Dalam praktikum ini dilakukan operasi size reduction menggunakan Hammer Mill,
respon dari percobaan ini adalah pengaruh ukuran umpan terhadap besarnya energi yang
dibutuhkan untuk penggerusan. Tujuan dari praktikum ini yaitu dapat mengkaji hukum Kick
dan Rittinger dengan cara membandingkan energi yang dibutuhkan untuk operasi size
reduction secara teoritis dan percobaan, dapat menghitung energi penggerusan dan mampu
membuat laporan praktikum.
Size reduction adalah salah satu operasi untuk memperkecil ukuran dari suatu padatan
dengan cara memecah, memotong, atau menggiling bahan tersebut sampai didapat ukuran yang
diinginkan. Hukum yang mendasari size reduction yaitu hokum Kick dan hukum Rittinger.
Diameter dapat diartikan menjadi TAAD, mean surface diameter dan mean volume diameter.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu hammer mill dan sieving, sedangkan
bahan yang digunakan yaitu batu bata berbentuk kubus berukuran 2,5 cm; 3 cm dan 3,5 cm
masing- masing dengan berat 250 gram, 350 gram, 450 gram dan 550 gram. Praktikum size
reduction dilakukan dalam beberapa tahapan yang sistematis. Praktikum dimulai dengan
mempersiapkan bahan yang akan digunakan sesuai variabel yang telah ditentukan. Selanjutnya,
dilakukan pengukuran material (feed) sebelum dimasukkan ke dalam hammer mill. Tentukan
bukaan tutup feeder sesuai dengan kapasitas yang diinginkan, usahakan jangan terlalu lebar
supaya bahan yang masuk tidak terlalu besar. Lalu, masukkan bahan ke dalam hammer mill
dalam jumlah tertentu sesuai variabel. Selama dilakukan proses size reduction dengan
menggunakan hammer mill, ukur ampere atau daya yang terpakai dengan menggunakan
amperemeter. Setelah itu, kumpulkan hasil dari setiap variabel, timbang, dan lakukan analisis
sieving, kemudian timbang berat partikel yang tertahan pada setiap ayakan.
Berdasarkan hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar diameter
umpan maka reduction ratio dan energi penggerusan akan semakin besar. Selain itu semakin
besar kapasitas umpan maka harga konstanta Kick dan Rittinger akan semakin besar, karena
energi yang dibutuhkan untuk penggerusan semakin besar.
Untuk saran yaitu pengukuran arus pada ampermeter harus teliti, umpan yang
digunakan harus dalam keadaan kering dan ukuran yang seragam dan proses sieving harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi mass loss.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan
anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Size
Reduction”.
Laporan ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ir. Hargono, MT selaku dosen pembimbing materi Size
Reduction, yang telah banyak mencurahkan waktu dan pikiran dalam membuat penulis
menyelesaika laporan praktikum ini. Asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia Universitas
Diponegoro, yang telah membantu dalam penyusunan laporan. Serta seluruh pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Dan penulis berharap laporan praktikum ini dapat
dikembangkan lagi dan dapat bermanfaat untuk diaplikasikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Tabel
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Size reduction adalah operasi untuk memperkecil ukuran suatu partikel dengan
memperhalus bentuk produk atau sekedar menjadikannya lebih kecil sesuai ukuran
yang diinginkan. Operasi size reduction bisa dilakukan dengan cara penumbukan atau
penggilingan. Pengoperasian unit size reduction dibutuhkan pada industri kimia dan
mineral untuk menyesuaikan bahan dengan spesifikasi alat atau menyesuaikan
spesifikasi produk yang akan dipasarkan. Ditinjau dari sisi yang lain, pengoperasian
unit size reduction dalam industri kimia dan mineral sering mengakibatkan biaya tinggi
karena operasi yang kurang efisien. Hal ini disebabkan adanya sifat fisis dari beban
yang beranekaragam. Faktor lain yang mengakibatkan size reduction tidak efisien
adalah kebutuhan energi untuk membentuk permukaan baru. Di samping itu, persamaan
empiris yang berguna untuk memprediksi performa alat telah dikembangkan dari teori
yang ada. Hukum Kick dan Rittinger merupakan hukum yang menyatakan bahwa
jumlah kerja yang dibutuhkan dalam operasi size reduction sebanding dengan luasan
permukaan baru yang terbentuk. Berdasarkan uraian ini, perlu dilakukan percobaan
untuk menerapkan hubungan empiris suatu operasi size reduction (Hukum Kick dan
Rittinger).
1.2 Perumusan Masalah
1. Memahami dan mengetahui cara menghitung besarnya reduction ratio, dan energi
penggerusan dengan ukuran partikel yang berbeda-beda.
2. Memahami penerapan Hukum Kick dan Rittinger dalam operasi size reduction.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unit operasi size reduction adalah satu operasi untuk memperkecil ukuran suatu
partikel dengan memperhalus bentuk produk atau sekedar menjadikannya lebih kecil sesuai
ukuran yang diinginkan. Operasi size reduction bisa dilakukan dengan cara penumbukan
atau penggilingan (Agrawal, 2007). Unit operasi size reduction biasanya digunakan untuk
menyesuaikan ukuran bahan baku agar sesuai dengan alat proses atau menyesuaikan produk
sesuai kebutuhan pasar.
2.1 Klasifikasi Alat Size Reduction Berdasarkan Ukuran Umpan
2.1.1 Crusher
Alat size reduction yang memecahkan bongkahan padatan yang besar menjadi
bongkahan bongkahan yang lebih kecil, dimana ukurannya sampai batas
beberapa inch. Alat crusher biasa diklasifikasikan menjadi : a. Primary crusher
Mampu beroperasi untuk segala ukuran feed. Produk yang dihasilkan
mempunyai ukuran 8 10 inch.
b. Secondary crusher
Mampu beroperasi dengan ukuran feed, seperti di produk primary
crusher dengan ukuran 4 inch.
2.1.2 Grinder
Alat ini beroperasi untuk memecah bongkahan yang dihasilkan crusher,
sehingga bongkahan ini menjadi bubuk. Untuk intermediate grinder, produk
yang dihasilkan 40 mesh. Ultrafine grinder dapat diatur untuk menghasilkan
produk berukuran 250 mesh – 2500 mesh dengan umpan tidak lebih besar dari
20 mm.
2.1.3 Cutter
Alat ini mempunyai cara kerja yang berbeda dengan size reduction sebelumnya.
Pada cutter ini, cara kerjanya dengan memotong. Alat ini dipakai untuk produk
ulet dan tidak bisa diperkecil dengan cara sebelumnya. Ukuran produk 2-10
mesh.
Operasi size reduction sering digunakan pada indusri industri yang memerlukan bahan
baku dalam ukuran tertentu dan produk dalam ukuran tertentu,misalnya industri semen,batu
bara,pertambangan, pupuk, keramik,dan lain-lain. Pemilihan jenis alat yang digunakan
biasanya berdasarkan ukuran feed pada produk, sifat bahan, kekerasan bahan, dan
kapasitasnya.
(Coulson, 2002)
Dimana
E : Energi Penggerusan
k : Kontanta Rittinger
di : Diameter Rata-Rata Produk
Di : Diameter Rata-Rata Feed
2.3.2 Hukum Kick
Kick beranggapan bahwa energi yang dibutuhkan untuk pemecahan
partikel zat padat adalah berbanding lurus dengan ratio dari feed dengan produk.
Secara matematis dinyatakan dengan:
Gambar 3.1 Hammer Mill- Crusher Gambar 3.2 Gambar Alat sieving
(Mc.Cabe,1993)
4.2 Pembahasan
Berikut ini adalah grafik hubungan antara energi penggerusan dengan reduction
ratio pada praktikum size reduction. Variabel yang digunakan adalah variabel massa
dan variabel ukuran Variabel massa yang digunakan adalah 250 gr, 350 gr, 450 gr,
dan 550 gr. Sedangkan variabel ukuran yang digunakan yaitu 2,5 cm, 3 Cm, dan 3,5
cm.
6000
5000
Energi Pergerusan
4000
250 gr
3000
359 gr
2000 450 gr
1000 550 gr
0
2.5 3 3.5
Reduction Ratio
Dari gambar 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa pada reduction ratio yang sama,
secara umum dapat dilihat bahwa umpan dengan massa yang lebih besar akan
membutuhkan energi penggerusan yang lebih besar juga. Selain itu, dapat juga
dilihat bahwa pada satuan massa yang sama, semakin besar reduction ratio akan
menghasilkan energi penggerusan yang lebih besar. Tetapi terjadi penyimpangan
pada reduction ratio dengan ukuran 2,5 cm dan 3 cm dan dengan massa 250 gr dan
350 gr membutuhkan energi penggerusan yang sama.
Berikut ini adalah grafik hubungan antara energi penggerusan dengan konstanta
kick. Variabel yang digunakan pada percobaan ini adalah variabel massa dan
variabel ukuran Variabel massa yang digunakan adalah 250 gr, 350 gr, 450 gr, dan
550 gr. Sedangkan variabel ukuran yang digunakan yaitu 2,5 cm, 3 Cm, dan 3,5 cm.
6000
y = 10974x - 23099
5000
Energi (Joule)
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat adanya hubungan antara log (Di/di)
dengan energi penggerusan dan keduanya mempengaruhi nilai konstanta Kick. Dari
grafik hubungan antara energi penggerusan dengan konstanta Kick, didapat
konstanta Kick melalui hubungan garis linier, dengan persamaan :
𝐷𝑖
𝐸 = 𝐾𝑘 log(𝑑𝑖 )
Dimana :
E : Tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan partikel zat padat atau feed
Kk : konstanta Kick
Di : diameter rata-rata feed
di : diameter rata-rata produk
(Mc. Cabe, W.L. 1993)
Jika persamaan tersebut di analogikan dengan persamaan umum garis linier maka
persamaan tersebut menjadi :
y = mx + c
Dimana :
y : Energi penggerusan sebagai fungsi log( Di/di)
m : Konstanta Kick
x : log(Di/di)
c : Energi operasi awal
Dari persamaan umum garis linear di atas, maka dapat diketahui bahwa
konstanta Kick berbanding lurus dengan energi penggerusan. Sedangkan energi
penggerusan dipengaruhi oleh variabel waktu dimana semakin berat partikel
umpan yang masuk maka waktu yang dibutuhkan untuk penggerusan semakin lama
dan mengakibatkan energi penggerusan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan
persamaan:
𝐸 = 𝑉 𝐼 𝑡 𝑐𝑜𝑠𝜃
Dimana :
E : Energi yang dibutuhkan untuk operasi
V : Tegangan operasi (Volt)
I : Arus yang terbaca (Ampere)
t : Waktu operasi
Pada percobaan ini sudah sesuai dengan teori bahwa konstanta Kick yang
didapatkan pada variabel 550 gram merupakan konstanta Kick yang memiliki nilai
yang lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya. Hal ini dikarenakan
jumah massa umpan yang dimasukkan ke dalam alat size reduction semakin besar.
Dengan massa umpan yang besar maka akan mempengaruhi diameter dari umpan
tersebut, sehingga semakin besar diameter umpan yang dimasukkan ke dalam alat
size reduction, maka akan semakin besar pula nilai konstanta Kick yang ada di dapat.
4000
250 gram
3000 y = 37.447x 350 gram
y = 32.096x
2000 450 gram
550 gram
1000
0
110 115 120 125
1/di - 1/Di
Gambar 4.3 Hubungan 1/di-1/Di vs Energi Penggerusan (E)
Berdasarkan grafik hubungan antara energi penggerusan dengan konstanta
Rittinger, didapat konstanta Rittinger melalui hubungan garis linier:
E=k ( 1/di-1/Di )
Dimana :
E : energi penggerusan
k : konstanta Rittinger
Di : diameter umpan
di : diameter produk (Mc. Cabe, W.L. 1985)
Apabila dibuatkan suatu hubungan linear dari persamaan rittinger, maka
persamaan rittinger analog dengan persamaan :
Y = mx + C
Dimana :
Y= energi sebagai fungsi ( 1/di-1/Di )
m= konstanta Rittinger
x= ( 1/di-1/Di )
C= energi awal operasi mesin
Persamaan di atas menunjukkan bahwa konstanta Rittinger berbanding lurus
dengan energi penggerusan. Sedangkan energi penggerusan dipengaruhi oleh
variabel waktu dimana semkin berat partikel umpan yang masuk maka waktu yang
dibutuhkan untuk penggerusan semakin lama yang mengakibatkan energi
penggerusan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan persamaan:
E=V. I . t . cosθ
Dimana:
E = energi penggerusan
V = tegangan listrik
I = arus listrik
t = waktu
Pada percobaan ini sudah sesuai dengan teori bahwa konstanta Rittinger yang
didapatkan pada variabel 550 gram merupakan konstanta yang memiliki nilai yang
paling besar dibandingkan dengan variabel lainnya. Hal ini disebabkan oleh jumah
massa umpan yang dimasukkan ke dalam alat size reduction semakin besar. Dengan
massa umpan yang besar maka akan mempengaruhi waktu penggerusan, sehingga
semakin besar massa umpan yang dimasukkan ke dalam alat size reduction, maka
akan semakin besar pula nilai konstanta Rittinger yang didapat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Nilai energi penggerusan dipengaruhi oleh reduction ratio dimana semakin besar
reduction ratio maka energi penggerusan semakin besar.
2. Nilai konstanta Kick dipengaruhi oleh berat umpan yang masuk serta nilai energi
penggerusan, semakin berat massa umpan masuk dan energi penggerusan maka nilai
konstanta Kick akan semakin besar.
3. Nilai konstanta Rittinger juga dipengaruhi oleh berat umpan yang masuk serta nilai
energi penggerusan, semakin berat massa umpan masuk dan energi penggerusan maka
nilai konstanta Rittinger akan semakin besar juga.
5.2 Saran
1. Pengukuran arus dan waktu pada amperemeter dan stopwatch harus teliti.
2. Umpan yang digunakan harus dalam keadaan kering dan ukuran yang seragam.
3. Proses sieving harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi mass loss.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, S.S. 2007. Agrawal Principal Delhi Institute of Pharmaceutical Science and
Research Sector – 3. Pushp Vihar New Delhi. India.
Brown, G.G. 1979. Unit Operation. Modern Asia Edition. Hal. 20-22; 26. Mc Graw Hill
Book. Co.Ltd.Tokyo. Japan.
Coulson. J.M, et al. 2002. Chemical Engineering Particle Technology and Separation
Process 5th edition. hal 105-106 Butterworth and Heinemann Oxford. England.
Mc. Cabe, W.L. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering 5th edition. hal 261. Tioon
Well Finishing Co. Ltd. Singapura.