Anda di halaman 1dari 7

1.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat pembelajaran
konstruktivistik menurut Brooks&Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non-
objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Di dalam konstruktivisme
terdapat beberapa bagian lagi, di antaranya adalah empat prinsip konstruktivistik sosial.
Uraikan keempat prinsip tersebut!
Jawab

Berbeda dengan konstruktivistik kognitif dimana anak cenderung lebih bebas


mengkonstruk sendiri pengetahuannya dan peran guru hanya sebatas kabur tidak.
Sebaliknya, konstruktivistik sosial yang dipelopori Vygotsky mengedepankan
pengkonstruksian pengetahuan dalam konteks sosial sehingga peran guru menjadi jelas
dalam membantu anak mencapai kemandirian serta bertanggung jawab.

Menurut Santrock (2008) salah satu asumsi penting dari konstruktivistik sosial
adalah situated cognition yaitu ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan (disituasikan)
dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Konsep situated
cognition menyatakan bahwa pengetahuan dilekatkan dan dihubungkan pada konteks di
mana pengetahuan tersebut dikembangkan. Jadi idealnya, situasi pembelajaran diciptakan
semirip mungkin dengan situasi dunia nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
empat prinsip konstruktivistik sosial, antara lain :
1. Pembelajaran Sosial (social learning)
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif
yaitu siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman
yang lebih cakap.

2. Zone of Proximal Development (ZPD)

Bahwa siswa akan mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam
ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah
sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang
dewasa atau temannya (peer). Bantuan atau support diberikan agar siswa mampu
mengerjakan tugas atau soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada
tingkat perkembangan kognitif anak.

3. Cognitive Apprenticeship

Yaitu proses yang digunakan seorang pelajar secara bertahap untuk memperoleh
keahlian melalui interaksi dengan ahli, bisa orang dewasa seperti gutu atau teman
sebaya yang lebih pandai. Pengajaran siswa adalah suatu bentuk masa
magang/pelatihan. Awalnya, guru memberi contoh kepada siswa kemudian
membantu murid mengerjakan tugas tersebut. Guru mendorong siswa untuk
melanjutkan tugasnya secara mandiri.

4. Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning)

Vygostky menekankan pada scaffolding yaitu bantuan yang diberikan oleh orang
lain kepada anak untuk membantunya mencapai kemandirian. Siswa diberi
masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan diberi bantuan secukupnya
dalam memecahkan masalah tersebut. Bantuan yang diberikan dapat berupa
petunjuk, peringatan, motivasi, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang
lebih mudah untuk dipahami. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian
siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu:
1. Siswa mencapai keberhasilan dengan baik.
2. Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan.
3. Siswa gagal meraih keberhasilan.

Dengan demikian implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan adalah
sebagai tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan
individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi, kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi
yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.,
peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya sehingga guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor.
2. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk proses enkulturasi (enculturation) dan proses
akulturasi (acculturation). Jelaskan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya
dalam pendidikan anak! Berikanlah contohnya masing-masing!
Jawab

Enkulturasi adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam
mempelajari dan menyesuai kan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma,
tata sosial, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaan nya. Prosesnya dimulai
oleh seseorang sejak ia masih kecil di dalam lingkungan keluarga, tetangga, sudara, teman
sepermainan atau di bahkan di dalam sekolah. Terjadinya enkulturasi seringkali dimulai
dari kegiatan belajar dengan meniru, kemudian dari tindakan meniru tersebut dapat
diinternalisasikan atau di masukan dalam kepribadiannya. Dengan proses yang dilakukan
berkali-kali, tindakan seseorang menjadi suatu pola bahkan norma.

Contoh enkulturasi dalam pendidikan misalnya saja ketika siswa sejak kecil sudah terbiasa
untuk mendapatkan pendidikan mengenal pancasila, sebagai ideologi atau landasan negara
yang tidak dapat diganggu gugat. Pengenalan ini kemudian diterapkan terus menerus
dalam kehidupan, hingga akhirnya anak tersebut benar-benar mengenal ideologi bangsa
bahkan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sehingga kebiasaan disiplin,
bertanggung jawab, hidup rukun bahkan semangat nasionalisme sudah terbawa hingga ia
dewasa.

Sedangkan Akulturasi (acculturation) adalah perpaduan dua buah budaya yang


menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut.
Misalnya. proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan saling
memengaruhi.

Dalam bidang pendidikan sendiri, contoh akulturasi banyak sekali diantaranya adalah
masuknya Hindu-Budha yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.
Sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya
Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia sudah mulai mengenal budaya baca tulis.
Beberapa bukti yang nyata adalah digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa
dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di
kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Kemudian dilanjutkan dengan penggunaan
bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Sansekerta. Juga terbukti dengan adanya sistem pendidikan berasrama (ashram)
dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem
pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan
yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia bahkan hingga di era modern
seperti saat ini.

3. Pembelajaran SETS tidak hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang
telah ada dan mengaitkannya dengan unsur lain, tetapi juga pada cara melakukan sesuatu
untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan
masyarakat serta kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain
terpenuhi.Uraikan karakteristik pembelajaran SETS!

Jawab

Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), merupakan


kepanjangan dari sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dasar pendekatan ini,
diharapkan siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu cara yang terintegrasi
dengan memperhatikan keempat unsur tersebut, sehingga dapat diperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang pengetahuan. Urutan ringkasan pendekatan ini memberi
makna bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperukan pemikiran tentang berbagai
implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental.

Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan SETS yang relatif
memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan manusia itu
sendiri. Jadi, pendidikan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), bukan
hanya sebatas angan-angan saja, melainkan benar-benar membahas sesuatu yang nyata
yang bisa dipahami, dilihat, dibahas dan dipecahkan jalan keluar atau dicari solusinya.
Dengan kata lain, pendekatan ini didefinisikan sebagai sarana belajar mengajar mengenai
sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Hal tersebut berarti bahwa
peserta didik dalam tidak hanya mempelajari teori tentang sains (ilmu pengetahuan) saja,
melainkan juga melihat dalam kehidupan nyata atas segala sesuatu yang berhubungan
dengan teori yang dipelajari, sehingga akan berdampak positif dalam pemahaman untuk
diterapkan.

Maka, dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), hasil
pembelajaran diharapkan mampu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa
dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, dan
warga negara.

Adapun teori belajar yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah konstruktivisme,
behaviorisme, cognitive development, dan social cognitive. Belajar berdasarkan
konstruktivisme adalah “mengonstruk” pengetahuan. Belajar bermakna apabila peserta
didik belajar mengkonstruksikan (membangun) pengetahuan, sikap, atau ketrampilannya
sendiri. Dalam menerapkan teori behaviorisme, yang terpenting adalah para guru,
perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran harus
memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat
keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Tuntutan dari
teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik
supaya mudah dicapai dan diukur. Cognitive development, atau sering diartikan dengan
perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dari
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) menggunakan
beberapa teori yang saling mendukung, sehingga terjadi keberhasilan dalam proses
maupun hasil pembelajarannya.

4. Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah ada sejak
tahun 1945 yang ditujukan unuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Menurut Gandal dan
Finn (1992) terutama di Negara berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap taken
for granted and ignored yaitu dianggap sebagai hal yang akan terjadi dengan sendirinya
atau malah dilupakan. Apabila dalam program pendidikan, terdapat beberapa tuntutan
terhadap paradigma baru terkait dengan demokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan paradigma
baru dalam program pendidikan tersebut!
Jawab

Berbicara tentang pendidikan, manusia merupakan subjek sekaligus objeknya. Sehingga


manusia juga yang harus bertanggung jawab untuk membina, memelihara, melestarikan,
dan mengembangkan kebudayaan yang ada di dalam masyarakat. Sejalan dengan UUD
1945 yang menyatakan bahwa tujuan dari dibentuknya NKRI adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sehingga pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk mencerdaskan
manusia. Seiring berjalannya waktu dan kemajuan IPTEK, kualitas pendidikan di Indonesia
sendiri telah berubah menjadi lebih baik dibandingan dengan pendidikan dimasa lalu. Begitu
pula dengan paradigma yang ada, terus berkembang selaras dengan kemajuan zaman.
Paradigma baru didunia pendidikan ini ibarat angin segar yang nantinya manusia bisa
menghadapi tantangan-tantangan masa depan yang semakin kompleks. Pembaruan
pendidikan tidak mungkin terjadi tanpa adanya pembaruan paradigma. Pembaruan
paradigma pendidikan nasional harus dapat mengembangkan tingkah laku yang menjawab
tantangan internal sekaligus tantangan global. Paradigma tersebut haruslah mengarah
kepada lahirnya generasi bangsa Indonesia yang bersatu dan demokratis. Oleh karena itu,
(Gandal dan Finn:1992; Bahmuller : 1996; Winataputra, 1999) menyatakan bahwa wujud
pendidikan dalam paradigma baru menuntut adanya hal-hal sebagai berikut
1. Memberikan perhatian yang cermat serta usaha yang sungguh-sungguh pada
pengembangan pengertian tentang the root and branches of democratic ideas yaitu
hakikat dan karakteristik aneka ragam demokrasi yang berkembang diseluruh penjuru
dunia bukan hanya di Indonesia
2. Mengembangkan kurikulum pendidikan yang sengaja dirancang untuk memfasilitasi
siswa agar mampu mengeksplorasi terkait cita-cita demokrasi
3. Tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mengeksplorasi sejarah
demokrasi di negaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkan dinegaranya sendiri
4. Tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk memahami
penerapan demokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas
tentang ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks
5. Dikembangkannya sebagai kelas democratic laboratory, lingkungan sekolah /
kampus sebagai micro cosmos of democracy dan masyarakat luas sebagai open
global classroom yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi
berdemokrasi dan untuk melatih diri menjadi warga negara yang demokratis.

Pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari pendidikan


kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan individu menjadi
warga negara yang cerdas dan baik. Salah satu model yang digunakan adalah PKKBI. PKKBI
membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami permasalahan yang terjadi
dilingkungan secaracerdas. Uraikan karakteristik substansif dan psiko pedagogis PKKBI!

Anda mungkin juga menyukai