Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“Produksi Benih Lapang– Kangkung Darat”

Disusun Oleh:
Guindahnawaningtyas S. A. 115040201111247
Kukuh Arif Wicaksana 125040200111131
Galih Satria Sakti 125040200111123
Aprilia Solyati 12504020
Nicovan Maestro S. 12504020
Kelompok K2
Asisten: Mbak Dasa

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap daerah pasti mempunyai cara masing-masing untuk memasak
kangkung, mulai dari cah kangkung hingga plecing kangkung yang ada di
Lombok. Masyarakat awam umumnya mengenal kangkung adalah tanaman air
yang tumbuh liar padahal ada spesies kangkung yang hidup di darat. Tidak
dipungkiri lagi kangkung adalah tanaman yang banyak mengandung gizi dan
vitamain selain serat alami kangkung juga mengandung vitamin A, B dan C.
Karena kangkung sangat digemari dari semua pelosok negeri, termasuk
manusia
dan hewan maka kebutuhan kangkung akan naik berbanding dengan pola
prtumbuhan penduduk dan pola konsumsi, maka jika hanya mengandalkan
kangkung liar bukan tidak mungkin akan mengalami defisit stok kangkung, yang
mungkin konyolnya adalah impor kangkung. Kangkung yang tumbuh
secara liar dan yang dibudidayakan mungkin berbeda kangkung yang
dibudidayakan akan lebih terjaga dan terawat dari pada kangkung yang
tumbuh
liar begitu saja, maka dengan produksi benih kangkung diharapkan
pembudidayaan kangkung semakin banyak dan kualitas kangkung yang ada di
pasaran akan semakin baik sehingga meningkatakan kualitas hidup masyarakat
sebagai konsumen.Untuk itulah dalam praktikum kali ini dibahas mengenai
teknologi produksi benih pada kangkung darat yang bertujuan untuk
mengetahui
cara-cara memproduksi benih kangkung, yang kemudian untuk dibiakkan lagi.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Teknologi Produksi Benih Lapang –
Produksi Benih Kangkung Darat ini, adalah:
1. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman kangkung,
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh kangkung darat, dan
3. Untuk mengetahui prosedur produksi benih, khususnya kangkung darat
4. Diharapkan praktikan mampu memproduksi benih kangkung darat

II. Tinjauan Pustaka


2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Tindall (1983) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan,
kedudukan tanaman kangkung (Ipomaea reptans Poir), diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomaea reptans Poir.
Menurut Sriharti dan Takiyah (2007), tanaman kangkung terdiri dari dua
varietas yaitu kangkung darat atau disebut kangkung cina (Ipomoea reptans Poir)
dan kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) yang tumbuh secara alami di sawah,
rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada
warna bunga dan bentuk batang serta daun. Kangkung air berbunga putih
kemerahan, batang dan daunnya lebih besar, warna batangnya hijau,
sedangkan
kangkung darat daunnya panjang dengan ujung runcing berwarna hijau keputihan,
bunganya berwarna putih.
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-
cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai
kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150
cm
atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan
berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-
bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan
setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar). Kangkung memiliki
tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata
tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya
runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua,
dan
permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya
tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung
darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota
bunga berwarna putih atau merah lembayung. Buah kangkung berbentuk bulat
telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat
dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda.
Buah
kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak
lama.
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau
kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua (Hidayat, 1995).
2.2 Budidaya Tanaman
Pedoman teknis budidaya tanaman kangkung menurut Maria (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Pembibitan
Persyaratan Bibit Kangkung Darat
Dalam pemilihan bibitharus disesuaikan dengan lahan (air atau darat).
Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air
produksinya
kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk. Bibit
kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20-30 cm. Pemilihan
bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun
besar
dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di
tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang
kering serta berkualitas baik.
Penyiapan Benih
Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30
cm, dengan jarak tanam 1,5 x 15cm.
Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua.
Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan ± 300 gram, jika tiap
lubang diisi 2-3 butir biji.
Teknik Penyemaian Benih
Biji dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris berjarak 15
cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar yang
berbiji
dapat tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam musim hujan.
Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian
Agar diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan pembenihan
kangkung diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca kering.
2. Pengolahan MediaTanam
Persiapan
Kangkung air membutuhkan tempat-tempat yang ada genangan air.
Bertanam kangkung memerlukan tanah yang diberi pupuk kompos, kemudian
dibuatkan petak-petak/bedengan seperti tanaman sayuran lain. Tentang panjang
bedengan, tergantung kondisi lahan. Kemudian siapkan tugal dan tancapkan
di
atas bedengan dengan jarak 20 x 20 cm.
Pembukaan Lahan
Tiga minggu sebelum melakukan penanaman kangkung, sebaiknya tanah
diolah terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kompos atau
pupuk kandang sebanyak 10 ton per hektar, diberi air dengan ketinggian 5
cm,
dibiarkan tergenang air dan diberi urea 1 kuintal per hektar.
Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan dengan
ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam ± 15-20 cm dan jarak antar bedeng
50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat disesuaikan,
tergantung
keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk kelancaran pemasukan
dan
pembuangan air yang berlebih serta untuk memudahkan pemeliharaan dan
kegiatan lain. Ada pula yang membuat bedengan dengan ukuran panjang kali
lebar: 2×1 m dengan kedalaman drainase 30×30 cm.
Pemupukan
Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk
kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan
bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah tanam,
kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur dengan air
kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram. Pada waktu
melakukan pemupukan, lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari.
Kemudian diairi kembali. Pupuk yang diperlukan adalah sebagai berikut: 10-
20
ton/ha rabuk organik dan 100-250 kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu
pertama, dengan cara disiramkan (Suwandi, 2009).
Pemupukan pada sayuran umumnya lebih tertuju pada penetapan
kebutuhan hara selama musim tanam atau total kebutuhan pupuk untuk setiap
tanaman. Walaupun bervariasi, takaran pemupukan sayuran berumur >2 bulan
berkisar antara 100-200 kg N, 50-180 kg P2O5, dan 50-150 kg K2O/ha.
Berdasarkan analisis dinamika unsur hara NPK dan umur fisiologis tanaman,
aplikasi pupuk N untuk sayuran dimulai pada saat tanam hingga maksimum
2/3
umur tanaman. Pupuk P dan K diaplikasikan sebelum tanam atau sebagian
ditambahkan sebelum fase vegetatif maksimum (Suwandi et al, 2004).
3. Teknik Penanaman
Menurut Rukmana, R (1994) tahapan teknis penanaman kangkung adalah
sebagai berikut:
Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang akan
ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2×1 m, maka bila jarak
tanamnya ditentukan 20×20 cm, maka dalam satu bedengan terdapat sebanyak 50
lubang atau 50 rumpun kangkung.
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang
berjarak 20×20 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan
jumlah
lubangnya (tergantung ukuran bedengan).
Cara Penanaman
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00 sampai
18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung
mendapat
udara kering sehingga benih cepat berkecambah.
4. Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu rumpun
maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera
dilakukan penyulaman (digantidengan bibit yang baru yang telah disiapkan).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu).
Penyiangan dilakukan setiap 2minggu.
Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman
kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.
Perempalan
Bagi tanaman kangkung sebagai penghasil daun dan batang, perempalan
tidak dibutuhkan, sebab perempalan adalah penyortiran dan pengambilan
tunas-
tunas muda yang tidak berguna, yang akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea. Pupuk urea
diberikan hanya sekali dengan cara dilarutkan dalam air lalu disiram pada
tanaman kangkung. Perlu diperhatikanagar pada waktu menebar pupuk jangan
sampai ada butir pupuk yang tersangkutatau menempel pada daun, sebab akan
menyebabkan daun menjadi layu. Gunakan sapulidi setiap selesai menabur pupuk.
Pengairan dan Penyiraman
Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman gunanya
untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan. Penyiraman dilakukan
dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan
dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam
pertumbuhannya.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Tanaman kangkung darat yang terkena ulat berwarna putih yang berada
pada buah daun sebelah bawah sehingga menyebabkan warna daun menjadi
kuning. Untuk penanggulangannya disemprotkan Baysudin dengan dosis 2 cc per
liter air, yang disemprotkan sore hari. Untuk memberantas ulat daun yang
sering
menyerang tanaman kangkung, digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan
dosis sebesar 2 cc per liter airdan disemprotkan pada tanaman. Serangga pemakan
daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organo fosfat jauh
sebelum pemanenan.
5. Panen
Ciri dan Umur
Panen Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini
kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm. Ada pula
yang mulai memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman.
Cara Panen
Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat. Cara
memanen, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas
permukaan tanah atau meninggalkan 2-3buku tua. Panen dilakukan pada sore hari.
Panenan dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri
batang besar dan berdaun lebar. Dengan menggunakan alat pemotong.
Pemungutan hasil kangkung darat dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya
sampai akar, kemudian dicuci dalam air. Panen kangkung darat dilakukan
pada
umur 27 hari. Selama panen, lahan penanaman harus tetap basah tapi tidak berair
(lembab).
Periode Panen
Panen dilakukan 2-3minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan
terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen
maka
produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Jika
sudah terlihat berbunga, sisakan ± 2 m
2
untuk dikembangkan terus menjadi biji
yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan. 3.6.4. Prakiraan
Produksi Per tanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha
sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m
2
.
6. Pasca panen
Pengumpulan
Kangkung yang baru dipanen dikumpulkan dan kemudian disatukan
sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan.
Penyimpanan
Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu,
kangkung yang telah diikatcelupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan
dengan
menggunakan anjang-anjang.
2.3 Teknologi Produksi Benih
2.3.1 Persyaratan tanah
Menurut Rukmana, R (1994) syarat tumbuh tanaman kangkung adalah
sebagai berikut:
1. Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat
dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin Jumlah curah
hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat
dan subur, asalkan disekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan
demikian,
kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat
tumbuh di padang rumput,kebun/ladang yang agak rimbun.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Ditempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di
tempat
yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen. Suhu udara dipengaruhioleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udaraturun 1 derajat C. Apabila kangkung
ditanam di tempat yang terlalu panas, makabatang dan daunnya menjadi agak
keras, sehingga tidak disukai konsumen.
2. Media Tanam
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman
kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan
mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu
tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik.
3. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuhdan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi(pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal
jangan
dicampur aduk.
2.3.2 Isolasi
Buku SOP Budidaya Kangkung Darat (2009) menjelaskan agar produksi
benih tanaman kangkung darat jelas terpisah dengan tanaman varietas
lainnya
maka pengaturan tanam harus menggunakan salah satu cara isolasi yaitu:
1. Isolasi jarak, minimal 5 m untuk semua kelas (BD, BP dan BR).
2. Isolasi waktu, minimal 15 hari untuk semua kelas.
2.3.3 Roguing
Standar tentang rouguing menurut Buku SOP Budidaya Kangkung Darat
(2009), adalah:
1. Roguing dilakukan minimal tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur 1
bulan, 2 bulan dan 3 bulan.
2. Hal yang harus diperhatikan pada waktu roguing adalah keseragaman,
tipe
pertumbuhan, warna daun, warna batang dan kesehatan tanaman.
2.3.4 Panen dan Pascapanen
1. Panen
Panen adalah kegiatan memanen benih kangkung yang telah siap panen
sesuai persyaratan yang telah ditentukan untuk memperoleh hasil sesuai
dengan
persyaratan kelas benih yang telah ditentukan. Berikut adalah tahapan-
tahapan
penentuan panen:
 Penentuan saat panen
Penentuan saat panen dapat dilakukan dengan cara mengamati penampakan
fisik tanaman kangkung dan umur tanaman.
 Waktu dan Cara Panen
Prosedur pelaksanaannya:
- Panen bisa dilakukan pada pagi atau sore hari.
- Panen benih kangkung dilakukan dengan cara memangkas tanaman
kangkung dari akarnya.
- Panen dilakukan terhadap kangkung yang sudah benar-benar siap panen,
yaitu berdasarkan umur (120 HST) atau dapat dilakukan berdasarkan ciri-
ciri fisik tanaman.
Benih kangkung beserta batangnya yang telah dipanen dikumpulkan,
selanjutnya dijemur dilahan membentuk bedengan (lebar 1,5 m, panjang
menyesuaikan lahan) (Buku SOP Budidaya Kangkung Darat, 2009).
2. Pascapanen
Buku SOP Budidaya Kangkung Darat (2009) menjelaskan sub kegiatan
pascapanen, antara lain:
 Pengeringan
Pengeringan adalah kegiatan Menjemur benih kangkung beserta batangnya
hasil panen dari areal sertifikasi dengan menggunakan panas matahari.
Dengan tujuan untuk memudahkan pemisahan biji kangkung dari kelopak dan
batang kangkung. Prosedur Pelaksanaan:
- Benih beserta tanaman kangkung yang sudah dipangkas dan dipisahkan
dari akarnya, dijemur dilahan pertanaman selama ± 15 hari.
- Pengeringan dilakukan dua kali, dilahan lokasi panen dan dirumah.
- Setelah kering, dikumpulkan, diikat serta dibawa pulang.
- Mempersiapkan tempat penjemuran untuk dilakukan penjemuran sekali
lagi sebelum diproses perontokan biji.
 Pemisahan Biji
Dalam proses benih kangkung akan dipisah dari batang dan daun yang sudah
kering. Tujuannya untuk memperoleh benih yang bersih, sehat dan
mempunyai daya tumbuh yang optimal. Prosedur Pelaksanaan:
- Persiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan sebagai sarana pemisahan
biji.
- Masukan benih kangkung beserta batangnya yang sudah kering kedalam
mesin Threser.
- Pisahkan benih kangkung dan sampah yang kasar dengan menggunakan
ayakan (saringan kasar).
- Pisahkan benih kangkung dengan sampah yang halus dengan cara ditampi.
- Kumpulkan biji kangkung yang sudah terpisah kedalam karung.
 Pembersihan Biji (Sortasi)
Proses membersihkan biji kangkung dari segala kotoran pada saat perontokan
dan memisahkan biji baik dan yang rusak. Bertujuan untuk menghilangkan
kotoran (seperti ranting batang dan daun dll) yang terbawa pada saat
perontokan dan biji yang hampa. Prosedur Pelaksanaan:
- Persiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan sebagai sarana pembersih.
- Bersihkan biji yang sudah dirontokan, kemudian dikumpulkan dalam satu
wadah.

2.4 Penyimpanan Benih


Penyimpanan benih adalah kegiatan menyimpan biji kering calon benih
yang telah bersih. Tujuannya adalah agar benih kangkung dapat di simpan dalam
jangka yang cukup lama dan tetap dalam keadaan yang baik. Prosedur
Pelaksanaan penyimpanan benih:
- Bersihkan gudang untuk penyimpanan biji kangkung yang sudah dibersihkan
dan disortasi.
- Persiapkan gudang penyimpanan yang akan di gunakan, atur kelembaban
dalam ruang penyimpanan dan sirkulasi udara harus lancar.

III. Metodologi
3.1 Alat, Bahan dan Fungsi
1. Alat
- Cangkul : untuk pengolahan tanah dan membuat bedengan.
- Cetok : untuk menggemburkan tanah
- Gembor : untuk pengairan
- Tugal : untuk pembuatan lubang tanam dan pupuk
- Meteran : mengukur jarak tanam
- Rafia : membuat jarak tanam
- Kamera : untuk dokumentasi
- Penggaris : untuk mengukur tinggi tanaman tiap minggu
- Alat tulis : untuk mencatat hasil pengukran setiap minggu
2. Bahan
- Benih kangkung darat : sebagai bahan tanam
- Pupuk Urea, SP36, KCl : penambah hara tanah untuk tanaman
kedelai
- Air : irigasi dan penyiraman untuk tanaman
3.2 Keterangan Lahan
3.2.1 Ketinggian Tempat
Secara geografis Kecamatan Dau terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang
Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian Desa ini adalah
berupa daratan tinggi yaitu sekitar 540-700 meter di atas permukaan air laut.
3.2.2 Sejarah Penggunaan Lahan
Lahan tempat dilaksanakannya praktikum produksi benih lapang adalah di
lahan milik Bapak Damanhuri. Bertempat di Kec. Dau, sejarah dari
penggunaan
lahan tersebut adalah sebagai berikut, sebelum ditanami kangkung, mula-mula
lahan tersebut ditanami pacar air, kemudian mulai diolah oleh Bapak
Damanhuri
untuk ditanami sorgum. Karena dijadikan lokasi praktikum produksi benih lapang,
mulailah ditanami berbagai komoditas, salah satunya kangkung darat yang
kelompok kami tanam.
3.3 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan praktikum produksi benih lapang dilakukan mulai
tanggal 27 April 2014-31 Mei 2014.

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1: Pengamatan Tanaman
Parameter
Sampel Tanaman Ke-
1 2 3 4 5
A. Fase Vegetatif
- Tinggi Tanaman (cm)
- Jumlah Daun (buah)
- Jumlah Cabang (buah)

47 46,5 41 55 40
98 49 52 83 87
13 7 7 7 8

B. Fase Genetarive
- Awal Berbunga (hst)
- Berbunga 50% (hst)
- Berbunga 75% (hst)
- Jumlah bunga per tanaman
- Jumlah polong per tanaman
- Produksi buah/biji per petak

28 31 32 31 29
- - - - -
- - - - -
9 1 1 1 5
-
-
-
-
- -
-
-
-

Tabel 2: Pengamatan Roguing


Parameter
Hasil rouguing
Jumlah Tanaman Off
Type
Jumlah Tanaman
Volunter
Bentuk dan warna
daun
Berdaun sempit
dan memanjang
2 tanaman kangkung
darat varietas lain
1 Rumput teki, 2
Badotan (Ageratum
conyzoides)

Warna bunga
- - -
Bentuk dan warna
buah
- - -
Waktu berbungan - - -
Dokumentasi
1. Sampel tanaman
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

2. Hasil roguing
Off type Volunter

Kangkung darat varietas lain

Rumput teki

Kangkung darat varietas lain

Bandotan (Ageratum conyzoides)

4.2 Pembahasan Dibandingkan dengan Literatur


4.2.1 Pembahasan
Dari data hasil pengamatan di lapang, didapatkan hasil bahwa 5 sampel
tanaman kangkung darat tumbuh dengan optimal. Pada fase vegetatif tinggi
tanaman masing-masing sampel adalah sebagai berikut: sampel 1 = 47 cm; sampel
2 = 46,5 cm; = sampel 3 = 41 cm; sampel 4 = 55 cm, dan sampel 5 =
40 cm.
Untuk jumlah daun masing-masing sampel adalah sebagai berikut: sampel 1 = 98
buah; sampel 2 = 49 buah; sampel 3 = 52 buah; sampel 4 = 83 buah; dan sampel 5
= 87 buah. Untuk jumlah cabang masing-masing sampel adalah: sampel 1 =
13
buah; sampel 2 = 7 buah; sampel 3 = 7 buah; sampel 4 = 7 buah; dan sampel 5 = 8
buah.
Pada fase generatif ditandai dengan munculnya bunga. Awal munculnya
bunga masing-masing sampel adalah sebagai berikut: sampel 1 berbunga
setelah
28 hst; sampel 2 berbunga setelah 31 hst; sampel 3 berbunga setelah 32
hst;
sampel 4 berbunga setelah 31 hst; dan sampel 5 berbunga setelah 29 hst. Sampai
akhir pengamatan jumlah bunga tidak mencapai 50% atau 75% hst dengan jumlah
bunga masing-masing sampel sebagai berikut: sampel 1 berjumlah 9 buah; sampel
2 berjumlah 1 buah; sampel 3 berjumlah 1 buah; sampel 4 berjumlah 1 buah; dan
sampel 5 berjumlah 5 buah.
Dari data hasil roguing didapatkan hasil bahwa terdapat 2 tanaman
kangkung darat off type atau tanaman kangkung darat varietas lain dengan ciri-ciri
berdaun sempit memanjang dan daun berwarna hijau. Terdapat pula 1 rumput teki
dan 2 badotan (Ageratum conyzoides) yang merupakan tanaman volunteer.
Menurut Sriharti dan Takiyah (2007) kangkung darat berbunga putih bersih,
sedangkan kangkung air putih kemerahan. Ukuran batang kangkung darat lebih
kecil daripada ukuran batang kangkung air. Kangkung darat memiliki warna
batang putih kehijau-hijuauan dan lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu
sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan
stek pucuk batang. Pada lahan kami, kangkung yang memiliki bentuk daun
berbeda belum berbunga sehingga pengamatan hanya didasarkan pada bentuk
daun dan ukuran batang. Hasil tanaman yang kami roguing memiliki bentuk daun
sangat sempit memanjang dengan ujung runcing sedangkan untuk kangkung darat
sendiri memiliki daun yang sedikit lebih lebar daripada daun kangkung
hasil
roguing dengan ujung runcing menyempit.
4.2.2 Kondisi Lapang (alasan berhasil / tidak berhasil)
Tujuan awal dari praktikum produksi benih lapang ini adalah untuk
meproduksi benih kangkung darat ungul yang dapat memberikan produsi
kangkung darat yang sehat dan seragam. Jadi, praktikum produksi benih kagkung
darat yang kami lakukan masih belum dapat dikatakan berhasil, karena
masih
belum dapat memproduksi benih kangkung darat sesuai kriteria. Namun, dari hasil
pengamatan, sudah ada beberapa bunga yang mulai ada polongnya dibagian
bawah bunga. Hal ini dikarenakan waktu praktikum yang cepat sehingga
kangkung darat belum sampai pada fase produksi benih. Sesuai Buku SOP
Budidaya Kangkung Darat (2009) target dari produksi benih kangkung adalah
sebagai berikut:

Untuk standar lapang, produksi kangkung darat yang kami lakukan tidak
memenuhi standar operaasional prosedur produksi benih kangkung darat karena
kita tidak melakukan isolasi jarak dan waktu. Namun, untuk parameter
varietas
lain dan tipe simpang, produksi benih kangkung darat yang kami lakukan
sesuai
kriteria dengan hanya terdapat 2 varietas off type dan 3 tanaman volunteer.
Mungkin dalam beberapa waktu kedepan, berhasil atau tidak berhasilnya
praktikum kami dapat terlihat, karena sudah nampak tanda tanda pengisian
polong. Maka waktu yang dibutuhkan untuk mendapatakan hasil tidak
terlalu
lama. Dari keadaan lahan sendiri tidak akan terjadi kegagalan sebab
keadaan air
cukup seimbang ditambah dengan perawatan berupa rouguing maka hampir bisa
dipastikan kalau praktikum kami akan berhasil kedepannya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil praktikum lapang didapatkan hasil bahwa produksi benih
kangkung darat yang kami lakukan belum dapat dikatakan berhasil, karena proses
produksi kurang sesuai dengan standar operasional prosedur seperti tidak
melakukan isolasi jarak dan waktu. Tanaman kangkung darat kami juga belum
memasuki fase produksi benih, hanya sampai pengisian polong sehingga berhasil
tidaknya belum dapat disimpulkan. Namun untuk parameter varietas lain dan tipe
simpang dapat dikatakan berhasil karena di lapang hanya ditemukan 2 tanaman off
type dan 2 tanaman volunteer.
5.2 Saran
- Untuk praktikum lapang
Untuk praktikum lapang sebaiknya hanya perwakilan karena lahan yang
sempit menjadikan beberapa orang tidak bisa turun ke lahan untuk menanam
komoditas. Bila ingin semua praktikan terlibat semoga kedepannya menemukan
tempat yang lebih sesuai dan kondusif.
- Saran untuk praktikum (bukan asisten)
Daftar pustaka tidak perlu banyak aturan yang penting bisa
dipertanggungjawabkan. Kalaupun pakai jurnal internasional, sebaiknya asisten
juga menggunakan modul internasional sebab jika sama-sama menggunakan
berstandar internasional hasilnya juga sinkron dengan apa yang dijelaskan. Tidak
buang-buang waktu juga. Penempelan format jangan mendekati deadline
pengumpulan laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku SOP Budidaya Kangkung Darat, Dit. Budidaya Tanaman Sayuran dan
Biofarmaka, 2009.
Hidayat, B.E. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung.
Maria, G.M. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans
Poir) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal
Ilmu Tanah 7(1): 18-22.
Rukmana, R. 1994. Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.
Tindall, H.D. 1983. Vegetables in the Tropics. The Macmillan Press LTD.
London.
Srihati dan Salim, T. 2007. Pengaruh Berbagai Kompos Terhadap produksi
Kangkung Darat. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan”. Yogyakarta.
Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan
Inovasi Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi
Pertanian 2(2): 131-147.
Suwandi, N.N. Husna, M. 2004. Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pemupukan
NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kangkung Darat. Jurnal
Penelitian Hortikultura XVII(4): 20-28.

Anda mungkin juga menyukai