi kegiatan
tindak lanjut penelitian ke depan) pembelajaran yang tidak melanjutkan penggunaan budaya pop Korea, tetapi antara dengan kegiatan yang
membutuhkan ketenangan agar setiap mahasiswa dapat merasakan keefektifan kegiatan fakultas. Dalam proses
belajar mengajar, dosen harus menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya belajar siswanya. Tujuannya agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Ketika mempelajari bahasa Korea, banyak mahasiswa belajar
bahasa Korea karena mereka awalnya tertarik dengan budaya populer Korea seperti lagu Korea, drama Korea, dan
acara TV Korea. Dengan menggunakan budaya pop Korea saat belajar bahasa Korea, mahasiswa menyerap materi
yang lebih mudah untuk diajarkan.
Daftar Pustaka Muhtadi, A. (2006). Karakteristik gaya belajar mahasiswa ditinjau dari preferensi sensori dan lingkungan.
(Daftar pustaka berisi: (1) 15
Jurnal TEKNODIKA, 4 (7), 1–21.
artikel dari jurnal internasional
bereputasi, (2) 5 artikel dari jurnal Xu, W. (2011). Learning styles and their implications in learning and teaching. Theory and Practice in
nasional terindeks, dan (3) buku Language Studies, 1 (4),413–416. https://doi.org/10.4304/tpls.1.4.413- 416
ilmiah. Daftar pustaka harus Budaya Populer https://www.kompasiana.com/ichalindaa/61d52e3d2da2374a14440452/apakah-budaya-
update diambil 5-10 tahun populer-kpop-memiliki-pengaruh-besar-terhadap-budaya-di-indonesia
terakhir)

Suryani, N. P. E. (2015). Korean Wave sebagai Instrumen Soft Power untuk Memperoleh Keuntungan
Ekonomi Korea Selatan. Global. Jurnal Politik Internasional, 16 (1), 69–83. https://doi.org/10.7454/global.v16i1.8
https://journal.unpad.ac.id/protvf/article/view/20940
https://jurnal.umt.ac.id/index.php/nyimak/article/view/1128
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/09/30/fenomena-korean-wave-di-indonesia/
Akram Awla, H. (2014). Learning Styles and Their Relation to Teaching Styles. International Journal of
Language and Linguistics, 2 (3), 241.
https://www.researchgate.net/publication/275567766_Learning_Styles_and_Their_Relation_to_Teaching_S
tyles

Anda mungkin juga menyukai