Anda di halaman 1dari 8

PERTANYAAN-PERTANYAAN PEWAWANCARA

Apa yang disebut “gambaran klinis” bukan hanya potret seorang sakit yang berbaring
di tempat tidur; ia merupakan lukisan impresionis dari pasien yang dikelilingi oleh
rumahnya, pekerjaannya, sanak keluarganya, teman-temannya, kegembiraannya,
kesedihannya, harapan-harapannya, dan ketakutan-ketakutanya (Francis Weld
Peabody, 1881-1927).

PRINSIP-PRINSIP DASAR
Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar
yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya.
Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara. Prinsip utama dalam
anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan riwayat penyakitnya dalam kata-
katanya sendiri. Mendengarkan tanpa menyela penting dan memerlukan
keterampilan. Jika diberikan kesempatan, pasien seringkali mengungkapkan
masalahnya secara spontan. Penampilan pewawancara itu sendiri akan mempengaruhi
keberhasilan wawancara tersebut. Seringkali pasien merasa nyaman membicarakan
apa yang dianggap pewawancara sebagai tingkahlaku antisocial. Ini dapat mencakup
ketergantungan obat, tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum, atau
“penyimpangan” perilaku seks. Meskipun ada beberapa peraturan yang keras dan
cepat untuk diingat dalam melakukan suatu wawancara anamnesis, ada peraturan lima
huruf hidup yang berguna. Peraturan ini mengatakan bahwa anamnesis yang baik
mengandung unsur-unsur audition (ujian), evaluation, inquiry (penyelidikan),
observation, dan understanding (pengertian). Audition mengingatkan pewawancara
untuk mendengarkan dengan cermat riwayat penyakit yang diberikan oleh pasien.
Evaluasi adalah pemilahan data-data yang relevan dari data-data yang tidak relevan
dan pentingnya data tersebut. Dengan inquiry, pewawancara menyelidiki bidang-
bidang yang penting yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Observation
menunjukkan pentingnya komunikasi non-verbal, tanpa memperhatikan hal-hal yang
dikatakan. Akhirnya, understanding terhadap perhatian dan keprihatinan pasien akan
membuat pewawancara dapat memainkan peranan yang lebih empatik.

Pola berbicara adalah relevan dalam anamnesis. Dengan memanipulasi nada suara,
kecepatan, penekanan, dan volume suara, pewawancara dan pasien dapat
menyampaikan arti emosional yang penting kepada lawan bicaranya. Karena banyak
di antara segi-segi ini tidak di bawah kendali kesadaran, mereka dapat memberikan
informasi penting mengenai sifat-sifat pribadi pasien. Pewawancara yang secara
berganti-ganti melihat ke dalam mata pasien kanan dan kiri menunjukkan minatnya
terhadap pasien. Pewawancara itu melakukan pemeriksaan secara mendalam.

Dalam era kemajuan ilmiah dan biomedis yang berlangsung dengan cepat ini, telah
timbul problem baru yaitu terjadinya depersonalisasi dalam hubungan dokter-pasien.
Keduanya mungkin makin merasa terabaikan, ditolak, atau diperlakukan dengan
kasar. Pasien mungkin merasa diperlakukan tidak manusiawi ketika dirawat di rumah
sakit. Pada waktu yang sama, dokter mungkin terdesak oleh waktu, kerja berlebihan,
dan kadang-kadang tidak dapat mengatasi tekanan sehari-hari. Ia dapat dengan mudah
marah dan kurang memberikan perhatian terhadap riwayat pasien. Akhirnya ia
mungkin akan tergantung pada hasil dan laporan teknis. Kegagalan untuk
berkomunikasi ini mengganggu hubungan dokter-pasien.

Kepustakaan menunjukkan bahwa tuntutan malpraktek makin meningkat dengan laju


yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu, hubungan dokter-pasien yang didasarkan
atas kejujuran dan saling pengertian penting untuk praktek medis yang baik dan untuk
kesejahteraan pasien. Ringkasnya wawancara medis merupakan campuran
keterampilan teknis serta kognitif dari pewawancara dengan perasaan serta
kepribadian pasien dan pewawancara. Pewawancara harus fleksibel, spontan, dan
tidak bersikap interrogator. Jika dipakai dengan tepat, ia merupakan alat diagnostic
yang ampuh.
GEJALA DAN TANDA

Gejala berarti apa yang dirasakan pasien. Gejala dipakai oleh pasien untuk
melukiskan sifat penyakitnya. Sesak napas, sakit dada, mual, diare, dan penglihatan
ganda semuanya merupakan gejala. Gejala-gejala tidak bersifat mutlak. Mereka
dipengaruhi oleh kebudayaan, intelegensia, dan latar belakang social ekonomi. Istilah
konstitusional menunjukkan gejala-gejala yang lazim ditemukan bersama-sama
dengan problem pada setiap system tubuh, seperti demam, menggigil, penurunan
berat badan, atau pengeluaran keringat secara berlebihan. Tanda menunjuk pada apa
yang ditemukan pemeriksa. Tanda dapat diamati dan diukur. Tanda-tanda tertentu
juga merupakan gejala misalnya pasien mungkin melukiskan episode wheezing. Ini
adalah gejala. Pemeriksa mungkin mendengar wheezing tersebut selama melakukan
pemeriksaan fisik pasien. Ini adalah tanda.

Keuntungan utama yang dimiliki oleh pewawancara yang berpengalaman ketimbang


pemula adalah pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologi penyakit.

MENGADAKAN WAWANCARA

MEMULAI
Proses diagnostic dimulai pada saat pertama pertemuan dengan pasien. Pewawancara
harus menyapa pasien dengan namanya, mengadakan kontak mata, menjabat
tangannya dengan kuat, dan tersenyum.

NARASI
Pewawancara pemula sering merasa cemas dalam mengingat riwayat penyakit pasien.
Adalah kurang baik untuk membuat catatan panjang lebar selama wawancara.
Perhatian harus lebih dipusatkan pada apa yang sedang dikatakan oleh orang itu, dan
sedikit perhatian untuk mencatat. Di samping itu, Anda tidak dapat mengamati
ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang sedemikian pentingnya untuk riwayat penyakit
pasien.

Setelah pertanyaan pendahuluan, pewawancara harus melanjutkan dengan


pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keluhan utama. “Pembicaraan santai”
merupakan metode yang sangat berguna untuk memperlaancar wawancara. Telah
diperlihatkan bahwa selama pembicaraan, orang yang menceritakan anekdot yang
lucu adalah orang yang “berkuasa”.

PENUTUPAN
Pewawancara harus menentukan waktu wawancara sehingga masih ada waktu untuk
pertanyaan pasien dan pemeriksaan fisik. Kira-kira 5 menit sebelum akhir
wawancara, pewawancara harus mulai mengakhiri pokok-pokok pembicaraanpenting
yang telah dibicarakan.

Dengan kesimpulan wawancara itu, pewawancara harus mempunyai kesan yang jelas
mengenai alasan-alasan mengapa pasien mencari bantuan medis, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pemahaman mengenai keadaan social
ekonomi pasien.

Jika pasien menanyakan suatu pendapat, adalah bijaksana bagi Anda sebagai
pewawancara pemula untuk menjawab, “Saya adalah mahasiswa kedokteran. Saya
rasa sebaiknya Anda menanyakannya kepada dokter Anda.” Anda tidak memberikan
jawaban yang yang dicari pasien. Sebaliknya Anda tidak membahayakan hubungan
dokter-pasien yang sudah ada baik dengan memberikan informasi yang salah maupun
dengan memberikan pendapat yang berbeda.

Pada kesimpulan akhir, adalah baik untuk mendorong pasien untuk membicarakan
problem tambahan untuk mendorong pasien untuk membicarakan problem tambahan.
Pada saat ini anda, pewawancara dapat mengucapkan terima kasih kepada pasien dan
memberitahukan kepadanya bahwa Anda telah siap untuk melakukan pemeriksaan
fisik.

TEKNIK DASAR WAWANCARA

Wawancara yang berhasil berlangsung dengan lancer dan spontan. Ada beberapa
teknik yang dipakai setiap hari untuk mendorong agar seseorang terus berbicara.

Jenis Pertanyaan
Rahasia wawancara yang efektif terletak pada seni bertanya. Kata-kata di dalam
pertanyaan itu sering kurang penting jika dibandingkan dengan nada suara yang
dipakai untuk menanyakannya. Pada umumnya lebih disukai pertanyaan-pertanyaan
yang merangsang pasien untuk berbicara bebas.

Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka menanyakan informasi umum kepada pasien. Jenis pertanyaan ini
paling berguna sebagai pembuka wawancara atau untuk mengubah pokok
pembicaraan. pertanyaan terbuka membuat pasien menceritakan riwayat penyakitnya
secara spontan. Kebebasan berbicara ini jelas harus dihindari pada pasien yang suka
berbicara secara sangat berlebihan, tetapi harus sering diberikan kepada pasien yang
senang berdiam diri. Contoh pertanyaan terbuka adalah sebagai berikut:
“Apa problem Anda?”
“Anda menderita sakit lambung? Ceritakanlah!”
“Bagaimana kesehatan Anda sebelum serangan jantung?”

Pertanyaan Langsung
Pertanyaan jenis ini berfungsi untuk memperjelas hal-hal dan menambahkan rincian
kepada riwayat penyakit tersebut. Pertanyaan langsung biasanya dapat dijawab
dengan satu kata atau kalimat pendek. Misalnya:
“Apanya yang sakit?”
“Kapan Anda mendapat luka bakar?”

Gejala-gejala dapat digolongkan dalam tujuh dimensi klasik, yaitu lokasi pada tubuh,
kualitas, kuantitas, kronologis, situasi, faktor pemberat (atau peringan), dan
manifestasi terkait.

Lokasi tubuh : “Di bagian punggung mana?”


Kualitas : “Rasanya seperti apa?”
Kuantitas : “Anda memakai berapa banyak bantal?”
Kronologi : “Kapan Anda merasakannya untuk pertama
kali?”
Situasi : “Apakah pernah terjadi waktu istirahat?”
Provokatif : “Apa kiranya yang menimbulkan nyeri
tersebut?”
Paliatif : “Apa yang Anda lakukan untuk
meringankannya?”
Terkait factor : “Apakah Anda pernah merasa mual ketika
sakitnya timbul?”

Jenis-Jenis Pertanyaan yang Harus Dihindari


Pertanyaan “ya-tidak” adalah pertanyaan yang kalau dijawab “ya” membuat
pewawancara menjadi tidak pasti akan jawaban yang sebenarnya. Misalnya:
Pewawancara : “Apakah Anda meminum obatnya?”
Pasien : “Ya”

Kata “Ya” dapat berarti (1) ia meminum obattnya, (2) ia ingin menyenangkan
pewawancara meskipun ia belum meminum obatnya, (3) ia meminumnya tetapi tidak
sesuai dengan petunjuk, atau (4) ia ingin menghindari pokok pembicaraan itu.
Jenis pertanyaan lain yaitu sugestif. Jenis ini memberikan jawaban untuk pertanyaan
itu. Misalnya,
“Apakah Anda merasa nyeri di lengan kiri Anda ketika Anda merasakannya di dada
Anda?”

Cara yang lebih baik untuk menanyakan pertanyaan yang sama adalah,
“Ketika Anda nyeri di dada, apakah Anda merasakannya juga di tempat lain?”

Pertanyaan “mengapa” mengandung nada menuduh. Pertanyaan jenis ini hampir


selalu meminta pasien untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan cenderung
membuatnya bersikap defensif. Misalnya,
“Mengapa Anda tidak meminum obat?”

Pertanyaan ganda juga harus dihindari. Pasien mudah menjadi bingung dan
memberikan jawaban yang tidak tepat. Misalnya,
“Anda mempunyai berapa banyak saudara laki-laki dan perempuan, dan apakah ada
yang menderita asma, pneumonia, atau tuberculosis?”

Pertanyaan-pertanyaan harus ringkas dan mudah dimengerti. Konteksnya harus bebas


dari istilah-istilah medis. Pasien dapat menjadi bingung atau merasa rendah diri.
Seringkali pewawancara pemula berusaha untuk memakai kosakata kedokteran yang
baru dikuasainya. Pemakaian istilah teknis ini kadang-kadang disebut “doctorese”.
Misalnya,
“Kelihatannya Anda menderita hemianopsia homonym.”

Pertanyaan terarah atau menjurus mengandung saran tentang jenis jawaban yang
dicari pewawancara. Misalnya,
“Benarkah Anda tidak memakai obat-obat lain?”
menimbulkan kesan bahwa pewawancara tidak menyetujui pemakaian obat oleh
pasien.
Di samping menghindari jenis-jenis pertanyaan tertentu, pewawancara harus
menghindari situasi-situasi tertentu yang dapat mengakibatkan periode hening. Pada
kasus-kasus seperti ini pewawancara harus dapat memberikan respons dengan cepat,
meskipun mungkin berarti memulai topik lain.

Jika pasien mengusulkan bahwa suatu tes tidak perlu dilakukan, mungkin karena ia
merasa takut menjalani tes itu, pewawancara tidak boleh memberikan respons secara
defensif dengan mengatakan: “Saya dokternya. Saya yang akan memutuskan.” Ia
harus mengenali ansietas tersebut dan menangani responsnya dari sudut itu.

Hening
Teknik ini paling berguna untuk pasien yang membisu. Hening tidak boleh dipakai
pada pasien yang berbicara secara berlebihan, karena membiarkannya “memiliki hak
berbicara” akan membuat pewawancara tidak dapat mengendalikan wawancara
tersebut. Jenis komunikasi yang sulit ini, kalau dipakai dengan tepat, dapat
menunjukkan perhatian dan dukungan. Hening di pihak pasien dapat berkaitan
dengan permusuhan, segan, atau malu. Pewawancara harus tetap hening dengan
kontak mata langsung dan sikap penuh perhatian. Pewawancara mungkin dapat
memiringkan badan ke depan dan bahkan menganggukkan kepalanya.

Anda mungkin juga menyukai