Anda di halaman 1dari 81

*

r • j BPJS
Ketenagakerjaan

PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN


NOMOR : PERDIR/ 13 / 06 2016
TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN


JAMINAN KEMATIAN

BPJS KETENAGAKERJAAN

DIREKTUR UTAMA BPJS KETENAGAKERJAAN,

Menimbang bahwa telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor


44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
yang berlaku sejak 1 Juli 2015;
bahwa telah diterbitkan beberapa Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan turunan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 2015;
bahwa sehubungan dengan huruf a dan huruf b, perlu
dilakukan penyesuaian terhadap Peraturan Direksi
BPJS ketenagakerjaan Nomor: PERDIR/151/122015
tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian;
bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direksi;

Mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 52560);
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714);
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25/P
Tahun 2016 tentang Pengangkatan Dewan Pengawas
2-

dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Ketenagakerjaan Masa Jabatan Tahun 2016 - 2021;
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun
2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan kematian, dan
Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1510);
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pengangkatan dan
Pemberhentian Dokter Penasehat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1512);
6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 44 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pekerja
Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu Pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2076);
7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun
2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan
Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Bukan Penerima Upah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
243);
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 11 Tahun
2016 tentang Pelayanan Kesehatan dan Besaran Tarif
Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 388);
9. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor
PERDIR/59/092015 tentang Nama Jabatan, Uraian
Jabatan dan Persyaratan Jabatan BPJS
Ketenagakerj aan;
10. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor
PERDIR/03/032016 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja BPJS Ketenagakerjaan;
r MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN


TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM JAMINAN
KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BPJS
KETENAGAKERJAAN.

Pasal 1

Menetapkan Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan


Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 2

Maksud dan tujuan ditetapkannya Petunjuk Teknis


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah:
1. Untuk dijadikan pedoman bagi Karyawan Kantor Pusat,
Kantor Wilayah, Kantor Cabang, Kantor Cabang Perintis
Mandiri, dan Kantor Cabang Perintis Pendukung BPJS
Ketenagakerjaan dalam melakukan penyelesaian dan
penetapan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian bagi peserta Program BPJS Ketenagakerjaan;
2. Untuk meningkatkan dan menciptakan pelayanan
cepat, tepat dan cermat kepada peserta Program BPJS
Ketenagakerjaan; dan
3. Untuk mewujudkan keseragaman pemahaman serta
kesatuan pola pikir dan pola tindak bagi karyawan
BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 3

Dengan ditetapkannya Peraturan ini maka Keputusan


Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: KEP/247/072015
tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan dan
Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/151/122015 tentang Petunjuk Teknis Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS
Ketenagakerjaan dinyatakan tidak berlaku.
-4

Pasal 4

Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Jurn" 2016

DIREKTUR UTAMA

BPJS KETENAGAKERJAAN,

•'""""l I k R T3
LAMPIRAN PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN
NOMOR : PERDIR/ 13 / 06 2016

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN


KEMATIAN BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB I
Pendahuluan

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak,
hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), menyebutkan bahwa BPJS
Ketenagakerjaan diamanatkan untuk menyelenggarakan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Program Jaminan Kematian (JKM), Program Jaminan
Hari Tua (JHT), dan Program Jaminan Pensiun (JP).

Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional Pasal 31 ayat (1) dinyatakan bahwa "Peserta yang mengalami
kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat berupa pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan manfaat berupa uang
tunai apabila terjadi cacat total tetap atau meninggal dunia". Serta
ditambahkan pada Pasal 31 ayat (1) dinyatakan bahwa manfaat pelayanan
kesehatan diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau Swasta
yang memenuhi syarat dan menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.

Sesuai dengan visi BPJS Ketenagakerjaan untuk menjadi Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial kebanggaan bangsa, yang amanah, bertata
kelola baik serta unggul dalam operasional dan pelayanan, maka Program JKK
dikembangkan dan diperluas manfaatnya agar setara dengan manfaat
asuransi sosial di pelbagai negara dan dapat dibanggakan oleh seluruh
peserta. Salah satunya adalah mengubah manfaat perawatan dan pengobatan
kepada peserta yang sebelumnya diberikan dengan mekanisme ganti rugi
(reimbursement) yang memiliki batasan plafon biaya Rp.20.000.000,00 (Dua
Puluh Juta Rupiah), kini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan (inkind
benefit) sesuai kebutuhan medis (medical need). Pelayanan kesehatan tersebut
diberikan melalui fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama sebagai Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
Setiap kasus kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang terjadi bukan
hanya menjadi penderitaan bagi tenaga kerja, namun juga turut ditanggung
oleh keluarganya. Setiap kejadian kematian tenaga kerja akibat kasus
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja juga berdampak kepada hilangnya
pencari nafkah di dalam keluarga dan menimbulkan duka mendalam bagi
anggota keluarganya yang ditinggalkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka BPJS Ketenagakerjaan melakukan


pengembangan manfaat program JKK untuk seluruh peserta meliputi;
1. Pelayanan kesehatan;
2. Pelayanan darah (transfusi darah);
3. Rehabilitasi medis;
4. Orthose/prothese;
5. Santunan / Kompensasi; dan
6. Beasiswa.

Serta pemberian manfaat Program JKK kepada peserta yang pemberiannya


diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri seperti Program
Kembali Bekerja (Return to Work) serta kegiatan Promotif dan Preventif.

BPJS Ketenagakerjaan juga berkomitmen untuk turut berpartisipasi dalam


upaya mewujudkan budaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) bersama -
sama dengan perusahaan (pemberi kerja) sehingga masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun
sosial, dengan melaksanakan program secara komprehensif, mulai dari
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit/gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit pada umumnya.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
r

BAB II
Pengertian

Dalam Petunjuk Teknis ini, yang dimaksud dengan:

1. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara


penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial.

2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang


dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.

3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang selanjutnya


disebut BPJS Ketenagakerjaan adalah Badan Hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun.

4. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang
merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang
dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial untuk pembayaran
manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan
program jaminan sosial.

5. Jaminan Kecelakaan Kerja selanjutnya disingkat JKK adalah manfaat


berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada
saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.

6. Jaminan Kematian selanjutnya disingkat JKM adalah manfaat uang tunai


yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan
akibat kecelakaan kerja.

7. Pemberi Kerja adalah perseorangan, pengusaha, badan hukum atau


badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

8. Pemberi Kerja selain penyelenggara negara adalah orang perseorangan,


perusahaan/pemberi kerja, badan hukum, atau badan-badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja.

9. Pemberi Kerja Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan, pengusaha,


badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan pekerja
pada proyek jasa konstruksi dengan membayar gaji, upah, atau imbalan
dalam bentuk lainnya.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
10. Pengguna Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau badan
sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan
layanan jasa konstruksi.

11. Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau badan yang
kegiatan usahanya menyediakan jasa konstruksi.

12. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan


tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta
maupun milik negara.

13. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lain. :

14. Pekerja Jasa Konstruksi adalah setiap orang yang bekerja pada proyek
jasa konstruksi dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lainnya.

15. Pekerja Bukan Penerima Upah adalah orang perorangan yang melakukan
kegiatan ekonomi atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh
penghasilan.

16. Termasuk pekerja dalam jaminan kecelakaan kerja adalah magang, siswa
kerja praktek, tenaga honorer, atau narapidana yang dipekerjakan pada
pemberi kerja dalam proses asimilasi.

17. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

18. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa pada proyek perencanaan pekerjaan
konstruksi, proyek pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan proyek
pengawasan pekerjaan konstruksi.

19. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian


kegiatan perencanaan dan / atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan
suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya.

20. Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur


hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

21. Wadah/Kelompok Tertentu adalah organisasi atau asosiasi yang dibentuk


oleh, dari, dan untuk Peserta yang melakukan pekerjaan di luar
hubungan kerja.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
r

22. Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi Peserta Bukan Penerima Upah
adalah kartu tanda kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan yang memiliki
nomor identitas tunggal.

23. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta,
pemberi kerja, dan/atau pemerintah.

24. Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan
dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.

a) Upah yang dijadikan dasar dalam menghitung manfaat JKK adalah


upah terakhir pekerja pada saat terjadinya kecelakaan.
b) Apabila pada saat terjadi kecelakaan kerja, Pemberi Kerja belum
melaporkan upah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja maka
besaran upah yang dijadikan dasar menghitung manfaat JKK, tidak
dapat melebihi upah bulan sebelumnya (maksimal sama dengan upah
bulan sebelum terjadi kecelakaan kerja).
c) Jika upah yang dilaporkan kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak sesuai
dengan upah yang sebenarnya, maka BPJS Ketenagakerjaan
menghitung sesuai dengan upah yang dilaporkan dan selisihnya
bukan merupakan tanggung jawab BPJS Ketenagakerjaan.

25. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.

26. Bahwa suatu kasus dinyatakan kasus kecelakaan kerja apabila terdapat
unsur ruda paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat suatu
peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak dan Iain-
lain) dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kecelakaan terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju


tempat kerja atau sebaliknya melalui jalan yang biasa dilalui atau
wajar dilalui.

Pengertian kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari


rumah menuju tempat kerja adalah sejak tenaga kerja tersebut keluar
dari halaman rumah dan berada di jalan umum. Sehingga untuk
pembuktiannya harus dilengkapi dengan;

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-6-

Kecelakaan Lalu lintas pada saat lembur, keluar kota, atau


tugas lain; Surat Perintah Tugas dari pemberi kerja
Kecelakaan lalu lintas;
a. Laporan Polisi (LP) setempat, atau Surat Jaminan PT. Jasa
Raharja (Persero), atau
b. Berita acara dari PT. Kereta Api, jika kecelakaan
berhubungan dengan transportasi kereta api, atau
c. Berita Acara dari Syahbandar, jika kecelakaan
berhubungan dengan transportasi laut, atau
d. Berita Acara Kantor Otoritas Bandar Udara, jika kecelakaan
berhubungan dengan transportasi udara.

Kecelakaan lalu lintas tunggal atau bukan di jalan umum;


Surat Keterangan minimal 2 (dua) orang saksi yang
mengetahui dan melihat langsung kasus dengan disertai data
identitas saksi agar dapat dikonfirmasi.

b. Pengertian kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja


mempunyai arti yang luas, sehingga sebagai pedoman dalam
menentukan apakah suatu kecelakaan termasuk kecelakaan
berhubung dengan hubungan kerja dapat dilihat dari:
(1) Kecelakaan terjadi di tempat kerja;
(2) Adanya perintah kerja dari atasan/pemberi kerja untuk
melakukan pekerjaan; dan
(3) Melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan
perusahaan/ pemberi kerja; atau
(4) Melakukan hal-hal lain yang sangat penting, mendesak dan
tidak dapat diwakilkan, dalam jam kerja atas izin atau
sepengetahuan perusahaan/pemberi kerja, misalnya dalam
pengurusan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) di depan notaris.

27. Kondisi lain yang dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja antara
lain:
a. Kecelakaan pada hari kerja:
(1) Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan perjalanan
dinas sepanjang kegiatan yang dilakukan selama perjalanan
dinas tersebut ada kaitannya dengan pekerjaan dan/atau
dinas untuk kepentingan perusahaan/pemberi kerja yang
dibuktikan dengan surat perintah tugas.
(2) Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur
yang harus dibuktikan dengan surat perintah lembur dan/
atau daftar hadir kerja lembur.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
Kecelakaan di luar tempat kerja/jam kerja:
(1) Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan aktivitas
lain yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan/pemberi
kerja dan harus dibuktikan dengan surat perintah tugas dari
perusahaan/pemberi kerja.
Contoh:
S Melaksanakan kegiatan olahraga untuk menghadapi
pertandingan 17 Agustus, pelatihan/diklat, darmawisata
dan outbond yang dilaksanakan perusahaan/pemberi kerja
sebagai kegiatan yang telah diagendakan oleh
perusahaan/pemberi kerja.

(2) Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan sedang


menjalankan cuti mendapat panggilan atau tugas dari
perusahaan/pemberi kerja, maka perlindungannya adalah
dalam perjalanan pergi dan pulang untuk memenuhi panggilan
atau tugas tersebut.

Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan pergi dan pulang dari


Base Camp atau anjungan yang berada di tempat kerja menuju ke
tempat tinggalnya untuk menjalani istirahat (dibuktikan dengan
keterangan perusahaan/pemberi kerja dan jadwal kerja).

Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan pergi dan pulang melalui


jalan yang biasa dilalui atau wajar dilalui bagi pekerja yang setiap
akhir pekan kembali ke rumah tempat tinggal yang sebenarnya
(untuk pekerja yang sehari-hari bertempat tinggal dirumah
kost/mess/asrama dll).

28. Penyakit Akibat Kerja yang selanjutnya disingkat PAK (Occupational


Disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau
lingkungan kerja sesuai Peraturan Presiden yang mengatur tentang
Penyakit Akibat Kerja.

28. Penyakit Hubungan Kerja/Penyakit Terkait Kerja (work related disease)


tidak termasuk Penyakit Akibat Kerja (PAK). Penyakit Hubungan
Kerja/Penyakit Terkait Kerja (work related disease) merupakan penyakit
yang dicetuskan atau diperberat oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Misalnya: Asma Okupasional Related yaitu penyakit asma akibat faktor
keturunan (genetik) dan munculnya serangan asma terpicu oleh
penyebab yang ditemukan di tempat kerja.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
30. Pekerja dan Pekerja Jasa Konstruksi yang telah menjadi peserta penerima
upah jika meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai
kecelakaan kerja, dan berhak mendapatkan manfaat JKK apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut;
a) Peserta pada saat bekerja ditempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
b) Peserta pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan
kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh
empat) jam kemudian meninggal dunia.

31. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana pekerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-
sumber bahaya sebagaimana dirinci dalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Termasuk tempat kerja
adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.

32. Tempat kerja harus memenuhi 3 (tiga) unsur yang merupakan satu
kesatuan, yaitu;
a. Adanya pekerja yang bekerja di tempat tersebut;
b. Adanya bahaya kerja/ sumber bahaya di tempat tersebut; dan
c. Tempat tersebut digunakan sebagai tempat kegiatan usaha.

33. Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau
hilangnya anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan pekerja untuk
menjalankan pekerjaannya.

34. Cacat Sebagian Anatomis adalah keadaan berkurang atau hilangnya


sebagian anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan pekerja untuk
menjalankan pekerjaannya.

35. Cacat Sebagian Fungsi adalah keadaan berkurang atau hilangnya


sebagian fungsi anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan pekerja untuk
menjalankan pekerjaannya.

36. Cacat Total Tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan


seseorang untuk melakukan pekerjaan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
r

37. Dokter Pemeriksa adalah dokter yang memeriksa, mengobati dan/atau


merawat pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja.

38. Dokter Penasehat adalah dokter yang diangkat oleh Menteri untuk
menjalankan tugas dan fungsi yaitu memberikan pertimbangan medis
dalam menentukan besarnya persentase kecacatan akibat kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja, menentukan cacat total tetap, serta
memberikan rekomendasi Program Kembali Kerja (Return to Work).

39. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang


ketenagakerjaan.

40. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas


Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan dalam jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

40. Dalam hal magang, siswa kerja praktek, tenaga honorer atau narapidana
dalam proses asimilasi mengalami kecelakaan kerja, maka:
a) Dalam hal magang, siswa kerja praktek, tenaga honorer atau
narapidana dalam proses asimilasi apabila mengalami kecelakaan
kerja dianggap sebagai tenaga kerja dan berhak memperoleh
manfaat JKK sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Magang atau siswa kerja praktek atau narapidana dalam proses
asimilasi dianggap menerima upah sebesar upah terendah sebulan
dari pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama pada pemberi
kerja tempat yang bersangkutan bekerja atau dipekerjakan.
c) Pegawai tidak tetap pemerintah dianggap menerima gaji atau upah
sebesar honor yang ditetapkan dengan keputusan pejabat pembina
kepegawaian pada Instansi/Lembaga tempat yang bersangkutan
bekerja.

41. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja yang selanjutnya disingkat


STMB pada hakekatnya merupakan pengganti upah bagi pekerja yang
sementara tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja, namun dalam menghitung santunan STMB upah yang
digunakan adalah upah sebagai dasar dalam menghitung jaminan
kecelakaan kerja. STMB dibayarkan sejak tenaga kerja tidak mampu
bekerja sampai peserta dinyatakan sembuh, cacat sebagian anatomis,
cacat sebagian fungsi, cacat total tetap, atau meninggal dunia
berdasarkan surat keterangan dokter yang merawat dan/atau dokter
penasehat pada Formulir KK3 dan PAK 3. Besarnya STMB yang
dibayarkan dihitung sesuai dengan upah yang dilaporkan dan jumlah
hari peserta tidak bekerja.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-10-

"N

42. Santunan berkala adalah santunan yang diberikan sekaligus sejak


peserta mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan kerja atau
meninggal dunia kepada:
a) Ahli waris jika peserta meninggal dunia karena kecelakaan kerja
atau meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja.
b) Peserta yang mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan kerja.

43. Eligibilitas adalah keabsahan peserta dalam mendapatkan manfaat


pelayanan kesehatan akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

44. Fasilitas Kesehatan yang selanjutnya disingkat Faskes adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau Masyarakat.

45. Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan adalah fasilitas pelayanan


kesehatan berupa klinik, puskesmas, balai pengobatan, praktek dokter
bersama dan rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
Kecelakaan Kerja dan/atau Penyakit Akibat Kerja.

46. Pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap


gangguan fisik dan fungsional yang disebabkan oleh kondisi penyakit
atau cedera untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.
Pelayanan Rehabilitasi medik antara lain meliputi:

a) Pelayanan fisioterapi yaitu bentuk pelayanan kesehatan yang


memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan
penanganan manual, peningkatan gerak, maupun penggunaan
peralatan, serta pelatihan.

b) Pelayanan okupasi terapi yaitu pelayanan mengembangkan,


memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan
kompensasi/adaptasi untuk kegiatan aktivitas keseharian guna
meningkatkan produktivitas.

c) Pelayanan terapi wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk


memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi
komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan
remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutik dan
mekanis).

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerja. dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-11-

d) Pelayanan orthose-prothesa yaitu salah satu bentuk pelayanan


keteknisian medik yang ditujukan untuk merancang, membuat dan
mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau
pengganti anggota gerak.

e) Pelayanan Psikologi adalah pelayanan untuk pengembangan,


pemeliharaan mental emosional serta pemecahan problem yang
diakibatkan kondisi penyakit dan cedera.

f) Pelayanan sosial medik adalah bentuk pelayanan sosial akibat dari


suatu penyakit atau cedera agar dapat kembali ke masyarakat.

47. Reimbursement atau penggantian biaya adalah mekanisme penggantian


atas biaya pelayanan kesehatan yang telah dikeluarkan terlebih dahulu
oleh peserta dan/atau pemberi kerja.

Reimbursement hanya diberikan pada kondisi belum tersedianya fasilitas


pelayanan kesehatan Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan di lokasi
kejadian kecelakaan.

Reimbursement dapat diberikan kepada peserta yang tidak eligible


karena:
a) Perusahaan menunggak iuran lebih dari tiga bulan dan perusahaan
telah terlebih dahulu melunasi tunggakan iuran beserta dendanya,
atau

b) Peserta aktif yang dinyatakan tidak eligible oleh sistem e-RSTC akibat
sesuatu hal atau lainnya.

48. Elektronik Rumah Sakit Trauma Center selanjutnya disingkat eRSTC


adalah sistem yang digunakan oleh Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan
untuk pengecekan validitas data (eligibilitas) kepesertaan, melaporkan
kasus kecelakaan yang mendapatkan pelayanan serta penagihan biaya
perawatan dan pengobatan peserta BPJS Ketenagakerjaan yang mengalami
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

49. Tabel Persentase Cacat adalah Tabel Persentase Cacat Tetap Sebagian dan
Cacat-Cacat Lainnya pada Lampiran III Bagian II Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 44 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-12-

50. Pihak Pelapor adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melaporkan
telah terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, antara lain:
1) Pemberi kerja atas peserta penerima upah.
2) Peserta atau Perwakilan peserta atau wadah/kelompok tertentu atas
peserta bukan penerima upah.
3) Pemberi Kerja Jasa Konstruksi atas peserta pekerja jasa konstruksi.
4) Pemberi kerja selain penyelenggara negara atas peserta magang, siswa
kerja praktek, tenaga honorer atau narapidana dalam proses
asimilasi.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-13-

BAB III
Program Jaminan Kecelakaan Kerja

A. Kriteria Kasus Kecelakaan Kerja


Suatu kasus kecelakaan dinyatakan sebagai kasus kecelakaan kerja harus
berpedoman pada kriteria sebagai berikut:
1. Harus terdapat unsur ruda paksa, yaitu cedera pada tubuh manusia
akibat dari suatu peristiwa atau kejadian seperti: terjatuh, terpukul,
tertabrak dan Iain-lain seperti yang disebabkan oleh benda tumpul atau
benda keras/tajam yang terjadi secara tiba-tiba yang tidak diduga
sebelumnya diluar kekuasaan manusia dan tidak disengaja oleh yang
bersangkutan dan datangnya dari luar tubuhnya yang mengakibatkan
rasa sakit/luka.
2. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, sesuai pengertian tempat kerja
dalam Bab II angka 32 pada Lampiran Peraturan Direksi ini.
3. Kecelakaan yang terjadi dalam waktu terkait kerja/kedinasan yaitu
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya
melalui jalan yang biasa dilalui atau wajar dilalui, yaitu sejak pekerja
tersebut keluar dari halaman rumah dan berada di jalan umum.
4. Kecelakaan terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, apabila
dipenuhi hal-hal sebagai berikut: •.
4.1. Terdapat perintah dari pemberi kerja dan berkaitan dengan
kepentingan pemberi kerja; atau
4.2. Melakukan hal-hal yang sangat penting dan mendesak yang tidak
dapat diwakilkan dalam jam kerja atas ijin pemberi kerja.
4.3. Kecelakaan yang terjadi pada saat melakukan perjalanan dinas
sepanjang kegiatan yang dilakukan ada kaitannya dengan
pekerjaan/dinas untuk kepentingan perusahaan, dibuktikan
dengan surat perintah tugas.
4.4. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur,
dibuktikan dengan surat perintah lembur.
4.5. Perkelahian di tempat kerja dapat dinyatakan sebagai kecelakaan
kerja, apabila perkelahian yang menimbulkan cedera tersebut ada
kaitannya dengan dinas/tugas pekerjaan, misalnya bagi petugas
keamanan kantor dalam pengamanan huru-hara yang dapat
mebahayakan aset kantor.
4.6. Kecelakaan yang terjadi pada saat melaksanakan aktivitas lain
yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan dan harus
dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan. Misalnya,
melaksanakan kegiatan olahraga untuk menghadapi pertandingan
17 Agustus, darmawisata, outbound yang dilaksanakan
perusahaan.
4.7. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang
merupakan tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan
surat tugas.

PetunjukTeknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-14-

4.8. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan sedang


menjalankan cuti mendapat panggilan atau tugas dari perusahaan,
maka perlindungannya adalah dalam perjalanan untuk memenuhi
panggilan atau tugas tersebut dan perjalanan kembali lagi untuk
menjalankan sisa cutinya.
4.9. Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan ke dan dari basecamp
atau anjungan yang berada di tempat kerja, menuju ke tempat
tinggalnya untuk menjalani istirahat (dibuktikan dengan surat
keterangan perusahaan).
4.10. Pada kasus kecelakaan kerja atau pada saat melaksanakan
kegiatan dalam hubungan kerja karena sesuatu sebab seseorang
dinyatakan hilang atau dianggap telah meninggal dunia dihitung
minimal 3 (tiga) bulan dari tanggal hilangnya peserta yang
tercantum pada laporan dengan melampirkan dokumen, yaitu:
a) Surat kronologis kejadian dari perusahaan; dan
b) Keterangan dari pihak yang berwenang meliputi: Kepolisian,
Basarnas (Badan Search and Rescue Nasional), Syahbandar,
Kantor Otoritas Bandar Udara, Maskapai Penerbangan, atau
Kedutaan Besar; dan
Pernyataan dari ahli waris tentang hilangnya peserta dan
bersedia menanggung segala risiko bila dikemudian hari terjadi
tuntutan dari peserta.

5. Penyakit Akibat Kerja.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) atau Occupational Diseases (OD) sering


disebut dengan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau
lingkungan kerja. Kasus Penyakit Akibat Kerja dapat diproses, jika:
1) Pekerja masih aktif sebagai peserta dan dinyatakan PAK, atau
2) Pekerja pada saat sudah non aktif kepesertaan dinyatakan PAK,
dengan periode dinyatakan PAK dalam kurun waktu maksimal 3
(tiga) tahun setelah bulan non aktif kepesertaan.

Persyaratan dokumen pendukung PAK, ada 10 dimana pekerja


diwajibkan memenuhi minimal 3 dari dokumen pendukung sebagai
berikut:
Salah satu dari dokumen pendukung berikut :
5.1. Data hasil pemeriksaan kesehatan awal (sebelum pekerjaan di
perusahaan/pemberi kerja), atau
5.2. Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala (pemeriksaan yang
dilakukan secara periodik selama pekerja bekerja di
perusahaan/pemberi kerja, atau
5.3. Riwayat kesehatan pekerja (medical record), atau
5.4. Data hasil pemeriksaan khusus (pemeriksaan terakhir yang
dilakukan pada saat pekerja sakit).

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-15-

dan salah satu dari dokumen pendukung berikut:


5.5. Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh lembaga pengujian
lingkungan kerja baik milik pemerintah maupun swasta, atau
5.6. Riwayat pekerjaan pekerja.

dan salah satu dari dokumen pendukung berikut :


5.7. Analisis hasil pemeriksaan lapangan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan , atau
5.8. Pertimbangan medis dokter penasehat, atau
5.9. Keterangan ahli dari dokter yang memiliki kompetensi dan
sertifikasi terkait penyakit akibat kerja; dan/atau
5.10. Pertimbangan medis dokter penasehat berdasarkan permintaan
pegawai pengawas ketenagakerjaan.

6. Kasus kambuh/Kasus lanjutan.


Apabila setelah pembayaran jaminan kecelakaan kerja ternyata kondisi
peserta semakin parah atau membutuhkan tindakan medis lanjutan
sebelum lewat masa 3 (tiga) tahun setelah tanggal kondisi terakhir
peserta, baik sembuh atau cacat pada Formulir 3b KK3 dan 3b PAK 3
yang diisi oleh dokter yang merawat atau dokter penasehat dinyatakan
sebagai kasus kambuh/kasus lanjutan. Kasus tersebut dinyatakan
sebagai kasus kambuh /kasus lanjutan berdasarkan keterangan dokter
yang merawat atau dokter penasehat. Misalnya, pembukaan pen pada
kasus bedah tulang.

7. Peserta penerima upah, yaitu Pekerja dan Pekerja Jasa Konstruksi, yang
meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai kasus
kecelakaan kerja, dan berhak mendapatkan manfaat JKK apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut;
7.1. Pekerja pada saat bekerja ditempat kerja tiba-tiba meninggal
dunia tanpa melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
7.2. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit
pelayanan kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24
(dua puluh empat) jam kemudian meninggal dunia.

B. Hal-Hal Yang Tidak Mendapat Manfaat Program JKK.

1. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan


tempat kerja untuk kepentingan pribadi. Misalnya, tidak termasuk
kecelakaan kerja pada kasus pergi untuk makan siang padahal
perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja menyediakan fasilitas
makan siang.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-16-

Kecelakaan yang terjadi di luar waktu kerja atau melakukan kegiatan


yang bukan merupakan tugas atas perintah dari atasan untuk
kepentingan perusahaan (tugas bukan untuk kepentingan pribadi
atasan).
Penyakit akibat hubungan kerja (work related diseases) yaitu penyakit
yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan.
4. Bunuh diri.
5. Kecelakaan akibat mencelakakan diri sendiri dengan sengaja.
6. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shinse, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment) dan pengobatan berbasis bukti medis (evidence based
medicine).
7. Semua obat kosmetik, obat herbal dan obat gosok: minyak kayu putih
dan sejenisnya.
8. Pelayanan kesehatan, termasuk tindakan operasi bertujuan untuk
estetik (kecantikan) kecuali untuk pengembalian fungsi.
Klaim yang diajukan melebihi 2 (dua) tahun sejak tanggal kejadian
dimana sejak kejadian kasus KK atau PAK belum pernah dilaporkan
laporan kecelakaan kerja tahap I-nya.
10. Meninggal mendadak tidak diberikan pada:
a) Peserta, yaitu Pekerja dan Pekerja Jasa Konstruksi, pada saat
bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit tidak langsung
dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau rumah sakit.
b) Peserta, yaitu Pekerja dan Pekerja Jasa Konstruksi, pada saat
bekerja di tempat kerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan
atau rumah sakit dan meninggal dunia lebih dari 24 (dua puluh
empat) jam kemudian.
c) Pekerja Bukan Penerima Upah, sehubungan tempat kerja pekerja
tidak memenuhi kriteria sebagai tempat kerja yang tertuang pada
angka 32 Bab II Lampiran Direksi ini.

C. Manfaat Program Jaminan Kecelakaan Kerja.

Peserta yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja


berhak atas manfaat jaminan kecelakaan kerja, berupa:
1. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya, antara lain
meliputi:
a) Pelayanan promotif dan preventif yang pemberiannya diatur
tersendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b) Pemeriksaan dasar dan penunjang;
c) Perawatan tingkat pertama dan lanjutan;

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-17-

"\

d) Rawat inap kelas I di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit


pemerintah daerah, atau rumah sakit swasta yang setara kelas
perawatannya di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit
pemerintah daerah;
e) Perawatan intensif seperti HCU, ICUJCCU, Ruang Isolasi atau unit
khusus lainnya; dan
f) Penunjang diagnostik, misalnya laboratorium dan radiologi.

Pelayanan obat-obatan dan bahan medis habis pakai, mengacu pada


formularium Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan dengan
mengutamakan pemberian obat generik berlogo.
Pelayanan khusus seperti alat bantu (orthese), alat ganti (prothese),
dan alat bantu kesehatan lainnya.

Pemberian alat bantu (orthese), alat ganti (prothese), dan alat bantu
kesehatan lainnya untuk 1 (satu) kejadian kasus kecelakaan kerja
dan/atau penyakit akibat kerja jika berdasarkan hasil pemeriksaan
dokter yang merawat atau dokter penasehat menyatakan bahwa
peserta tersebut memerlukan alat bantu atau alat ganti.

Pemberian alat bantu (orthese), alat ganti (prothese), dan alat bantu
kesehatan lainnya tersebut sesuai dengan harga Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan, pusat rehabilitasi atau Pusat Orthose & Prothese
bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan yang menyediakan
fasilitas alat bantu (orthese), alat ganti (prothese), dan alat bantu
kesehatan lainnya dengan ketentuan, yaitu;
a) Penggantian biaya gigi tiruan maksimal Rp.3.000.000,00 (belum
termasuk jasa dokter)
b) Kacamata (lensa dan bingkai/rangka) maksimal Rp. 1.000.000,00.
c) Mata palsu maksimal Rp. 1.000.000,00.
d) Alat bantu dengar (hearing aids) kedua telinga maksimal
Rp.5.000.000,00.
e) Kursi roda maksimal Rp.2.500.000,00.
f) Alat bantu kesehatan lainnya seperti korset, perban elastis dan
implan seperti pen, plate, screw sesuai indikasi medis (medical
need) berdasarkan standar dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Jasa dokter dan medis.
5. Tindakan medis non spesialistik baik operatif maupun non operatif.
6. Tindakan medis spesialistik baik operatif maupun non operatif.
7. Pelayanan darah (transfusi darah, plasma, trombosit, dsb) sesuai
kebutuhan medis.
8. Rehabilitasi medis.
9. Manfaat Kembali Bekerja (Return to Work) yang pemberiannya diatur
tersendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-18-

10. Santunan berupa uang meliputi:


a) Biaya pengangkutan
Penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami
kecelakaan kerja dari lokasi kejadian ke rumah sakit dan/atau
kerumahnya dan dari / ke fasilitas kesehatan selama perawatan
dan pengobatan, termasuk biaya pertolongan pertama pada
kecelakaan, meliputi;
(1) Bila hanya menggunakan angkutan darat/sungai, danau
maksimal Rp. 1.000.000,00.
(2) Bila hanya menggunakan angkutan laut maksimal
Rp. 1.500.000,00.
(3) Bila hanya menggunakan angkutan udara maksimal
Rp.2.500.000,00.
(4) Perhitungan biaya transportasi untuk kasus kecelakaan
kerja yang menggunakan lebih dari satu jenis transportasi
berhak atas biaya maksimal dari masing-masing angkutan
yang digunakan dan diganti sesuai bukti/kuitansi dengan
penjumlahan batasan maksimal dari semua jenis
transportasi yang digunakan.

b) Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB)


i) Besaran STMB

Perhitungan STMB merupakan upah satu bulan dibagi 30 (tiga


puluh) hari kalender.

Periode I:
Untuk 6 bulan pertama = 100% x upah sebulan.

Periode II:
Untuk 6 bulan kedua = 75% x upah sebulan.

Periode III:
Untuk 6 bulan ketiga dan seterusnya = 50% x upah sebulan.

i) Perhitungan lama hari STMB.

Lamanya hari STMB dihitung sejak peserta tidak


mampu bekerja akibat kecelakaan kerja dan/atau penyakit
akibat kerja sampai peserta dinyatakan sembuh, cacat
sebagian anatomis, cacat sebagian fungsi, cacat total tetap,
atau meninggal dunia berdasarkan surat keterangan dokter
yang merawat dan/atau dokter penasehat dalam formulir
BPJS Ketenagakerjaan 3b KK3; atau 3b PAK3. Misalnya;
(a) Peserta mengalami kecelakaan kerja pada saat berangkat
kerja, maka STMB dihitung sejak tanggal kecelakaan

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja danJaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-19-

sampai dengan 1 (satu) hari sebelum masuk kerja


kembali.

(b) Peserta mengalami kecelakaan kerja pada saat bekerja,


maka STMB dihitung sejak 1 (satu) hari setelah
mengalami kecelakaan kerja sampai dengan 1 (satu) hari
sebelum masuk kerja kembali.

(c) Apabila tanggal bekerja kembali pada formulir BPJS


Ketenagakerjaan lebih awal dari tanggal bekerja kembali
pada formulir BPJS Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b
PAK3, maka perhitungannya berpedoman pada formulir
BPJS Ketenagakerjaan 3a KK3 atau 3a PAK3 yang
disesuaikan dengan absensi.

(d) Apabila tanggal bekerja kembali pada formulir BPJS


Ketenagakerjaan 3a KK3 atau 3a PAK3 lebih lama dari
tanggal bekerja kembali pada formulir BPJS
Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b PAK3, maka
perhitungannya berpedoman pada formulir BPJS
Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b PAK3.

ii) STMB diberikan berdasarkan upah yang dilaporkan kepada


BPJS Ketenagakerjaan pada saat terjadinya kecelakaan.

iii) STMB selama menunggu pemasangan alat bantu


(orthese), alat ganti (prothese), dan alat bantu kesehatan
lainnya dapat diberikan apabila peserta tidak bekerja dan
dinyatakan oleh surat keterangan dokter yang merawat.

iv) STMB selama peserta mengikuti tahapan dalam Program


Kembali Kerja (Return to Work) sampai peserta selesai
mengikuti pelatihan kerja sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

c) Santunan Cacat.

Santunan cacat yang diberikan dalam bentuk uang sesuai


peraturan dan perundangan yang berlaku, dengan persentase
kecacatan yang ditentukan setelah selesai masa perawatan
dan/atau rehabilitasi berdasarkan pertimbangan dokter yang
merawat atau dokter penasehat.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja danJaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-20-

Waktu penentuan ditetapkannya besar persentase cacat oleh


dokter yang merawat berdasarkan keilmuan profesi medis yang
diatur oleh perhimpunan dokter atau dokter penasehat
berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan.

v) Cacat sebagian (cacat anatomis), santunan dibayarkan


sekaligus yang dihitung berdasarkan besarnya persentase
sesuai Tabel Persentase Cacat.
Misalnya, jari telunjuk tangan kanan diamputasi dengan
besar persentase kecacatan sebesar 9%, maka
perhitungannya adalah 9% x 80 bulan upah.

vi) Cacat total tetap untuk selamanya berdasarkan surat


keterangan dokter yang merawat atau Dokter Penasehat.
Sehubungan kondisi kecacatan yang dikategorikan
sebagai cacat total tetap tersebut tidak memungkinkan
lagi untuk melakukan pekerjaan maka status
kepesertaan dinonaktifkan setelah manfaatnya
dibayarkan.

Misalnya, kasus dengan kedua belah kaki dari pangkal


paha ke bawah diamputasi atau kasus buta kedua belah
mata, santunan dibayarkan sekaligus dan santunan
berkala yang besarnya adalah sebagai berikut:
(1) Santunan sekaligus 70% x 80 bulan upah.
(2) Santunan berkala sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.

vii) Cacat berkurangnya fungsi, santunan dibayarkan


sekaligus yang dihitung berdasarkan besaran persentase
berkurangnya fungsi sesuai penetapan dokter yang
merawat / dokter pemeriksa/dokter penasehat dikali
persentase pada Tabel Persentase Cacat dikali 80 bulan upah.
Misalnya, tangan kanan cacat berkurang fungsi 15%, maka
perhitungannya adalah 15% x32 % x 80 bulan upah.

viii) Kecacatan yang belum diatur agar diajukan kepada pegawai


pengawas agar diteruskan kepada dokter penasehat untuk
mendapatkan rekomendasi dari dokter penasehat tentang
persentase kecacatannya.

ix) Dalam hal kehilangan beberapa anggota badan dalam 1


(satu) kejadian kasus kecelakaan kerja, maka besarnya
santunan cacat ditetapkan dengan menjumlah persentase
cacat tiap-tiap anggota badan yang mengalami kecacatan
dengan hasil akhir maksimum terbesar 70%.

PetunjukTeknisProgram Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJSKetenagakerjaan


-21-

x) Santunan cacat atas bagian-bagian tertentu dari pada


anggota badan tidak dapat melebihi besarnya santunan cacat
dari seluruh bagian atau seluruh anggota badan tertentu.
Misalnya, jemari 1, 2, 3, 4, dan 5 pada tangan kanan
diamputasi sehingga jumlah persentasenya adalah
15%+9%+4%+4%+4%=36%. Berdasarkan Tabel Persentase
Cacat bahwa persentase santunan cacat sebatas pergelangan
tangan kanan adalah sebesar 32%, maka yang dipakai sebagai
dasar perhitungan adalah 32%. Jika, pada kasus kecelakaan
terjadi kehilangan jemari tangan sampai ruas bongkol lebih
dari 3 (tiga) buah jari, maka santunan diberikan sebesar
persentase sebatas pergelangan kebawah.

xi) Dalam hal terdapat kasus kecelakaan kerja dan atau penyakit
akibat kerja yang berdampak kepada hilangnya kemampuan
kerja fisik tertentu dan telah mendapatkan penilaian dari
dokter penasehat, misalnya tenaga kerja pasca mengalami
cedera organ tubuh dalam tanpa mengalami cacat anatomi
pada anggota gerak tubuh dan setelah dinyatakan sembuh,
berdasarkan hasil penilaian dokter penasehat bahwa:

(a) Tenaga kerja kemampuan kerja fisiknya hilang sebesar


40%. Pada kasus ini maka persentase tabel yang
digunakan sebagai dasar pengali terhadap upah sesuai
Tabel Persentase Cacat adalah 20%.
(b) Tenaga kerja kemampuan kerja fisiknya hilang sebesar
20%. Pada kasus ini maka persentase tabel yang
digunakan sebagai dasar pengali terhadap upah sesuai
Tabel Persentase Cacat adalah 5%.

d) Santunan kasus kematian karena kecelakaan kerja dan


santunan kasus meninggal mendadak.
xii) Santunan sekaligus sebesar 60% x 80 bulan upah
sekurang-kurangnya sebesar jaminan kematian.
xiii) Biaya pemakaman sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
xiv) Santunan berkala yang dibayarkan sekaligus sejak tenaga
kerja mengalami risiko meninggal dunia akibat kecelakaan
kerja sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-22-

D. Prosedur Pengajuan, Penetapan Serta Pembayaran Klaim JKK Pada Kasus


Reimbursement

1. Pelayanan kesehatan untuk kasus kecelakaan kerja diberikan sesuai


kebutuhan medis (medical need) melalui sarana Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan.
2. Untuk peserta yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
2.1 Peserta menggunakan fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Ketenagakerjaan, karena tidak adanya Trauma Center
BPJS Ketenagakerjaan di dekat lokasi kejadian kecelakaan, atau
2.2. Peserta yang tidak dapat terdeteksi pada aplikasi elektronik Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan, tetapi dapat dibuktikan kemudian
bahwa ybs. adalah peserta aktif, atau
2.3. Peserta dimana pemberi kerja, menunggak iuran lebih dari 3 (tiga)
bulan, tetapi pemberi kerja terbukti telah melunasi seluruh
tunggakan iuran beserta dendanya.
2.4. Membayarkan terlebih dahulu biaya pelayanan kesehatan dan
mendapatkan penggantian melalui mekanisme reimbursement.

3. Mekanisme Klaim JKK Reimbursement, yaitu;

3.1. Tata Cara Pelaporan Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja
Tahap I.
1) Pihak Pelapor wajib melaporkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja yang menimpa peserta kepada BPJS
Ketenagakerjaan dan Dinas Ketenagakerjaan setempat (Dinas
Ketenagakerjaan dimana wilayah kerjanya termasuk area lokasi
terjadinya kecelakaan) dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 x
24 jam sejak terjadi kecelakaan kerja atau sejak didiagnosis
penyakit akibat kerja. Laporan tersebut sebagai laporan tahap I
dengan menggunakan formulir 3 KK1 atau 3 PAK1 (Formulir 3
KK1 atau 3 PAK1 tidak diwajibkan mendapatkan stempel oleh
Disnaker setempat).
2) Jika kasus kecelakaan kerja terjadi di lalu lintas, maka Pihak
Pelapor juga wajib melaporkan kepada Pihak Kepolisian bahwa
telah terjadi kasus kecelakaan di lalu lintas.
3) Apabila Pihak Pelapor melaporkan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja lebih dari 2 x 24 jam, maka Pihak Pelapor
membuat surat pernyataan tidak mengulangi keterlambatan
pelaporan kecelakaan dengan tembusan ke disnaker setempat.
Apabila terulangi di kasus berikutnya maka BPJS
Ketenagakerjaan dapat tidak memproses pengajuan klaim
tersebut.

PetunjukTeknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJSKetenagakerjaan


-23-

4) Apabila Pihak Pelapor mengalami kesulitan dalam


menyampaikan laporan kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja tersebut kepada Badan Penyelenggara maka Pihak Pelapor
dapat terlebih dahulu melaporkan secara lisan, pertelepon, call
center Badan Penyelenggara, faksimilli, eKlaim, Sistem Informasi
Pelaporan Pekerja (SIPP), surat elektronik (email) atau alat
komunikasi lainnya.
5) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah terjadinya
kecelakaan, Pihak Pelapor belum menyampaikan formulir BPJS
Ketenagakerjaan 3 KK1 atau 3 PAK 1 beserta dokumen
pendukungnya, maka Kantor Cabang wajib mengirimkan surat
pemberitahuan kepada Pihak Pelapor untuk segera
menyampaikan formulir BPJS Ketenagakerjaan 3 KK 1 atau 3
PAK1 yang dilengkapi dokumen, yaitu:

1) Untuk peserta penerima upah


Dokumen Wajib:
(a). Fotocopy Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan (KP
BPJS TK);
(b). Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP);
(c). Fotocopy absensi (jika kasus kecelakaan terjadi pada
waktu kerja); dan
(d). Keterangan kronologis kejadian kecelakaan.

Dokumen wajib lainnya (tergantung kasus):


(a). Surat Perintah Tugas dari pemberi kerja, jika kasus
kecelakaan terjadi pada saat ditugaskan, lembur,
keluar kota atau tugas lain;
(b). Laporan Polisi (LP) setempat, atau Surat Jaminan PT.
Jasa Raharja (Persero), jika kasus kecelakaan terjadi di
lalu lintas;
(c). Berita Acara Kecelakaan dari instansi lainnya seperti;
1) PT. Kereta Api, jika kecelakaan berhubungan
dengan transportasi kereta api.
2) Syahbandar, jika kecelakaan berhubungan dengan
transportasi laut.
3) Otoritas Bandar Udara, jika kecelakaan
berhubungan dengan transportasi udara.
(d). Surat Keterangan minimal 2 (dua) orang saksi yang
mengetahui dan melihat langsung kasus dengan
disertai data identitas saksi agar dapat dikonfirmasi
dan Surat Keterangan tersebut diketahui oleh
perusahaan, jika kasus kecelakaan terjadi bukan di
jalan umum atau kecelakaan tunggal.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-24-

2) Untuk peserta bukan penerima upah;


Dokumen Wajib:
(a). Fotocopy Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan (KP
BPJS TK);
(b). Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) ber-Nomor
Induk Kependudukan (NIK); dan
(c). Keterangan kronologis kejadian kecelakaan.

Dokumen wajib lainnya (tergantung kasus):


(a). Laporan Polisi (LP) setempat, atau Surat Jaminan PT.
Jasa Raharja (Persero), jika kasus kecelakaan terjadi di
lalu lintas;
(b). Berita Acara Kecelakaan dari instansi lainnya seperti;
1) PT. Kereta Api, jika kecelakaan berhubungan
dengan transportasi kereta api.
2) Syahbandar, jika kecelakaan berhubungan dengan
transportasi laut.
3) Otoritas Bandar Udara, jika kecelakaan
berhubungan dengan transportasi udara.
(c). Surat Keterangan minimal 2 (dua) orang saksi yang
mengetahui dan melihat langsung kasus dengan
disertai data identitas saksi agar dapat dikonfirmasi jika
kasus kecelakaan terjadi bukan di jalan umum atau
kecelakaan tunggal.
(d). Dokumen pendukung lainnya apabila diperlukan.

b) Untuk peserta jasa konstruksi


(a). Salinan Formulir Pendaftaran Proyek Jasa Konstruksi;
(b). Bukti Pembayaran Iuran Terakhir;
(c). Fotokopi KTP Peserta;
(d). Salinan Surat Perintah Kerja (SPK);
(e). Salinan formulir terkait perubahan data pekerja/buruh
proyek jasa konstruksi;
(f). Fotokopi absensi minimal seminggu terakhir;
(g). Keterangan kronologis kejadian yang dibuat oleh
penanggung jawab proyek; dan
(h). Dokumen pendukung lainnya apabila diperlukan
misalnya, salinan adendum perpanjangan waktu
pekerjaan, foto peserta saat terjadinya kecelakaan di
lokasi proyek konstruksi,dsb.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja danJaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-25-

1.2. Penelitian atas Laporan Kecelakaan Kerja Tahap I (Formulir BPJS


Ketenagakerjaan 3 KK1 atau 3 PAK1)

1) Customer Service Officer yang selanjutnya disebut CSO melakukan,


yaitu:
a) Memeriksa dan meneliti eligibilitas status data kepesertaan
dan status upah dengan ketentuan:
(a). Jika eligibilitas status data kepesertaan tidak valid maka
klaim dikembalikan.
(b). Jika eligibilitas kepesertaan dan status data upah
meragukan maka CSO menganjurkan Pihak Pelapor
untuk berkoordinasi dengan Marketing Officer (MO) atau
Relation Officer (RO) Kantor Cabang Kepesertaan.
b) Jika eligibilitas kepesertaan dan status data upah valid maka
CSO memeriksa dan meneliti kelengkapan pengisian formulir
BPJS Ketenagakerjaan 3 KK1 atau 3 PAK1 beserta dokumen
pendukungnya, jika dokumen pendukung belum lengkap
dokumen tetap diterima dan diagendakan serta diinformasikan
terkait kekurangan dokumen pendukungnya dengan tanda
terima kepada Pihak Pelapor untuk dilengkapi dalam waktu
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah terjadinya kecelakaan.
c) Jika dokumen telah lengkap, maka CSO menyerahkan
dokumen Laporan Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja
Tahap I kepada Penata Madya Pelayanan yang selanjutnya
disebut PMP.
2) PMP dapat meneliti ulang terkait data kepesertaan, jenis pekerjaan
serta upah tenaga kerja tersebut melalui database dan/atau
salinan formulir BPJS Ketenagakerjaan terkait pendaftaran dan
penonaktifan kepesertaan serta salinan formulir BPJS
Ketenagakerjaan terkait rincian iuran tenaga kerja yang ada di
BPJS Ketenagakerjaan berkoordinasi dengan Marketing Officer (MO)
atau Relation Officer (RO).
3) PMP meneliti penyebab terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja dan akibat yang ditimbulkan terutama terkait tanggal
dan uraian terjadinya kecelakaan atau penyakit.
4) Berdasarkan hasil penelitian PMP maka tindak lanjut terhadap
Laporan Tahap I, antara lain:
a) Jika disimpulkan tidak termasuk dalam ruang lingkup
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, maka Kantor
Cabang segera memberitahukan secara tertulis melalui surat
kepada Pihak Pelapor dalam waktu 2 x 24 jam hari kerja dengan
tembusan surat ke Disnaker setempat dan BPJS Kesehatan
setempat.

PetunjukTeknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-26-

r "\

b) Jika disimpulkan termasuk dalam ruang lingkup kecelakaan


kerja atau penyakit akibat kerja, maka:
(a). Kantor Cabang mengirimkan surat konfirmasi kepada Pihak
Pelapor terkait kelanjutan pelaporan Kecelakaan Kerja atau
Penyakit Akibat Kerja Tahap II, dan jika Pihak Pelapor tidak
memberikan konfirmasi sesuai batas waktu 30 (tiga puluh)
hari sebagaimana yang tertuang dalam surat konfirmasi
maka Kantor Cabang dapat membatalkan laporan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja tahap I
tersebut.
(b). Kantor Cabang menginformasikan kepada Pihak Pelapor
yang telah mengajukan laporan Kecelakaan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja tahap I tersebut, terkait ketentuan
prosedur dan penggantian manfaat pada kasus
reimbursement.
c) Apabila terdapat keraguan atas kasus kecelakaan atau penyakit
akibat kerja tersebut maka dalam jangka waktu selambatnya 2
x 24 jam hari kerja sejak diterimanya Laporan Kecelakaan Kerja
atau Penyakit Akibat Kerja Tahap I, Kepala Bidang Pelayanan
atau PMP atau Manajer Kasus KK-PAK baik secara lisan
maupun tulisan segera berkoordinasi dengan Dinas
Ketenagakerjaan setempat. Jika dianggap perlu, dilakukan
bedah kasus bersama pegawai pengawas dan dapat dilanjutkan
dengan pengecekan kasus meragukan tersebut.
5) Pengecekan kasus yang meragukan tersebut ke lokasi kejadian
dapat dilaksanakan dengan mekanisme;
a) Bersama-sama dengan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan
setempat; atau
b) Dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, dan mengkoordinasikan
rencana dan hasilnya dengan Pegawai Pengawas
Ketenagakerjaan setempat.
c) Bila diperlukan dan untuk efisiensi pembiayaan, dapat
dilakukan koordinasi antara Kantor Cabang Kepesertaan
dengan Kantor Cabang terdekat dengan lokasi kejadian untuk
pengecekan kasus yang meragukan dan pembiayaan atas
pengecekan kasus yang meragukan tersebut menjadi tanggung
jawab Kantor Cabang Kepesertaan.
6) Jika berdasarkan hasil pengecekan kasus disimpulkan bahwa
kasus tersebut tidak termasuk dalam ruang lingkup Kecelakaan
Kerja atau Penyakit Akibat Kerja, maka Kantor Cabang dalam
waktu 2 x 24 jam hari kerja memberikan surat berisikan penjelasan
kepada Pihak Pelapor bahwa kasus tersebut tidak dapat
ditindaklanjuti, tembusan surat ke Disnaker setempat dan BPJS
Kesehatan setempat.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-27-

7) Pada surat tersebut diinformasikan bahwa jika Pihak Pelapor


berkeberatan dengan kesimpulan pada surat tersebut, maka Pihak
Pelapor dapat mengajukan banding kepada Disnaker setempat.

1.3. Pengajuan Laporan Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja


Tahap II (Formulir BPJS Ketenagakerjaan 3a KK2 atau 3a PAK2)

Berdasarkan formulir BPJS Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b PAK3 yang


telah dilengkapi oleh dokter yang merawat atau dokter penasehat,
didapatkan informasi terkait kondisi terkini dari peserta, antara lain;
a) Sembuh (keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir);
b) Sedang dalam tahap perawatan/pengobatan;
c) Cacat;
d) Meninggal dunia / meninggal mendadak; atau.
e) Kasus kambuh

Atas dasar formulir 3b KK3 atau 3b PAK3 yang telah dilengkapi oleh
dokter yang merawat atau dokter penasehat maka dalam waktu tidak
lebih dari 2x24 jam hari kerja, Pihak Pelapor wajib melaporkan kepada
Disnaker setempat dan BPJS Ketenagakerjaan laporan Kecelakaan Kerja
atau Penyakit Akibat Kerja tahap II dengan menggunakan formulir 3a
KK2 atau 3a PAK2 dengan melampirkan seluruh dokumen pendukung
antara lain:
1) Fotokopi Kartu Keluarga atau fotokopi Surat Keterangan Ahli Waris
yang diterbitkan oleh instansi dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang bagi peserta yang meninggal dunia (menunjukkan
aslinya).
2) Surat pengantar rujukan atau surat keterangan Pihak Pelapor terkait
pindah perawatan (pada kasus pindah perawatan).
3) Kuitansi asli biaya pengangkutan. Apabila peserta yang tertimpa
kecelakaan kerja maka peserta berhak atas biaya pengangkutan
sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
4) Kuitansi asli pembelian orthose, prothese atau alat bantu lainnya..
5) Kuitansi asli penggantian gigi tiruan.
6) Kuitansi asli biaya rehabilitasi medis.
7) Kuitansi pembelian obat di apotek harus dilampiri dengan salinan
(fotokopi) resepnya.
8) Kuitansi asli biaya pengobatan dan perawatan :
(a). Biaya pengobatan (rawat jalan) meliputi : biaya obat, jasa
dokter, biaya karcis berobat dan biaya-biaya penunjang
diagnostik (rontgen, patologi, anatomi, laboratorium, autopsi /
visum et repertum) serta biaya pengisian formulir BPJS
Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b PAK3 dari rumah sakit.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-28-

Catatan :

Tidak dibenarkan ada harga obat dalam kuitansi dokter,


kecuali apabila di lokasi tersebut tidak terdapat apotik.
Khusus untuk kasus rawat jalan yang tidak dirawat di rumah
sakit maka perlu dilengkapi dengan salinan resep.

(b). Biaya perawatan (rawat inap) meliputi: biaya kamar, sewa


kamar bedah, ICU, biaya administrasi, obat-obatan, tindakan
dokter dan penunjang diagnostik.

9) Dokumen pendukung lainnya apabila diperlukan.

1.4. Penelitian atas Laporan Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat


Kerja Tahap II (Formulir BPJS Ketenagakerjaan 3a KK2 atau 3a
PAK2) dan atas keterangan dokter yang merawat (Formulir BPJS
Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b PAK3).

1) CSO memeriksa dan meneliti kelengkapan pengisian formulir BPJS


Ketenagakerjaan 3a KK2 atau 3a PAK2 dan 3b KK3 atau 3b PAK3
beserta dokumen pendukungnya.
a) Bila dokumen belum lengkap, maka CSO mengembalikan
dokumen tersebut kepada Pihak Pelapor untuk
kelengkapannya.
b) Bila dokumen telah lengkap, maka CSO menyerahkan dokumen
tersebut kepada PMP.
c) CSO menginformasikan kepada Pihak Pelapor agar manfaat
beasiswa pendidikan diajukan sekaligus pada saat pengajuan
klaim JKK jika telah memenuhi persyaratan teknis dan
administratif pada ketentuan perundangan yang berlaku.
2) PMP meneliti kelengkapan dan kejelasan:
a) Formulir BPJS Ketenagakerjaan 3a KK2 atau 3a PAK2.
b) Formulir BPJS Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b PAK3 yang diisi
oleh dokter yang merawat atau dokter penasehat.
c) Keterkaitan antara formulir BPJS Ketenagakerjaan 3 KK1 atau
3 PAK1 yang telah diterima sebelumnya dengan:
(a). Formulir BPJS Ketenagakerjaan 3a KK2 atau 3a PAK2.
(b). Formulir BPJS Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b PAK3.
d) Data pendukung lainnya (kuitansi biaya rumah sakit, biaya
pengobatan, surat tugas, surat keterangan istirahat dan
dokumen pendukung lainnya).
e) Segera memberitahukan kepada Pihak Pelapor jika masih
terdapat kekurangan data pendukung lainnya (misalnya
terdapat kekurangan dokumen kuitansi biaya rumah sakit,
biaya pengobatan, surat tugas, surat keterangan istirahat dan
sebagainya).

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-29-

1.5. Penetapan dan Pembayaran Jaminan.

Berdasarkan Laporan Kecelakaan atau Penyakit Akibat Kerja tahap I


dan tahap II yang dilengkapi dengan data pendukung serta melalui
proses verifikasi maka ditetapkan besarnya jaminan, dengan
penggantian sebagai berikut:
1) Penggantian biaya perawatan dan pengobatan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut;
a) Untuk kasus pemberi kerja menunggak iuran lebih dari 3 (tiga)
bulan, maka penggantian biaya perawatan dan pengobatan
dapat diberikan:
(a). Setelah pemberi kerja melunasi tunggakan iuran beserta
dendanya, dan dibuktikan dengan bukti pembayaran iuran
beserta dendanya sebagai dokumen tambahan pengajuan
klaim perawatan dan pengobatan.
(b). Besarnya penggantian biaya sesuai standar tarif Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan di wilayah yang sama dengan
lokasi perawatan kasus Kecelakaan Kerja atau Penyakit
Akibat Kerja tersebut.
b) Kantor Cabang menginformasikan kepada Pihak Pelapor yang
telah mengajukan laporan Kecelakaan Kerja dan Penyakit
Akibat Kerja Tahap I, terkait ketentuan prosedur dan
penggantian manfaat pada kondisi menunggak iuran.
2) Dalam hal kasus KK atau PAK terjadi dan tidak terdapat Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan maka pelayanan kesehatan dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang terdekat baik
milik Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun milik swasta dan
penggantian biayanya disesuaikan dengan standar tarif Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan di wilayah yang sama.
3) Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan berlaku sebagai pembayar kedua,
maka untuk proses penggantian pembiayaannya kepada Pihak
Pelapor menggunakan kode akun pergantian dari Asuransi
Coordination of Benefit (CoB).
4) Pada kasus Kecelakaan Kerja di lalu lintas yang bisa dijamin oleh
pihak lain, seperti PT. Jasa Raharja (Persero), maka BPJS
Ketenagakerjaan mengupayakan sebagai pembayar kedua,
sehingga:
a) Kantor Cabang dapat membantu memfasilitasi Pihak Pelapor
untuk proses penggantian biaya perawatan dan pengobatan
serta pemberian santunan dari PT. Jasa Raharja (Persero).
b) Kantor Cabang menjelaskan kepada Pihak Pelapor bahwa BPJS
Ketenagakerjaan memproses lebih lanjut pengajuan setelah
Pihak Pelapor mendapatkan penggantian biaya dari PT. Jasa
Raharja (Persero) dengan penggantian selisih biaya perawatan

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-30-

dan pengobatan serta pemberian santunan sesuai ketentuan


yang berlaku.

5) Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan berlaku sebagai pembayar


pertama, maka:
a) Kantor Cabang mengajukan proses penggantian biaya yang
telah ditetapkan kepada pihak pembayar kedua yang ditunjuk,
misal PT. Jasa Raharja (Persero).
b) Pembayaran atas penggantian dari pihak pembayar kedua yang
ditunjuk tersebut ditransfer ke nomor rekening Kantor Cabang
penerima Beban Jaminan Kecelakaan Kerja.
6) Pengajuan reimbursement klaim JKK diproses lebih lanjut setelah
dipenuhinya persyaratan teknis dan administratif.

E. Hal Lain Terkait Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja.

Dalam penyelesaian Jaminan Kecelakaan Kerja, terdapat beberapa hal yang


perlu diperhatikan, yaitu:

1. Pengajuan biaya pengobatan dan perawatan pada kasus Kecelakaan


Kerja atau Penyakit Akibat Kerja pada kasus reimbursement atau
perawatan dan pengobatan di Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan harus diteliti tentang kewajarannya. Apabila
diperlukan karena diragukan kewajarannya, maka Bidang Pelayanan
secara berjenjang melakukan tahapan yaitu;
a) Kepala Bidang Pelayanan (KBL) atau PMP meminta konfirmasi
kepada dokter yang merawat atau pihak lain yang ditunjuk oleh
fasilitas kesehatan yang merupakan tempat bekerja dokter yang
merawat tersebut, seperti Komite Etik Rumah Sakit.
b) PMP melaporkan hasil konfirmasi kepada Kepala Bidang Pelayanan
(KBL) atas hasil konfirmasi yang telah didapatkan untuk diambil
keputusan.
c) Jika masih meragukan untuk pengambilan keputusan, maka:
a. KBL atau PMP melakukan konsultasi lebih lanjut kepada Kepala
Pelayanan atau Manajer Kasus KK-PAK di Kantor Wilayah.
b. Secara bersamaan, KBL atau PMP dapat melakukan konsultasi
kepada Komite Independen KK-PAK BPJS Ketenagakerjaan atau
Divisi Pengembangan Jaminan melalui grup milis (online forums
and email-based groups)
d) Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Pengawas
Ketenagakerjaan setempat untuk meminta pertimbangan medis
Dokter Penasehat.

Semua biaya pengangkutan, pengobatan, perawatan, dokter dan Iain-


lain harus dibuktikan dengan bukti asli yang jelas perincian dan

PetunjukTeknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-31-

kelayakan penggunaannya. Dalam hal masih terdapat keragu-


raguan, petugas BPJS Ketenagakerjaan agar melakukan konsultasi
dengan pihak yang mengeluarkannya.

Semua kuitansi asli dibubuhi materai cukup sesuai ketentuan yang


berlaku.

Catatan:

Apabila biaya pengobatan dan perawatan telah dibayarkan oleh


asuransi/institusi lain dengan menggunakan kuitansi asli maka
selisih biaya pengobatan dan perawatannya dibayar oleh BPJS
Ketenagakerjaan sesuai ketentuan yang berlaku, dengan
melampirkan;
• Surat dari pihak pembayar pertama yang berisikan keterangan
terkait komponen manfaat dan besaran penggantian biaya.
• Salinan kuitansi yang telah dilegalisasi oleh pihak pembayar
pertama.
• Penetapan atau bukti penggantian biaya perawatan dan
pengobatan dari pihak pembayar pertama.

Penentuan ahli waris berdasarkan ketentuan peraturan


perundangan yang berlaku, meliputi:
a) Janda, duda atau anak;
b) Dalam hal janda, duda atau anak tidak ada, maka manfaat JKK
diberikan sesuai urutan sebagai berikut:
1) Keturunan sedarah peserta menurut garis lurus keatas dan
kebawah sampai derajat kedua;
2) Saudara kandung;
3) Mertua;
4) Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh peserta; dan
5) Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada
pihak lain yang mengurus pemakaman, sedangkan santunan
kematian diserahkan ke Dana Jaminan Sosial Program JKK.
Dalam perhitungan penetapan JKK pada hasil terakhir dilakukan
pembulatan keatas dari setiap pecahan kurang dari Rp. 10,00 (sepuluh
rupiah) menjadi Rp.10,00 (sepuluh rupiah) penuh.
6. Apabila dalam suatu lokasi terjadinya Kecelakaan Kerja atau
Penyakit Akibat Kerja tidak ada dokter, maka pelayanan kesehatan
dapat diberikan oleh petugas medis yang berwenang dan untuk
penandatanganan formulir BPJS Ketenagakerjaan 3b KK3 atau 3b
PAK3 dapat dilakukan oleh petugas medis tersebut.
7. Hak untuk menuntut manfaat JKK menjadi gugur apabila telah lewat
waktu 2 (dua) tahun sejak Kecelakaan Kerja terjadi.
8. Kantor Cabang yang menyelesaikan JKK dari peserta bukan
kepesertaan kantor cabangnya berkoordinasi dengan Kantor Cabang
asal kepesertaan agar adanya kesepahaman dan kesamaan pendapat

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-32-

internal dalam penyelesaian kasus sebelum memberikan pernyataan


kepada pihak eksternal.
Kantor Cabang melakukan uji sampling atas klaim Jaminan
Kecelakaan Kerja yang telah ditetapkan dan dibayarkan minimal 1
(satu) kali setiap 3 (tiga) bulan yang dilaksanakan disetiap minggu
keempat.
10. Dalam hal peserta memiliki lebih dari 1 (satu) kepesertaan, maka
peserta mendapatkan manfaat Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dari nomor kepesertaan terjadinya risiko kecelakaan kerja.
Misal :
a) Peserta terdaftar di perusahaan A, B dan C.
b) Peserta mengalami kecelakaan terkait dengan urusan pekerjaan
di Perusahaan A dan menyebabkan kematian peserta.
c) Atas kejadian tersebut peserta mendapatkan manfaat meninggal
akibat kecelakaan kerja Program Jaminan Kecelakaan Kerja yang
dihitung berdasarkan upah yang dilaporkan oleh perusahaan A
kepada Badan Penyelenggara.
d) Peserta tidak mendapatkan manfaat Program Jaminan Kematian
dari kepesertaan yang terdaftar di perusahaan B dan C.
11. Biaya transfer atas reimbursement Klaim JKK ditanggung oleh
pemberi kerja, peserta atau ahli waris apabila pembayaran jaminan
kepada pemberi kerja, peserta atau ahli waris (sesuai ketentuan
penerima manfaat) dilakukan diluar bank operasional BPJS
Ketenagakerjaan.
12. Beban materai yang terjadi atas reimbursement Klaim JKK karena
pembayaran jaminan dibebankan atau dibayarkan oleh pemberi kerja,
peserta atau ahli waris.
13. Biaya transfer dan beban materai atas tagihan klaim dari Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan sesuai kesepakatan yang tercantum
dalam Perjanjian Kerja Sama
14. Pembayaran atas reimbursement klaim JKK selambatnya 7 (tujuh)
hari kerja setelah dipenuhinya persyaratan teknis dan administratif.
15. Penggantian biaya pemulasaraan jenazah termasuk sebagai biaya
pemakaman.

F. Masalah Yang Timbul Akibat Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja
dan Upaya Penyelesaiannya.

1. Kepesertaan
1.1. Dalam hal perusahaan baru baik jasa konstruksi maupun bukan
jasa konstruksi yang telah mendaftar namun belum membayar lunas
iuran pertama, maka biaya yang timbul akibat kecelakaan kerja
menjadi tanggung jawab pemberi kerja sesuai ketentuan yang
berlaku.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja danJaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-33-

1.2. Jaminan Kecelakaan Kerja akibat Kecelakaan Kerja atau Penyakit


Akibat Kerja yang terjadi setelah formulir pendaftaran diterima yang
dibuktikan melalui validasi data tanggal dan waktu pada formulir la
atau data log data pelaporan peserta pada akses pada Sistem
Informasi Pelaporan Pekerja (SIPP), maka kasus tersebut menjadi
tanggung jawab pemberi kerja sesuai ketentuan yang berlaku pada:
1) Perusahaan baru jasa konstruksi yang telah mendaftar namun
belum membayar lunas iuran termin pertama.
2) Perusahaan baru bukan jasa konstruksi yang telah mendaftar
namun belum membayar lunas iuran pertama.
1.3. Dalam hal perusahaan jasa konstruksi yang telah menjadi peserta
dan belum membayar iuran termin lanjutan sesuai ketentuan, maka:
a) Jaminan Kecelakaan Kerja akibat kecelakaan kerja dan/atau
penyakit akibat kerja yang terjadi adalah tanggung jawab pemberi
kerja terlebih dahulu.
b) Untuk kemudian dapat diajukan kepada Badan Penyelenggara
setelah iuran termin sesuai ketentuan dibayarkan lunas.
1.4. Apabila terjadi kecelakaan yang menimpa pekerja baru dari
perusahaan bukan jasa konstruksi yang telah menjadi peserta
dengan kondisi kecelakaan terjadi sebelum pendaftaran diterima oleh
BPJS Ketenagakerjaan yang dibuktikan melalui validasi data tanggal
dan waktu pada formulir la atau data log data pelaporan peserta
pada akses pada Sistem Informasi Pelaporan Pekerja (SIPP), maka
jaminan kecelakaan kerjanya bukan merupakan tanggung jawab
BPJS Ketenagakerjaan.
1.5. Apabila kecelakaan terhadap pekerja/buruh pada proyek konstruksi
terjadi setelah melewati batas waktu 7 (tujuh) hari dari batas waktu
kewajiban pemberi kerja untuk pelaporan atas perubahan data
pekerja/buruh, maka pemberi kerja wajib membayar hak-hak
pekerja/buruh tersebut sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2. Perusahaan menunggak iuran selama 3 (tiga) bulan.


2.1. Kasus jaminan kecelakaan kerja reimburse bagi peserta sembuh atau
cacat tetap sebagian atau cacat fungsi.
a) Apabila saat terjadinya kecelakaan kerja perusahaan menunggak
iuran lebih dari 3 (tiga) bulan, maka pemberi kerja wajib
membayarkan terlebih dahulu manfaat jaminan kecelakaan kerja
yang menjadi hak peserta sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
b) BPJS Ketenagakerjaan akan melakukan penggantian atas manfaat
jaminan yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh pemberi kerja
tersebut kepada pemberi kerja (dilampirkan bukti telah adanya
pembayaran manfaat oleh pemberi kerja terlebih dahulu kepada
peserta). Penggantian manfaat tersebut dilakukan setelah pemberi

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja danJaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-34-

kerja membayar lunas tunggakan iuran sampai dengan bulan


terjadinya kasus jaminan kecelakaan kerja beserta dendanya.
c) BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar penggantian jaminan
sebagaimana dimaksud butir b. paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sejak dokumen pendukung dinyatakan lengkap.

2.2. Kasus jaminan kecelakaan kerja reimbursement bagi peserta


meninggal dunia atau cacat total tetap.

Apabila saat kecelakaan kerja terjadi perusahaan menunggak iuran


lebih dari 3 (tiga) bulan, maka manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja
kepada peserta, wajib dibayarkan terlebih dahulu oleh pemberi kerja
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Penetapan dan pembayaran manfaat JKK oleh Badan Penyelenggara


sesuai ketentuan perundangan yang berlaku jika pemberi kerja telah
melunasi iuran beserta dendanya sampai dengan bulan terjadinya
kecelakaan (dilampirkan bukti telah adanya pembayaran manfaat oleh
pemberi kerja terlebih dahulu kepada peserta).

Perbedaan pendapat mengenai kecelakaan kerja / penyakit akibat kerja


atau bukan kecelakaan kerja / penyakit akibat kerja.
3.1. Pemberi kerja, peserta/keluarga peserta, atau Badan Penyelenggara
meminta penetapan kepada Pengawas Ketenagakerjaan setempat,
jika terjadi perbedaan pendapat atas kesimpulan kasus kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja.
3.2. Berdasarkan permintaan sebagaimana dimaksud pada butir 3.1. di
atas, Pengawas Ketenagakerjaan dan petugas Badan Penyelenggara
secara bersama-sama mengadakan penelitian dan pemeriksaan atas
kecelakaan atau penyakit dimaksud.
3.3. Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada butir 3.2., Pengawas Ketenagakerjaan membuat
penetapan kecelakaan kerja atau bukan kecelakaan kerja.
3.4. Jika hasil penetapan Pengawas Ketenagakerjaan tidak dapat
diterima oleh;
a) Peserta, keluarga peserta dan/atau pemberi kerja, maka
langkah yang dilakukan oleh peserta, keluarga peserta
dan/atau pemberi kerja adalah;
1) Peserta, keluarga peserta dan/atau pemberi kerja dapat
meneruskan ke Kementerian Ketenagakerjaan RI.
2) Sambil menunggu penetapan Pengawas Ketenagakerjaan,
Pemberi Kerja wajib membayar terlebih dahulu biaya
pengangkutan, biaya pertolongan pertama pada kecelakaan,
dan santunan sementara tidak mampu bekerja kepada
pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-35-

3) Apabila Menteri Ketenagakerjaan RI menetapkan sebagai


kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka BPJS
Ketenagakerjaan wajib membayar manfaat JKK sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

b) Badan Penyelenggara, maka langkah yang dapat diambil Badan


Penyelenggara adalah mengajukan banding dengan langkah
sebagai berikut;
1) Kantor Cabang dalam waktu 2x24 jam hari kerja meminta
pertimbangan kepada Kantor Wilayah disertai pendapat
Kantor Cabang.
2) Kantor Wilayah dalam waktu 2 x 24 jam hari kerja sejak
diterimanya laporan dari Kantor Cabang maka Kantor
Wilayah wajib mengambil keputusan terkait tindak lanjut
hasil penetapan Pengawas Ketenagakerjaan.
3) Apabila Kantor Wilayah masih belum dapat memutuskan,
maka Kantor Wilayah dalam waktu 2 x 24 jam hari kerja
melaporkan hasil pertimbangan Kantor Wilayah kepada
Divisi Pengembangan Jaminan dengan tembusan Direktur
Pelayanan dan Kepatuhan untuk dimintakan pertimbangan
kasus banding kepada Menteri Ketenagakerjaan RI.
4) Divisi Pengembangan Jaminan dalam waktu paling lambat 3
X 24 jam hari kerja mengambil keputusan sejak diterimanya
laporan dari Kantor Wilayah.
5) Apabila Divisi Pengembangan Jaminan masih belum dapat
memutuskan, maka Divisi Pengembangan Jaminan dalam
waktu 3 x 24 jam hari kerja setelah menerima laporan dari
Kantor Wilayah meminta banding kasus kepada Menteri
Ketenagakerjaan RI disertai pendapat dari Badan
Penyelenggara atas kasus kecelakaan atau penyakit
tersebut.

Perbedaan pendapat tentang persentase cacat atau penyakit akibat kerja.


4.1. Pemberi kerja, peserta/keluarga peserta, atau Badan Penyelenggara
meminta penetapan kepada Pengawas Ketenagakerjaan setempat,
jika terjadi perbedaan pendapat atas besar persentase kecacatan dan
penyakit akibat kerja.
4.2. Pengawas Ketenagakerjaan, menindaklanjuti permintaan tersebut
berkoordinasi dengan Dokter Penasehat untuk meminta
pertimbangan medis. Pertimbangan medis dari Dokter Penasehat
tersebut digunakan untuk;
a) Menetapkan persentase cacat; dan
b) Menentukan penyakit yang diderita peserta merupakan penyakit
akibat kerja atau bukan penyakit akibat kerja.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-36-

4.3. Penanggung biaya serta besaran biaya atas jasa konsultasi Dokter
Penasehat untuk pertimbangan medis tersebut diberikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4.4. Dalam hal penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan tidak
dapat diterima oleh salah satu pihak maka pihak yang bersangkutan
dapat mengajukan banding kepada Menteri Ketenagakerjaan RI.
4.5. Sambil menunggu penetapan Menteri Ketenagakerjaan RI terkait
besaran persentase cacat, maka jika kasus kecelakaan atau penyakit
akibat kerja telah dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawat,
maka Badan Penyelenggara membayarkan manfaat selain santunan
kecacatan kepada Pemberi Kerja dan/atau Trauma Center BPJS
Ketenagakerj aan,
4.6. Setelah penetapan Menteri Ketenagakerjaan RI mengenai persentase
cacat diterbitkan, maka Badan Penyelenggara menetapkan dan
membayarkan besarnya manfaat JKK yaitu santunan kecacatan
yang belum diberikan kepada peserta.

Perbedaan besaran santunan yang diterima oleh tenaga kerja


5.1. Peserta atau ahli waris meminta perhitungan ulang kepada Pengawas
Ketenagakerjaan setempat, jika terjadi perbedaan pendapat atas besar
santunan akibat pelaporan upah yang tidak benar oleh pemberi kerja
kepada Badan Penyelenggara.
5.2. Berdasarkan permintaan tersebut diatas, Pengawas Ketenagakerjaan
menghitung ulang besarnya santunan berdasarkan upah
sebenarnya yang diterima oleh peserta pada waktu terjadi kecelakaan
atau penyakit akibat kerja.
5.3. Jika berdasarkan hasil perhitungan Pegawai Pengawas tersebut
santunan yang diterima lebih besar dibandingkan santunan yang
telah dibayarkan oleh Badan Penyelenggara, maka pemberi kerja wajib
membayar kekurangan dari santunan yang seharusnya diterima
peserta atau ahli waris peserta.
5.4. Dalam hal penetapan pegawai pengawas ketenagakerjaan tidak
dapat diterima oleh pemberi kerja atau peserta atau ahli waris, maka
pihak yang bersangkutan dapat mengajukan banding kepada Menteri
Tenaga Kerja.

Kasus Meragukan
Jika kasus memerlukan kebijakan atau masih menimbulkan keraguan
meskipun telah dikoordinasikan dengan Dinas Ketenagakerjaan setempat,
maka;
6.1. Kantor Cabang meminta pertimbangan kepada Kantor Wilayah dalam
waktu 2x24 jam hari kerja.
6.2. Kantor Wilayah harus mengambil keputusan dalam waktu 2x24 jam
hari kerja setelah diterimanya laporan dari Kantor Cabang.
6.3. Apabila Kantor Wilayah belum dapat memutuskan dalam waktu 2 x
24 jam hari kerja tersebut, Kantor Wilayah segera melaporkan kepada

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-37-

Divisi Pengembangan Jaminan dan ditembuskan kepada Direktur


Pelayanan dan Kepatuhan serta menyampaikan hal-hal sebagai
berikut :
a) Pendapat Kantor Cabang dan Kantor Wilayah tentang kasus
tersebut bila ditinjau dari segi ketentuan yang berlaku.
b) Laporan kronologis kasus yang diajukan.
c) Melampirkan dokumen pendukung.

7. Pembayaran Jaminan Kematian menjadi Jaminan Kecelakaan Kerja


Apabila manfaat jaminan kematian telah dibayarkan kepada ahli waris,
namun berdasarkan informasi atau pemeriksaan lanjutan diketahui bahwa
kasus meninggal dunia ternyata meninggal akibat kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja maka dilakukan penyesuaian manfaat. Pembayaran
manfaat JKK dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
7.1. Kantor Cabang melakukan pengecekan terhadap kasus kematian
tersebut untuk memastikan kembali apakah meninggal akibat
kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja atau bukan akibat
kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja.
7.2. Apabila benar kasus kematian tersebut akibat kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja maka Kepala Kantor Cabang melalui Kepala
Bidang Pelayanan melakukan penetapan JKK atas peserta tersebut
setelah dikurangi dengan jumlah santunan jaminan kematian yang
sudah dibayarkan.
7.3. Kepala Bidang Keuangan dan TI melakukan koreksi pembukuan atas
penetapan klaim Jaminan Kematiannya
7.4. Kepala Bidang Keuangan dan TI melakukan pengembalian Dana
Jaminan Sosial atas koreksi penetapan Jaminan Kematian.

8. Penetapan JKK untuk tenaga kerja yang kepesertaannya sudah


dinonaktifkan.

Bidang Pelayanan menolak pengajuan klaim JKK apabila status


kepesertaan tenaga kerja tidak eligible. Apabila status kepesertaan telah
eligible maka pengajuan klaim JKK dapat diterima dan diproses lebih
lanjut. Jika terjadi tuntutan perusahaaan akibat kepesertaan tidak eligible
karena telah di non aktifkan, maka perusahaan dapat berkoordinasi
dengan Bidang Pemasaran/Kepesertaan.

Bagi perusahaan maupun Kantor Cabang yang melakukan kesalahan


penonaktifan, Kantor Wilayah memastikan secara cermat kelayakan kasus
yang diajukan Kantor Cabang sehingga tidak terjadi fraud oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung]awab, dengan melalui tahapan prosedur sebagai
berikut

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-38-

1) Apabila kesalahan pelaporan penonaktifan dari pihak perusahaan:


a. RO atau MO bersama Manajer Kasus atau PMP melakukan
pengecekan atas kasus meninggal/kecelakaan tersebut pengecekan
atas kasus meninggal/kecelakaan tersebut, untuk membuktikan
bahwa benar peserta meninggal/kecelakaan terjadi pada saat tenaga
kerja masih aktif bekerja.
b. Hasil pengecekan kasus dituangkan dalam Laporan Hasil
Pengecekan Kasus yang ditandatangani RO atau MO bersama
Manajer Kasus atau PMP yang melakukan pengecekan dan
diketahui oleh Kepala Bidang Pemasaran (KBP) dan KBL.
c. Sebagai tindak lanjut dari hasil pengecekan kasus, KBP meminta
kepada perusahaan dimana peserta bekerja untuk membuat Surat
Permohonan Koreksi Status Kepesertaan diatas materai dengan
mencantumkan alasan koreksi kepesertaan tersebut, dan
pernyataan untuk tidak mengulangi kasus serupa. Untuk
selanjutnya surat pernyataan tersebut di dokumentasikan Kantor
Cabang sebagai tindak lanjut apabila terjadi kasus serupa pada
perusahaan yang sama di kemudian hari.
d. Apabila hasil pengecekan kasus membuktikan bahwa peserta
meninggal /kecelakaan terjadi tidak dalam hubungan kerja, maka
Kantor Cabang segera membuat surat penjelasan kepada
perusahaan bahwa klaim tidak dapat dibayarkan.

2) Apabila kesalahan pelaporan penonaktifan oleh RO :


a. RO membuat Surat Pernyataan Permohonan Koreksi Status
Kepesertaan bermaterai diketahui oleh Kepala Bidang Pemasaran.
Selanjutnya KBP wajib melakukan pembinaan terhadap Petugas
Pemasaran dibawah supervisinya.
b. Berdasarkan Surat Permohonan Koreksi Status Kepesertaan dari
RO, dibuatkan Berita Acara Koreksi Non Aktif yang
ditandatangani oleh RO disetujui oleh KBP dan KBL yang diketahui
oleh Kepala Kantor Cabang (KKC).

3) Selanjutnya, KKC membuat Surat Permohonan yang ditujukan kepada


Kepala Kantor Wilayah untuk melakukan koreksi status kepesertaan
Non Aktif
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah Laporan Hasil
Pengecekan Kasus dengan melampirkan bukti pendukung sebagai
berikut :
a. Laporan hasil pengecekan kasus,
b. Surat permohonan koreksi status kepesertaan dari perusahaan,
c. Surat Pernyataan Permohonan Koreksi Status Kepesertaan dari RO,
d. Absensi tenaga kerja,
e. Dokumen Jaminan Kecelakaan Kerja.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-39-

4) Kantor Wilayah melalui Kepala Bagian Keuangan dan TI melakukan


koreksi status kepesertaan non aktif menjadi aktif selambat-lambatnya
2 (dua) hari kerja sejak Surat Permohonan diterima Kantor Wilayah,
dan menginformasikan kepada Kantor Cabang yang bersangkutan.
5) Kantor Cabang segera melakukan penetapan dan pembayaran Jaminan
Kecelakaan Kerja selambatnya 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan
informasi dari Kantor Wilayah.

9. Pengajuan untuk memperoleh manfaat beasiswa pendidikan bagi anak


peserta yang mengalami cacat total tetap atau meninggal akibat
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
9.1. Tata cara pemberian beasiswa, sebagai berikut:
a) Pemberi kerja atau ahli waris pekerja mengajukan permohonan
untuk mendapatkan beasiswa pendidikan anak kepada BPJS
Ketenagakerjaan dengan menggunakan formulir pengajuan
beasiswa.
b) Setelah dipenuhinya persyaratan pengajuan beasiswa dan berkas
diterima lengkap, maka Kacab membayar manfaat beasiswa
pendidikan anak kepada Pekerja atau ahli warisnya paling lambat
3 (tiga) hari kerja sejak berkas diterima lengkap.
c) Pembayaran beasiswa pendidikan anak dilakukan secara
sekaligus dan diberikan hanya satu kali selama menjadi peserta.

9.2. Persyaratan untuk memperoleh manfaat beasiswa pendidikan, yaitu:


a) Peserta memiliki anak sah usia sekolah yang berusia mulai dari
usia 4 tahun sampai dengan usia maksimal 23 tahun;
b) Fotokopi KTP/Paspor anak/Akta lahir;
c) Fotokopi Kartu Keluarga;
d) Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi; dan
e) Anak pekerja belum menikah.

9.3. Beasiswa pendidikan anak diberikan hanya satu kali kepada anak
peserta dengan ketentuan:
a) CSO menginformasikan kepada pemberi kerja atau ahli waris agar
manfaat beasiswa pendidikan diajukan sekaligus pada saat
pengajuan klaim JKK tahap II.
b) Diberikan kepada anak paling tua secara berurutan ke bawah
sesuai persyaratan anak penerima beasiswa dan terdaftar di
dalam data BPJS Ketenagakerjaan atau data kartu keluarga.
c) Dalam hal pemberian beasiswa pada kasus peserta meninggal
dunia akibat kecelakan kerja, dan anak tenaga kerja masih belum
mempunyai KTP/paspor maupun belum mempunyai akses
perbankan, maka pembayaran beasiwa dapat diberikan kepada:
1) istri/suami tenaga kerja; atau
2) orangtua tenaga kerja; atau
3) wali yang ditunjuk.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-40-

BABIV
Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bertujuan agar masyarakat


pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
maupun sosial, dengan melaksanakan program menyeluruh/komprehensif,
mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan/atau
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya.

Sesuai dengan amanat Undang - Undang No 40 tahun 2004 diatas bahwa


manfaat dari Program JKK dalam bentuk pelayanan kesehatan (inkind benefit),
diberikan melalui fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama maka BPJS
Ketenagakerjaan sebagai Badan Penyelenggara harus memperluas jaringan
pelayanan kesehatan sebagai Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan.

1. Tujuan Program Trauma Centre


1. Tujuan Umum Program Trauma Center:
Terselenggaranya upaya kesehatan kerja secara optimal dan mudah
dijangkau (azas portabilitas) oleh masyarakat pekerja sehingga dapat
menanggulangi kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara
tepat dan cepat.

2. Tujuan Khusus Program Trauma Center:


a) Meningkatkan kualitas pelayanan dan manfaat Program JKK bagi
peserta dan pemberi kerja.
b) Terlaksananya pelayanan kesehatan kerja yang komprehensif dan
proaktif.
c) Terlaksananya pendataan, pencatatan dan pelaporan penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja.
d) Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan kerja dengan tenaga,
sarana dan prasarana yang memadai.
e) Mempercepat proses pembayaran klaim Program JKK dengan tetap
menjaga pengendalian biaya tanpa mengurangi kualitas
pelayanan.

2. Jenis Trauma Center.

1. Klinik Trauma Center


Klinik Trauma Center meliputi Klinik Trauma Center di Perusahaan (in
house clinic) dan Klinik Trauma Center bukan di Perusahaan seperti
klinik umum, puskesmas dan praktek dokter bersama. Cakupan
pelayanan dibedakan diantara kedua klinik ini, yang meliputi:

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJSKetenagakerjaan
-41-

-\

a) Cakupan Pelayanan Klinik Trauma Center Bukan di Perusahaan,


antara lain;
1) Upaya pencegahan, penyuluhan konseling dan pengobatan
dokter umum.
2) Pertolongan medis terhadap kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja.
3) Medical emergency response (kesiapsiagaan dan tanggap
darurat).
4) Deteksi dini, diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) sesuai
kompetensi dan batas wewenangnya.
5) Apabila diperlukan dapat melakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap, yang bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan.
6) Memberikan surat keterangan sementara tidak mampu bekerja
(STMB) sesuai dengan indikasi medis.
7) Pencatatan, pelaporan dengan menggunakan aplikasi eRSTC.

b) Cakupan Pelayanan Untuk Klinik Trauma Center di Perusahaan (In


House Clinic), antara lain;
1) Upaya pencegahan, penyuluhan konseling dan pengobatan
dokter umum.
2) Pertolongan medis terhadap kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja.
3) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat (Medical emergency
response)
4) Deteksi dini, diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) sesuai
kompetensi dan batas wewenangnya.
5) Apabila diperlukan dapat melakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap, yang bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan.
6) Memberikan surat keterangan sementara tidak mampu bekerja
(STMB) sesuai dengan indikasi medis.
7) Pencatatan, pelaporan dengan menggunakan aplikasi eRSTC.
8) Promosi K3 dapat dilakukan dengan berbagai cara a.l. melalui
penyuluhan bagi kelompok pekerja, brosur, poster, majalah,
media cetak lainnya, media elektronik; tentang penyakit umum
dan penyakit akibat kerja yang tepat guna dan dapat
menjangkau setiap lapisan pekerja.
9) Penilaian risiko potensi bahaya yang ada di perusahaan dan
pengendalian risiko yang mungkin terjadi serta melakukan
pencatatan/ pengumpulan data dan informasi.

PetunjukTeknisProgram Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJSKetenagakerjaan


-42-

( >

2. Rumah Sakit Trauma Center.

Rumah Sakit Trauma Center meliputi Rumah Sakit milik Pemerintah


maupun swasta. Cakupan pelayanan Rumah Sakit Trauma Center, yang
meliputi:
a) Pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
b) Pelayanan Kesehatan kuratif dan rehabilitatif, antara lain;
1) Pertolongan medis terhadap kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja;
2) Medical emergency response (kesiapsiagaan dan tanggap
darurat);
3) Deteksi dini, diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) sesuai
kompetensi dan batas wewenangnya;
4) Rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap bila
diperlukan.
5) Pemeriksaan penunjang diagnostik;
6) Pengobatan dan perawatan oleh dokter spesialis;
7) Tindakan operatif;
8) Rehabilitasi medik dan/atau rehabilitasi vokasional.
9) Perawatan di ruangan Intensif.
10) Obat-obatan sesuai indikasi medis dengan mengutamakan
penggunaan obat generik berlogo.
11) Alat kesehatan dan implant sesuai kebutuhan medis (medical
need).
12) Pelayanan darah (transfusi darah).
13) Pemberian sarana rehabilitasi alat bantu (orthese), alat ganti
(prothese), dan alat bantu kesehatan lainnya kepada peserta
yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat
kecelakaan kerja, seperti pembelian gigi tiruan, kacamata,
kursi roda, tongkat (crutch), alat bantu dengar (hearing aid),
dan alat lainnya sesuai kebutuhan medis (medical need).
c) Memberikan Surat Keterangan Dokter (Formulir 3b KK3 atau 3b
PAK3)
d) Memberikan surat keterangan sementara tidak mampu bekerja
(STMB) sesuai dengan indikasi medis.
e) Pencatatan, pelaporan dengan menggunakan aplikasi eRSTC.

3. Kredensialing Klinik Dan Rumah Sakit Trauma Center


1. Klinik Trauma Center
a) Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Tenaga Dokter, memenuhi kualifikasi;
(a). Diutamakan memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes dan Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3)
(b). Mempunyai STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin
Praktek).

K J
Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-43-

(c). Mampu melaksanakan tindakan bedah minor (minor


surgery).
2) Perawat/Paramedis mempunyai Surat Izin Praktek (SIP).
b) Sarana dan prasarana
1) Sarana Dasar (wajib/mandatory)
2) Perlengkapan Umum, meliputi memiliki jaringan internet,
peralatan emergensi (emergency kit), Alat bedah ringan (minor
surgery set).
c) Persyaratan lainnya, yaitu;
1) Memiliki perizinan (SIP dan Surat Izin Operasional).
2) Bersedia memenuhi ketentuan dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, terkait;
(a). Standar pelayanan.
(b). Prosedur administratif dan pelaporan.
(c). Bersedia memasang petunjuk atau identitas sebagai Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan.

2. Rumah Sakit Trauma Center


a) Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Tenaga Dokter memenuhi kualifikasi, yaitu;
(a). Diutamakan mempunyai sertifikat pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja.
(b). Diutamakan mempunyai sertifikat Advanced Cardiac Life
Support (ACLS) - Advanced Trauma Life Support (ATLS) yang
masih berlaku.
(c). Mempunyai STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin
Praktek).
2) Tenaga Paramedis memenuhi kualifikasi, yaitu;
(a). Diutamakan mempunyai sertifikat Basic Trauma Life Support
(BTLS).
(b). Mempunyai Surat Izin Praktik (SIP).
3) Diutamakan Rumah Sakit yang telah memiliki dokter spesialis:
rehabilitasi medis, ortopedi, paru, penyakit dalam, dan jantung.
b) Sarana dan Prasarana
1) Rumah Sakit minimal type D atau rumah sakit khusus bedah.
2) Memiliki jaringan internet.
c) Persyaratan lainnya, yaitu;
1) Memiliki perizinan operasional
2) Bersedia memenuhi ketentuan dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, terkait;
(a). Standar pelayanan.
(b). Prosedur administrasi dan pelaporan.
(c). Bersedia memasang petunjuk atau identitas sebagai Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-44-

>V

4. Sistem dan Prosedur Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan.


1. Penunjukkan Faskes Sebagai Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan.
Prosedur yang dilakukan untuk penunjukan Faskes baik milik
Pemerintah, Pemerintah Daerah atau Swasta di wilayahnya sebagai
jejaring Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan, sebagai berikut;
a) Kantor Cabang secara proaktif mengunjungi Faskes atau
mengirimkan surat kepada Faskes untuk pengajuan kerjasama
sebagai Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan, atau.
b) Kantor Cabang menindakanjuti proposal pengajuan kerjasama
sebagai Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan dari Faskes
c) Bila terjadi kesepakatan, Kantor Cabang melakukan proses ikatan
kerjasama sebagai Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan.
d) Bidang Pelayanan merekam data wajib (mandatory data) Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan ke dalam sistem aplikasi.
e) Kantor Wilayah melakukan persetujuan (approval) atas pengajuan
kerja sama Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan
hasil pemindaian (scan) dokumen Perjanjian Kerja Sama.

2. Prosedur Pelayanan di Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan.


a) Prosedur Pelayanan di Klinik Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan.
1) Pihak Pelapor wajib melaporkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja yang menimpa peserta kepada BPJS
Ketenagakerjaan dan Dinas Ketenagakerjaan setempat (Dinas
Ketenagakerjaan dimana wilayah kerjanya termasuk area lokasi
terjadinya kecelakaan) dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 x
24 jam sejak terjadi kecelakaan kerja atau sejak didiagnosis
penyakit akibat kerja. Laporan tersebut sebagai laporan tahap I
dengan menggunakan formulir 3 KK1 atau 3 PAK1 (Formulir 3
KK1 atau 3 PAK1 tidak diwajibkan mendapatkan stempel
Disnaker setempat).
2) Jika kasus kecelakaan kerja terjadi di lalu lintas, maka Pihak
Pelapor juga wajib melaporkan kepada Pihak Kepolisian bahwa
telah terjadi kasus kecelakaan di lalu lintas.
3) Apabila Pihak Pelapor mengalami kesulitan dalam
menyampaikan laporan tersebut kepada Badan Penyelenggara
maka Pihak Pelapor dapat terlebih dahulu melaporkan secara
lisan, pertelepon, call center Badan Penyelenggara, faksimilli,
eKlaim, Sistem Informasi Pelaporan Pekerja (SIPP), surat
elektronik (email) atau alat komunikasi lainnya.
4) Apabila Pihak Pelapor melaporkan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja lebih dari 2 x 24 jam, maka Pihak Pelapor
membuat surat pernyataan tidak mengulangi keterlambatan
pelaporan kecelakaan dengan tembusan ke disnaker setempat.
Apabila terulangi di kasus berikutnya maka BPJS

Petunjuk TeknisProgram Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-45-

Ketenagakerjaan dapat tidak memproses pengajuan klaim


tersebut.
5) Secara paralel, peserta yang mengalami kecelakaan kerja
tersebut dapat langsung ke Klinik Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan terdekat untuk mendapatkan pertolongan
pertama dengan membawa identitas kartu peserta atau e-KTP.
6) Petugas administrasi Klinik Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan melakukan pengecekan eligibilitas status
kepesertaan peserta melalui aplikasi eRSTC yang tersedia di
situs web (website) Badan Penyelenggara.
(a).Apabila tidak terdaftar maka petugas administrasi Klinik
Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan melakukan
konfirmasi kepada Bidang Pelayanan Kantor Cabang
kerjasama.
(b). Apabila tidak terdaftar berhubung data belum terintegrasi
(online) dengan aplikasi eRSTC, agar Bidang Pelayanan
berkoordinasi dengan Bidang Pemasaran. Jika data tidak
dapat diintegrasikan dalam waktu 2x24 jam, maka peserta
diberlakukan sebagai pasien umum.
(c). Apabila tidak terdaftar karena perusahaan menunggak
iuran lebih dari 3 (tiga) bulan, maka peserta diperlakukan
sebagai pasien umum.
7) Klinik Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan mengisi data yang
berhubungan dengan tenaga kerja di Formulir Laporan
Kecelakaan tahap I (formulir 3 KK1 atau 3 PAK1) melalui
aplikasi eRSTC dan menghubungi Pihak Pelapor untuk
kelengkapan dokumen administrasi lainnya.
8) Pada kasus tertentu yang membutuhkan penjaminan, maka
Klinik Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan mengajukan
permintaan penerbitan surat keterangan penjaminan dari
Kantor Cabang yang melakukan kerjasama.
9) Kantor Cabang yang melakukan kerjasama paling lama 3 x 24
jam hari kerja secara sistem menerbitkan Surat Keterangan
Penjaminan pada kasus tertentu kepada Klinik Trauma Center
BPJS Ketenagakerjaan.
10) Pihak Pelapor wajib menandatangani Surat Pernyataan dan
membantu melengkapi dokumen pendukung laporan tahap I
yang telah dibuatkan oleh Klinik Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan melalui eRSTC untuk selanjutnya Pihak
Pelapor mengajukan ke Badan penyelenggara dan Disnaker
setempat dalam waktu paling lama 7 x 24 jam hari kerja.
11) Apabila Pihak Pelapor tidak melengkapi dokumen pendukung
laporan tahap I, maka peserta diberlakukan sebagai pasien
umum untuk kemudian pembiayaan dapat diajukan ke Kantor
Cabang BPJS Ketenagakerjaan sebagai kasus reimbursement

J
Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-46-

dengan penggantian sesuai ketentuan perundangan yang


berlaku.
12) Kantor Cabang kepesertaan wajib membantu
mengkoordinasikan kepada Pihak Pelapor yang merupakan
peserta cabangnya untuk melengkapi dokumen pendukung
laporan tahap I, agar Kantor Cabang yang bekerjasama dengan
Klinik Trauma Center tersebut dapat segera memproses tagihan
pembayaran Klinik Trauma Center tersebut.
13) Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut dapat diberikan
rujukan ke Rumah Sakit Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan
dengan melampirkan rujukan dari Klinik Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan.
14) Bila kasusnya adalah penyakit akibat kerja, maka dokter wajib
mengisi formulir 3b PAK3 disertai dengan bukti penunjang
medis.
15) Penagihan klaim dilakukan sesuai kesepakatan yang tercantum
dalam Perjanjian Kerja Sama.
16) Klinik Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan dapat memberikan
penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ke
perusahaan di wilayahnya secara sendiri atau bersama-sama
Badan Penyelenggara minimal setahun sekali.

b) Prosedur Pelayanan di Rumah Sakit Trauma Center BPJS


Ketenagakerj aan.
1) Pada kasus bukan kasus rujukan antar Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan, maka Pihak Pelapor wajib melaporkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang menimpa
peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan dan Dinas
Ketenagakerjaan setempat (Dinas Ketenagakerjaan dimana
wilayah kerjanya termasuk area lokasi terjadinya kecelakaan)
dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak terjadi
kecelakaan kerja atau sejak didiagnosis penyakit akibat kerja.
Laporan tersebut sebagai laporan tahap I dengan menggunakan
formulir 3 KK1 atau 3 PAK1 (Formulir 3 KK1 atau 3 PAK1 tidak
diwajibkan mendapatkan stempel Disnaker setempat).
2) Jika kasus kecelakaan kerja terjadi di lalu lintas, maka Pihak
Pelapor juga wajib melaporkan kepada Pihak Kepolisian bahwa
telah terjadi kasus kecelakaan di lalu lintas.
3) Apabila Pihak Pelapor mengalami kesulitan dalam
menyampaikan laporan tersebut kepada Badan Penyelenggara
maka Pihak Pelapor dapat terlebih dahulu melaporkan secara
lisan, pertelepon, call center Badan Penyelenggara, faksimilli,
eKlaim, Sistem Informasi Pelaporan Pekerja (SIPP), surat
elektronik (email) atau alat komunikasi lainnya.
4) Apabila Pihak Pelapor melaporkan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja lebih dari 2 x 24 jam, maka Pihak Pelapor

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-47-

membuat surat pernyataan tidak mengulangi keterlambatan


pelaporan kecelakaan dengan tembusan ke disnaker setempat.
Apabila terulangi di kasus berikutnya maka BPJS
Ketenagakerjaan dapat tidak memproses pengajuan klaim
tersebut.
5) Secara paralel, peserta yang mengalami kecelakaan kerja dapat
langsung ke Rumah Sakit Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan terdekat untuk mendapatkan pertolongan
pertama dengan membawa identitas kartu kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan atau e-KTP.
6) Petugas administrasi Rumah Sakit Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan melakukan pengecekkan eligibilitas status
kepesertaan peserta melalui aplikasi eRSTC yang tersedia situs
web (website) Badan Penyelenggara.
(a). Apabila tidak terdaftar maka petugas administrasi Rumah
Sakit Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan melakukan
konfirmasi kepada Bidang Pelayanan Kantor Cabang
kerjasama.
(b). Apabila tidak terdaftar berhubung data belum terintegrasi
(online) dengan aplikasi eRSTC, agar Bidang Pelayanan
berkoordinasi dengan Bidang Pemasaran. Jika data tidak
dapat diintegrasikan dalam waktu 2x24 jam, maka peserta
diberlakukan sebagai pasien umum.
(c). Apabila tidak terdaftar karena perusahaan menunggak
iuran lebih dari 3 (tiga) bulan, maka peserta diperlakukan
sebagai pasien umum.

7) Petugas Rumah Sakit Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan


untuk selanjutnya;
(a). Melanjutkan proses administrasi berdasarkan data yang
terekam sebelumnya dari Klinik Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan atau Rumah Sakit Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan bagi peserta rujukan.
(b). Mengisi data yang berhubungan dengan tenaga kerja di
Formulir Laporan Kecelakaan tahap I (formulir 3 KK1 atau 3
PAK1) melalui aplikasi eRSTC dan menghubungi
perusahaan untuk kelengkapan administrasi bagi peserta
bukan rujukan.
8) Pada kasus rawat inap atau kasus tertentu yang membutuhkan
penjaminan, maka Rumah Sakit Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan mengajukan permintaan penerbitan surat
keterangan penjaminan dari Kantor Cabang yang melakukan
kerjasama.
9) Kantor Cabang yang melakukan kerjasama paling lama 3 x 24
jam hari kerja secara sistem menerbitkan Surat Keterangan

Petunjuk TeknisProgram Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-48-

Penjaminan pada kasus tertentu kepada Rumah Sakit Trauma


Center BPJS Ketenagakerjaan.
10) Pihak Pelapor wajib menandatangani Surat Pernyataan dan
membantu melengkapi dokumen pendukung laporan tahap I
yang telah dibuatkan oleh Rumah Sakit Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan melalui eRSTC untuk selanjutnya Pihak
Pelapor mengajukan ke Badan penyelenggara dan Disnaker
setempat dalam waktu paling lama 7 x 24 jam hari kerja.
11) Apabila Pihak Pelapor tidak melengkapi dokumen pendukung
laporan tahap I, maka peserta diberlakukan sebagai pasien
umum untuk kemudian pembiayaan dapat diajukan ke Kantor
Cabang BPJS Ketenagakerjaan sebagai kasus reimbursement
dengan penggantian sesuai ketentuan perundangan yang
berlaku.
12) Kantor Cabang kepesertaan wajib membantu
mengkoordinasikan kepada Pihak Pelapor yang merupakan
peserta cabangnya untuk melengkapi dokumen pendukung
laporan tahap I, agar Kantor Cabang yang bekerjasama dengan
Rumah Sakit Trauma Center tersebut dapat segera memproses
tagihan pembayaran Rumah Sakit Trauma Center tersebut.
13) Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut dapat diberikan
rujukan ke Rumah Sakit Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan
yang lebih lengkap fasilitas pelayanan kesehatannya.
14) Apabila kasusnya adalah penyakit akibat kerja, maka dokter
yang merawat wajib mengisi formulir 3b PAK3 disertai dengan
bukti penunjang medis.
15) Penagihan klaim dilakukan sesuai kesepakatan yang tercantum
dalam Perjanjian Kerja Sama.
16) Rumah Sakit Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan dapat
memberikan penyuluhan K3 ke perusahaan di wilayahnya
secara sendiri atau bersama-sama Badan Penyelenggara
minimal setahun sekali.

5. Pembiayaan Trauma Center.


Sistem pembiayaan dan besaran tarif sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri terkait pelayanan kesehatan dan besaran tarif dalam Program JKK.

6. Penonaktifan Trauma Center.


1. Penonaktifan Trauma Center dapat dilakukan jika:
a) Tidak ada kesepakatan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan Faskes
untuk melanjutkan kerjasama.
b) BPJS Ketenagakerjaan atau Faskes memutuskan kerjasama secara
sepihak.
2. Tata Cara Penonaktifan Trauma Center, yaitu:
a) Kepala Kantor dan Kepala Bidang Pelayanan Kantor Cabang
mengupayakan koordinasi, sosialisasi dan edukasi atas

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan JaminanKematian BPJS Ketenagakerjaan
-49-

r "N

permasalahan yang menjadi pertimbangan penonaktifan faskes


sebelum pengajuan penonaktifan faskes kepada Kantor Wilayah.
b) Jika tidak ditemukan solusi atas alasan penonaktifan Trauma
Center, maka Kepala Kantor Cabang dan Kepala Bidang Pelayanan
mengajukan penonaktifan secara sistem dan mengirimkan surat
permohonan penonaktifan kepada Kantor Wilayah dengan
tembusan surat kepada Divisi Pengembangan Jaminan.
c) Kepala Kantor dan Kepala Pelayanan di Kantor Wilayah melakukan
konfirmasi dan koordinasi lebih lanjut kepada Kantor Cabang
sebelum penonaktifan Trauma Center.
d) Bila diperlukan, Kepala Kantor dan Kepala Pelayanan Kantor
Wilayah dapat berkoordinasi dengan Kepala Divisi Pengembangan
Jaminan dan Kepala Urusan Pengembangan dan Pengendalian
Program JKK-JKM di Divisi Pengembangan Jaminan sebelum
persetujuan penonaktifan Trauma Center.

7. Mekanisme Coordination of Benefit (CoB) dengan PT. Jasa Raharja (Persero)


pada kasus kecelakaan kerja yang dijamin oleh Program Jaminan
Kecelakaan Lalu Lintas berdasarkan kesepakatan yang berlaku.

8. Mekanisme Coordination of Service (CoS) dengan BPJS Kesehatan pada


koordinasi pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan yang berlaku.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-50-

BAB V
Jaminan Kematian

1. Peserta yang meninggal pada masa aktif adalah ketika terjadinya


meninggal dunia status peserta masih dalam hubungan kerja, artinya
bahwa setiap peserta yang meninggal pada saat masih dalam hubungan
kerja berhak atas Jaminan Kematian dengan syarat tidak menunggak
iuran lebih dari 3 (tiga) bulan dan peserta meninggal bukan akibat
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

2. Penentuan ahli waris berdasarkan ketentuan peraturan perundangan


yang berlaku, meliputi:
a) Janda, duda atau anak;
b) Dalam hal janda, duda atau anak tidak ada, maka manfaat JKM
diberikan sesuai urutan sebagai berikut:
l)Keturunan sedarah peserta menurut garis lurus keatas dan
kebawah sampai derajat kedua;
2)Saudara kandung;
3)Mertua;
4)Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh peserta; dan
5)Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak
lain yang mengurus pemakaman, sedangkan santunan kematian
diserahkan ke Dana Jaminan Sosial Program JKM.

3. Persyaratan dan kelengkapan berkas klaim Jaminan Kematian


3.1. Prosedur Permintaan Pembayaran Jaminan Kematian bagi peserta
penerima upah bukan jasa konstruksi.
a) Ahli waris peserta yang bersangkutan mengajukan permintaan
pembayaran Jaminan Kematian dengan mengisi Formulir BPJS
Ketenagakerjaan 4.
b) Formulir BPJS Ketenagakerjaan 4 tersebut diketahui oleh Pemberi
Kerja bagi tenaga kerja aktif yang meninggal dan disampaikan
kepada Badan Penyelenggara yang dilampiri dengan:
1) Kartu Peserta yang asli.
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk peserta bagi warga negara
Indonesia atau Paspor peserta bagi warga negara asing yang
masih berlaku dengan menunjukkan yang asli.
3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi ahli waris
berkewarganegaraan Indonesia atau Paspor bagi ahli waris
berkewarganegaraan asing yang masih berlaku dengan
menunjukkan yang asli
4) Fotokopi Surat Keterangan Kematian yang ditandatangani oleh
pejabat berwenang dengan menunjukkan aslinya yang
diterbitkan oleh:
(a). Instansi yang berwenang; atau

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-51-

(b). Rumah sakit yang merawat atau melakukan visum et


repertum.
5) Fotokopi Surat Keterangan ahli waris dari instansi dan
ditandatangani oleh pejabat berwenang dengan menunjukkan
yang asli.
6) Fotokopi Kartu Keluarga yang masih berlaku dengan
menunjukkan Kartu Keluarga yang asli.
7) Fotokopi akta nikah dengan menunjukkan yang asli (bila sudah
menikah) atau Fotokopi Penetapan Itsbat nikah dari Pengadilan
Agama setempat.

3.2. Prosedur Permintaan Pembayaran Jaminan Kematian bagi peserta


bukan penerima upah.
a) Ahli waris peserta yang bersangkutan mengajukan permintaan
pembayaran Jaminan Kematian dengan mengisi Formulir BPJS
Ketenagakerjaan 4.
b) Formulir BPJS Ketenagakerjaan 4 tersebut yang dilampiri dengan:
1) Kartu Peserta yang asli.
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk peserta bagi warga negara
Indonesia atau Paspor peserta bagi warga negara asing yang
masih berlaku dengan menunjukkan yang asli.
3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi ahli waris
berkewarganegaraan Indonesia atau Paspor bagi ahli waris
berkewarganegaraan asing yang masih berlaku dengan
menunjukkan yang asli
4) Fotokopi Surat Keterangan Kematian yang ditandatangani oleh
pejabat berwenang dengan menunjukkan aslinya yang
diterbitkan oleh:
(a). Instansi yang berwenang; atau
(b). Rumah sakit yang merawat atau melakukan visum et
repertum.
5) Fotokopi Surat Keterangan ahli waris dari instansi dan
ditandatangani oleh pejabat berwenang dengan menunjukkan
yang asli.
6) Fotokopi Kartu Keluarga yang masih berlaku dengan
menunjukkan Kartu Keluarga yang asli.
7) Fotokopi akta nikah dengan menunjukkan yang asli (bila sudah
menikah) atau Fotokopi Penetapan Itsbat nikah dari Pengadilan
Agama setempat.
8) Dokumen pendukung lainnya apabila diperlukan.

3.3. Prosedur Permintaan Pembayaran Jaminan Kematian bagi


kepesertaan pada sektor usaha jasa konstruksi.
1) Fotokopi nomor kepesertaan untuk masing-masing proyek jasa
konstruksi yang bersangkutan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-52-

2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk peserta bagi warga negara


Indonesia atau Paspor peserta bagi warga negara asing yang
masih berlaku dengan menunjukkan yang asli.
3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi ahli waris
berkewarganegaraan Indonesia atau Paspor bagi ahli waris
berkewarganegaraan asing yang masih berlaku dengan
menunjukkan yang asli
4) Fotokopi Surat Keterangan Kematian yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang atau rumah sakit yang ditandatangani
oleh pejabat berwenang dengan menunjukkan yang asli.
5) Fotokopi Surat Keterangan ahli waris dari instansi dan
ditandatangani oleh pejabat berwenang dengan menunjukkan
yang asli.
6) Fotokopi Kartu Keluarga yang masih berlaku dengan
menunjukkan Kartu Keluarga yang asli.
7) Surat pernyataan pimpinan proyek bahwa tenaga kerja bekerja
pada proyek tersebut.
8) Fotokopi absensi minimal seminggu terakhir.
9) Fotokopi akta nikah dengan menunjukkan yang asli (bila sudah
menikah) atau Fotokopi Penetapan Itsbat nikah dari Pengadilan
Agama setempat.

3.4. Pengajuan biaya pemakaman bagi perusahaan atau pihak lain yang
mengurus pemakaman disampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan
yang dilampiri dengan :
a) Kartu Peserta yang asli.
b) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk pengurus pemakaman bagi
warga negara Indonesia atau Paspor peserta bagi pengurus
pemakaman berkewarganegaraan asing yang masih berlaku
dengan menunjukkan yang asli.
c) Fotokopi Surat Keterangan Kematian yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang atau rumah sakit yang ditandatangani
oleh pejabat berwenang dengan menunjukkan yang asli.

Catatan:
• Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan yang hilang dapat digantikan surat
keterangan kehilangan dari kepolisian yang sekurang-kurangnya
mencatumkan identitas nama, tanggal lahir dan nomor kartu peserta.

4. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Klaim JKM


4.1. CSO (Customer Service Officer)
a) Memeriksa kelengkapan berkas pengajuan.
b) Melakukan wawancara dengan ahli waris atau pihak yang
mengurus pemakaman untuk memperoleh informasi klaim, antara
lain menanyakan:

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-53-
f*

1) Nama perusahaan dan bekerja pada bagian apa.


2) Nama pimpinan /personalia perusahaan.
3) Kapan, dimana dan penyebab meninggal.
4) Tempat dan tanggal lahir peserta.
5) Nama ibu kandung peserta.
6) Nama dan data anggota keluarga lainnya.
7) Dimana tempat pemakamannya.
8) Menanyakan hal-hal lain yang dipandang relevan.
c) Melakukan pengambilan gambar ahli waris atau yang mengurus
pemakaman atau yang menerima kuasa mengurus pengajuan klaim
dan disimpan sebagai arsip elektronik.
d) Melakukan pengecekan histori klaim pada aplikasi terutama klaim
Program JKK karena meninggal akibat kecelakaan kerja.
e) Merekam dan mencetak tanda bukti pengurusan klaim.
f) CSO membubuhkan stempel "SESUAI DENGAN ASLINYA" pada
semua dokumen fotokopi.
g) Bagi ahli waris yang memberi kuasa kepada pihak lain hanya
terbatas pada pengurusan pengajuan klaim Jaminan Kematian.
Hal-hal yang perlu dilampirkan dan perhatikan apabila pengurusan
klaim Jaminan Kematian dikuasakan:
1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang diberi kuasa bila
berkewarganegaraan Indonesia atau Paspor yang diberi kuasa
bila berkewarganegaraan asing yang masih berlaku dengan
menunjukkan yang asli.
2) Surat Kuasa yang dibuat dan ditanda tangani diatas materai
oleh Ahli Waris serta yang menerima kuasa.
3) Pembayaran Jaminan Kematian dilakukan secara transfer.
h) CSO menginformasikan kepada Pihak Pelapor agar manfaat
beasiswa pendidikan diajukan sekaligus pada saat pengajuan klaim
JKM jika telah memenuhi persyaratan pada ketentuan
perundangan yang berlaku.

4.2. Penata Madya Pelayanan.


a) Melakukan verifikasi kelengkapan berkas pengajuan meliputi:
1) Penelitian Kartu Peserta. .
Melakukan pencocokan Kartu Peserta sesuai dengan ciri-ciri
standar produksi Badan Penyelenggara.
2) Penelitian KTP dan Paspor.
(a). Keabsahan tampilan KTP dan Paspor (perhatikan foto,
tekstur kertas apabila menggunakan KTP dengan bahan
cetak kertas dan stempel).
(b). Lakukan pencocokan data kepesertaan dengan data
Adminduk.
(c). Jika diragukan, agar dikoordinasikan dengan instansi yang
berwenang mengeluarkan KTP dan Paspor.

PetunjukTeknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJSKetenagakerjaan


-54-

3) Penelitian Kartu Keluarga (KK).


(a). Lakukan pencocokan nama dan data anggota keluarga yang
bersangkutan dengan data Adminduk.
(b). Tanggal dikeluarkan KK tersebut, apabila masih baru perlu
menjadi perhatian dan dipertanyakan.
(c). Tampilan KK, bentuk, tanda tangan pejabat yang
berwenang, stempel dan sebagainya.
(d). Jika meragukan, koordinasikan dengan instansi yang
berwenang mengeluarkan KK.
4) Verifikasi Surat Keterangan Kematian.
(a). Bandingkan tanggal kematian dengan laporan peserta
keluar dari perusahaan.
(b). Bentuk atau format surat yang biasa dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang atau rumah sakit, serta nama dan
bentuk tanda tangan pejabat yang berwenang.
(c). Lakukan konfirmasi apabila surat keterangan kematian
dikeluarkan oleh pejabat yang tidak sesuai dengan KTP
tempat tinggal.
(d). Perhatikan data pendukung terutama yang hanya
melampirkan surat keterangan kematian yang dikeluarkan
dari kelurahan maka perlu dilampirkan surat pengantar dari
RT dan RW dan diketahui oleh pihak perusahaan (tanda
tangan dan stempel).
5) Verifikasi Ahli Waris
(a). Memastikan kebenaran ahli waris serta data
kependudukannya
(b). Memastikan hubungan seluruh daftar keluarga yang
menjadi ahli waris dan penunjukkan yang berhak menjadi
ahli waris.
(c). Surat Keterangan Ahli waris harus ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang.

6) Melakukan penetapan klaim Jaminan Kematian.


7) Apabila meragukan, Penata Madya Pelayanan melakukan
koordinasi dengan Kepala Bidang Pelayanan untuk melakukan
pengecekkan kasus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pengecekkan kasus
adalah:

a) Menanyakan ke tetangga sekitar tempat tinggalnya tentang


kematian tenaga kerja (penyebab, waktu, tempat
pemakamannya).
b) Menanyakan anggota keluarga dan pekerjaan

4.3. Kepala Bidang Pelayanan.


a) Meneliti kembali tahapan verifikasi yang telah dilakukan Penata
Madya Pelayanan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-55-

b) Memastikan kelayakan pengajuan klaim untuk dilakukan


pembayaran.
c) Apabila pengajuan klaim meragukan, lakukan koordinasi dengan
pihak terkait untuk dilakukan pengecekan kasus.

5. Prosedur pembayaran.

5.1. Pembayaran Klaim Jaminan Kematian dengan Transfer.


Pembayaran Jaminan Kematian melalui transfer Bank perlu dilakukan
verifikasi terhadap data rekening tabungan meliputi:
a) Nama nasabah sama dengan ahli waris penerima Jaminan
Kematian.
b) Nama Bank dan Kantor Bank yang mengeluarkan.
c) Nomor rekening.
d) Tanggal dibuat atau dicetaknya buku rekening, perlu diperhatikan
apabila tanggal pembuatan berdekatan dengan tanggal pengajuan
klaim, lakukan konfirmasi kepada Bank yang bersangkutan
khususnya KTP yang dipergunakan untuk membuka rekening
dengan KTP yang digunakan untuk pengajuan klaim.
e) Stempel Bank dan tanda tangan petugas bank yang mengesahkan
f) Untuk memastikan bahwa nomor rekening tersebut masih aktif,
dapat ditanyakan perihal kapan melakukan transaksi terakhir.
g) Biaya transfer dan materai menjadi tanggung jawab peserta dengan
mekanisme memotong saldo yang diperoleh.

5.2. Terjadi retur dari Bank dikarenakan kesalahan rekening atau


rekening ahli waris sudah tidak aktif, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Setelah retur diterima, Bidang Keuangan & TI melakukan
konfirmasi kembali nomor rekening bank tujuan kepada ahli
waris atau perusahaan melalui telepon.
b) Apabila ahli waris tidak bisa dihubungi, 10 (sepuluh) hari kalender
setelah retur diterima, Bidang Keuangan & TI membuat surat
pemberitahuan kepada ahli waris atau perusahaan.
c) Apabila 20 (dua puluh) hari kalender setelah tanggal surat
pemberitahuan kepada perusahaan tidak ada jawaban dari ahli
waris atau perusahaan maka Bidang Keuangan & TI melakukan
pembatalan klaim JKM sekaligus mengembalikan berkas penetapan
ke Bidang Pelayanan.
d) Bidang Pelayanan untuk selanjutnya melakukan pembatalan
penetapan jaminan.
e) Sistem secara otomatis memberikan hasil pengembangan atas saldo
yang dibatalkan dihitung kembali sejak tanggal penetapan.

Petunjuk TeknisProgram Jaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-56-

f) Bidang Pelayanan menyimpan seluruh dokumen pengajuan dan


penetapan JKM yang dibatalkan untuk memudahkan pencarian
dan pembayaran kembali.

5.3. Prosedur Pembayaran Jaminan Kematian yang telah dibatalkan


karena retur transfer oleh pihak Bank
a) Ahli waris mengisi kembali formulir BPJS TK 4 (data pendukung
ada di arsip bidang pelayanan).
b) Bidang Pelayanan menetapkan JKM sesuai ketentuan yang berlaku.
c) Bidang Keuangan melakukan pembayaran klaim JKM.

6. Penetapan jaminan kematian untuk tenaga kerja yang kepesertaannya


sudah dinonaktifkan.

Bidang Pelayanan menolak pengajuan klaim apabila status kepesertaan


tenaga kerja tidak eligible. Apabila status kepesertaan telah eligible maka
pengajuan klaim dapat diterima dan diproses lebih lanjut. Jika terjadi
tuntutan perusahaaan akibat kepesertaan tidak eligible karena telah di non
aktifkan, maka perusahaan dapat berkoordinasi dengan Bidang
Pemasaran/ Kepesertaan.

Bagi perusahaan maupun Kantor Cabang yang melakukan kesalahan


penonaktifan, Kantor Wilayah memastikan secara cermat kelayakan kasus
yang diajukan Kantor Cabang sehingga tidak terjadi fraud oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab, dengan melalui tahapan prosedur sebagai
berikut :
1) Apabila kesalahan pelaporan penonaktifan dari pihak perusahaan:
a. RO atau MO bersama Manajer Kasus atau PMP melakukan
pengecekan atas kasus meninggal tersebut pengecekan atas kasus
meninggal tersebut, untuk membuktikan bahwa benar peserta
meninggal terjadi pada saat tenaga kerja masih aktif bekerja.
b. Hasil pengecekan kasus dituangkan dalam Laporan Hasil
Pengecekan Kasus yang ditandatangani RO atau MO bersama
Manajer Kasus atau PMP yang melakukan pengecekan dan
diketahui oleh Kepala Bidang Pemasaran (KBP) dan KBL.
c. Sebagai tindak lanjut dari hasil pengecekan kasus, KBP meminta
kepada perusahaan dimana peserta bekerja untuk membuat Surat
Permohonan Koreksi Status Kepesertaan diatas materai dengan
mencantumkan alasan koreksi kepesertaan tersebut, dan
pernyataan untuk tidak mengulangi kasus serupa. Untuk
selanjutnya surat pernyataan tersebut di dokumentasikan Kantor
Cabang sebagai tindak lanjut apabila terjadi kasus serupa pada
perusahaan yang sama di kemudian hari.
d. Apabila hasil pengecekan kasus membuktikan bahwa peserta
meninggal terjadi tidak dalam masih aktif bekerja, maka Kantor

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-57-

Cabang segera membuat surat penjelasan kepada perusahaan


bahwa klaim tidak dapat dibayarkan.

2) Apabila kesalahan pelaporan penonaktifan oleh RO :


a. RO membuat Surat Pernyataan Permohonan Koreksi Status
Kepesertaan bermaterai diketahui oleh Kepala Bidang Pemasaran.
Selanjutnya KBP wajib melakukan pembinaan terhadap Petugas
Pemasaran dibawah supervisinya.
b. Berdasarkan Surat Permohonan Koreksi Status Kepesertaan dari
RO, dibuatkan Berita Acara Koreksi Non Aktif yang
ditandatangani oleh RO disetujui oleh KBP dan KBL yang diketahui
oleh Kepala Kantor Cabang (KKC).

3) Selanjutnya, KKC membuat Surat Permohonan yang ditujukan kepada


Kepala Kantor Wilayah untuk melakukan koreksi status kepesertaan
Non Aktif selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah Laporan Hasil
Pengecekan Kasus dengan melampirkan bukti pendukung sebagai
berikut :
a. Laporan hasil pengecekan kasus,
b. Surat permohonan koreksi status kepesertaan dari perusahaan,
c. Surat Pernyataan Permohonan Koreksi Status Kepesertaan dari RO,
d. Absensi tenaga kerja,
e. Dokumen Jaminan Kematian lengkap.
4) Kantor Wilayah melalui Kepala Bagian Keuangan dan TI melakukan
koreksi status kepesertaan non aktif menjadi aktif selambat-lambatnya
2 (dua) hari kerja sejak Surat Permohonan diterima Kantor Wilayah,
dan menginformasikan kepada Kantor Cabang yang bersangkutan.
5) Kantor Cabang segera melakukan penetapan dan pembayaran Jaminan
Kematian selambatnya 3 (tiga) hari setelah mendapatkan informasi dari
Kantor Wilayah.

7. Hal-hal lain seputar pembayaran klaim Jaminan Kematian


7.1. Kepesertaan
a) Dalam hal perusahaan baru telah mendaftar namun belum
membayar lunas iuran pertama, maka jaminan kematian akibat
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan/atau penyakit
akibat kerja tersebut menjadi tanggung jawab pemberi kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
b) Jaminan Kematian pada kasus meninggal dunia bukan akibat
kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja yang terjadi
setelah formulir pendaftaran diterima maka kasus tersebut menjadi
tanggung jawab pemberi kerja sesuai ketentuan yang berlaku pada:
1) Perusahaan baru jasa konstruksi yang telah mendaftar namun
belum membayar lunas iuran termin pertama.
2) Perusahaan baru bukan jasa konstruksi yang telah mendaftar
namun belum membayar lunas iuran pertama.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-58-

c) Dalam hal perusahaan jasa konstruksi yang telah menjadi peserta


dan belum membayar iuran termin lanjutan sesuai ketentuan,
maka:
1) Jaminan Kematian bukan akibat kecelakaan kerja dan/atau
penyakit akibat kerja yang terjadi adalah tanggung jawab
pemberi kerja terlebih dahulu.
2) Untuk kemudian dapat diajukan kepada Badan Penyelenggara
setelah iuran termin sesuai ketentuan dibayarkan lunas.
d) Apabila meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan/atau
penyakit akibat kerja dialami oleh pekerja baru dari perusahaan
bukan jasa konstruksi yang telah menjadi peserta dengan kondisi
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan/atau penyakit
akibat kerja tersebut terjadi sebelum pendaftaran diterima oleh
BPJS Ketenagakerjaan yang dibuktikan melalui validasi data
tanggal dan waktu pada formulir la atau data log data pelaporan
peserta pada akses pada Sistem Informasi Pelaporan Pekerja (SIPP),
maka jaminan kematiannya bukan merupakan tanggung jawab
BPJS Ketenagakerjaan.
e) Apabila meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan/atau
penyakit akibat kerja terhadap pekerja/buruh pada proyek
konstruksi terjadi setelah melewati batas waktu 7 (tujuh) hari dari
batas waktu kewajiban pemberi kerja untuk pelaporan atas
perubahan data pekerja/buruh, maka pemberi kerja wajib
membayar hak-hak pekerja/buruh tersebut sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

7.2. Jika terjadi perselisihan antar ahli waris, maka Badan


Penyelenggara membayarkan setelah ada keputusan/kesepakatan
mengenai ahli waris yang berhak dari :
a) Keputusan hukum yang berlaku, atau;
b) Perusahaan berdasarkan data yang didaftarkan pada perusahaan,
atau;
c) Keputusan hukum adat yang disahkan oleh Pamong Praja
setempat, atau;
d) Keputusan/musyawarah dari keluarga yang disertai dengan surat
pernyataan yang ditandatangani oleh masing-masing ahli waris dan
diketahui oleh Pamong Praja/Kelurahan setempat.
7.3. Bagi tenaga kerja yang terdaftar sebagai peserta aktif dan
membayar iuran lebih dari 1 (satu) perusahaan, maka ahli warisnya
hanya mendapatkan 1 (satu) kali bantuan pemakaman dan dari
setiap kepesertaannya mendapatkan manfaat, yaitu;
a) Santunan kematian; dan
b) Santunan berkala pada setiap kepesertaan.

Namun, jika tenaga kerja mempunyai lebih dari satu nomor


kepesertaan dalam perusahaan yang sama, maka manfaat jaminan

PetunjukTeknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-59-

""N

kematian hanya diberikan untuk satu nomor kepesertaan. Pada


prinsipnya perusahaan harus melaporkan untuk proses
pengabungan saldo (amalgamasi) nomor kepesertaan yang baru
pada nomor kepesertaan sebelumnya.

7.4. Apabila ahli waris dari peserta masih bayi atau belum cukup umur,
maka pengurusan dan pembayaran manfaat Jaminan Kematiannya
dapat dikuasakan kepada pihak lain yang mengurus kehidupan
anak tersebut.

7.5. Bagi tenaga kerja asing yang meninggal maka:


a) Surat keterangan ahli waris sesuai dengan yang berlaku di
negaranya.

b) Manfaat Jaminan Kematian tidak dapat dibayarkan ke


perusahaan.
c) Biaya transfer pembayaran Jaminan Kematian menjadi tanggung
jawab ahli waris.
7.6. Dalam hal perlu dilakukan pengecekkan kasus di luar daerah
operasional Kantor Cabang, dapat meminta bantuan Kantor Cabang
lain untuk melakukan pengecekan langsung.
7.7. Peserta dinyatakan hilang atau dianggap telah meninggal dunia
karena sesuatu sebab bukan terkait pekerjaan maka peserta
dinyatakan hilang atau dianggap telah meninggal dunia dihitung
minimal 3 (tiga) bulan dari tanggal laporan kehilangan maka dapat
dibayarkan kepada ahli waris dengan melampirkan dokumen, yaitu:
(a)Surat kronologis kejadian dari perusahaan (bagi peserta penerima
upah) atau ahli waris (bagi peserta bukan penerima upah);
(b) Pernyataan dari ahli waris tentang hilangnya peserta dan bersedia
menanggung segala risiko bila dikemudian hari terjadi tuntutan
dari peserta; dan
(c) Keterangan dari pihak yang berwenang meliputi: Kepolisian,
Basarnas (Badan Search and Rescue Nasional), Syahbandar,
Maskapai Penerbangan, Otoritas Bandar Udara atau Kedutaan
Besar.

7.8. Perlindungan Jaminan Kematian pada peserta Program Jasa


Konstruksi hanya diberikan selama tenaga kerja bekerja pada proyek
tersebut dan tidak dikaitkan dengan lamanya masa proyek.
7.9. Kantor Cabang melakukan uji sampling atas klaim Jaminan
Kematian yang telah ditetapkan dan dibayarkan minimal 1 (satu) kali
setiap 3 (tiga) bulan yang dilaksanakan disetiap minggu keempat.

8. Pengajuan untuk memperoleh manfaat beasiswa pendidikan bagi anak


peserta yang mengalami meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja.
8.1. Tata cara pemberian beasiswa:

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-60-

a) Pemberi kerja dan/atau ahli waris peserta mengajukan


permohonan untuk mendapatkan beasiswa pendidikan anak
kepada BPJS Ketenagakerjaan dengan menggunakan formulir
pengajuan beasiswa.
b) Setelah dipenuhinya persyaratan pengajuan beasiswa dan berkas
diterima lengkap, maka Kantor Cabang membayar manfaat
beasiswa pendidikan anak kepada ahli waris peserta tersebut paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sejak berkas diterima lengkap.
c) Pembayaran beasiswa pendidikan anak dilakukan secara sekaligus
dan diberikan hanya satu kali selama menjadi peserta.

8.2. Persyaratan untuk memperoleh manfaat beasiswa pendidikan:


a) Memiliki masa iur terakumulasi paling singkat 5 (lima) tahun
dihitung sampai tanggal kematian.
b) Peserta memiliki anak sah usia sekolah yang berusia mulai dari
usia 4 tahun sampai dengan usia maksimal 23 tahun.
c) Berlaku hanya untuk 1 (satu) orang anak.
d) Fotokopi KTP/paspor anak.
e) Fotokopi kartu keluarga.
f) Surat keterangan dari sekolah/ perguruan tinggi.
g) Anak peserta tersebut belum menikah.

8.3. Beasiswa pendidikan anak diberikan hanya satu kali kepada anak
peserta dengan urutan:
a) CSO menginformasikan kepada pemberi kerja atau ahli waris agar
manfaat beasiswa pendidikan diajukan sekaligus pada saat
pengajuan klaim JKM.
b) Diberikan kepada anak paling tua secara berurutan ke bawah
sesuai persyaratan anak penerima beasiswa dan terdaftar di dalam
data BPJS Ketenagakerjaan; atau kartu keluarga.
c) Dalam hal pemberian beasiswa pada kasus peserta meninggal
bukan akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, dan
anak tenaga kerja masih belum mempunyai KTP/paspor maupun
belum mempunyai akses perbankan, maka pembayaran beasiswa
dapat diberikan kepada:
1) istri/suami tenaga kerja; atau
2) orangtua tenaga kerja; atau
3) wali yang ditunjuk.
d) Manfaat beasiswa diberikan hanya untuk 1 (satu) orang anak per
peserta. Dalam hal peserta memiliki hanya 1 (satu) anak, maka
manfaat beasiswa hanya diberikan satu kali dari satu nomor
kepesertaan meskipun memiliki lebih dari satu nomor kepesertaan.
Namun, jika peserta memiliki lebih dari 1 (satu) anak, maka
manfaat beasiswa anak diberikan dari nomor kepesertaan yang
berbeda (beasiswa yang diterima anak tidak dobel).

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-61-

"N

Misal :
1. Peserta memiliki 2 (dua) nomor kepesertaan, dari perusahaan
A dan Perusahaan B. Pada saat meninggal dunia, peserta
memiliki 1 (satu) orang anak, maka manfaat beasiswa anak
diberikan dari satu nomor kepesertaan (dari perusahaan A
atau Perusahaan B).
2. Peserta memiliki 2 (dua) nomor kepesertaan, dari perusahaan
A dan Perusahaan B. Pada saat meninggal dunia, peserta
memiliki 2 (dua) orang anak, maka manfaat beasiswa anak
pertama diberikan dari nomor kepesertaan di perusahaan A,
sedangkan manfaat beasiswa anak kedua dari nomor
kepesertaan di perusahaan B.

V.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-62-

BAB VI
Kewajiban - Kewajiban.

Kewajiban Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan.


a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta dengan baik
sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
b) Memberikan data informasi tentang pelayanan kepada peserta
(termasuk melihat rekam medis) yang dianggap perlu sesuai
Pernyataan Persetujuan (informed consent).
c) Mengajukan tagihan pelayanan kesehatan dan memberikan laporan
perincian kasus jaminan kecelakan kerja paling lambat tanggal 5
(lima) bulan berikutnya, sesuai dengan aplikasi.
d) Mengelaborasi kasus kecelakaan dan penyakit, dan
mengidentifikasi penyebab terkait kerja atau bukan terkait kerja.
Jika ragu, dapat berkoordinasi dengan Badan Penyelenggara.
e) Menunjuk petugas Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan sebagai
kontak personal dalam pelayanan kasus kecelakaan kerja dan/atau
penyakit akibat kerja.

2. Kewajiban Kantor Cabang.


a) PMP atau Manajer Kasus KK-PAK (Manajer Kasus) menindaklanjuti
status kepesertaan tenaga kerja berdasarkan laporan dari Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan.
b) CSO dan PMP melakukan monitoring kelengkapan dokumen atas
laporan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja tahap I (3 KK1
atau 3 PAK1) dan laporan tahap II kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja (3a KK2 atau 3a PAK2).
c) PMP dan KBL melakukan monitoring pembiayaan atas perawatan
dan pengobatan peserta pada kasus reimbursement.
d) PMP dan Manajer Kasus dan KBL melakukan monitoring
pembiayaan atas perawatan dan pengobatan peserta di Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan.
e) Jika terdapat kasus peserta yang membutuhkan rujukan antar
Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan, maka dilakukan koordinasi
sebagai berikut:
1) Manajer Kasus dan KBL Kantor Cabang perujuk melakukan
koordinasi dengan Manajer Kasus dan KBL Kantor Cabang
rujukan, apabila peserta memerlukan rujukan ke Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan di wilayah yang sama (Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan rujukan masih berada di wilayah
kerja Kantor Wilayah yang sama).

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-63-

2) Manajer Kasus dan KBL Kantor Cabang perujuk peserta


berkoordinasi dengan Manajer Kasus dan Kepala Pelayanan
Kantor Wilayah setempat apabila peserta memerlukan rujukan
ke Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan di wilayah lainnya
(Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan rujukan berada di
wilayah kerja Kantor Wilayah yang berbeda).
3) Untuk selanjutnya Manajer Kasus dan Kepala Pelayanan
Kantor Wilayah setempat berkoordinasi dengan Manajer Kasus
dan Kepala Pelayanan Kantor Wilayah rujukan sehubungan
kewenangan dan kepemilikan data terkini terkait seluruh
Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan beserta kelengkapan
fasilitas medisnya di wilayah kerjanya.
4) Manajer Kasus dan Kepala Pelayanan Kantor Wilayah rujukan
tersebut berkoordinasi dengan Bidang Pelayanan Kantor
Cabang di wilayahnya yang bekerjasama dengan Trauma
Center BPJS Ketenagakerjaan yang lengkap fasilitas sesuai
kebutuhan peserta agar peserta mendapatkan pelayanan
segera.

f) PMP dan Manajer Kasus melakukan verifikasi dan penetapan klaim


dari Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak dokumen pendukung dinyatakan lengkap.
g) PMP atau Manajer Kasus atau KBL bersama MO atau RO atau
Kepala Bidang Pemasaran (KBP) melakukan sosialisasi kepada
peserta atau pemberi kerja terkait sistem, prosedur dan
pemanfaatan Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan.
h) Manajer Kasus dan KBL memonitor pengendalian biaya dan
peningkatan kualitas pelayanan Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan.
i) Manajer Kasus dan KBL meminta pertimbangan kepada Kepala
Pelayanan apabila terjadi ketidaksepahaman atau keraguan atas
perawatan dan pengobatan peserta di Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan.
j) Menindaklanjuti arahan, umpan balik, usulan, kebijakan dan
rekomendasi dari Kantor Wilayah dalam pengembangan dan
pengendalian Program JKK-JKM.

3. Kewajiban Kantor Wilayah


a) Kepala Pelayanan melakukan pemetaan dan memfasilitasi
perluasan Faskes sebagai Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan
berdasarkan lokasi perusahaan, kejadian kecelakaan dan
kebutuhan lapangan.
b) Manajer Kasus dan Kepala Pelayanan melakukan monitoring,
evaluasi dan pembinaan atas kegiatan pelayanan Trauma Center
BPJS Ketenagakerjaan.

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan


-64-
r

c) Manajer Kasus dan Kepala Pelayanan membantu proses koordinasi


bagi peserta yang membutuhkan rujukan antar wilayah atas
perawatan dan pengobatannya.
d) Manajer Kasus dan Kepala Pelayanan memberikan pertimbangan
kepada Kantor Cabang apabila terjadi ketidaksepahaman atau
keraguan atas perawatan dan pengobatan peserta di Trauma Center
BPJS Ketenagakerjaan.
e) Kepala Pelayanan memberikan umpan balik analisa laporan kepada
Kantor Cabang setiap triwulan.
f) Menindaklanjuti arahan, umpan balik, usulan, kebijakan dan
rekomendasi dari Kantor, Pusat dalam pengembangan dan
pengendalian Program JKK-JKM.

4. Kewajiban Kantor Pusat


a) Kepala Divisi bersama Kepala Urusan dan Penata Utama Program
JKK-JKM Divisi Pengembangan Jaminan bersama Divisi terkait
melakukan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait untuk
percepatan perluasan Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan serta
dalam pengembangan dan pengendalian Program JKK-JKM.
b) Kepala Urusan dan Penata Utama Program JKK-JKM Divisi
Pengembangan Jaminan melakukan monitoring, evaluasi dan
pembinaan atas kegiatan pelayanan Trauma Center BPJS
Ketenagakerjaan.
c) Analis dan Kepala Divisi Pengembangan Jaminan memberikan
umpan balik analisa laporan kepada Kantor Wilayah setiap
semester.

d) Kepala Divisi Pengembangan Jaminan menindaklanjuti arahan,


umpan balik, usulan, kebijakan dan rekomendasi dari Manajemen
dalam pengembangan dan pengendalian Program JKK-JKM.
e) Kepala Divisi Pengembangan Jaminan membuat laporan
manajemen yang ditujukan kepada Manajemen setiap bulan.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-65-

BAB VII
Lampiran - Lampiran

1. Contoh Surat Keterangan Penjaminan Kepada Trauma Center BPJS


Ketenagakerjaan.

BPJS
Ketenagakerjaan

Nomor ... (terisi oleh sistem). Kab/Kota, ... (terisi oleh sistem).
Lampiran ... (terisi oleh sistem).

Kepada Yth,
Pimpinan
... (terisi oleh sistem)
di-Tempat

Perihal Surat Keterangan Penjaminan

Sehubungan dengan pengajuan penerbitan (notifikasi) Surat Jaminan yang kami terima untuk
kasus kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja yang dialami oleh peserta kami, atas
nama:

Nama Peserta (terisi oleh sistem).


Nomor Referensi (terisi oleh sistem).
Nomor Klaim (terisi oleh sistem).

Bahwa berdasarkan pengecekan kami atas data eligibilitas kepesertaan, kronologis kejadian
kasus, data pendukung dan kelayakan permintaan pelayanan maka dengan ini dinyatakan
bahwa pengajuan penerbitan (notifikasi) Surat Jaminan atas nama peserta tersebut
disetujui/tidak disetujui.

Informasi lebih lanjut dan detail atas Surat Keterangan Penjaminan ini dapat menghubungi
petugas Bidang Pelayanan Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan (terisi oleh sistem)...

Apabila dikemudian hari, berdasarkan data pendukung lainnya terdapat kekeliruan maka Surat
Keterangan Penjaminan ini dapat diperbaiki sebagaimana mestinya.

Nama Kepala Cabang (terisi oleh sistem)


Unit Kerja (terisi oleh sistem)

Tembusan:
Yth. Pimpinan Perusahaan (terisi oleh sistem)

Catatan:
Surat Keterangan Penjaminan ini merupakan keluaran (output) dari sistem, dan dinyatakan sah
tanpa tanda tangan Pejabat yang berwenang.

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-66-

2. Surat Pernyataan Pihak Pelapor.

Surat Pernyataan

Pada hari tanggal , saya yang bertanda tangan di bawah ini

• Nama Lengkap :

• Nomor Identitas (KTP) :

• Nama Perusahaan/Wadah/Jasa :
Konstruksi
• Jabatan dalam :
Perusahaan /Wadah/Jasa
Konstruksi
• Nomor Telepon yang dapat :
dihubungi sewaktu-waktu

Dengan ini menyatakan bahwa saya:


1. Mewakili mewakili peserta BPJS Ketenagakerjan, yaitu:
• Nama Peserta :
• Nomor Identitas Kepesertaan :

2. Bersedia membantu pihak fasilitas kesehatan yang ditunjuk sebagai Trauma Center BPJS
dalam penyediaan dan pelengkapan dokumen yang diperlukan untuk pelaporan Jaminan
Kecelakaan Kerja Tahap I.
Mengizinkan BPJS Ketenagakerjaan dan pihak fasilitas kesehatan yang ditunjuk sebagai
Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan Trauma Center dalam mempergunakan data dan
informasi terkait perawatan dan pengobatan.
4. Bersedia mengganti biaya perawatan dan pengobatan peserta, jika berdasarkan pemeriksaan
dikemudian hari dinyatakan bahwa perawatan dan pengobatan peserta tidak dijamin dalam
Program Jaminan Kecelakaan Kerja akibat keterangan kronologis dan data pendukung yang
diberikan tidak benar.

Demikian Surat Pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya tanpa ada unsur paksaan dari
pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Apabila dikemudian hari ternyata
melanggar atau pernyataan ini tidak benar maka saya siap menerima segala konsekuensinya
sesuai dengan hukum yang berlaku.

Kota/Kab

Tanggal

(tanda tangan dan/atau stempel perusahaan)


Nama

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-M.
r

3. Formulir Pengajuan Jaminan Kecelakaan Kerja.


BPJS
«L> Ketenagakerjaan LAPORAN KASUS KECELAKAAN KERJA Formulir

TAHAPI 3 KK1
BPJS Ketenagakerjaan

Laporan Kasus Kecelakaan Kerja Tahap I


Wajib dilaporkan dalam waktu 2 X 24 Jam sejak terjadi kasus kecelakaan kerja

1. Nama Perusahaan/Jasa Konstruksi *)


Kode Mitra •) Diisi khusus Bagi peserta Penerima Upah

Alamat

Desa/Kel Kec Kota/K ab

No telp perusahaan/Jasa Konstruksi ^ L / 1 1 1


Nama Kontak personil
Perusahaan/Jasa Konstruksi

2. Nama Peserta

Nomor Referensi / nomor Peserta


Jenis Kelamin |laki-laki |Perempuan
Tanggal Lahir "'I I I bl"l 1 1 'h"l I 1
Alamat/ no telp

Desa/Kel Kec Kota/Kab


Kode Pos No Telp/hp

Jenis Pekerjaan/jabatan

Unit / Bidang/ Bagian perusahaan

3. Upah tenaga kerja yang diterima Iperhari |perbulan |borongan


Jumlah upah yang diterima Rp
Terbilang upah yang diterima

4. Tempat kejadian kecelakaan | |didalam lokasi kerja |diluar lokasi kerja |lalu-lii
Alamat lokasi kejadian kecelakaan

Desa/Kel Kec Kota/Kab


Tanggal Kecelakaan jam kejadian ] c

5. Deskripsi kecelakaan
a)Tindakan bahaya penyebab kecelakaan J Memakai peralatan yang berbahaya J Bekerja dengan kecepatan membahayakan
J Lupa menggunakan alatpel indung diri (APD) J Bongkar pa sang barang/bongkar muatbarang
J Posisi saatbekerja tidak aman J Bekerja dengan objek/benda yang berputar
I Mengalami gangguan perhatian dan konsentrasi J Lalai

b) Kondisi yang menimbulkan bahaya dan J Pengamanan yang tidak sempurna J Penggunaan peralatan/bahan yang tidak tepat
menjadi pencetus terjadinya kecelakaan _j Adanya kecacatan (disabilitas) J Adanya prosedur/pengaturan yang tidak aman
J Penerangan yang tidak sempurna J Ventilasi tidak semperna
J Suasana kerja yang tidak aman J Tekanan udara yang tidak aman
J Getaran yang berbahaya I J Bising
J Perlengkapan yang digunakan tidak aman J Adanya gerakan (perputaran)

c) Corak kecelakaan yang terjadi J Terbentur I Terpukul I Terpapar


n Tersengat aliran listrik

J Tertangkap | J Tergigit J Jatuh dari ketinggian yang sama


J Tenggelam J Terjepit J Jatuh dari ketinggian berbeda
| | Tertimbun j Tergelincir J Penghisapan (Penyerapan)

d) Sumber penyebab cedera J Mesin {Press, Bor, Gergaji, di!) | | Penggerak mula dan pompa J Lift (Barang, orang)
J Pengangkut/Pengangkat barang J Conveyor J Alat transmisi mekanik
J Perkakas pekerjaan tangan j I Pesawatuapdan bejana tekan| j Peralatan listrik
J Bahan Kimia J Debu Berbahaya J Radiasi dan bahan radioaktif
I Faktor lingkungan | | Binatang J Permukaan lantai di lingkungan ke
• Bahan mudah terbakar dan benda panas

Petunjuk Teknis ProgramJaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan KematianBPJS Ketenagakerjaan


-fiS-

6. Uraian Kejadian Kecelakaan


- Bagaimana terjadinya kecelakaan

Uraian kejadian kecelakaanlebihlengkapdapatditambahkan dilampiran tersendiri

- Sebutkan bagian mesin, instalasi


bahan atau lingkungan yang
menyebabkan cidera *)
') tidak perlu diisi bagi peserta bukan penerima upah

Uraian kejadian kecelakaan lebih lengkap dapal ditambahkan dilampiran tersendiri

7. Akibat yang diderita korban I |Meninggal ^Jcedera/lu ka


Sebutkan bagian tubuh yang luka

8. Fasilitas kesehatan (faskes) yang Nama Faskes

memberikan pertolongan pertama Jenis Faskes LJRumah Sakit Trauma Center ^Klinik Trauma Center
|Bukan Jejaring Trauma Center
Alamat Faskes

9. Keadaan penderita setelah |rawat jalan • rawat inap


pemeriksaan pertama

10. Keterangan lainnya jika perlu

I Dengan ini saya menyat.kan bahwa data rjan keteranganyangsaya sampaikan kepada 8PJSKetenagakerjaan dalam rangka pelaporan kasus kecelakaan kerja tahap Iadalah benar. I

Tembusan: Kota/kab :
Dinas Tenaga Kerja Setempat Tanggal

(tanda tangan pimpinan dan/atau stempel perusahaan


Nama

Jabatan

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-69-

"^V

BPJS Formulir
Ketenagakerjaan LAPORAN KASUS PENYAKIT AKIBAT KERJA
3 PAK1
TAHAPI BPJS Ketenagakerjaan

Laporan Kasus Penyakit Akibat Kerja Tahap I


Wajib dilaporkan dalam waktu 2 X 24 Jam setelah di diagnosa sebagai Penyakit Akibat Kerja

1 Nama Perusahaan 1 1 II 1 1 II 1 II II 1 1 1 1 1 II II 1 1 II 1 II
NPP *) khusus untuk peserta penerima upah

Alamat 1 1
Desa/Kel Kec Kota/Kab

No telp perusahaan II II II 1 1 1 1 II 1 l/l M II II 1 1 1 1 1 II


Nama Kontak personil perusahaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Nama Peserta IN 1 1 II MM Mil 1 Ml II 1 MIIMI


Nomor Referensi / Nomor Peserta

Jenis Kelamin I llaki-lakl • Perempuan

Tanggal Lahir wMM


Alamat/ no telp
Desa/Kel Kec Kota/Kab

Kode Pos No Telp/hp

3 Upah yang diterima peserta |perhari [ |per bulan |borongan


Jumlah upah yang diterima Rp
Terbilang upah yang diterima

4 Status peserta |lVlasih Bekerja |Sudah tidak bekerja


Lokasi/alamat tempat bekerja
Desa/Kel Kec Kota/Kab

Jabatan pekerjaan terakhir


Uraian pekerjaan terakhir

Uraian kejaolan pekerjaan terakhir lebih lengkap dapat ditambahkan di lampiran tersendiri

Unit / Bidang/ Bagian perusahaan

Riwayat jenis pekerjaan tahun sd m


tahun sd
tahun sd

5 Tanggal didiagnosa Penyakit Akibat


Kerja

6 Fasilitas kesehatan (faskes) dan dokter Nama Faskes


yang mendiagnosa penyakit akibat kerja Nama dokter
Alamat Faskes

7 Uraian kronologis penyakit akibat kerja


- Sebutkan jenis penyakit akibat kerja
yangtimbul karena hubungan kerja
Uraiankronologis penyakit akibat kerja lebih lengkap dapat ditambahkan dllampiran tersendiri

- Sebutkan bahan, proses, lingkungan


atau cara bekerja yang menyebabkan
penyakit akibat kerja Uraian kronologis penyakrt akibat kerja lebih lengkap dapat ditambahkan di lampiran tersendiri

8 Akibat yang diderita peserta |tVleninggal jsakit


Sebutkan bagian tubuh/organ tubuh yang
mengalami penyakit akibat kerja

9 Pengobatan peserta setelah [rawat jalan • rawat inap


didiagnosa penyakit akibat kerja

10 Keterangan lainnya jika perlu

Dengan ini saya menyatakan bahwa data dan keterangan yang saya sampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan
dalam rangka pelaporan kasus penyakit akibat kerja tahap I adalah benar.

Tanggal kota/kab,tanggal

Tembusan:
- Dinas Tenaga Kerja setempat

(tanda tangan pimpinan dan stempel perusahaan)


Nama

Jabatan

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
_Z-2_

a§ j b Formulir
kerjaan LAPORAN KASUS KECELAKAAN KERJA
3aKK2
TAHAP II BPJS Ketenagakerjaan

Laporan Kasus Kecelakaan Kerja Tahap II


Wajib dilaporkan dalam waktu 2 X24 Jam Formulir ini berfungsi juga sebagai pengajuan
Sejak pekerja dinyatakan sembuh, cacat, atau meninggal dunia oleh Dokter pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja
yane Merawat atau Dokter Penasehat

1. Nama Perusahaan/Jasa Konstruksi *)

Kode Mitra
*}Diisi khusus Bagi peserta Penerima Upah

Alamat

Desa/Kel Kota/Kab

Notelp perusahaan IZL


Nama Kontak personil perusahaan

2. Nama Peserta

Nomor Referensi / nomor Peserta

Jenis Kelamin | |laki-laki Jpere mpuan


Tanggal Lahir

Alamat/no telp
Desa/Kel Kota/Kab

Kode Pos NoTelp/hp

Jenis Pekerjaan/jabatan

Unit / Bidang/ Bagian perusahaan

3. Tanggal Kecelakaan tgl f* bin [__ thn 1 1 1

4. laporan kasus kecelakaan kerja Tahap I Belum disampaikan

telah disampaikan kepada BPJS


Ketenagakerjaan dan Kantor Dinas Sudah disampaikan pada 1 1 1 1 1 1 1 1 1
tgi bin thn
Tenaga Keria

5. Pengajuan Pembiayaan oleh _]perusahaan | [Peserta |Faskes Traum a Center ^JAhli Waris
a) Biaya pengangkutan Rol 1 1 1 1 1 1 1 M M 1 1
b) Biaya pengobatan dan perawatan roM 1 1 M M II II [ |

c) Biaya Rehabilitasi rdI II II II 1 Mil 1 1


d) Biaya prothesa/orthesa Rol 1 1 1 1 1 1 1 II 1 1 1 1
e) Biaya Pemakaman Roll M M 1 1 Mil 1 1
Penerima manfaat pembiayaan [^Perusahaan | |Peserta ^Faskes TC ^Ahl Waris

6. Pengajuan Santunan Sementara Tidak a) Periode | | MM 1 1 s.d. II II 1 1 1 II


tanggal bulan tahun tanggal bulan tahun
Mampu Bekerja (STMB)
Jumlah besarnya STMB Rp 1 1 1 | | | II II 1

b) Periode [ II II 1 | sd. Mill MM


tanggal bulan tahun tanggal bulan tahun

Jumlah besarnya STMB Rp |~ 1 | 1 1 Mill

c) Periode MM 1 1 s.d. 1 II 1 MM
tanggal bulan tahun tanggal bulan tahun

Jumlah besarnya STMB «p| 1 1 1 | II II 1

7. Uraian keterangan dokter tentang I Terlampir pada suratketerarrgan dokter kasus kecelakan kerja (formulir 3bKK3)
kondisi fisik/mental peserta pasca
J Tidak Terlampir
kecelakaan kerja

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
jj±_

8. Berdasarkan Surat Keterangan dokter Pada tanggal L3 peserta ditetapkan


bentuk KK4atau KK5ditetapkan
terlampir J Sembuh atau Keadaan sementaratidakmampu bekerja telah berakhii
J Sedang dalam tahap perawatan/pengobatan
J Cacat total tetapuntuk selamanya
J Cacat sebagian anatomis
J Cacat sebagian fungsi
J Meninggal dunia
| Kasus Kambuh

9. Besarnya pembiayaan dan santunan Rp|


yang telah diberikan kepada peserta
atau ahli waris pasca kecelakaan kerja

10. Penerima manfaat santunan (ahli waris):


Nama Peserta

Nomor Identitas Kependudukan

Hubungan ahli waris dengan peserta ^Hjanda/duda | ^Anak ^Ayah/lbu ^Jkakek/Nenek ^jcucu
jsaudara Kandung |Mertua |Pihak yang ditunjuk dalam wasiat
Alamat/no telp
Desa/Kel Kota/Kab

Kode Pos No Telp/hp

Nomor Rekening

Nama Bank

11. Keterangan lainnya jika perlu

Dengan ini saya menyatakan bahwa data dan keterangan yang saya sampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan
dalam rangka pelaporan kasus kecelakaan kerja tahap II adalah benar.

Tembusan: Kota/kab
- Dinas Tenaga Kerja Setempat Tanggal

..(tanda tangan pimpinan dan stempel perusahaan)

Nama

Jabatan

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-72-

g§ k BPJS Formulir
^^^^ Ketenagakerjaan LAPORAN KASUS PENYAKIT AKIBAT KERJA
3a PAK 2
TAHAP II
BPJS Ketenagakerjaan

Laporan Kasus Penyakit Akibat Kerja Tahap II


Wajib dilaporkan dalam waktu 2 X 24 Jam Formulir ini berfungsi juga sebagai pengajuan
Sejak pekerja dinyatakan sembuh, cacat, atau meninggal dunia oleh Dokter pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja
yang Merawat atau Dokter Penasehat

1. Nama Perusahaan *) 1 1 II II II M II 1 Mill


Kode Mitra *) DM5i khusus Bagi peserta Penerima Upah

Alamat

Desa/Kel Kec Kota/Kab

No telp perusahaan 1 II II II II
Nama Kontak personil perusahaan 1 M M 1 M II II II II II II 1
2. Nama Peserta 1 1 1 II 1 II II 1 II II II 1 1 II 1
Nomor Referensi / nomor Peserta

Jenis Kelamin
3aki-laki |Perempuan
Tanggal Lahir

Alamat/ no telp

Desa/Kel Kota/Kab

Kode Pos No Telp/hp

Jenis Pekerjaan/jabatan

Unit / Bidang/ Bagian perusahaan

3. Tanggal didiagnosa Penyakit Akibat Kerja : td

4. laporan kasus penyakit akibat kerja _J Belum disampaikan


Tahap I telah disampaikan kepada BPJS
Ketenagakerjaan dan Kantor Dinas |Sudah disampaikan pada
Tenaga Kerja

5. Kelompok penyakit akibat kerja | | Penyakit yang disebabkan oleh pajanan faktor-faktoryang timbul dari aktivitas pekerjaan ;
| I -Penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia
J -Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika
I | -Penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi atau parasit
| | Penyakit akibat kerja berdasarkan target organ :
J - Penyakit saluran pernapasan
J -Penyakit kulit
J -Gangguan otot dan rangka
J -Gangguan mental dan perilaku
J Penyakit Kanker akibat kerja
J Penyakit lainnya

6. Pengajuan Pembiayaan oleh Mperusahaan [_|peserta ^Faskes TC ^Ahli Waris


a) Biaya pengangkutan RpI II II II II II 1 II
b) Biaya pengobatan dan perawatan RpI 1 1 II II II II II 1
c) Biaya Rehabilitasi *P II II II 1
d) Biaya prothesa/orthesa RpI 1 II 1 II II 1 1 II 1
e) Biaya Pemakaman rpI II II 1 1 1 II 1 1 1 1
Penerima manfaat pembiayaan [_Jperusahaan |_JPeserta ^Faskes TC ^]Ahli Waris
7. Pengajuan Santunan Sementara Tidak a) Periode m rrm
Mampu Bekerja (STMB) tanggal bulan tahun tanggal bulan

b) Jumlah besarnya STMB Rp

8. Uraian keterangan dokter tentang I I Terlampir pada surat keterangan dokter kasus penyakit akibat kerja kerja (formulir 3b PAK 3)
kondisi fisik/mental peserta pasca
mengalami penyakit akibat kerja J Tidak terlampir

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-73-

9. Berdasarkan Surat Keterangan dokter Pada tanggal peserta ditetapkan:


perihal kasuspenyakitakibat kerja tanggal

ditetapkanterlampir J Sembuh atau Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir
J Sedang dalam tahap perawatan/pengobatan
J Cacat total tetap untuk selamanya
J Cacat sebagian anatomis
J Cacat sebagian fungsi
J Meninggal dunjnia

J Kasus kambuh

LO. Besarnya pembiayaan dan santunan yang : Rp


telah diberikankepada peserta atau ahli
warispascamengalami penyakit akibat
kerja

11. Penerimamanfaat santunan (ahliwaris)


Nama Ahli Waris

Nomor Identitas Kependudukan

Hubungan ahli warisdengan peserta _Jjanda/duda |jAnak ^Ayah/lbu ^Kakek/Nenek ^]cucu


I |saudaraKandung JlVlertua jpihak yang ditunjuk dalam wasiat
Alamat/no telp

Desa/Kel Kec Kota/Kab

Kode Pos NoTelp/hp

NomorRekening

Nama Bank

12. Keterangan lainnya jika perlu

Dengan ini saya menyatakan bahwa data dan keterangan yang saya sampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan
dalam rangka pelaporan kasus penyakit akibatkerja tahapII adalahbenar.

Tembusan: Kota/kab
DinasTenaga KerjaSetempat Tanggal

..(tanda tanganpimpinan danstempelperusahaan)


Nama

Jabatan

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerjadan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
.74.

Formulir
SURAT KETERANGAN DOKTER
BPJS
«L> Ketenagakerjaan KASUS KECELAKAAN KERJA
3bKK3
BPJS Ketenagakerjaan

Dengan ini saya dokter yang memeriksa peserta BPJS Ketenagakerjaan dibawah ini:
Nama dokter Jabatan/Keahlian
Nama Fasilitas kesehatan/lnstitusi Nomor telepon/hp
Alamat Fasilitas kesehatan/lnstitusi

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Nama Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Nomor Referensi / nomor Peserta IE 1 1 1 1 II 1 1 1 1

2. Nama Perusahaan *) II II 1 1 1 1 II 1 II II 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Tanggal Kecelakaan Id | | | bin | | | >hn | | | | |

4. Tanggal pemeriksaan oleh dokter tgl bin j thn |

5. Berdasarkan anamnesa

6. Berdasarkan pemeriksaan fisik

- Bagian tubuh luar yang cedera Kepala (batok kepala)

Dahi kanan pelipis kanan pa hi kiri pelipis kfri


\
\t Mata kanan Ihiidung kanan Mata kiri jHidung kiri

ItMulut _Jlidah jDagu


Ipi pi kanan rahang kanan |pipi kiri rahang kiri

Telinga kanan JTelinga kiri


Bahu kanan pada kanan Bahu kiri pada kiri
^Leher Tenggorokan 1 Jjakun
pulang rusukkanan Perutkanan Tulang rusuk kiri |Perut kiri
Pusar an
Pinggul kanan Ipinggul ki ri
Dp-is D J Scrotum _]vagina [Klitoris
Jlelapak kaki kanan Tumit kanan jTelapak kaki kiri |Tumit kiri
jari kaki kanan [Jari kakikiri
Lengan kanan siku kanan Lengan kiri |siku kiri
Pergelangan tangan kanan I JTel apaktangan kanan Pergelangan tangan ki ri JTelapak tangan kiri
IJarr tangan kanan pada jari Pada ruas jari

jari tangan kiri pada jari Pada ruas jari

Paha kanan Lutut kanan |paha kiri [Lutut kiri


ttlul ft , ,
^M If 3etiskanan Tulang kering kanan petis kiri UBetis kiri
m& r—,
Pergelangan kaki kanan Pergelangan kaki kiri

jjarikaki kanan pada jari Pada ruas jari .


Mari kaki kiri pada jari Pada ruas jari

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-75-

- Bagian organ tubuh bagian dalam [Ginjal _|Hati jjantung Kandung empedu

yang cedera Esofagus _Jkulit jparatiroid Ipituitari

kandung kemih Limpa mata |otak


Ovarium Testis/buah zakar _JPan kreas Iparu-paru
Lambung Usus halus
• usus besar rahim

Ithymus Jtiroid • Arteri |vena

7. Penatalaksanaan atau tindakan medis


yang diberikan

8. Hasil pemeriksaan/pengobatan |sembuh tanpa cacat


|Kasus Kambuh
Jcacat anatomis akibat kehilangan anggota badan
^Jcacat fungsi pada anggota badan
dengan besarnya cacat fungsi % terbilang (...

^Memerlukan prothesa berupa


]Memerlukan orthesa berupa
|Meninggal dunia pada tBi ] |bln |_ Ith" I jam

9. Setelah sembuh peserta dapat _|Biasa dengan kondisi tertentu berupa ....
melakukan pekerjaan
|Ringandengan kondisi tertentu berupa .
JTidak dapat bekerja

Terhitung tanggal tgi s.d. m

10. Lamanya perawatan/pengobatan dari tgi s.d. 'ei

11. Diberikan istirahat dari <gi s.d. 'e'

12. Keterangan lainnya jika perlu

Dengan ini saya menyatakan bahwa data dan keterangan yang saya sampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan
dalam rangka pelaporan kasus kecelakaan kerja tahap II adalah benar.

Kota/kab
Tembusan: Tanggal
- Dinas Tenaga Kerja Setempat

..(tanda tangan dan stempel fasilitas kesehatan)

Nama

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-76-

Formulir
SURAT KETERANGAN DOKTER 3b PAK 3
BPJS
O Ketenagakerjaan KASUS PENYAKIT AKIBAT KERJA BPJS Ketenagakerjaan

Dengan ini saya dokter yang memeriksa peserta BPJS Ketenagakerjaan dibawah ini:
Jabatan/Keahlian
Nama dokter
Nomor telepon/hp
Nama Fasilitas kesehatan/lnstitusi
Alamat Fasilitas kesehatan/lnstitusi

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:


1. Nama Peserta I

NomorReferensi/ nomor Peserta |

2. Nama Perusahaan *) |

3. Tanggal diagnosa penyakit akibat kerja : tgi »n~i -•.


4. Berdasarkan anamnesa

5. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik


dan penunjang diagnostik

6. Penatalaksanaan atau tindakan medis


yang diberikan

7. Diagnosa penyakit akibat kerja

8. Kelompok penyakit akibat kerja ] Penyakit yang disebabkan oleh pajanan faktor-faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan :
J - Penyakit yang disebabkan oleh faktorkimia
] -Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika
1 - Penyakityangdisebabkanoleh faktor biologi dan penyakitinfeksi atau parasit
j Penyakit akibat kerja berdasarkan target organ :
j - Penyakit saluran pernapasan
3 - Penyakit kulit
I - Gangguan ototdan rangka
J - Gangguan mental dan perilaku
] Penyakit Kanker akibat kerja
1 Penyakit tainnya

9. Hasil pemeriksaan/pengobatan jsembuh tanpa cacat


Jkasus Kambuh
^jcacat anatomis akibat kehilangan anggota badan
Jcacat fungsi pada anggota badan
dengan besarnya cacat fungsi % terbilang ( )
^Memerlukan prothesa berupa
^Memerlukan orthesa berupa
^Meninggal dunia pada tgi L_J__Jb|n [_
10. Setelah sembuh peserta dapat ^JBiasa dengan kondisi tertentu berupa ...
melakukan pekerjaan
^JrVmgan dengan kondisi tertentu berupa
^Tidak dapat bekerja
Terhitung tanggal tgi s.d. •.;:
co-cr
s.d
11. Lamanya perawatan/pengobatan dari is'

dari tei s.d.


12. Diberikan istirahat

13. Keterangan lainnya jika perlu

Dengan inisaya menyatakan bahwa data dan keterangan yang sayasampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan
dalam rangka pelaporan surat keterangan dokter kasus penyakit akibat kerja adalah benar.

Tembusan:
Kota/kab
- Dinas Tenaga Kerja Setempat Tanggal

..(tanda tangan dan stempel fasilitas kesehatan)

Nama

Petunjuk Teknis Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
-11'

Lampira n Tambahan Formulii


BPJS LAMPIRAN TAMBAHAN 3 ; 3a ; 3b
Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan

Tambahan Keterangan pada Formulir LJ Laporan Kasus Kecelakaa ^ Kerja Tahap I (Formulir 3 KK 1)

LJ Laporan Kasus Kecelakaa t Kerja Tahap II (Formulir 3a KK 2)

l_l Surat Keterangan Dokter lasus Kecelakaan Kerja (Formulir 3b KK 3)

LJ Laporan Kasus Penyakit A kibat Kerja Tahap t (Formulir 3 PAK 1)

l_l Laporan Kasus Penyakit A kibat Kerja Tahap II (Formulir 3a PAK 2)

1_J Surat Keterangan Dokter f lasus Penyakit Akibat Kerja (Formulir 3b PAK 3)

a t a k i n b> rigar. v j n j s a y a a .ikon kepada BPJS Ketenagakerj)

Tembusan: Kota/kab
- Dinas Tenaga Kerja Setempat Tanggal

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 16 Juni 2016
DIREKTUR UTAMA
BPJS KETENAGAKERJAAN,

BPJS

Petunjuk TeknisProgram Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai