Anda di halaman 1dari 12

RELAKSASI AUTOGENIC TRAINING UNTUK MEMBANTU KEBERHASILAN MASA

AWAL LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM


(Autogenic Training Relaxation Helping Postpartum Mothers to Achieve Successful Breastfeeding
on Early Lactation Period)

Farida Juanita*
*STIKES Muhammadiyah Lamongan, Jl. Raya Plalangan, Plosowahyu, Lamongan 62200
Email: faridajuanita@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Penyebab utama kegagalan menyusui adalah rasa tidak percaya diri pada ibu. Teknik relaksasi autogenic
training merupakan metode yang sesuai dengan teori keperawatan self care di mana ibu dapat mandiri dalam membangun
niat positif dan motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh latihan relaksasi autogenic training terhadap
keefektifan menyusui dan volume pengeluaran ASI pada ibu postpartum. Metode: Penelitian ini menggunakan
experimental posttest only - non equivalent control group design. Sampel sebanyak 26 orang ibu postpartum dibagi
menjadi dua kelompok dengan teknik matching. Teknik relaksasi autogenic training diberikan menggunakan MP3 Player
selama 3 minggu. Post-test dilakukan dengan cara observasi melalui kunjungan rumah pada minggu ketiga. Modifi kasi
Via Christi Breastfeeding Assessment Tool Jan Riordan digunakan untuk menilai efektivitas menyusui dan timbangan
bayi elektrik untuk mengukur volume pengeluaran ASI. Data dianalisis menggunakan independen t test dengan α ≤
0,05. Hasil: Analisis uji statistik menunjukkan bahwa ibu yang melakukan relaksasi autogenic training bisa menyusui
lebih efektif dan memiliki rerata volume pengeluaran ASI lebih bayak daripada kelompok kontrol (p = 0,000 dan
p = 0,001). Diskusi: Teknik relaksasi autogenic training berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas menyusui dan
volume pengeluaran ASI. Hasil ini dapat dianggap bahwa autogenic training dapat digunakan sebagai intervensi dalam
program dukungan untuk ibu menyusui.

Kata Kunci: menyusui, volume pengeluaran ASI, autogenic training, relaksasi

ABSTRACT
Introduction: The numbers of breastfeeding failures are mostly caused by mothers` disbelief to themselves. One method
that can be done to overcome these problems in accordance with the self-care nursing theory is the autogenic training
relaxation. This method teaches mothers to be self-sufficient in building a positive intention and motivation to help the
process of breastfeeding. This study aimed to examine the influence of autogenic training relaxation to the effectiveness
of breastfeeding and the enhancement of breast milk volume on maternal postpartum. Method: By using an experimental
posttest only-non equivalent control group design, 26 samples were taken based on the criteria and divided into two groups
by matching technuiqe. autogenic training was given through MP3 Player for 3 weeks. Post-test observation conducted
on the third week by home visit. Via Christi Breastfeeding Assessment Tool Jan Riordan modifications used to assess the
effectiveness of breastfeeding, and to measure the milk ejection volume, used weighing test using electronic baby scales.
Data were analyzed using one-tailed independent t test with α ≤ 0.05. Result: The analysis showed that mothers who did
autogenic training relaxation could breastfeed more effectively and had greater average volume of milk ejection than the
control group (p = 0.000 and p = 0.001). Discussion: It can be concluded that autogenic relaxation training techniques
affect the effectiveness of breastfeeding and breast milk volume. These results can be considered that autogenic training
as an intervention in program of support for breastfeeding mothers.

Keywords: breastfeeding, milk ejection volume, autogenic training, relaxation

PENDAHULUAN kesehatan ibu dan bayi (WHO, 2003). Menyusui


juga mempunyai efek positif pada ibu, keluarga
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
dan pencapaian kesehatan masyarakat melalui
terbaik bagi bayi yang dianugerahkan kepada
kebaikan nutrisi, imunologi, tumbuh kembang,
setiap ibu yang melahirkan. Menyusui adalah
psikologi, sosial ekonomi dan lingkungan.
cara terbaik dalam memberikan makanan yang
Perlindungan, promosi dan dukungan terhadap
ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
ibu menyusui menjadi prioritas dalam program
bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh
kesehatan masyarakat di semua negara (Vidas,
biologis dan kejiwaan yang unik terhadap
Smalc, Catipovic, & Kisik, 2011).

283
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 283–294

Menyusui merupakan salah satu proses memperkuat keyakinan diri ibu bahwa dia
adaptasi yang dialami ibu postpartum, yaitu dapat berhasil menyusui (WHO, 2003).
periode 24 jam setelah kelahiran hingga 6 Di Indonesia, pemberian ASI belum
minggu. Saat terpenting waktu menyusui membudaya pada masyarakat termasuk
adalah pada beberapa hari pertama setelah di kalangan ibu bekerja (Purnamasari &
melahirkan. Bila seorang ibu dibantu dengan Rahardjo, 2007). Ibu yang berhasil memberi
baik pada saat ia mulai menyusui, kemungkinan ASI secara eksklusif tercatat sebesar 61,5%
ibu tersebut akan berhasil untuk terus menyusui pada tahun 2010. Sementara di Jawa Timur
(Siregar A. , 2004). Keberhasilan laktasi dapat ibu yang memberi ASI sebesar 61,52% pada
dinilai dari keefektifan proses menyusui. tahun 2011. Kota Surabaya berada di bawah
Menyusui disebut efektif jika terjadi proses rerata tersebut, yakni sebesar 26,88% (Pusat
interaktif antara ibu dan bayi saat pemberian Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
ASI secara langsung dari payudara ibu ke Republik Indonesia, 2012). Menurut analisis
bayi dengan cara yang benar dan kuantitas Kementerian Kesehatan tahun 2012, berbagai
yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan faktor yang turut menghambat keberhasilan
ibu dan bayi, sehingga penilaian keberhasilan pemberian ASI antara lain karena tenaga
laktasi dapat diobservasi langsung saat proses konselor menyusui yang terbatas, kegiatan
menyusui dengan mengamati cara menyusui edukasi dan kampanye terkait pemberian
serta dapat juga dinilai dari kuantitas atau ASI yang belum optimal, ketersediaan sarana
volume ASI yang dihasilkan (Mulder, 2006). dan prasarana komunikasi informasi dan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi edukasi (KIE) tentang ASI, serta pembinaan
keberhasilan laktasi, baik faktor internal kelompok pendukung ASI yang belum optimal
maupun faktor eksternal. Pada hakikatnya (Direktorat Jenderal Bina Gizi & Kesehatan
semua wanita dapat menyusui. Jarang ada Ibu dan Anak , 2012).
wanita yang tidak dapat menyusui karena Tidak adanya peningkatan jumlah ibu
kelainan patofisiologis (WHO, 2003). Menurut yang berhasil menyusui, akan berdampak pada
WHO, diperkirakan 97% wanita subur tanggung jawab petugas kesehatan dan unit
mempunyai kemampuan untuk menyusui komunitas lokal terhadap angka kesakitan
(Iglesias, et al., 2011). Kegagalan dalam proses bayi yang semakin meningkat. Hal tersebut
menyusui sering disebabkan karena timbulnya berkaitan dengan pemberian makan pada bayi
beberapa masalah, baik masalah pada ibu terlalu dini, di mana hal ini memegang peranan
maupun pada bayi. Masalah dari ibu yang penting dalam insiden penyakit pada bayi.
timbul selama menyusui dapat dimulai sejak Hal tersebut juga nantinya akan berdampak
sebelum persalinan (periode antenatal), pada pada peningkatan anggaran nasional pada
masa pasca persalinan dini, dan pasca masa pembiayaan kesehatan (Riordan & Auerbach,
persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat 2010). Perawat sebagai salah satu bagian dari
pula diakibatkan karena keadaan khusus. Ibu sistem kesehatan juga turut bertanggung jawab
mengeluhkan bayinya sering menangis atau terhadap keberhasilan laktasi. Perawat dapat
menolak menyusu yang kemudian diartikan turut berperan dalam mengatasi hambatan
bahwa ASI tidak cukup atau tidak baik sehingga internal ibu seperti membantu mengatasi
diambil keputusan untuk menghentikan kecemasan ibu dan juga menjadi fasilitator
menyusui (Widiasih, 2008). kelompok pendukung ASI. Salah satu gagasan
Rasa cemas yang disebabkan oleh yang dapat dilakukan perawat berkaitan
perasaan takut tidak dapat menyusui dan tidak dengan hal tersebut dapat dikembangkan dari
memiliki ASI yang cukup adalah suatu alasan teori keperawatan self care yang dikemukakan
yang paling sering dikemukakan oleh ibu yang oleh Dorothea Orem. Teori yang menyatakan
gagal mulai menyusui, berhenti menyusui bahwa pada dasarnya manusia mempunyai
terlalu cepat, atau memulai pemberian kemampuan dalam merawat dirinya sendiri,
makanan tambahan sebelum makanan itu menjadi dasar bagi perawat untuk dapat
dibutuhkan. Dukungan psikologis akan membantu ibu dalam memberi dukungan dan

284
Relaksasi Autogenic Training untuk Membantu Keberhasilan Masa Awal Laktasi (Farida Juanita)

edukasi berkaitan dengan keberhasilan laktasi ibu post partum spontan/ normal. Perlakuan
(Alligood & Tomey, 2010). dengan memberikan intervensi pembelajaran
Salah satu intervensi yang dapat AT untuk selanjutnya dilakukan ibu di
dilakukan untuk membantu keberhasilan rumah selama 3 minggu. Observasi post-test
meny usui adalah melalui manajemen dilakukan pada ibu postpartum saat home visite
psikologis yaitu dengan mengajarkan ibu pada minggu ketiga setelah melahirkan.
teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan K riteria inklusi pada penelitian
dan meningkatkan kepercayaan diri ibu ini meliputi ibu postpartum yang melalui
untuk dapat berhasil menyusui. Ada berbagai wawancara mempunyai motivasi untuk
macam teknik relaksasi yang telah dikenal memberikan ASI pada bayinya, ibu primipara,
dan dipergunakan secara luas antara lain menjalani inisiasi menyusu dini (IMD), ibu
guided imagery, yoga, pilates, taichi, cakra, dalam kondisi sadar dan bisa baca tulis, ibu
meditasi dan teknik autorelaksasi yang dikenal yang melahirkan bayi aterm dengan keadaan
dengan istilah autogenic training (American sehat dan berat badan antara 2500–4000 gram,
Holistic Nurses’ Association, 2005). Autogenic ibu yang memberikan ASI eksklusif yaitu
training (AT) merupakan standar intervensi tidak memberikan makanan atau cairan lain
keperawatan yang telah terdaftar di Nursing selain ASI hingga saat pengumpulan data
Intervention Classification (NIC) dan telah dilakukan, dan ibu yang tidak mempunyai
digunakan secara luas dalam intervensi pantangan makanan setelah melahirkan
keperawatan untuk mengatasi kecemasan (asupan nutrisi bebas, tinggi kalori tinggi
dalam berbagai situasi dengan tingkat evidence protein). Sedangkan kriteria eksklusi dalam
based level 1 (Ackley, 2008). Jika dibandingkan penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
dengan teknik relaksasi yang lain, AT memiliki kelainan anatomis payudara (pascaoperasi
teknik relaksasi yang sederhana, mudah dan FAM, hipoplasia mammae, inverted nipple),
tidak memerlukan baju khusus atau gaya tubuh ibu yang menderita gangguan mental berat,
yang sulit. AT dapat dipelajari dengan mudah ibu yang dikontraindikasikan melakukan AT
dan dapat diaplikasikan beberapa menit dalam (infark miokard, hipoglikemi atau glaucoma),
sehari pada waktu yang tepat meski di tengah ibu yang dikontraindikasikan atau tidak
kesibukan. Teknik ini dilakukan dengan 6 memungkinkan untuk menyusui (TBC kelenjar
standar latihan: merasakan ekstremitas payudara, hepatitis B, SLE, HIV positif), ibu
memberat dan menghangat, bernapas tenang yang mempunyai gangguan pendengaran
dan teratur, merasakan denyut jantung, sehingga tidak dapat mendengarkan rekaman
merasakan abdomen menghangat dan kepala audio relaksasi AT. Penilaian kriteria tersebut
menjadi dingin serta melalui penyampaian diatas berdasarkan anamnesa riwayat penyakit
sugesti positif yang membuat efek relaksasi klien atau rekam medis yang ada, atau berdasar
psikologis dan pada akhirnya akan didapatkan diagnosa supervisor klinis.
efek anxiolitik (Vidas, Smalc, Catipovic, & Instrumen yang digunakan dalam
Kisik, 2011). memberikan intervensi autogenic training
adalah rekaman audio yang diputar melalui
MP3 Player sesuai standar prosedur
BAHAN DAN METODE
operasional, sedangkan untuk menilai
Desain atau rancangan penelitian ini keteraturan pelaksanaannya, digunakan
menggunakan desain eksperimental jenis lembar cek harian pelaksanaan teknik
posttest only – non equivalent control group relaksasi autogenic training. Untuk menilai
design. Sampel diambil dari populasi ibu keefektifan menyusui, digunakan Via Christi
postpartum di RSIA Kendangsari Surabaya Breastfeeding Assessment Tool modifikasi Jan
yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian Riordan yang telah teruji tingkat validitas dan
dibagi dalam kelompok kontrol dan perlakuan reliabilitasnya (Taha, 2009). Untuk mengukur
dan dilakukan matching data pada kedua volume pengeluaran ASI, digunakan metode
kelompok antara ibu post sectio caesar dan weighing test yang menurut beberapa literature

285
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 283–294

review tingkat validitas dan reliabilitasnya PEMBAHASAN


tinggi jika menggunakan timbangan bayi
Variasi skor keefektifan menyusui pada
elektronik atau digital. Pada penelitian ini
kelompok kontrol dapat dikatakan cukup
digunakan timbangan bayi digital (merk
beragam. Skor minimal yang didapatkan
Onemed - OD231) yang mempunyai akurasi
adalah 4 namun hanya didapatkan pada 1
standar dengan sensitifitas 5 gram.
responden. Responden yang memiliki nilai
terendah tersebut memiliki masalah dalam
HASIL menyusui terkait dengan posisi perlekatan
dan puting yang lecet. Ibu mengatakan
Didapatkan 13 responden untuk
dirinya tersiksa setiap kali menyusui. Hal ini
kelompok kontrol dari total 21 responden,
menimbulkan stress tersendiri bagi ibu.
dan 13 responden dari total 16 responden
Bila ibu yang menyusui mengalami
pada kelompok perlakuan yang disajikan pada
stress, maka akan terjadi suatu blokade dari
tabel 1. Dari wawancara yang dilakukan pada
refleks let down. Ini disebabkan oleh karena
kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan
adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin)
data mengenai karakteristik responden meliputi
yang menyebabkan vasokontraksi dari
usia ibu, pendidikan, pekerjaan, status gizi
pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin
sebelum hamil (berdasar IMT), jenis persalinan
yang dapat mencapai target organ mioepitelium
dan berat badan bayi saat lahir yang disajikan
hanya sedikit. Selain itu, akan terjadi pula
dalam tabel 2. Dari observasi cara menyusui
pelepasan noradrenalin pada sistem syaraf
menggunakan Via Christi Breastfeeding
pusat sehingga aktivitas kedua substansi
Assessment Tool modifikasi Jan Riordan pada
kimia ini akan menyebabkan terhambatnya
kedua kelompok, dilakukan uji menggunakan
milk ejection reflex (Riordan & Auerbach,
one tailed independent t test yang disajikan
2010). Refleks let down yang tidak sempurna
pada Tabel 3. Dari 2 kali pengukuran milk
akan berakibat bayi yang haus menjadi tidak
ejection menggunakan weighing test pada
puas. Ketidakpuasan ini akan menyebabkan
kedua kelompok, dilakukan uji analisis
tambahan stres bagi ibu. Bayi yang haus
menggunakan one tailed independent t test
dan tidak puas ini akan berusaha untuk
yang disajikan pada Tabel 4.
mendapat air susu yang cukup dengan cara
menambah kuat isapannya sehingga tidak
Tabel 1. Jumlah responden penelitian pengaruh jarang menimbulkan luka - luka pada puting
teknik relaksasi autogenic training susu yang menyebabkan rasa sakit pada ibu.
terhadap keefektifan menyusui dan Hal ini juga akan menambah stress pada ibu
volume pengeluaran ASI pada ibu sehingga akan terbentuk suatu lingkaran setan
postpartum di RSIA kendangsari (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan
tahun 2013 dalam menyusui (Machfuddin, 2004).
Skor tertinggi keefektifan menyusui
Kelompok Kelompok
Responden pada kelompok kontrol adalah 10 yang juga
Kontrol Perlakuan
hanya didapatkan pada 1 responden, di mana
Memenuhi kriteria 21 16 responden ini benar-benar menikmati menjadi
Drop out
ibu menyusui dan tidak mendapatkan kesulitan
Tidak ASI 6 1
sama sekali dalam cara menyusui. Skor paling
eksklusif lagi 2 2
sering muncul pada kelompok kontrol adalah
Menolak
melanjutkan skor 7 dan 8, di mana rata-rata ibu masih
penelitian mengalami kesulitan dalam posisi perlekatan
(sebagian besar responden memperoleh skor
Diikutkan analisis 13 13
data 1/ melekat setelah beberapa kali berusaha),
hal ini berkaitan dengan posisi bayi yang

286
Relaksasi Autogenic Training untuk Membantu Keberhasilan Masa Awal Laktasi (Farida Juanita)

Tabel 2. Karakteristik responden penelitian pengaruh teknik relaksasi autogenic training terhadap
keefektifan menyusui dan volume pengeluaran ASI pada ibu postpartum di RSIA kendangsari
tahun 2013

Kelompok Kelompok Frekuensi Persentase Uji


Karakteristik
Kontrol Perlakuan (f) (%) homogenitas
Usia p = 0,582
≤ 20 tahun 1 0 1 3,85
21–30 tahun 10 10 20 76,92
31–40 tahun 2 3 5 19,23
Total 13 13 26 100
Pendidikan
SMU 1 1 2 7,69
S1 11 11 22 84,62 p = 1,000
S2 1 1 2 7,69
Total 13 13 26 100
Pekerjaan
Pegawai negeri 1 1 2 7,69
Pegawai swasta 6 6 12 46,15
Dokter/drg 1 3 4 15,39 -
Ibu rumah tangga 4 2 6 23,08
Mahasiswa 1 1 2 7,69
Total 13 13 26 100
IMT
Underweight 2 1 3 11,54
Normal 8 10 18 69,23 p = 0,950
Overweight 3 1 4 15,38
Obese 0 1 1 3,85
Total 13 13 26 100
Persalinan
Normal/spontan 5 5 10 38,46 Matching data
SC 8 8 16 61,54
Total 13 13 26 100
BBL (gram)
2500–3000 7 5 12 46,15
3010–3500 4 6 10 38,46 p = 0,834
3510–4000 2 2 4 15,39
Total 13 13 26 100

Tabel 3. Hasil uji analisis Independent T Test skor keefektifan menyusui

Skor n Mean SD Min Max T test


Kelompok kontrol 13 7,3077 1,37747 4 10 t = -4,309
Kelompok perlakuan 13 9,2308 0,83205 8 10 p = 0,000 (2-tailed)
Δ -1,92308

Tabel 4. Hasil uji analisis Independent T Test rata-rata volume ASI

Skor n Mean SD Min Max T test


Kelompok kontrol 13 35,9615 12,52242 10 80 t = -3,551
Kelompok perlakuan 13 53,4615 12,60533 25 90 p = 0,002 (2-tailed)
Δ -17,5

287
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 283–294

tidak berada dalam 1 poros menghadap ibu semua ibu belum pernah mempraktikkan
sehingga perlekatan tidak optimal. Skor 1 secara langsung bagaimana teknik menyusui
juga paling sering didapatkan untuk teknik yang benar. Semakin sering ibu menyusui,
menghisap bayi dan suara menelan. Sebagian ibu akan belajar bagaimana cara atau posisi
bayi menghisap tidak secara ritmis, bayi yang paling optimal dalam menyusui. Seiring
menghisap tapi butuh rangsangan sehingga berjalannya waktu, diharapkan semua ibu
juga berkaitan dengan suara menelan bayi dapat mencapai skor maksimal menyusui
yang menjadi tidak terdengar dengan sering, efektif.
hanya terdengar jika distimulasi. Hal ini Variasi skor keefektifan menyusui
kemungkinan juga berkaitan langsung dengan pada kelompok perlakuan tampak lebih
volume ASI yang diproduksi (dibahas pada sedikit jika dibandingkan dengan variasi
sub bab selanjutnya). Selain itu beberapa skor pada kelompok kontrol. Skor minimal
ibu juga mengeluhkan kejadian puting lecet, yang didapatkan adalah 8 pada 3 responden.
sehingga beberapa responden mendapat skor Seluruh responden yang memiliki nilai
1 pada evaluasi ibu yang menyatakan tidak terendah tersebut sempat memiliki masalah
begitu senang dengan proses menyusuinya. dalam menyusui yaitu puting lecet, namun
Pada item skor waktu yang diperlukan antara sudah mulai mencoba mengadaptasi posisi
perlekatan dan bayi mulai menghisap, hampir perlekatan yang seharusnya.
seluruhnya mendapat skor 2, di mana waktu Skor tertinggi keefektifan menyusui
yang diperlukan antara 0–3 menit saja. Hal ini adalah 10 yang didapatkan pada mayoritas
terkait dengan proses pembelajaran bayi yang responden pada kelompok perlakuan. Semua
mungkin telah terbiasa untuk menyusu selama ibu yang memiliki skor 10 ini benar-benar
3 minggu sejak kelahiran. menikmati menjadi ibu baru yang dapat
Sesuai dengan teori bahwa menyusui menyusui bayinya, bebas dari stress dan tidak
disebut efektif jika terjadi proses interaktif mendapatkan kesulitan sama sekali dalam cara
antara ibu dan bayi saat pemberian ASI menyusui. Berdasar wawancara, semua ibu
secara langsung dari payudara ibu ke bayi yang mendapat skor 10 merasa senang dan
dengan cara yang benar dan kuantitas yang mempunyai kepercayadirian yang tinggi untuk
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dapat menyusui eksklusif.
ibu dan bayi (Mulder, 2006). Keefektifan Sesuai dengan teori bahwa prolaktin
menyusui dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dihasilkan selama proses menyusui
yaitu kesiapan bayi saat akan menyusu serta telah diteliti mempunyai efek relaksasi yang
kondisi fisik dan mental ibu, sehingga indikator menyebabkan ibu menyusui merasa tenang
penilaian untuk menyusui yang efektif harus bahkan mempunyai efek euforia sehingga
berdasar penilaian pada ibu dan bayi antara semakin tinggi kadar prolaktin, dapat
lain posisi menyusui, perlekatan antara mulut mencegah kejadian postpartum blues (Riordan
bayi dengan payudara ibu, hisapan bayi dan air & Auerbach, 2010). Menyusui juga melindungi
susu yang ditransfer (Mulder, 2006). ibu dengan menginduksi ketenangan,
Proses menyusui merupakan proses mengurangi reaktivitas ibu untuk stres, dan
belajar pada ibu dan bayi, sehingga meskipun meningkatkan perilaku nurturing. Menyusui
sebagian besar ibu berada dalam kategori risiko memiliki efek perlindungan pada kesehatan
rendah ketidakefektifan menyusui (skor 7-10), mental ibu yang disebabkan karena stres
namun sebagian besar masih belum mencapai dengan cara melemahkan dan memodulasi
skor maksimal menyusui efektif. Faktor yang respons inflamasi melalui penurunan kortisol,
mempengaruhi hal tersebut dimungkinkan ACTH, epinefrin dan norepinefrin. Ketika
terutama dari segi pengetahuan ibu tentang menyusui berjalan dengan baik, kadar
menyusui serta pengalaman menyusui. proinflammatory cytokine akan turun dalam
Meskipun semua ibu telah mendapat informasi batas normal sehingga menurunkan reaksi
tentang menyusui dari pihak RS (melalui kelas inflamasi yang menjadi underlying risk factor
laktasi maupun edukasi personal), namun terjadinya depresi, hal ini akan melindungi

288
Relaksasi Autogenic Training untuk Membantu Keberhasilan Masa Awal Laktasi (Farida Juanita)

ibu dari stres, dan menjaga suasana hati ibu aktivitas (maintenance, promosi, preventif,
(Tackett, 2007). dan provisi) di mana hal ini dilakukan melalui
Faktor yang mempengaruhi tingginya pembelajaran AT pada ibu.
skor keefektifan menyusui pada kelompok AT yang merupakan latihan yang dapat
perlakuan dimungkinkan terutama dari segi diciptakan diri sendiri, merupakan suatu
psikologis. Jika psikis ibu dalam kondisi baik, bentuk dari self care agency yaitu kekuatan
maka proses menyusui akan berjalan dengan seorang individu untuk melaksanakan
baik pula sehingga kejadian seperti puting perawatan diri sendiri. Self care agency dapat
lecet juga akan minimal dan transfer ASI berubah setiap waktu dipengaruhi oleh kondisi
dapat berjalan optimal. kesehatan seorang individu. Ketika terjadi
Hasil analisis data menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara self care agency
perbedaan skor keefektifan menyusui yang dengan therapeutic self-care demand, maka
signifikan antara kelompok kontrol dan terjadilah self care deficit. Di sinilah peran
perlakuan. Dengan telah mengendalikan perawat agar tidak terjadi self-care deficit,
beberapa faktor perancu yang mungkin dilakukan sistem suportif edukatif sehingga
berpengaruh pada hasil, hal ini berarti bahwa ibu dapat menjadi seseorang yang dapat
intervensi yang dilakukan peneliti berhasil memenuhi therapeutic self-care demand bagi
memperbesar nilai keefektifan menyusui pada dirinya maupun orang lain yang tergantung
kelompok perlakuan. padanya (dalam hal ini bayinya) sehingga
Tingginya skor keefektifan menyusui dapat disebut sebagai dependent-care agent.
pada kelompok perlakuan ini diasumsikan Kebutuhan ibu untuk dapat menyusui
terjadi karena dengan dilakukannya AT secara secara efektif tampak dari motivasi ibu untuk
teratur, ibu akan mendapat efek psikologis berkeinginan kuat memberikan ASI eksklusif
yang positif sehingga memperkuat keyakinan pada bayinya. Sesuai dengan teori self care
dirinya akan keberhasilan menyusui. Dengan yang memandang bahwa seorang individu
pikiran yang positif dan rasa percaya diri akan selalu menginginkan adanya keterlibatan
yang tinggi, kemampuan ibu untuk menyusui dirinya terhadap perawatan diri secara
secara efektif juga akan meningkat sehingga mandiri, ibu postpartum dalam kelompok
kesulitan-kesulitan menyusui dapat dengan ini mempunyai kebutuhan untuk terlibat dan
mudah diatasi bahkan tidak dijumpai sama merawat dirinya sendiri (self care therapeutic
sekali. demand), terutama kebutuhan untuk menyusui
Jika dihubungkan dengan teori self- secara efektif. Dengan sistem suportif dan
care Orem, di mana keperawatan dipandang edukatif yang merupakan sistem bantuan yang
sebagai suatu seni bagaimana seorang perawat diberikan pada pasien yang membutuhkan
dapat memberikan bantuan pada klien dengan dukungan pendidikan, peneliti sebagai
ketidakmampuan, seni perawat adalah perawat berperan untuk mengenali masalah
untuk menciptakan suasana rileks sehingga ibu berkaitan dengan proses laktasi dengan
tindakan perawat yang ditujukan kepada memberikan dukungan berupa tindakan
ibu untuk mengubah kondisi kecemasan prevensi yaitu relaksasi AT untuk mengatasi
dengan tujuan dapat mencapai keberhasilan kecemasan ibu untuk mempersiapkan proses
menyusui. Kebutuhan ibu dalam hal menyusui menyusui.
termasuk dalam developmental self-care AT adalah terapi yang diarahkan
requisites di mana terjadi penurunan kondisi diri sendiri (self-directed therapy) yang
(ketidakpercayadirian) yang memerlukan memfokuskan pada repetisi atau pengulangan
suatu pengembangan dan keterlibatan dalam frase tentang status yang dirasakan tubuh
pengembangan diri. Kebutuhan self-care yang seperti kehangatan dan rasa berat tubuh
harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu (American Holistic Nurses’ Association, 2005).
disebut dengan therapeutic self-care demand. AT merupakan intervensi untuk meningkatkan
Untuk memenuhi therapeutic self-care body’s natural melalui mekanisme self-
demand digunakan metode pemenuhan elemen recuperative dan merupakan satu-satunya

289
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 283–294

teknik yang melibatkan teknik pikiran dan Praktik AT akan mengaktifkan sistem
tubuh dengan dasar riset medis, sehingga dapat ketenangan dan kepuasan (soothing and
dijelaskan secara ilmiah bagaimana teknik ini contentment system) melalui korteks pre-
bekerja (Sadigh, 2001). frontal. Secara biologis psikoterapi bekerja
AT melatih diri untuk fokus pada sinyal dalam rangkaian yang melibatkan berbagai
internal yang diperlukan dengan mengabaikan struktur otak baik secara anatomis, seluler
distraktor yang tidak diperlukan. Metode ini maupun tingkat biokimia yang meliputi
dilakukan dengan memfokuskan pada area fungsi persepsi, memori, kognitif dan emosi.
tubuh khusus yang secara bersamaan secara Dinamika antara amygdala dan reaksi dari
mental mengulang susunan kalimat sugestif pemberian informasi yang diterima korteks
tertentu (Dalloway, 1995). AT memberikan prefrontal mungkin menunjukkan model
efek menenangkan pikiran dan tubuh, dan neuroanatomi bagaimana psikoterapi menata
dapat digunakan untuk mengobati kondisi kembali pola emosi yang maladaptif. Hal ini
medis yang terkait dengan stress (Kanji, White, juga memberi reaksi langsung pada sistem
& Ernst, 2006). AT telah digunakan secara hormonal, sistim simpatis dan parasimpatis
luas untuk mengontrol ansietas dengan melatih dan pada perilaku serta keterjagaan korteks.
sistem syaraf otonom untuk menjadi rileks. Stimulus tersebut kemudian akan disimpan
AT juga dapat berefek pada stabilisasi emosi di memori hipokampus yang nantinya
seseorang (Hurgobin, 2006). Untuk merasakan secara sadar atau tidak, akan mempengaruhi
hasil dari AT, diperlukan waktu yang bervariasi stimulus berikut yang dipersepsikan. Dengan
antara masing-masing individu, namun rata- demikian, dengan latihan yang terus-menerus
rata seseorang telah merasakan efek positifnya maka akan menyebabkan korteks prefrontal
setelah 2–3 minggu latihan rutin. Frekuensi dapat memperbaiki respons terhadap stress
yang paling baik untuk mendapat hasil yang (Maramis, 2005).
optimal adalah dengan berlatih 2 sampai 3 kali Dengan mekanisme seperti tersebut
setiap hari, yang dapat dilakukan pada waktu diatas, AT dapat menanamkan keyakinan
luang klien seperti saat bangun tidur, istirahat diri ibu untuk dapat menyusui secara efektif
siang dan sebelum tidur (Sadigh, 2001). Dalam sehingga berpengaruh pada skor keefektifan
intervensi pada kelompok ini, terbukti bahwa menyusui yang tinggi.
efek positif dari AT berhasil meningkatkan Dari pengukuran volume ASI melalui
keefektifan menyusui dalam waktu 3 minggu weighing test, didapatkan hasil yang bervariasi
dengan latihan rutin 2 kali sehari. pada kelompok kontrol dengan rata-rata 35,
AT dideskripsikan sebagai bentuk 96 ml. Volume ini berkaitan langsung dengan
psikoterapi psikofisiologis di mana seseorang keefektifan cara menyusui dan juga jumlah
dapat mengkondisikan dirinya sendiri ASI yang diproduksi oleh alveoli.
dengan menggunakan konsentrasi pasif dan Sesuai dengan mekanisme fisiologis,
beberapa kombinasi stimuli psikofisiologis pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh
yang disesuaikan dengan kebutuhan terapinya aktivitas hormon prolaktin, kontrol laktasi
(formula autogenic). Dalam penelitian ini serta penekanan fungsi laktasi. Volume air
formula autogenic yang dimaksud adalah susu yang diproduksi di alveoli kemudian akan
sugesti positif untuk keberhasilan laktasi. dikeluarkan dengan bantuan hormon oksitosin.
Hal ini melibatkan repetisi mental dengan Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
menggunakan frase verbal yang singkat yang mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi
dimaksudkan untuk memperoleh sensasi dari sel akan memeras air susu yang telah
tubuh yang spesifi k seperti rasa berat dan diproduksi di alveoli dan masuk ke sistem
kehangatan, bernapas rileks dan merasakan duktulus yang untuk selanjutnya mengalir
dahi dingin. Bila diterapkan dalam keadaan melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi
relaksasi, frase tersebut dapat mempengaruhi (Machfuddin, 2004).
alam bawah sadar secara mendalam.

290
Relaksasi Autogenic Training untuk Membantu Keberhasilan Masa Awal Laktasi (Farida Juanita)

Untuk mencapai pengosongan ASI pada sehingga air susu keluar dan dapat dikonsumsi
payudara, dibutuhkan cara menyusui yang bayi (Guyton & Hall, 2008).
efektif sehingga semua produksi ASI dapat Hasil analisis data menunjukkan adanya
ditransfer ke bayi. Apabila tidak ada kelainan, perbedaan rata-rata volume pengeluaran ASI
pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat yang signifikan antara kelompok kontrol dan
menghasilkan 50–100 ml sehari dari jumlah perlakuan. Dengan telah mengendalikan
ini akan terus bertambah sehingga mencapai beberapa faktor perancu yang mungkin
sekitar 400–450 ml pada waktu bayi mencapai berpengaruh pada hasil, hal ini berarti bahwa
usia minggu kedua. Sebuah studi yang intervensi yang dilakukan peneliti berhasil
dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan memperbesar volume pengeluaran ASI pada
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 kelompok perlakuan.
± 3 kali per hari selama 2 minggu pertama Lebih besarnya volume ASI pada
setelah melahirkan berhubungan dengan kelompok perlakuan ini diasumsikan terjadi
produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini karena dengan dilakukannya AT secara teratur,
direkomendasikan penyusuan paling sedikit ibu akan mendapat efek relaksasi sehingga
8 kali per hari pada periode awal setelah hormon-hormon stress yang menghambat
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan pengeluaran prolaktin dapat diminimalkan,
dengan kemampuan stimulasi hormon dalam selain itu efek ketenangan yang dihasilkan
kelenjar payudara (Biancuzzo, 2003). juga akan merangsang pengeluaran oksitosin
Volume rata-rata pengeluaran ASI pada yang juga berperan sebagai PRF sehingga
kelompok kontrol sebesar 35,96 ml untuk produksi ASI di alveoli semakin meningkat,
sekali menyusui sesuai dengan teori produksi juga dibantu dengan fungsinya untuk memerah
normal ASI pada minggu kedua – ketiga ASI supaya pengeluaran ASI dapat berjalan
dengan frekuensi menyusui antara 8–12 kali optimal sampai payudara kosong.
sehari sehingga dapat dikatakan produksi ASI Secara fisiologis, tubuh memiliki sistem
pada kelompok kontrol ini normal/cukup. yang kompleks untuk mengontrol respons stres
Volume rata-rata pengeluaran ASI pada yaitu sistem saraf otonom dan HPA-Axis,
kelompok perlakuan didapatkan sebesar 53,46 yakni hypothalamus, kelenjar pituitari, dan
ml. Selain karena skor keefektifan menyusui kelenjar adrenal. Tujuan dari AT adalah agar
pada kelompok ini memang relatif tinggi, melalui konsentrasi pasif, seseorang mampu
besar kemungkinan efek ini juga pengaruh dari untuk mengembalikan pengaruh rangsangan
produksi hormon prolaktin yang lebih besar aktivitas simpatis dari sistem saraf otonom
karena responden telah mendapat efek rileks untuk mengaktifkan aktivitas parasimpatis
dari perlakuan AT. Efek dari relaksasi tersebut (Hurgobin, 2006). Saat seseorang melakukan
akan berdampak pada peningkatan sekresi relaksasi AT secara teratur maka serum ACTH
prolaktin dan oksitosin yang pada akhirnya dan kortisol akan menurun begitu pun dengan
dapat memperlancar proses menyusui. hormon noradrenalin atau norepinefrin yang
Penekanan sekresi Prolactin Inhibiting merupakan salah satu PIF. Hal ini terjadi
Factor dan sekresi Prolactin Releasing Factor dalam fase konsentrasi pasif di mana mereka
yang menyebabkan dirilisnya sekresi prolaktin memusatkan perhatian pada sensasi yang
sehingga sel alveoli dapat memproduksi air terjadi dalam tubuh mereka. Penelitian terhadap
susu, salah satunya dipengaruhi oleh faktor reaksi syaraf simpatis terhadap AT juga telah
psikologis ibu. Bersamaan dengan itu, dilakukan. Saat dilakukan perangsangan saraf
neurohipofise juga merespons rangsangan simpatis secara berlebihan sebelum diberikan
mekanik tersebut dengan mengeluarkan teknik relaksasi AT maka hal ini menyebabkan
oksitosin (ter masuk salah sat u PR F) menurunnya aktivitas HPA axis setelah
yang bekerja memengaruhi kontraksi sel relaksasi dilakukan, sedangkan jika aktivitas
mioepitelium alveoli, sehingga air susu yang saraf simpatis menurun sebelum relaksasi
telah dihasilkan tadi dapat diperah untuk autogenik maka setelah relaksasi autogenik
kemudian mengalir ke duktus laktiferus aktivitas HPA axis yang meningkat. Kondisi

291
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 283–294

tersebut yang juga menyebabkan relaksasi stress berupa peningkatan rasa percaya diri ibu
autogenik disebut sebagai bentuk relaksasi untuk dapat menyusui secara efektif. Teknik
yang membuat tubuh berada dalam kondisi relaksasi autogenic training juga terbukti
homeostasis (Kanji, White, & Ernst, 2006). dapat meningkatkan volume produksi ASI
Dengan mekanisme seperti tersebut berdasar pengukuran weighing test dengan
diatas, AT dapat menginduksi relaksasi cara menimbulkan respons rileks dari tubuh
seh i ngga ber penga r u h pad a volu me berupa kontrol terhadap sistem saraf pusat
pengeluaran ASI yang lebih besar pada dengan merangsang hipotalamus melalui
kelompok perlakuan. HPA axis untuk mengurangi produksi
Penelitian ini memperkuat ribuan hormon corticotrophin-releasing factor
publikasi ilmiah sebelumnya yang memaparkan (CRF) sehingga kelenjar hipofise anterior
laporan mengenai efek yang menguntungkan (pituitary) akan menurunkan sekresi ACTH
dari AT yang membuatnya menjadi metode (adrenocorticotropic hormone). Penurunan
penyembuhan stres dan merupakan penelitian sekresi ACTH menyebabkan kadar kortisol
yang paling konsisten di seluruh dunia dengan juga mengalami penurunan sehingga terjadilah
level of evidence (LOE) tingkat 1. penurunan respons stress. Selain itu, juga
Pengaruh positif AT pada penelitian ini terjadi kontrol dari sistem syaraf perifer dari
juga menambah kajian yang mengeksplorasi sistem syaraf otonom berupa aktivasi sistem
aplikasi AT untuk ibu postpartum dalam parasimpatis & penurunan aktivitas simpatis
hal dukungan menyusui, di mana riset yang yang berdampak pada penurunan kadar
serupa belum ditemukan di negara lain di epinefrin dan norepinefrin yang merupakan
seluruh dunia. Hasil penelitian ini menguak salah satu PIF. Efek dari penurunan respons
efek positif lain AT terhadap laktasi yang stress tersebut juga akan berdampak pada
pada penelitian sebelumnya oleh Vidas, Smalc, peningkatan sekresi prolaktin dan oksitosin
Catipovic, & Kisik (2011) terbukti bahwa yang pada akhirnya dapat meningkatkan
ibu yang melakukan AT menunjukkan efek produksi ASI.
lebih stabil secara emosional, percaya diri Dengan adanya hasil penelitian ini,
yang lebih tinggi, serta menunjukkan durasi diharapkan bagi instansi pelayanan kesehatan
menyusui yang lebih lama dengan tingkat untuk mempertimbangkan hasil penelitian ini
pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan yang sebagai intervensi dalam program dukungan
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal terhadap ibu menyusui dan mengembangkan
ini menunjukkan bahwa ibu yang terelaksasi SPO latihan relaksasi AT untuk menjadi
dan mempunyai percaya diri yang tinggi dapat standar pelaksanaan dalam kelas khusus
lebih berhasil dalam proses laktasi. (menjadi bagian dari kelas laktasi atau senam
hamil).
Sedangkan untuk peneliti selanjutnya,
SIMPULAN DAN SARAN diharapkan dapat melakukan penelitian
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan mengenai pengaruh positif AT terhadap
bahwa teknik relaksasi autogenic training variabel-variabel lain yang berkaitan dengan
terbukti berpengaruh terhadap peningkatan adaptasi postpartum dan laktasi seperti
keefektifan menyusui berdasar skor Via Christi kejadian depresi postpartum, kualitas ASI
Breastfeeding Assessment Tool modifikasi Jan (melalui uji krimatokrit, pengukuran IgA,
Riordan melalui penanaman sugesti positif kadar prolaktin, kortisol, epinefrin dan
untuk keberhasilan laktasi berupa repetisi sebagainya). Untuk penelitian jangka panjang,
frase atau kalimat positif yang diterima dapat pula dilakukan penelitian mengenai efek
melalui sensori thalamus yang diteruskan ke AT terhadap durasi menyusui ASI eksklusif.
korteks prefrontal & amigdala dan tersimpan Diharapkan pula dapat menggunakan metode
di memori hipokampus sehingga ibu akan penelitian yang lebih baik yaitu dilakukan
mempunyai respons yang lebih baik terhadap dengan randomisasi pada populasi yang lebih

292
Relaksasi Autogenic Training untuk Membantu Keberhasilan Masa Awal Laktasi (Farida Juanita)

besar, multicenter dan waktu pengamatan Machfuddin, E. 2004. Refrat Patofisiologi


yang lebih lama sehingga hasil penelitian lebih Pe mbe nt u k a n ASI. Palemba ng:
baik. Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
DAFTAR PUSTAKA Maramis, M.M. 2005. Manfaat Psikoterapi.
Ackley, B.J. 2008. Evidence-Based Nursing In S. T. Putra, Psikoneuroimunologi
Care Guidelines: Medical-Surgical Kedokteran (pp. 177–192). Surabaya:
Interventions. Amsterdam: Mosby Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran
Elsevier. Fakultas Kedokteran UNAIR - RSU
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. 2010. Nursing Dr. Soetomo.
Theorist and Their Work. Philadelphia: Mulder, P.J. 2006. A Concept Analysis of
Mosby Year Book Incorporate. Effective Breastfeeding. JOGNN , 332–
American Holistic Nurses’ Association. 339.
2005. Holistic Nursing: A Handbook Purnamasari, D.U., & Rahardjo, S. 2007.
for Practice (4th edition ed.). (B.M. Pe m o d e l a n K u a n t i t a t i f u n t u k
Dossey, L. Keegan, & C.E. Guzzetta, AnalisisFak tor Penentu Prak tik
Eds.) Sudbury: Jones and Bartlett Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu
Publishers. Bekerja di Instansi Universitas Jenderal
Biancuzzo, M. 2003. Breastfeeding the Soedirman Purwokerto. Purwokerto:
Newborn: Clinical Strategies for Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK
Nurses. London: Mosby. Unsoed Purwokerto.
Dalloway, M. 1995. Concentration - Focus Pusat Data dan Informasi Kementerian
Your Mind, Power Your Game. Arizona: Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Optimal Performance Institute. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Direktorat Jenderal Bina Gizi & Kesehatan Tahun 2010. Surabaya: Kementerian
Ibu dan Anak. 2012. Pedoman Pekan Kesehatan RI.
ASI Sedunia 2012: Kinerja Kegiatan Riordan, J. & Auerbach, K.G. 2010.
Pembinaan Gizi Tahun 2011, Menuju Breastfeeding and Human Lactation.
Perbaikan Gizi Perseorangan & London: Jones and Bartlett Publishers
M a s ya ra k a t Be r m ut u . Ja k a r t a: International.
Kementerian Kesehatan Republik Sadigh, M.R. 2001. Autogenic Training: A
Indonesia. Mind-Body Approach to the Treatment
Guyton, A.C., & Hall, J.E. 2008. Buku Ajar of Fibromyalgia and Chronic Pain
Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Syndrome. Haworth Medical Press.
Hurgobin, S. 2006. Autogenic Training (AT) Siregar, A. 2004. Faktor-faktor yang
for reducing anxiety and promoting Mempengaruhi Pemberian ASI oleh
psychological well-being. KwaZulu- Ibu Melahirkan. Medan: Fakultas
Natal: Faculty of Arts University of Kesehatan Masyarakat Universitas
Zululand. Sumatra Utara.
Iglesias, S.M., González, I.d., Cuesta, T.S., Tackett, K.K. 2007. A new paradigm for
Argüelles, C.A., Zarzuelo, M.R., depression in new mothers: the
Riva, M.Á., et al. 2011. Effectiveness central role of inflammation and how
of an implementation strategy for a breastfeeding and anti-inflammatory
breastfeeding guideline in Primary treatments protect maternal mental
Care: cluster randomised trial. BMC health. International Breastfeeding
Family Practice, 1–8. Journal, 2–6.
Kanji, N., White, A., & Ernst, E. 2006. Taha, R. 2009, Oktober 5. A Case Study on
Autogenic training to reduce anxiety in Using the Via Christi Breastfeeding
nursing students: randomized controlled Assessment Tool in a Clinical Setting.
trial. Journal of Advanced Nursing, Ret r ieved Maret 5, 2012, f rom
729–735. Maternal, Child Health and Neonatal
Nursing Commons, and the Obstetrics

293
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 283–294

and Gynecology Commons: http:// WHO. 2003. Protecting Promoting and


digitalcommons.uconn.edu/srhonors_ Supporting Breastfeeding: The Special
theses Role of Maternity Services. A Joint
Vidas, M., Smalc, V.F., Catipovic, M., & WHO/UNICEF statement. Geneva:
Kisik, M. 2011. The Application of World Health Organization.
Autogenic Training in Counseling Widiasih, R. 2008. Masalah-masalah dalam
Center for Mother and Child in Order Menyusui. Seminar Manajemen Laktasi
to Promote Breastfeeding. Collegium (pp. 1–11). Bandung: Fakultas Ilmu
Antropologicum, 723–731. Keperawatan Universitas Padjadjaran.

294

Anda mungkin juga menyukai