Anda di halaman 1dari 8

PT.

ANGKASA PURA II (PERSERO)


LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

BAB 5
KONSEP GREEN BUILDING DAN
ECO AIRPORT

5.1. PRINSIP DASAR GREEN BUILDING

Pada umumnya konsep ramah lingkungan (green concept) menitikberatkan


pada pelaksanaan pembangunan yang mempertimbangkan efisiensi energi,
meminimalkan dampak kerusakan lingkungan, dan memperhatikan kesehatan
bagi pengguna dan pekerjanya. Pelaksanaan bangunan ramah lingkungan
atau dikenal dengan istilah green building (juga dikenal sebagai konstruksi
ramah lingkungan atau bangunan yang berkelanjutan) melibatkan
keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan yang berkelanjutan.
Adapun, dalam penerapannya memerlukan kerja sama yang kuat antara tim
perencana, arsitek, engineer, dan tim yang terkait di setiap tahapan
pembangunan.

Untuk fungsi bangunan sebagai bandar udara, berdasarkan Peraturan Direktur


Jenderal Perhubungan Udara No: SKEP/124/VI/2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Bandar Udara Ramah Lingkungan, tujuan penyelenggaraan
bandar udara ramah lingkungan (eco airport) adalah untuk mewujudkan
bandar udara yang mempunya visi global lingkungan hidup. Selain itu, juga
untuk melaksanakan pengelolaan bandar udara yang terpadu, serasi dan
selaras dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mendukung tercapainya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pengarusutamaan konsep green pada sektor transportasi, terutama pada


bandar udara, akan memiliki keterkaitan dengan efisiensi penggunaan energi,
aktivitas konservasi air, pengolahan dan siklus material, kesehatan dan
kenyamanan ruang, serta pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan.

PT. INDULEXCO 5–1 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport
PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

Dengan demikian, pemanfaatan teknologi tepat guna dalam meminimalisasi


dampak lingkungan menjadi bagian dari proses pembangunan.

Pada sub bab berikut adalah aplikasi green building yang dapat diterapkan
pada bangunan bandar udara.

5.1.1. Aksesibilitas Universal dan Pemanfaatan Area Hijau


Penyediaan area hijau dan aksesibilitas universal merupakan bagian
dari konsep green yang banyak dijadikan tolok ukur pada suatu
penilaian green building di seluruh dunia. Adapun syarat mininum yang
diterapkan disesuaian dengan peraturan di masing-masing negara.
Penyediaan area hijau dimanfaatkan untuk kepentingan lingkungan,
antara lain untuk penyerapan CO 2 dan resapan air hujan. Selain itu juga
untuk menciptakan suasana yang asri bagi manusia.

Aksesibilitas universial merupakan penerapan desain yang bertujuan


untuk memudahkan setiap orang menggunakan fasilitas terkait akses
sirkulasi manusia untuk dapat digunakan bagi setiap orang dari
berbagai usia dan kemampuan. Pergerakan manusia juga terkait
dengan fungsi lahan dan penataan aksesibilitas bangunan. Pergerakan
manusia yang teratur, terfasilitasi dan terawat baik diperlukan sehingga
dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan di dalamnya.

Pelaksanaan green building yang terkait dengan aksesibilitas universal


memiliki ketentuan antara lain berupa:
 Menyediakan lif untuk pengguna kursi roda, ibu hamil, dan manula.
 Menyediakan toilet khusus dan ramp bagi penyandang cacat.
 Menyediakan jalur pejalan kaki yang masuk dari luar terminal hingga
bangunan terminal.
 Menyediaakan lahan hijau untuk penyerapan air hujan.
 Menyediakan naungan (kanopi) untuk pejalan kaki pada jalur
pedestrian di luar bangunan.

PT. INDULEXCO 5–2 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport
PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

5.1.2. Efisiensi Energi


Indonesia sampai saat ini masih bergantung dengan energi fosil sebagai
sumber energi primer dalam menghasilkan energi listrik. Penggunaan
energi fosil yang juga merupakan sumber energi tak terbarukan ini
mengakibatkan dampak negatif yang lebih bersifat global. Selain polusi
udara dan limbah padat yang dihasilkan, emisi gas rumah kaca CO 2
yang menyebabkan pemanasan global juga merupakan hal yang harus
segera diatasi. Dari seluruh fasa daur hidup gedung, operasional dan
pemeliharaan merupakan fasa yang paling lama. Dalam fasa tersebut
konsumsi energi akan terus berlangsung. Oleh karena itu, isu terkait
energi harus sudah menjadi aspek yang penting untuk dipertimbangkan
sejak awal tahap desain dan perencanaan gedung dalam fasa
pembangunan. Sehingga pada saat operasional konsumsi energi dapat
dilakuakan secara efisien.

Dari tahap desain dan perencanaan, manajemen energi dapat


diwujudkan melalui pendekatan yang holistik, yaitu integrasi antara
desain pasif dan desain aktif. Desain dalam arsitektur yang tentunya
berkaitan dengan bangunan gedung adalah menghindari kondisi yang
tidak diinginkan dari luar gedung sekaligus mengoptimalkan sumber
daya alam di lingkungan sekitar gedung. Desain pasif merupakan
pendekatan desain yang menitikberatkan pada respon fisik gedung
terhadap lingkungan sekitar, misalnya posisi matahari, arah angin, jenis
vegetasi. Sedangkan desain aktif merupakan pendekatan desain yang
menitikberatkan pada peralatan seperti sistem pendingin, sensor
cahaya (lux) dan lampu (GBCI, 2014).

Peningkatan efisiensi energi yang secara umum dapat dilakukan


melalui:
1. Sistem penerangan
Penggunaan sistem penerangan yang mempunyai efisiensi tinggi,
yaitu dengan menggunakan lampu hemat energi (ex.T5 fluorescent
tubes and LED lamps). Dibandingkan dengan lampu konvensional,
lampu hemat energi dapat mengurangi konsumsi energi sampai 30

PT. INDULEXCO 5–3 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport
PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

%. Sistem penerangan yang baik serta pemanfaatan cahaya


matahari yang optimal juga dapat mengurangi pemborosan energi di
suatu terminal.

2. Efisiensi pendingin ruangan


Tingkat penggunaan AC tergantung dari penempatan jendela,
karena dari jendela masuknya sinar matahari ke dalam ruangan.
Untuk itu jendela harus ditempatkan pada posisi yang bebas dari
paparan sinar matahari langsung. Selain itu efisiensi listrik dicapai
dari pemilihan lampu hemat energi, optimasi kerja lift dan pompa,
serta meningkatkan efisiensi pendinginan AC.

3. Konservasi energi
 Memberikan training kepada karayawan agar memahami
manajemen pengendalian sistem gedung sehingga dapat
mengatur temperatur dan ventilasi.
 Mematikan lampu, ac dan peralatan yang tidak digunakan.
 Menggunakan sistem otomatisasi untuk memberikan efektivitas
dari segi manajemen pemantauan.
 Menggunakan peralatan hemat energi.

5.1.3. Konservasi Air


Dalam Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag pada Maret
2000, disebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang
akan mengalami krisis air bersih pada tahun 2025. Penyebabnya antara
lain kelemahan dalam pengelolaan air, seperti pemakaian air bersih
secara tidak efisien, dimana laju kebutuhan penggunaan sumber daya
air tidak lagi sebanding dengan ketersediaannya dan secara kuantitatif
akan semakin terbatas sementara secara kualitatif akan semakin
menurun.

Oleh sebab itu diperlukan adanya beberapa strategi untuk memenuhi


kebutuhan air secara efektif dan efisien, terutama untuk pemakaian air
yang berlebihan serta kebiasaan masyarakat yang menganggap air

PT. INDULEXCO 5–4 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport
PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

merupakan sumber daya yang tidak terbatas dan dapat diperoleh


secara cuma cuma. Paradigma pengguna tersebut perlu diubah untuk
kelestarian dari air bersih (GBCI, 2014).

Ketentuan yang dapat diterapkan untuk melakukan konservasi air,


antara lain:
1. Penghematan penggunaan air dan pengurangan limbah cair. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memilih peralatan sanitair yang hemat
dan menggunakan air daur ulang untuk menyiram tanaman.
2. Pengelolaan limbah cair. Pilih metode untuk pengumpulan air limbah
yang lebih efisien secara biaya serta melindungi kesehatan manusia
dan lingkungan.

5.1.4. Sumber dan Siklus Material


Gedung ramah lingkungan tidak dapat terlepas dari material ramah
lingkungan yang menyusunnya. Material merupakan elemen dari desain
pasif. Sebagai elemen dari desain pasif, material dikaitkan dengan
kemampuannya dalam mendukung kinerja gedung secara efisien dan
efektif untuk memenuhi kebutuhan penggunannya. Hal ini secara
langsung berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki material
tersebut dalam merespon isu ramah lingkungan dalam bangunan
gedung.

Lebih luas lagi, material merupakan wujud dari sumber daya yang
dibentuk berdasarkan kebutuhan manusia. Dengan kata lain, proses
pembentukan material memiliki dampak ekologi yang cukup luas terkait
dengan sumber daya yang dibutuhkan. Selain itu, proses tersebut juga
mempengaruhi limbah yang dihasilkan baik selama proses
pembentukan berlangsung maupun pada saat akhir masa penggunaan.
Tentunya, hal ini berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kesehatan lingkungan. Di lain pihak, material pun juga
memiliki nilai ekonomi dalam dunia industri. Material merupakan proses
dari berlangsungnya masukan (input) berupa sumber daya alam hingga
menghasilkan keluaran (output) berupa produk. Bagaimana cara proses

PT. INDULEXCO 5–5 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport
PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

tersebut berlangsung sangat menentukan keberlangsungan ekonomi


dan kesejahteraan yang berkeadilan sosial. Hal ini dapat terjadi karena
perkembangan industri material dapat mempengaruhi aspek
kesejahteraan pekerja dan masyarakat sekitarnya.

Berikut ini konsep green yang terkait dengan efisiensi penggunaan


material:
1. Perencanaan layout yang efisien yang meminimalkan jumlah
material/bahan yang digunakan pada keseluruhan projek.
2. Mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dengan melakukan
penyediaan fasilitas, upaya daur ulang, dan mendukung strategi
pendidikan publik.
3. Mengurangi penipisan lapisan ozon dengan mengeliminasi
penggunaan bahan pendingin dan pelarut yang mengandung CFC
dan HCFC dan penggunaan material/bahan isolasi yang
menggunakan CFC dan HCFC dalam produksinya
4. Membatasi penggunaan sumber bahan bakar tak terbarukan dan
polusi yang dihasilkan dengan menganjurkan jalan kaki, menaiki
sepeda, maupun penggunaan kendaraan yang didukung oleh
sumber energi alternatif.

5.1.5. Kesehatan dan kenyamanan Ruangan


Strategi kualitas lingkungan dalam ruangan memasukkan isu-isu yang
berkaitan dengan kualitas udara dalam ruangan, seperti efektivitas
ventilasi dan pengendalian kontaminan, pencahayaan, akustik, getaran,
kontrol penghuni sistem bangunan dan pencahayaan siang hari. Semua
masalah ini memiliki potensi untuk meningkatkan lingkungan dalam
ruangan dan mengoptimalkan kesehatan, kenyamanan dan
produktivitas penghuni bangunan.
1. Menyediakan sistem kontrol. Di daerah non publik, dengan
memberikan kontrol terhadap ventilasi dan sistem pencahayaan
untuk mendukung kesehatan, kenyamanan dan produktivitas.
2. Menggunakan strategi desain untuk menyediakan masukan udara
segar yang meningkatkan kesehatan dan produktivitas lingkungan
prasarana transportasi.
3. Menggunakan bahan, termasuk lantai dan furnitur, yang tidak
mengandung karsinogen yaitu bahan yang memiliki tingkat rendah

PT. INDULEXCO 5–6 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport
PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

terhadap senyawa organik volatil (VOC), yang tidak beracun dan


kimia inert, untuk mengurangi jumlah kontaminan udara dalam
ruangan yang tidak sehat.
4. Memaksimalkan cahaya siang hari. Menerapkan strategi untuk
memaksimalkan cahaya siang hari. Bila memungkinkan,
mengintegrasikan ruang indoor dengan lingkungan luar untuk
memperbaiki lingkungan bagi pengunjung
5. Mengurangi suara dan getaran. Daerah yang terkena dampak dan
tingkat kebisingan dan dampak getaran harus jelas digambarkan
dalam dokumen lingkungan, seperti Analisis Lingkungan atau
Pernyataan Penilaian Lingkungan. Suara dan data getaran akan
dikumpulkan di situs dengan mengambil pengukuran menggunakan
peralatan yang dapat diterima dan protokol pengumpulan data.
Model prediksi yang tepat harus digunakan, bila perlu, untuk
memprediksi tingkat kebisingan dan getaran dari operasi di masa
depan. Dokumen lingkungan juga akan mengidentifikasi langkah-
langkah mitigasi untuk memenuhi standar kebisingan dan getaran
yang diperlukan di tempat.

5.1.6. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Sistem pelaporan dan pemantauan terkait pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan merupakan tanggung jawab otoritas
terminal yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan bedasarkan
dokumen lingkungan dan klausul-klausul dalam izin lingkungan yang
telah diterbitkan. Pengelolaan dilakukan paling sedikit terhadap kualitas
air, kualitas udara, timbulan limbah terutama limbah B3, serta
penanganan risiko lingkungan lainnya.

5.2. SERTIFIKASI GREENSHIP

Konsep green building ini akan diterapkan pada bangunan bandara SMB II
Palembang dimulai dari tahap desain. Untuk mencapai hal ini, proyek SMB II
Palembang akan mengikuti standar penilaian performa untuk green building

PT. INDULEXCO 5–7 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport
PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
LAPORAN ANTARA
Gedung 600 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
DED Perluasan Terminal Kargo dan
TANGERANG
Terminal Penumpang Bandara SMB II Palembang

yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Perangkat


penilaian green building ini disebut dengan Greenship.

Green Building Council Indonesia adalah organisasi non pemerintahan dan


lembaga nirlaba yang menyusun dan mengidentifikasi kriteria-kriteria
penilaian Greenship serta mewadahi proses sertifikasi Greenship. Greenship
bersifat sukarela, sekaligus untuk menunjukkan adanya niat dan upaya-upaya
yang dilakukan anak bangsa dalam mencegah dan mengurangi kerusakan
lingkungan melalui praktik bangunan hijau di Indonesia.
Penilaian Greenship dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap Pengakuan Desain
(Design Recognition phase) yang selanjutnya disingkat dengan DR, dan tahap
Penilaian Final (Final Assessment phase) yang selanjutnya disingkat dengan
FA.

Tahap penilaian terdiri atas:


Design Recognition (DR), dengan maksimum nilai 77
Final Assessment (FA), dengan maksimum nilai 101

Tingkat pencapaian Design Recognition (DR) terdiri atas:


Pencapaian
Level
Nilai %
PLATINUM > 56 73
GOLD 43 – 55 57
SILVER 35 – 42 35
BRONZE 27 – 34 27

Tingkat pencapaian Final Assessment (FA) terdiri atas:


Pencapaian
Level
Nilai %
PLATINUM >74 73
GOLD 58 – 73 57
SILVER 46 – 57 35
BRONZE 35 – 45 27

PT. INDULEXCO 5–8 BAB 5, Konsep Green Building


& Eco Airport

Anda mungkin juga menyukai