Anda di halaman 1dari 10

KIMIA SINTESA

Titrimetri

Dini Nur Utami

XII AK 1

SMK Negeri 13 Bandung


2012-2013
Macam-macam Metode Titrimetri

1. Asidi-alkalimetri
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan
larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi
netralisasi yaitu :

Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan
membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam,
metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat
asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.

Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH, khususnya pada
saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi
perubahan warna dari indikator lihat Gambar 15.16.

Gambar 15.16. Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH

Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH naik secara perlahan
dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya
menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar 15.16, juga diperoleh
informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH pH 7 – 10 (Tabel
15.2).

Tabel 15.2. Indikator dan perubahan warnanya pada pH tertentu

Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk menentukan kadar asam
sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300 mg kedalam 100 ml air. Titrasi dengan
menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi
diketahui dari larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga
dipergunakan untuk menganalisis asam salisilat, proses titrasi dilakukan dengan cara melarutkan 250 mg
sampel kedalam 15 ml etanol 95% dan tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan
indikator phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda.

Teknik asidimetri juga telah dimanfaatkan secara meluas misalnya dalam pengujian boraks yang seringa
dipergunakan oleh para penjual bakso. Proses analisis dilakukan dengan melaruitkan sampel seberat 500
mg kedalam 50 mL air dan ditambahkan beberapa tetes indikator metal orange, selanjutnya dititrasi
dengan HCl 0.1 N.

2. Titrasi Kompleksometri
Banyak ion logam dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang
dapat membentuk kompleks dengan logam tersebut.
Salah satu senyawa komplek yang biasa digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar

adalah ethylene diamine tetra acetic acid(EDTA).

EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan
reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut :

Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena
EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air.

EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun
bilangan oksidasi logam tersebut.

Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi
pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah :

M + Y → MY

Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini :

Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa
komplek. Makin besar harga konstante pembentukan senyawa komplek, maka senyawa komplek
tersebut makin stabil dan sebaliknya makin kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka
senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang) stabil.

Tabel8.1. Harga konstante kestabilan komplek logam dengan EDTA (KMY) (Fritz dan Schenk, 1979).
Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan ion H + maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah
larutan bufer.

Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator, diantaranya Calmagite, Arsenazo,
Eriochrome Black T (EBT). Sebagai contoh titrasi antara Mg2+ dengan EDTA sebagai penitrasi,
menggunakan indikator calmagite.

Reaksi antara ion Mg2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan indikator adalah :

Mg2+ + H2Y2- ? MgY2- + 2H+

Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan membentuk kompleks dengan
Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan.
Jika semua Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan
sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru.

3. Titrasi Argentometri
Titrasi argentometri merupakan teknik khusus yang digunakan untuk menetapakan perak dan senyawa
halida. Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan. Empat teknik argentometri
telah dikembangkan yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans dan Liebig.

Mohr mengembangkan titrasi argentometri untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral. Larutan standar yang dipergunakan adalah perak nitrat, dengan indikator kalium kromat.
Pada penambahan perak nitrat akan terbentuk endapan berwarna putih sampai mencapai titik ekivalen,
penambahan sedikit saja perak nitrat akan menyebabkan terjadi endapan merah yang berasal dari perak
kromat. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh klorida atau bromida sudah bereaksi.

Teknik Volhard, dikembangkan untuk menetapkan kadar perak, sedangkan Fajans dan Liebig kedua-
duanya mengembangkan teknik penetapan titik ekivalensi titrasi. Fajans mnegembangkan indikator
adsorbsi, dimana warna teradsorpsi pada permukaan endapan sehinga terjadi perubahan warna pada
endapan sebagai titik akhir titrasi. Sedangkan Liebig terbentuknya larutan yang kurah karena adanya
senyawa kompleks sianida.

a. Metode Mohr

Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang
melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum)
dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX).

Konstanta kesetimbangan reaksi pengendapan untuk reaksi tersebut adalah ; Ksp AgX = [Ag+] [X-]

Gambar 7.1. Kurva titrasi Argentometri

METODE MOHR :

Prinsip :
-
AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl sudah
habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari
indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna
merah bata dari endapan Ag2CrO4.

Reaksinya:
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metode
Mohr dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk
HCrO4-, sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4.
Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak hidroksida,
sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.

b. Metode Volhard

Prinsip:
Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan
yang mengandung ion halida (X-). Sisa larutan standar AgNO3 yang tidak bereaksi dengan Cl- dititrasi
dengan larutan standar tiosianat ( KSCN atau NH4SCN ) menggunakan indikator besi (III) (Fe3+). Reaksinya
sebagai berikut ;

c. Metode Fajans

Prinsip :
Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi
dengan indikator absorpsi (fluorescein).

Selama titrasi berlansung (sebelum TE) ion halida (X-) dalam keadaan berlebih dan diabsorbsi pada
permukaan endapan AgX sebagai permukaan primer.

Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat pertama ada kelebihan AgNO3 yang ditambahkan Ag+ akan
berada pada permukaan primer yang bermuatan positif menggantikan kedudukan ion halida (X-). Bila hal
ini terjadi maka ion indikator (Ind-) yang bermuatan negatif akan diabsorpsi oleh Ag+ (atau oleh
permukaan absorpsi).

Jadi titik akhir titrasi tercapai bila warna merah telah terbentuk.
4. Titrasi Redoks
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun organik.

Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan
perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat
dilakukan dengan menggunakan indikator.

Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal
beberapa jenis titrimetri redoks.

a. Iodimetri dan Iodometri

Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan natrium tiosulfat.
Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini :

I2 + 2 e → 2 I- Eo = + 0,535 volt

Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna merah pada
larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat diikuti dengan menggunaka
indikator amilosa atau amilopektin.

Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri. Namun titrasi
juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana larutan tersebut diubah menjadi
iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak
langsung disebut dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin, indikator
carbon tetraklorida juga digunakan yang berwarna ungu jika mengandung iodine.

b. Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium permanganat. Reaksi
redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun dalam suasana basa. Dalam suasana asam,
kalium permanganat akan tereduksi menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :

MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O

Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya, maka berat ekivalen
Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau 31,606.

Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat cukup baik
karena tidak bereaksi dengan permanganat.
Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna, indikator
tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita pergunakan encer, maka
penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang dapat dipergunakan seperti feroin,
asam N-fenil antranilat.

Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin C (asam
askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama, sampel ditimbang seberat
400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2),
selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer sebanyak 10 mL. Titrasi
dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan kanji atau amilosa.

c. Dikhromatometri

Dikhromatometri termasuk ke dalam titrasi redoks, karena dalam reaksinya terjadi perpindahan
elektron atau perubahan bilangan oksidasi. Seperti yang diketahui bahwa kemungkinan terjadinya reaksi
redoks dapat dilihat dari 2 hal berikut:

1. Terjadi perubahan bilok (bilangan oksidasi).

2. Bila ada zat reduktor maupun oksidator (dalam hal ini, kalium dikhromat selain berfungsi sebagai
bahan baku juga sebagai oksidator).

Kalium dikhromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi Cr3+.

Reaksi:

Cr2O72- + 14 H+ + 6 e ↔ 2 Cr3+ + 7 H2O E0=1,33 V

Karena daya oksidasinya lebih sedikit dibanding dengan KMnO4 dan Ce (IV). Maka hal ini menyebabkan
reaksi sangat lambat. Akan tetapi, dari sifat K2Cr2O7 larutannya sangat stabil, tidak bereaksi dengan
(inert terhadap) Cl-, dengan kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan murah.

d. Serimetri

Larutan serium (IV) sulfat dalam larutan encer merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan lebih stabil
daripada larutan kalium permanganate, dengan suatu syarat bahwa asam sulfat cukup mampu
menghindari hidrolisis dan pengendapan garam basanya. Kalau larutan kalium permanganat dapat
direduksi menjadi beberapa macam keadaan hasil reduksi larutan serium(IV) sulfat menghasilkan ion
serium (III).

Jika dibandingkan dengan kalium permanganate dan kaliumbikromat, maka penggunaan larutan baku
serium (IV) sulfatmempunyai beberapa keuntungan:
1. Larutan serium (IV) sulfat sangat stabil pada penyimpananyang lama dan tidak perlu
terlindung dari cahay sepertilarutan permanganate bahkan pada pendidihan yang terlalualam
tidak mengalami perubahan konsentrasi. Asam sulfatyang diperlukan untuk pengasaman
sekitar 10 sampai 40 mlasam sulfat tiap liter larutan. Dengan demikian terbuktibahwa larutan
serium (IV) sulfat lebih stabil jikadibandingkan dengan larutan kalium permanganat.

2. Larutan serium (IV) sulfat dapat digunakan untukmenetapkan kadar larutan yang
mengandung klorida yangkonsentrasinya tinggi.

3. Reaksi ionserium (IV) dengan reduktor dalam larutan asammemberikan perubahan valensi
yang sederhana (valensinyasatu).Sehingga berta ekivalennya adalah sama denganberat
molekulnya, sehingga pada permanganate karena hasil reduksinya bermacam-macam, maka
beratekivalennya tergantung pada kondisi percobaan.

4. Larutan serium (IV sulfat) merupakan pengoksidasi(oksidator) yang baik sehingga semua
senyawa yang dapatditetapkan dengan kalium permanganat dapat ditetapkandengan serium
(IV) sulfat bahkan dengan reduktor yang lain.

5. Larutan serium (IV) sulfat kurang berwarna sehingga tidakmengkaburkan pengamatan titik
akhir dengan indikator.Penggunaan indicator ion fero fenantrolin sangatmemuaskan pada saat
titrasi dengan larutan baku serium(IV)sulfat.

Sumber:

 www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/.../titrasi-volumetri/
 http://www.scribd.com/doc/38676127/Tit-Rime-Tri
 http://catatankimia.com/catatan/titrasi-redoks.html
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-redoks/
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-asam-
basa/
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/dikhromatometri/metode-titrasi-
dikhromatometri/
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/titrasi-kompleksometri/
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-
argentometri/
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/argentometri/metode-fajans/
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/argentometri/metode-volhard/
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/argentometri/metode-mohr/

Anda mungkin juga menyukai