Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FORMULASI

ELIKSIR PARASETAMOL 120mg/5cc

oleh :
KELOMPOK 3

Arindhitha Kumala S. 105070500111008


Yitania Sari 105070500111014
Anugrah Elfa Yudita 105070500111018
Ikhsanti Tri Yunita 105070500111025
Irwinda Grafiyan P. 105070500111028
Abni Rachmi N. 105070500111037
Sri Indrawati 105070501111002
Rizqi Nur Mufiedah S. 105070501111004
Linda Prabawati 105070501111007
Saskia Rachmawati 105070507111001
Gumilang Adi R. 105070507111006
Dewi Okta Briana 105070504111001

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
Laporan Praktikum Formulasi Eliksir parasetamol

NO. URAIAN PUSTAKA

1. Judul : Eliksir Paracetamol 120 mg/5cc

2. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini yaitu, mahasiswa diharapkan:

2.1 Mengetahui dan mampu membuat formulasi eliksir paracetamol


yang baik serta teknik pembuatannya.
2.2 Mengetahui cara penentuan konstanta dielektrik suatu pelarut
campur eliksir.
2.3 Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan eliksir.

Teori Dasar

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis


dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk Ansel, Howard,
menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai 1989. Pengantar
pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang Bentuk Sediaan
dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang Farmasi Edisi
manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih Keempat
rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi
rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol,
eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan
yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga
karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya,
dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari sirup (Ansel, 1989).

Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda


karena masing-masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan
dalam alkohol dan air yang berbeda. Komponen eliksir terdiri dari
bahan aktif (API) dan eksipien yang terdiri dari air, alkohol, polyol co-
solvent, buffer pH, pemanis, perasa, dan pewarna. Eliksir paling baik
disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk
menjaga terhadap temperatur yang berlebihan. Disebabkan karena
eliksir mengandung alkohol (Ansel, 1989).

3. Deskripsi zat aktif dan preformulasi bahan eksipien

3.1 Paracetamol FI III Hal 37

 Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak brbau; rasa


pahit.
 Nama lain : Acetaminophen
 Nama kimia : N-asetil-4-aminofenol
 Struktur kimia :
 Rumus Molekul: C8H9NO2
 Bobot molekul : 151,16
 Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam
larutan alkali hidroksida.
 pH larutan :-
 pH stabilitas : - Conneret et al,
 Titik leleh : 168°-170° C 1986
 Stabilitas : Stabil dalam larutan air, stabilitas maksimal
terjadi pada Ph sekitar 6, tidak stabil pada pH asam/basa
(Conneret et al, 1986).
 Inkompatibilitas: -
 Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
terlindungi dari cahaya.
 Sifat khusus yang penting untuk formulasi: -
 Koefisien partisi zat aktif: -
Handbook of
3.2 Gliserin
Pharmaceutical
 Pemerian : Higroskopis jelas, tidak berwarna, tidak berbau, Excipients, Hal
kental, cairan, tetapi memiliki rasa manis kira-kira 0,6 kali 301-303
semanis sukrosa.

 Nama lain : Croderol; Kemstrene; Optim

 Nama kimia : Propane-1,2,3-triol

 Struktur kimia :

 Rumus molekul: C3H8O3

 Bobot molekul : 92,09

 Kelarutan : Kelarutan gliserin di aseton cukup larut, dalam


benzene dan kloroform praktis tidak larut, dalam etanol (95%)
larut, dalam methanol larut, dalam minyak praktis tidak larut,
dan dalam air larut.
 pH larutan :-

 pH stabilitas : -

 Titik didih : 2908° C(dengan dekomposisi)

 Titik lebur : 17,88° C

 Stabilitas : Gliserin adalah higroskopis. Gliserin murni


tidak rentan terhadap oksidasi oleh suasana dibawah kondisi
penyimpanan biasa tetapi terurai pada pemanasan. Campuran
dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol secara
kimiawi stabil. Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada
suhu rendah sedangkan Kristal tidak meleleh untuk 208° C.

 Inkompatibilitas: Dapat meledak jika dicampur dengan zat


pengoksidasi kuat seperti trioksida kromium, kalium
permanganat.

 Wadah dan penyimpanan: Harus disimpan dalam wadah kedap


udara, dalam dingin, dan kering.

 Koefisien partisi zat aktif: -


3.3 Propilen glikol Handbook of
Pharmaceutical
 Pemerian : Jelas, tidak berwarna, kental, praktis tidak
berbau, cair dengan rasa manis sedikit tajam menyerupai Excipients, Hal
gliserin. 624-626

 Nama lain : 1,2-Dihydroxypropane; methyl ethylene glycol

 Nama kimia : 1,2-Propanediol

 Struktur kimia :

 Rumus molekul: C3H802

 Bobot molekul : 76,09

 Kelarutan : Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%),


gliserin, dan air; larut pada 1 dalam 6 bagian eter; tidak larut
dengan minyak mineral ringan, larut dalam minyak esensial.

 pH larutan :-

 pH stabilitas : -

 Titik didih : 1888° C

 Titik lebur : 598° C

 Stabilitas : Pada suhu rendah stabil, pada suhu tinggi atau


di tempat terbuka cenderung untuk mengoksidasi.

 Inkompatibilitas: Tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi


seperti sebagai kalium permanganat.

 Wadah dan penyimpanan: Harus disimpan dalam container


tertutup, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan
kering.

 Sifat khusus yang penting untuk formulasi: -

 Koefisien partisi zat aktif: -


FI IV Hal 584,
HPE Hal 662-
3.4 Na Benzoat
663
 Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau
atau praktis tidak berbau, stabil di udara.

 Nama lain : Natrii Benzoas

 Nama kimia : Sodium Benzoat

 Struktur kimia :

 Rumus kimia : C7H5NaO2

 Bobot molekul: 144,11

 Kelarutan : 1 bagian pada 75 bagian etanol 95%, 1 bagian


dalam 50 bagian etanol 90%, 1 bagian dalam 1,8 bagian air, 1
bagian dalam 1,4 bagian air panas.

 pH larutan/pH stabilitas: pH 8 (pada suhu 25°C), tidak aktif


dibawah pH 5.

 Titik didih :-

 Titik leleh :-

 Stabilitas : Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf dan


filtrasi

 Inkompatibilitas: Inkompatibel dengan bahan-bahan kuartener,


garam besi, garam kalsium, logam berat, aktivitas menurun
karena interaksi dengan kaolin atau surfaktan non ionik.

 Wadah dan penyimpanan: Wadah tertutup baik, pada tempat


sejuk dan kering.

 Sifat khusus yang penting untuk formulasi: Dapat mengiritasi


lambung

 Koefisien partisi zat aktif: Minyak sayur: Air = 3-6

3.5 Sorbitol
FI IV Hal 756,
 Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; HPE hal 718
warna putih; rasa manis.

 Nama lain : Sorbogem, meritol, sorbitol (BP dan USP)

 Nama kimia : D-glusitol

 Struktur kimia :

 Rumus kimia : C6H14O6

 Berat molekul : 182,17

 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter,


larut dalam etanol, sedikit larut dalam methanol, mudah larut
dalam air.

 pH larutan/pH stabilitas: pH 4,5-7,0 untuk 10% larutan (w/v)

 Titik didih/titik leleh: Bentuk anhidrat 110°-112°C, Gamma


polymorph 97,7°C, bentuk metastabel 93°C.

 Stabilitas : Relatif inert dan kompatibel dengan banyak


eksipien. Stabil di udara pada kondisi dingin, cairan asam dan
basa. Tidak terdekomposisi oleh suhu atau air, tidak terbakar,
tidak korosif, dan tidak volatile.

 Inkompatibilitas: Membentuk kelat larut air dengan banyak ion


logam divalent dan dalam kondisi asam dan basa kuat, bereaksi
dengan oksida besi menjadi tidak berwarna.

 Wadah dan penyimpanan: Wadah kedap udara, di tempat sejuk.

 Sifat khusus yang penting untuk formulasi: -

 Koefisien partisi zat aktif: -

3.6 Etanol
Handbook of
 Pemerian : Kurang berwarna, jernih, mudah menguap,
cairan mudah terbakar, higroskopik. Pharmaceutical
Excipients Hal
 Nama lain : Alcohol (USP), ethyl alcohol, ethyl hydroxide
18-19
 Nama kimia : Ethanol

 Struktur kimia :

 Rumus molekul: C2H6O

 Bobot molekul: 46,07

 Kelarutan : Larut dengan air dan dengan methylene klorida

 pH larutan :-

 pH stabilitas : -

 Titik didih : 78°C

 Stabilitas : Larutan etanol dapat disterilkan dengan


autoclav atau filtrasi.

 Inkompatibilitas: Bereaksi dengan oksidator pada kondisi asam,


inkompatibel dengan wadah alumunium dan bereaksi dengan
beberapa obat.

 Wadah dan penyimpanan: Wadah kedap udara, di tempat sejuk.

 Sifat khusus yang penting untuk formulasi: -

 Koefisien partisi zat aktif: -

3.7 Air / Purified Water

 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan Handbook of


tidak berasa. Pharmaceutical
Excipients Hal
 Nama lain : Aqua, hydrogen oxide 802
 Nama kimia : Water

 Rumus molekul: H2O

 Berat molekul : 18,02

 Struktur kimia :
 Kelarutan :-

 pH larutan/pH stabilitas: -

 Titik didih : 100°C

 Titik lebur : 0°C

 Stabilitas : Secara kimia purified water stabil pada semua


fase (es, cairan, dan uap)

 Inkompatibilitas: Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien


lain yang mudah terhidrolisis, pada suhu tertentu dan
peningkatan suhu. Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan
bereaksi cepat dengan logam alkali dan oksidanya, seperti
kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan
garam anhidrat menjadi bentuk hidrat berbagai komposisi dan
dengan bahan organic tertentu dan kalsium karbida.

 Wadah dan penyimpanan: Wadah tertutup rapat

 Sifat Khusus yang penting untuk formulasi: -

 Koefisien partisi zat aktif: -

4. Formula Utama dan Formula Alternatif

4.1 Formula Utama


Paracetamol 120mg/5ml
Gliserin 20% (pemanis)
Propilen glikol 25%
Na Benzoat 0,3% (pngawet)
Sorbitol 15% (pencegah cap-locking)
Etanol 10%
Air 30%
Perasa Raspberry qs
Pewarna merah qs
5. Perhitungan
5.1 Paracetamol 120mg/5ml

60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 120 mg = 1440mg, dilebihkan 2%
menjadi 1468,8mg, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 1,616 gram

untuk 5 botol = 1,616 gram x 5 = 8,078 gram

5.2 Gliserin
20
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 1 ml

60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 1 ml = 12ml, dilebihkan 2% menjadi
12,24ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 13,464 ml

untuk 5 botol = 13,464 ml x 5 = 67,32 ml

5.3 Na benzoat
0,3
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 0,015 gram

60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 0,015 gram = 0,18 gram, dilebihkan
2% menjadi 0,1836 gram, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 0,202
gram

untuk 5 botol = 0,202 gram x 5 = 1,01 gram

5.4 Sorbitol
15
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 0,75 ml

60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 0,75 ml = 9 ml, dilebihkan 2%
menjadi 9,18 ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 10,098 ml

untuk 5 botol = 10,098 ml x 5 = 50,49 ml

5.5 Etanol
10
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 0,5 ml

60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 0,5 ml = 6 ml, dilebihkan 2%
menjadi 6,12 ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 6,732ml

untuk 5 botol = 6,732 ml x 5 = 33,66 ml

5.6 Propilen glikol


25
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 1,25 ml
60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 1,25 ml = 15 ml, dilebihkan 2%
menjadi 15,3 ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 16,83 ml

untuk 5 botol = 16,83 ml x 5 = 84,15ml

5.7 Air
30
dalam 5 ml = 100 × 5 ml = 1,5 ml

60
untuk 1 botol (60ml) = 5 × 1,5 ml = 18 ml, dilebihkan 2%
menjadi 18,36 ml, lalu dilebihkan lagi 10% menjadi 100,98 ml

5.8 Komposisi pelarut campur berdasarkan Kd paracetamol

Kd paracetamol = (f etanol x Kd etanol) + (f air x Kd air) + (f


propilen x Kd propilen) + (f gliserin x Kd gliserin) + (f sorbitol x
Kd sorbitol)

53,16 = (0,1 x 25) + (f air x 80) + ((0,55-f air) x 32,1) + (0,2 x 46)
+ (0,15 x 62)

53,16 = 2,5 + 80f air + 17,655 – 32,1 f air + 9,2 + 9,3

53,16 = 38,655 + 49,7 f air

47,9 f air = 14,96

f air = 0,3  30%

f propilen = 0,25  25%

6. Penimbangan

Nama Bahan Volume 5 ml 1 Botol 5 Botol


(60ml)

Paracetamol 120 mg 1,616 gram 8,078 gram

Gliserin 1 ml 13,464 ml 67,32 ml

Propilen Glikol 1,25 ml 16,83 ml 84,15 ml

Na Benzoate 15 mg 0,202 gram 1,09 gram

Sorbitol 0,75 ml 10,098 ml 50,49 ml

Etanol 0,5 ml 6,732 ml 33,66 ml

Air

Perasa raspberry Qs Qs qs

Pewarna merah Qs Qs qs
7. Prosedur Pembuatan
1. Pembuatan Aqua bebas CO2

Air
Dituangkan kedalam wadah
Dimasak sampai mendidih
Ditutup rapat

Aqua bebas CO2

2. Kalibrasi Alat
Botol

Dikalibrasi 61,2 ml

Botol telah terkalibrasi

Beker glass
Dikalibrasi 306 ml
Beker glass telah terkalibrasi

3. Penentuan Kd Paracetamol dengan titrasi (dilakukan oleh


kelompok 4 dan 5)
Kelompok 4 Kelompok 5
Paracetamol Paracetamol
Ditimbang Ditimbang
Dilarutkan dalam mL Dilarutkan dalam mL

Ethanol Air
Dititrasi sampai terjadi Diitrasi sampai warnanya
Kekeruhan bening
Air Ethanol

Kd paracetamol Kd paracetamol

Pembuatan Eliksir Cara 1

Menentukan Kd Paracetamol dengan cara titrasi

Menetukan volume pelarut yang digunakan berdasarkan


perhitungan Kd Paracetamol (tapi tidak dibuat pelarut campur)
Menimbang paracetamol 8,08 gram Mengambil etanol 33,66 ml

Dilarutkan Diambil gliserin sebanyak


67,32 ml

Dicampur diambil Sorbitol 50,49 ml

Dicampur diambil Propilenglikol 84,15 ml

Diambil Na Benzoat 1,0098 gram Dicampur dan di aduk


sampai homogen
Dilarutkan dalam air 10 ml

Campur dan aduk ad homogen

Tambahkan air sampai tanda batas

Tambahkan pewarna 16 tetes

Tambahkan perasa raspberry 8 tetes

Disaring menggunakan kertas saring dan corong

Dimasukkan ke dalam botol

Dilakukan uji organoleptik, uji bobot jenis, uji


kejernihan, uji ph, dan uji volume terpindahkan

Tutup botol, Beri etiket, dan kemas dalam


botol

Pembuatan Eliksir Cara 2

Menentukan Kd paracetamol dengan titrasi

Menghitung komposisi pelarut campur


berdasarkan Kd paracetamol

Membuat pelarut campur


Air etanol Sorbitol Propilenglikol gliserin
100,98 33,66 50,49 84,15 ml 67,32
mL ml ml ml

Dilarutkan pada beker glass dan


diaduk sampai homogen

Masukkan paracetamol 8,08 gram ke


dalam pelarut campur sedikit demi
sedikit sambil diaduk sampai larutan
homogen

campuran larutan, pelarut campur


+ paracetamol

Na Benzoat 1,0098
gram
Dilarutkan pada sedikit
campuran larutan,
pelarut campur +
paracetamol

Dicampur dan di aduk sampai homogen

Tambahkan pewarna 16 tetes

Tambahkan perasa raspberry 8 tetes

Dimasukkan ke dalam botol

Disaring menggunakan kertas saring dan


corong
Dilakukan uji organoleptik, uji bobot jenis,
uji kejernihan, uji ph, dan uji volume
terpindahkan
Tutup botol, Beri etiket, dan kemas dalam
botol
8. Uji Mutu Farmasetika Sediaan Akhir

1. Evaluasi Organoleptik
 Prinsip : Mengevaluasi organoleptik sampel yang meliputi rasa,
warna dan bau
 Tujuan: Mengevaluasi organoleptik sampel
 Metode :
 Warna  Dilihat kesesuaian warna
 Rasa  Rasanya disesuaikan dengan perasa yang digunakan
 Bau  Dicium aroma sediaan
 Penafsiran hasil: warna, rasa dan bau harus sesuai dengan bahan
pewarna dan perasa yang digunakan

2. Evaluasi Kejernihan
 Prinsip : Membandingkan kejernihan masing-masing sampel
dengan suatu pembanding (pelarut yang digunakan)
 Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan larutan sampel
 Metode :
 Masukkan dalam 2 tabung masing-masing sampel dan
pembanding (pelarut yang digunakan) hingga setinggi 40 mm
 Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam,
tegak lurus ke arah bawah tabung
 Penafsiran hasil : suatu cairan dinyatakan jernih jika
kejernihannya sama dengan air atau pelarut
yang digunakan

3. Penetapan Bobot Jenis


 Prinsip : Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis zat di
udara pada suhu ditetapkan terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama
 Tujuan : Mengukur bobot jenis sampel
 Metode:
 Ukur bobot piknometer kosong dan piknometer + air pada
suhu 25⁰ C
 Ukur bobot pikno + sampel
 Hitung bobot jenis dengan menggunakan rumus
 Penafsiran hasil :
Bobot Jenis = (bobot piknometer kosong + sampel) – Bobot piknometer
(Bobot piknometer + air) – Bobot piknometer

4. Penetapan pH
 Prinsip : harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat
potensiometrik (pH meter)
 Tujuan : Untuk penetapan harga pH
 Metode:
 Menggunakan alat potensiometer (pH meter) yang terkalibrasi
 Pengukuran dilakukan pada suhu 25⁰ C ± 2⁰ C kecuali
dinyatakan lain pada masing-masing monografi
 Penafsiran hasil : Harga pH dilihat dari yang tertera pada
potensiometer

5. Uji volume terpindahkan


 Prinsip: uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa sampel
yang dikemas dalam wadah dosis ganda dengan volume
yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 ml
 Tujuan : Untuk menguji volume sampel
 Metode:
 Pilih tidak kurang dari 30 wadah
 Kocok isi 10 wadah satu per satu
 Konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti tertera
pada etiket dikur secara seksama dan campur
 Tuang isi perlahan-lahan dari setiap wadah kedalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih
dari 2 ½ x volume yang diukur, secara hati-hati untuk
menghindarkan pembentukan gelembung udara pad waktu
penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit
 Penafsiran hasil:
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap
campuran, volume rata-rata dari 10 wadah tidak kurang dari
100%, dan tidak satupun volume terpindahkan yang kurang dari
95 %.

9. Tabel Data Pengamatan

9.1 Proses Pembuatan

9.1.1 Proses Pembuatan Eliksir Paracetamol Cara 1

No PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Membersihkan alat-alat yang Alat-alat praktikum menjadi
dibutuhkan pada prktikum bersih
seperti botol, gelas ukur, pipet,
beker glass, dll.
2. Kalibrasi botol 61,2 ml 5 botol terkalibrasi 61,2 ml
sebanyak 5 botol dan
3. Kalibrasi beker glass 336,6 ml Beker glass terkalibrasi
sebagai wadah dalam 336,6 ml
pencampuran
4. Menentukan Kd paracetamol Didapatkan Kd paracetamol
dengan titrasi sebesar 53,615

5. Menghitung volume pelarut - Volume gliserin = 67,32 ml


berdasarkan Kd paracetamol - Volume etanol = 33,66 ml
- Volume sorbitol = 50,49 ml
- Volume propilenglikol =
84,15 ml
- Volume air = 100,98 ml
(jumlah pelarut dihitung
berdasarkan Kd paracetamol
,tapi karena pada cara 1
tidak dibuat komposisi
pelarut campur jadi volume
air yang ditambahkan
adalah ad 336,6mL pada
akhir pembuatan sediaan)

6. Ditimbang paracetamol Didapatkan parasetamol


sebanyak 8,08 gram sebanyak 8,08 gram
7. Ditimbang Na Benzoat Didapatkan Na Benzoat
sebanyak 1,01 gram sebanyak 1,01 gram
8. Diambil sorbitol sebanyak 50,49 Didapatkan sorbitol
ml dengan menggunakan gelas sebanyak 50,49 ml
ukur
9. Diambil etanol sebanyak 33,66 Didapatkan etanol sebanyak
ml kemudian ditutup karena 33,66 ml
etanol mudah menguap
10. Diambil gliserin sebanyak 67,32 Didapatkan gliserin
ml sebanyak 67,32 ml
11. Diambil propilen glikol Didapatkan propilen glikol
sebanyak 84,15 ml sebanyak 84,15 ml
menggunakan gelas ukur
12. Dicampur paracetamol 8,08 Didapatkan campuran antara
gram dengan etanol 33,66 ml di paracetamol dan etanol
dalam beker glass yang sudah
terkalibrasi
13. Dimasukkan gliserin 67,32 ml Didapatkan campuran
ke dalam (12) pelarut
14. Dimasukkan sorbitol 50,49 ml Didapatkan campuran
ke dalam (14) dan di aduk pelarut dengan sorbitol
sampai homogen
15. Dilarutkan Na Benzoat ke dalam Didapatkan larutan Na
10ml air, kemudian di aduk Benzoat
sampai homogen
16. Dimasukkan larutan Na Benzoat Didapatkan campuran
ke dalam campuran pelarut (14), pelarut yang telah
kemudian diaduk sampai bercampur Na Benzoat
homogen
17. Ditambahkan air sampai tanda Didapatkan eliksir
batas dari beker glass yang telah
dikalibrasi
18. Dilarutkan pewarna dengan air Larutan eliksir menjadi
dan ditambahkan sebanyak 16 berwarna merah
tetes ke dalam larutan eliksir,
diaduk ad homogen
19. Ditambahkan perasa raspberry 8 Larutan eliksir bertambah
tetes ke dalam (16) dan di aduk merah karena perasa
ad homogen raspberry juga berwarna
merah
20. Disaring larutan eliksir dengan Didapatkan campuran
menggunakan corong yang telah larutan eliksir yang telah
diberi kertas saring disaring
21. Larutan Eliksir dimasukkan ke Larutan eliksir terdapat di
dalam botol yang telah dalam botol tertutup rapat
dikalibrasi sampai tanda batas,
ditutp, diberi etiket dan siap
dilakukan uji evaluasi
22. Dilakukan uji PH pada larutan Didapatkan PH larutan
eliksir eliksir = 6
23. Dilakukan uji volume Volume botol 1 = 61 ml
terpindahkan pada 4 botol Volume botol 2 = 61 ml
dengan menggunakan gelas Volume botol 3 = 61 ml
ukur
Volume botol 4 = 61 ml

24. Dilakukan uji berat jenis dengan Berat pikno+ air = 41,045
menggunakan piknometer Berat pikno+sampel= 43,86
Berat pikno kosong= 15,306

BJ = 1,109
25. Dilakukan uji organoleptis Warna = merah
Rasa = Pahit sedikit manis
Bau = Raspberry
26. Dilakukan uji kerjernihan Larutan eliksir jernih
27. Larutan eliksir ditutup dengan Botol dalam kondisi tertutup
penutup botol dan diberi etiket rapat dan juga beretiket
pada botol
28. Botol dimasukkan ke dalam Botol, brosur dan sendok
kemasan bersama dengan berada di dalam kemasan
sendok dan informasi obat
(brosur)

9.1.2 Proses Pembuatan Eliksir Paracetamol cara 2

No PERLAKUAN PENGAMATAN

1. Kalibrasi botol 61,2ml sebanyak Botol terkalibrasi pada


10 buah volume 61,2ml

2. Menentukan Kd paracetamol Didapatkan Kd paracetamol


dengan titrasi sebesar 53,615

3. Menghitung komposisi pelarut - Volume air = 100,98 ml


campur berdasarkan Kd - Volume gliserin = 67,32 ml
paracetamol - Volume etanol = 33,66 ml
- Volume sorbitol = 50,49 ml
- Volume propilenglikol =
84,15 ml
4. Menimbang paracetamol Didapatkan paracetamol
sebanyak 8,08 gram sebanyak 8,08 gram
5. Menimbang Na benzoat Didapatkan Na benzoat
sebanyak 1,01 gram sebanyak 1,01 gram
6. Membuat pelarut campur : Didapatkan pelarut campur
 Tuangkan etanol sebanyak berwarna bening
33,66ml pada beker glass
 Tuangkan sorbitol sebanyak
50,49 ml pada beker glass
 Tuangkan gliserin sebanyak
67,32 ml pada beker glass
 Tuangkan propilenglikol
sebanyak 84,15 ml pada beker
glass
 Tuangkan air sebanyak 100,98
ml pada beker glass
7. Masukkan paracetamol ke Didapatkan campuran
dalam pelarut campur sedikit larutan pelarut
demi sedikit sambil diaduk campur+paracetamol
sampai larutan homogen berwarna jernih
8. Ambil sedikit campuran larutan Na Benzoat larut dan
pada no 7 untuk melarutkan tercampur secara homogen
1,01 gram Na Benzoat lalu di beker glass
campurkan dalam campuran
larutan kembali sambil terus
diaduk
9. Encerkan pewarna dengan air Didapatkan larutan pewarna
(qs) berwarna merah
10. Tambahkan 16 tetes pewarna Didapatkan campuran
dalam campuran larutan, aduk larutan berwarna merah
sampai homogen
11. Tambahkan perasa raspberry Didapatkan campuran
sebanyak 8 tetes ke dalam larutan berwarna merah
campuran larutan dengan rasa raspberry
12. Campuran larutan disaring Didapatkan campuran
dengan bantuan kertas saring larutan yng telah disaring
dan corong dalam beker glass berwarna
merah jernih
13. Larutan Eliksir dimasukkan Larutan eliksir terdapat di
kedalam botol yang telah dalam botol tertutup rapat
dikalibrasi sampai tanda batas,
ditutup, diberi etiket dan siap
dilakukan uji evaluasi
14. Dilakukan uji PH pada sediaan Didapatkan PH sediaan
dengan kertas uji dan dengan nilai PH 6
mencocokkannya dengan trayek
pH
15. Dilakukan uji bobot jenis pada Bobot jenis sediaan 1,110
sediaan dengan
= (bobot pikno+sampel)-pikno
kosong
(bobot pikno+air)-pikno
kosong
= 43,88 – 15,306
41,05 – 15,306
= 1,110
16. Dilakukan uji kejernihan pada Sediaaan obat jernih
sediaan dengan menuangkan
sediaan pada gelas ukur dan
dilihat pada latar belakang hitam
17. Dilakukan volume terpindahkan Volume botol 1 = 60 ml
pada sediaan dengan Volume botol 2 = 61 ml
menuangkan isi botol pada gelas Volume botol 3 = 61 ml
ukur dan dilihat volumenya Volume botol 4 = 61 ml

18. Dilakukan uji organoleptis Warna : Merah jernih


warna, rasa, bau Rasa : Raspberry agak pahit
Bau : Manis
19. Larutan eliksir ditutup dengan Botol dalam kondisi
penutup botol dan diberi etiket tertutup rapat dan juga
pada botol beretiket
20. Botol dimasukkan ke dalam Botol, brosur dan sendok
kemasan bersama dengan berada di dalam kemasan
sendok dan informasi obat
(brosur)

9.2 Hasil Evaluasi Eliksir Paracetamol

 Hasil Evaluasi Cara 1

No Unsur yang Hari H (4 April 2012) H+9 (13 April 2012)


diuji

1. Organoleptik Warna : Merah Warna : tetap


Rasa : Pahit sedikit Rasa : -
manis
Bau : berbau alkohol
Bau : Rapberry tapi tidak menyengat

2. Penetapan pH pH 6 pH 6

3. Kejernihan Jernih Jernih

4. Penetapan 1,109 -(tidak dilakukan


Bobot Jenis pada uji jangka
panjang)

Volume Volume Botol 1= 61 ml -(tidak dilakukan


5. Terpindahkan pada uji jangka
Volume Botol 2= 61 ml panjang)
Volume Botol 3= 61 ml

Volume Botol 4= 61 ml

6. Pertumbuhan -(hanya dilakukan pada Tidak ada


Mikroorganis uji jangka panjang)
me

7. Pembentukan --(hanya dilakukan pada Tidak ada


kristal uji jangka panjang)

 Hasil Evaluasi Cara 2

No Unsur yang Hari H (4 April 2012) H+9 (13 April 2012)


diuji

1. Organoleptik Warna : Merah jernih Warna : tetap


(> cara 1) Rasa : -
Rasa : Raspberry agak
pahit Bau : berbau alkohol
Bau : Raspbaerry, (> cara 1)
manis, sedikit
menyengat

2. Penetapan pH pH 6 pH 6

3. Kejernihan Jernih (> cara 1) Jernih (> cara 1)

4. Penetapan 1,110 -(tidak dilakukan


Bobot Jenis pada uji jangka
panjang)

Volume Volume Botol 1= 60 ml -(tidak dilakukan


5. Terpindahkan pada uji jangka
Volume Botol 2= 61 ml panjang)
Volume Botol 3= 61 ml

Volume Botol 4= 61 ml

6. Pertumbuhan -(hanya dilakukan pada Tidak ada


Mikroorganis uji jangka panjang)
me

7. Pembentukan --(hanya dilakukan pada Tidak ada


Kristal uji jangka panjang)

10. Pembahasan
10.1 Analisa Prosedur
Sediaan eliksir adalah sediaan yang mengandung etanol sebagai
kosolven. Pada praktikum ini, pembuatan eliksir dilakukan dengan 2
cara untuk membandingkan tingkat kelarutan zat aktif parasetamol pada
cara 1 dan 2. Sebelumnya dicari Kd Parasetamol terlebih dahulu dengan
cara titrasi untuk mengetahui jumlah pelarut yang akan ditambahkan.
Titrasi ini dilakukan dengan pelarut air dan etanol. Pelarut yang akan
dibuat yang terdiri atas air, gliserin, etanol, sorbitol, dan propilen glikol
harus memiliki Kd yang sesuai dengan Kd paracetamol. Sebelumnya
ada beberapa pelarut yang telah ditentukan jumlah volumenya terlebih
dahulu untuk memudahkan perhitungan, yaitu etanol 33,66 ml; gliserin
67,32 ml; sorbitol 50,49 ml (volume ini berdasarkan rentang konsentrasi
normal yang biasa digunakan pada sediaan eliksir yang tercantum pada
HPE), sedangkan volume air didapatkan dari hasil perhitungan yaitu
sebesar 100,98 ml dan propilen glikol sebesar 84,15 ml untuk setiap
cara pembuatan.
Pada cara 1, zat aktif dilarutkan dalam etanol (sebagai pelarut
yang tingkat kelarutan zat aktifnya tertinggi). Kemudian, ditambahkan
pelarut lain (purified water, propilenglikol, gliserin, sorbitol) sekaligus.
Selanjutnya di tambahkan zat eksipien seperti Na benzoat sebagai
pengawet, perasa Raspberry, dan pewarna merah.
Sedangkan pada cara ke 2, pelarut dicampur terlebih dahulu
(etanol, purified water, propilenglikol, gliserin, sorbitol). Komposisinya
sesuai dengan hasil perhitungan Kd, baru Parasetamol dilarutkan dalam
pelarut campur tersebut. Kemudian ditambahkan zat eksipien lainnya.
Setelah itu sediaan disaring menggunakan kertas saring yang
bertujuan untuk menghilangkan pengotor. Kemudian dilakukan evaluasi
uji mutu farmasetika meliputi organoleptik, penetapan pH, kejernihan,
volume terpindahkan, penetapan bobot jenis, pertumbuhan
mikroorganisme, dan pembentukan kristal. Evaluasi ini dilakukan untuk
kedua cara. Selanjutnya sediaan dapat diberi etiket, dimasukkan dalam
kemasan sekunder, diberi brosur informasi obat, dan sendok.

10.2 Analisa hasil


Berdasarkan praktikum kelompok kami dalam pembuatan eliksir
paracetamol, langkah yang pertama dilakukan adalah menentukan
konstanta dielektrik (Kd) paracetamol dengan cara titasi. Dari langkah
tersebut didapatkan Kd paracetamol sebesar 53, 615. Dan dari
perhitungan Kd pelarut campur (Rumus Onsager-Kirkwood) didapatkan
komposisi pelarut campur sebagai berikut: etanol 33,66 ml; gliserin
67,32 ml; sorbitol 50,49 ml; air 100,98 ml dan propilen glikol 84,15 ml.

Dalam formula yang digunakan pada sediaan elixir terdapat


gliserol, sorbitol dan propilen glikol digunakan zat tambahan ini untuk
memberi keseimbangan pada efek pelarut dari pembawa hidroalkohol,
membantu kelarutan zat terlarut, dan meningkatkan kestabilan sediaan.
Akan tetapi adanya bahan-bahan ini menambah kekentalan elixir dan
memperlambat kecepatan penyaring. (Ansel, 2005)

Pada cara 1, parasetamol telah larut dengan penambahan 33,66 ml


etanol tetapi dengan pengadukan yang cukup kuat dan cepat, meskipun
pada teori, parasetamol dapat larut dalam 7 bagian etanol. Campuran
parasetamol dan etanol tersebut menghasilkan larutan yang keruh.
Penambahan pelarut lain membuat larutan semakin jernih. Pada cara 2,
paracetamol dilarutkan sedikit demi sedikit pada pelarut campur dengan
komposisi volume yang telah ditentukan sebelumnya. Kelarutan
paracetamol dalam pelarut campur lebih mudah dari pada kelarutan
paracetamol pada cara 1 karena pelarut campur pada cara 2 memiliki kd
yang lebih sesuai dengan Kd parasemaol dibanding etanol pada cara 1.

Setelah sediaan jadi, dilakukan uji organoleptik, bobot jenis,


volume terpindahkan, kejernihan, dan pH. Untuk uji organoleptik
sediaan pada cara 1 dan cara 2 didapatkan warna sediaan merah, rasa
pahit sedikit manis, dan bau raspberry. Rasa pahit ini masih kurang
dapat tertutupi karena pada formula hanya menggunakan satu
komponen pemanis yaitu gliserin (berfungsi ganda sebagai pemanis dan
pelarut), sedangkan sorbitol pada formula ini ditujukan sebagai
pencegah caplocking bukan sebagai pemanis. Rasa sedikit panas atau
getir pada lidah disebabkan karena kandungan alkohol 10%. Untuk bau
dan warna sudah didapatkan bau dan warna sesuai perencanaan.
Namun, jika dibandingkan pada sediaan cara 2 lebih memiliki bau, rasa,
dan warna yang lebih tajam daripada cara 1 (Cara 2 > Cara 1).

Pada uji bobot jenis didapatkan bobot jenis sediaan cara 1 dan
cara 2 sebesar 1,1 gram/ml, nilai bobot jenis ini sudah sesuai dengan
teori yaitu sekitar 1. Uji volume terpindahkan didapatkan volume
terpindahkan dari keempat botol sediaan dari masing-masing cara
sebesar 61ml, jadi sediaan tersebut telah memenuhi syarat volume
sediaan sebesar 60ml. Pada uji kejernihan didapatkan sediaan dari
kedua cara tersebut jernih. Uji pH dari sediaan didapatkan sediaan dari
cara 1 dan cara 2 memiliki pH 6.

Uji yang kedua dilakukan pada selang 9 hari dari waktu


pembuatan meliputi uji organoleptis, uji kristal (caplocking), uji
mikroba, uji pH. Uji organoleptis, warna sediaan dari cara 1 dan cara 2
merah seperti warna awal (tidak ada perubahan warna). Bau sediaan
lebih berbau alkohol daripada sediaan awal karena alcohol merupakan
bahan yang mudah menguap sehingga dalam proses penyimpanan uap
dari alcohol tersebut tidak terurai ke udara luar melainkan tetap berada
dalam botol (terutama berkumpul ditutup botol) sehingga pada saat
pengamatan bau di hari berikutnya, alcohol baunya lebih terasa daripada
pada saat sediaan dibuat. Bau alcohol lebih tercium kuat pada sediaan
cara 2 dibandingkan cara 1.

Untuk uji mikroba, pada sediaan tidak didapatkan benang-benang


putih ataupun benda asing lain yang mengindikasikan adanya mikroba.
Uji caplocking dilihat dari adanya kristal gula pada tutup botol. Pada
sediaan cara 1 dan 2 tidak ditemukan adanya kristal gula pada tutupnya
jadi caplocking negatif. Tidak adanya caplocking tersebut menunjukkan
keefektikan dari sorbitol sebagai anti caplocking. Uji pH menggunakan
kertas pH menunjukkan pH sediaan cara 1 dan pH sediaan cara 2
sebesar 6. Hasil pH tersebut menunjukkan sediaan dari kedua cara tidak
mengalami perubahan pH. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan
paracetamol telah stabil pada pH 6 karena profil laju pH menunjukkan
katalis asam spesifik dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5
sampai 7 (Connors, et al., 1986).

11. Kesimpulan
Formulasi Eliksir dapat dibuat dengan menggunakan dua cara,
yakni cara 1 dengan melarutkan Zat Aktif (Parasetamol) ke dalam
pelarut yang paling melarutkan ZA (etanol), kemudian ditambahkan
pelarut lainnya sekaligus; cara 2 dengan melarutkan Zat Aktif
(Parasetamol) ke dalam pelarut campur yang telah dibuat terlebih
dahulu. Pelarut yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari etanol,
air, propilenglikol, sorbitol dan gliserin.
Untuk mengetahui komposisi pelarut campur, menggunakan
peritungan Kd campuran dengan menggunakan Rumus Onsager-
Kirkwood. Namun, terlebih dahulu dicari Kd Parasetamol dengan cara
dititrasi.
Berdasarkan evaluasi uji farmasetika sediaan akhir dapat
disimpulkan bahwa formulasi Eliksir Parasetamol lebih stabil dan
efektif dibuat dengan komposisi resep cara 2 pelarut dicampur terlebih
dahulu (etanol, purified water, propilenglikol, gliserin, sorbitol) yang
komposisinya sesuai dengan hasil perhitungan Kd. Namun, hasil dari
kedua sediaan ini dapat dikatakan sama-sama stabil. Hanya saja pada
sediaan cara 2 elixir terlihat lebih jernih dan organoleptisnya lebih baik
dibandingkan dengan cara 1.

12. Daftar Pustaka

Ansel, Howard, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi


keempat, UI Press, Jakarta

Ansel, Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi


Keempat, UI Press, Jakarta

Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986, Chemical Stability
of Pharmaceutical, John Willey and Sons, New York, 3-26, 163-
168.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, edisi


IV, Direktorat Jenderal POM, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, edisi


III, Direktorat Jenderal POM, Jakarta.

Rowe C Raymond, Paul J Sheskey, and Marian E Quinn, 2009,


Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition,
Pharmaceutical Press, London

Anda mungkin juga menyukai