Laporan Eliksir Full PDF
Laporan Eliksir Full PDF
oleh :
KELOMPOK 3
2. Tujuan
Teori Dasar
Struktur kimia :
pH stabilitas : -
Struktur kimia :
pH larutan :-
pH stabilitas : -
Struktur kimia :
Titik didih :-
Titik leleh :-
3.5 Sorbitol
FI IV Hal 756,
Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; HPE hal 718
warna putih; rasa manis.
Struktur kimia :
3.6 Etanol
Handbook of
Pemerian : Kurang berwarna, jernih, mudah menguap,
cairan mudah terbakar, higroskopik. Pharmaceutical
Excipients Hal
Nama lain : Alcohol (USP), ethyl alcohol, ethyl hydroxide
18-19
Nama kimia : Ethanol
Struktur kimia :
pH larutan :-
pH stabilitas : -
Struktur kimia :
Kelarutan :-
pH larutan/pH stabilitas: -
60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 120 mg = 1440mg, dilebihkan 2%
menjadi 1468,8mg, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 1,616 gram
5.2 Gliserin
20
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 1 ml
60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 1 ml = 12ml, dilebihkan 2% menjadi
12,24ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 13,464 ml
5.3 Na benzoat
0,3
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 0,015 gram
60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 0,015 gram = 0,18 gram, dilebihkan
2% menjadi 0,1836 gram, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 0,202
gram
5.4 Sorbitol
15
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 0,75 ml
60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 0,75 ml = 9 ml, dilebihkan 2%
menjadi 9,18 ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 10,098 ml
5.5 Etanol
10
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 0,5 ml
60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 0,5 ml = 6 ml, dilebihkan 2%
menjadi 6,12 ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 6,732ml
5.7 Air
30
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 1,5 ml
60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 1,5 ml = 18 ml, dilebihkan 2%
menjadi 18,36 ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 100,98 ml
53,16 = (0,1 x 25) + (f air x 80) + ((0,55-f air) x 32,1) + (0,2 x 46)
+ (0,15 x 62)
6. Penimbangan
Air
Perasa raspberry Qs Qs qs
Pewarna merah Qs Qs qs
7. Prosedur Pembuatan
1. Pembuatan Aqua bebas CO2
Air
Dituangkan kedalam wadah
Dimasak sampai mendidih
Ditutup rapat
2. Kalibrasi Alat
Botol
Dikalibrasi 61,2 ml
Beker glass
Dikalibrasi 306 ml
Beker glass telah terkalibrasi
Ethanol Air
Dititrasi sampai terjadi Diitrasi sampai warnanya
Kekeruhan bening
Air Ethanol
Kd paracetamol Kd paracetamol
Na Benzoat 1,0098
gram
Dilarutkan pada sedikit
campuran larutan,
pelarut campur +
paracetamol
1. Evaluasi Organoleptik
Prinsip : Mengevaluasi organoleptik sampel yang meliputi rasa,
warna dan bau
Tujuan: Mengevaluasi organoleptik sampel
Metode :
Warna Dilihat kesesuaian warna
Rasa Rasanya disesuaikan dengan perasa yang digunakan
Bau Dicium aroma sediaan
Penafsiran hasil: warna, rasa dan bau harus sesuai dengan bahan
pewarna dan perasa yang digunakan
2. Evaluasi Kejernihan
Prinsip : Membandingkan kejernihan masing-masing sampel
dengan suatu pembanding (pelarut yang digunakan)
Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan larutan sampel
Metode :
Masukkan dalam 2 tabung masing-masing sampel dan
pembanding (pelarut yang digunakan) hingga setinggi 40 mm
Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam,
tegak lurus ke arah bawah tabung
Penafsiran hasil : suatu cairan dinyatakan jernih jika
kejernihannya sama dengan air atau pelarut
yang digunakan
4. Penetapan pH
Prinsip : harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat
potensiometrik (pH meter)
Tujuan : Untuk penetapan harga pH
Metode:
Menggunakan alat potensiometer (pH meter) yang terkalibrasi
Pengukuran dilakukan pada suhu 25⁰ C ± 2⁰ C kecuali
dinyatakan lain pada masing-masing monografi
Penafsiran hasil : Harga pH dilihat dari yang tertera pada
potensiometer
No PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Membersihkan alat-alat yang Alat-alat praktikum menjadi
dibutuhkan pada prktikum bersih
seperti botol, gelas ukur, pipet,
beker glass, dll.
2. Kalibrasi botol 61,2 ml 5 botol terkalibrasi 61,2 ml
sebanyak 5 botol dan
3. Kalibrasi beker glass 336,6 ml Beker glass terkalibrasi
sebagai wadah dalam 336,6 ml
pencampuran
4. Menentukan Kd paracetamol Didapatkan Kd paracetamol
dengan titrasi sebesar 53,615
24. Dilakukan uji berat jenis dengan Berat pikno+ air = 41,045
menggunakan piknometer Berat pikno+sampel= 43,86
Berat pikno kosong= 15,306
BJ = 1,109
25. Dilakukan uji organoleptis Warna = merah
Rasa = Pahit sedikit manis
Bau = Raspberry
26. Dilakukan uji kerjernihan Larutan eliksir jernih
27. Larutan eliksir ditutup dengan Botol dalam kondisi tertutup
penutup botol dan diberi etiket rapat dan juga beretiket
pada botol
28. Botol dimasukkan ke dalam Botol, brosur dan sendok
kemasan bersama dengan berada di dalam kemasan
sendok dan informasi obat
(brosur)
No PERLAKUAN PENGAMATAN
2. Penetapan pH pH 6 pH 6
Volume Botol 4= 61 ml
2. Penetapan pH pH 6 pH 6
Volume Botol 4= 61 ml
10. Pembahasan
10.1 Analisa Prosedur
Sediaan eliksir adalah sediaan yang mengandung etanol sebagai
kosolven. Pada praktikum ini, pembuatan eliksir dilakukan dengan 2
cara untuk membandingkan tingkat kelarutan zat aktif parasetamol pada
cara 1 dan 2. Sebelumnya dicari Kd Parasetamol terlebih dahulu dengan
cara titrasi untuk mengetahui jumlah pelarut yang akan ditambahkan.
Titrasi ini dilakukan dengan pelarut air dan etanol. Pelarut yang akan
dibuat yang terdiri atas air, gliserin, etanol, sorbitol, dan propilen glikol
harus memiliki Kd yang sesuai dengan Kd paracetamol. Sebelumnya
ada beberapa pelarut yang telah ditentukan jumlah volumenya terlebih
dahulu untuk memudahkan perhitungan, yaitu etanol 33,66 ml; gliserin
67,32 ml; sorbitol 50,49 ml (volume ini berdasarkan rentang konsentrasi
normal yang biasa digunakan pada sediaan eliksir yang tercantum pada
HPE), sedangkan volume air didapatkan dari hasil perhitungan yaitu
sebesar 100,98 ml dan propilen glikol sebesar 84,15 ml untuk setiap
cara pembuatan.
Pada cara 1, zat aktif dilarutkan dalam etanol (sebagai pelarut
yang tingkat kelarutan zat aktifnya tertinggi). Kemudian, ditambahkan
pelarut lain (purified water, propilenglikol, gliserin, sorbitol) sekaligus.
Selanjutnya di tambahkan zat eksipien seperti Na benzoat sebagai
pengawet, perasa Raspberry, dan pewarna merah.
Sedangkan pada cara ke 2, pelarut dicampur terlebih dahulu
(etanol, purified water, propilenglikol, gliserin, sorbitol). Komposisinya
sesuai dengan hasil perhitungan Kd, baru Parasetamol dilarutkan dalam
pelarut campur tersebut. Kemudian ditambahkan zat eksipien lainnya.
Setelah itu sediaan disaring menggunakan kertas saring yang
bertujuan untuk menghilangkan pengotor. Kemudian dilakukan evaluasi
uji mutu farmasetika meliputi organoleptik, penetapan pH, kejernihan,
volume terpindahkan, penetapan bobot jenis, pertumbuhan
mikroorganisme, dan pembentukan kristal. Evaluasi ini dilakukan untuk
kedua cara. Selanjutnya sediaan dapat diberi etiket, dimasukkan dalam
kemasan sekunder, diberi brosur informasi obat, dan sendok.
Pada uji bobot jenis didapatkan bobot jenis sediaan cara 1 dan
cara 2 sebesar 1,1 gram/ml, nilai bobot jenis ini sudah sesuai dengan
teori yaitu sekitar 1. Uji volume terpindahkan didapatkan volume
terpindahkan dari keempat botol sediaan dari masing-masing cara
sebesar 61ml, jadi sediaan tersebut telah memenuhi syarat volume
sediaan sebesar 60ml. Pada uji kejernihan didapatkan sediaan dari
kedua cara tersebut jernih. Uji pH dari sediaan didapatkan sediaan dari
cara 1 dan cara 2 memiliki pH 6.
11. Kesimpulan
Formulasi Eliksir dapat dibuat dengan menggunakan dua cara,
yakni cara 1 dengan melarutkan Zat Aktif (Parasetamol) ke dalam
pelarut yang paling melarutkan ZA (etanol), kemudian ditambahkan
pelarut lainnya sekaligus; cara 2 dengan melarutkan Zat Aktif
(Parasetamol) ke dalam pelarut campur yang telah dibuat terlebih
dahulu. Pelarut yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari etanol,
air, propilenglikol, sorbitol dan gliserin.
Untuk mengetahui komposisi pelarut campur, menggunakan
peritungan Kd campuran dengan menggunakan Rumus Onsager-
Kirkwood. Namun, terlebih dahulu dicari Kd Parasetamol dengan cara
dititrasi.
Berdasarkan evaluasi uji farmasetika sediaan akhir dapat
disimpulkan bahwa formulasi Eliksir Parasetamol lebih stabil dan
efektif dibuat dengan komposisi resep cara 2 pelarut dicampur terlebih
dahulu (etanol, purified water, propilenglikol, gliserin, sorbitol) yang
komposisinya sesuai dengan hasil perhitungan Kd. Namun, hasil dari
kedua sediaan ini dapat dikatakan sama-sama stabil. Hanya saja pada
sediaan cara 2 elixir terlihat lebih jernih dan organoleptisnya lebih baik
dibandingkan dengan cara 1.
Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986, Chemical Stability
of Pharmaceutical, John Willey and Sons, New York, 3-26, 163-
168.