Laporan Tekfer Viabilitas Khamir
Laporan Tekfer Viabilitas Khamir
Oleh :
JMP BP1/ Kelompok 1
1.2 Tujuan
1. Mengamati viabilitas khamir dalam beberapa kondisi yang menentukan
pertumbuhannya dengan metode balon.
2. Menentukan kemampuan khamir dalam pengembangan adonan roti
3. Menghitung jumlah sel khamir menggunakan haemacytomerer yang diamati di
bawah mikroskop.
BAB II
METODOLOGI
2.1.1 Alat
Balon
Gelas piala
Sendok teh
Gelas ukur 250 ml
Karet
Tabung reaksi
Panci stainless
Gelas ukur
Timbangan
Sendok
Bunsen Haemacytometer
99 ml Timbangan
Tabung 1 : 0,5 gula pasir dan 2 sdt air hangat dikocok dimasukkkan ke dalam air hangat
Tabung 2 : 0,5 gula pasir dan 2 sdt air es dikocok dimasukkkan ke dalam air es
Tabung 3 : 0,5 gula pasir dan 2 sdt air mendidih dikocok dimasukkkan ke dalam air mendidih
Tabung 5 : 0,5 gula pasir dan dikocok dimasukkkan ke dalam air hangat
Tabung 6 : 0,5 garam dan 2 sdt air hangat dikocok dimasukkkan ke dalam air hangat
Tabung 7 : 0,5 garam dan 2 sdt air es dikocok dimasukkkan ke dalam air es
Tabung 8: 0,5 gula pasir, garam dan 2 sdt air hangat dikocok dimasukkkan ke dalam air hangat
Amati
Tutup semua tabung Tunggu 15 menit
perkembangan
dengan balon dan
diikat karet.
2.2.2. Prosedur Pengembangan Adonan Roti
`
Alat dan bahan
disiapkan
Gula pasir 20 gr
Timbang semua bahan
Tepung 100 gr
Ragi instan 1 gr
Dilakukan pengenceran
sampai 10-4
Tabel 3. Prosedur Perhitungan Jumlah Sel Khamir dengan Metode Ruang Hitung
BAB III
3.1 Hasil
3.1.1 Uji Viabilitas Khamir (Gelembung Balon)
32+44+35+26+36 1
N= × 25 × 103 × 0,1 × 103 = 8,6 × 109 cfu/ ml
5
106+183+187+163+160 1
N= × 25 × 103 × 0,1 × 103 = 4,0 × 1010 cfu/ ml
5
6+7+7+8+9 1
N= × 25 × 0,1 × 103 ×104 = 1,85×1010 sel/ml
5
10-4 dengan pewarna methylen blue
7+6+8+5+9 1
N= × 25 × 0,1 × 103 ×104 = 1,75×1010 sel/ml
5
3.2 Pembahasan
3.2.1 Penentuan Viabilitas Khamir metode balon
Praktikum kali ini mengenai uji viabilitas khamis. Ragi yang digunakan yaitu
merk fermipan. Mikroba utama dalam ragi roti ini adalah jenis khamir
Saccharomyces cerevisiae. Sel khamir ini memiliki sifat-sifat fisiologi yang stabil,
sangat aktif dalam memecah gula, terdispersi dalam air, mempunyai daya tahan
simpan yang lama, dan tumbuh dengan sangat cepat. Terdapat 8 kelompok yang
melakukan uji viabilitas dengan 8 perlakuan yang membutuhkan 8 tabung reaksi.
Bahan yang digunakan adalah khamir merk fermipan, gula pasir, air(air panas, air
gangat, dan air es), dan garam. Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, sendok teh, gelas piala 250 ml, gelas ukur 100 ml balon serta timbangan.
Uji viabilitas khamir adalah suatu uji untuk mengetahui apakah kultur khamir
tersebut masih terdapat atau tidak. Bahan yang terlebih dulu diasiapkan adalah air (air
panas, air hangat serta air dingin). Kemudian setiap tabung reaksi diberi beberapa
perlakuan. Penambahan khamir 1 sdt, gula pasir 0,5 sdt dan 2 sdt air ke dalam tabung
1 untuk kelompok 1 dikocok dan diletakkan kedalam air hangat. Penambahan khamir
1 sdt, gula pasir 0,5 sdt dan 2 sdt air kedalam tabung 2 untuk kelompok 2 dikocok
dan diletakkan kedalam air es. Penambahan khamir 1 sdt, gula pasir 0,5 sdt, dan 2
sdt air ke dalam tabung 3 untuk kelompok 3 kemudian dikocok dan diletakkkan
kedalam air mendidih. Penambahan khamir 1 sdt, 2 sdt air ke dalam tabung 4 untuk
kelompok 4 dikocok dan diletakkan kedalam air hangat. Penambahan khamir 1 sdt,
gula pasir 0,5 sdt kedalam tabung 5 untuk kelompok 5 dikocok dan diletakkan
kedalam air hangat. Penambahan khamir 1 sdt, garam 0,5 sdt dan 2 sdt air kedalam
tabung 6 untuk kelompok 6 dikocok dan diletakkan kedalam air hangat. Penambahan
khamir 1 sdt, garam 0,5 sdt kedalam tabung 7 untuk kelompok 7 dikocok dan
diletakkan kedalam air es. Penambahan khamir 1 sdt, gula pasir 0,5 sdt, 2 sdt air, dan
0,5 sdt garam ke dalam tabung 8 untuk kelompok 8, kemudian dikocok dan
diletakkkan kedalam air hangat. Semua tabung reaksi di tutup dengan balon karet
dengan kondisi vakum, dan dibiarkan hingga 15 menit. Khamir dapat tumbuh dan
berkembang baik, diakibatkan karna terdapat gula pasir yang berperan untuk
menutrisi khamir. Terdapat gelembung dan gas pada setiap tabung mempertandakan
khamir tumbuh dengan baik sehingga membuat balon terangkat serta
menggelembung diakibatkan adanya gas karbon dioksida. Berdasarkan hasil
pengujian penentuan viabilitas khamir, yang menunjukkan aktivitas khamir yang baik
yaitu kelompok 1, karena ada penambahan gula dan menggunakan medium air
hangat. Medium air hangat dan penambahan gula ini sangat baik untuk pertumbuhan
khamir. Semakin tinggi suhu maka pertumbuhan khamir pun akan mati dan semakin
rendah suhu maka pertumbuhan khamir akan terhambat. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan khamir yaitu berkisar 25-470C. Khamir tumbuh paling baik pada
kondisi dengan persediaan air cukup, karena khamir dapat tumbuh pada medium
dengan konsentrasi solut (gula atau garam) lebih tinggi daripada bakteri, dapat
disimpulkan bahwa khamir membutuhkan air untuk pertumbuhan lebih kecil
dibandingkan kebanyakan bakteri (Fardiaz, 2008).
Dari hasil pengamatan tersebut dapat di lihat bahwa setiap 15 menit terjadi
pengembangan adonan, hal ini dikarenakan adanya aktifitas dari ragi yang dapat
mengembangkan adonan. maka peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi
dibagi menjadi dua fungsi yang bermanfaat bagi pengembangan adonan berdasarkan
tahap fermentasi,yaitu:
1. Selama proses fermentasi kapang akan mengubah pati yang ada agar menjadi
gula sederhana. Kapang menghasilkan enzim-enzim α-amilase, β-amilase dan
glukoamilase.
2. Setelah terbentuk gula maka khamir akan mengubah gula menjadi alcohol,
karbondioaksida dan senyawa lain. Khamir ini akan menghasilkan enzim
invertase, zimase, karboksilase, maltase, melibiose, heksokinase, L-laktase,
dehidrogenase,glukose-6-fosfatdehidrogenase.
Pada roti, Ragi ini akan bekerja bila ditambahkan dengan gula dan kondisi
suhu yang hangat. Kandungan karbondioksida yang dihasilkan akan membuat suatu
adonan menjadi mengembang secara maksimal dan pada saat pengembangan itulah
terbentuk pori – pori.
Jumlah sel khamir pada penganceran 10-3 adalah 8,6 × 109 cfu/ ml, sedangkan
jumlah sel khamir pada pengenceran 10-4 adalah 1,85 × 1010 cfu/ ml. Untuk
mengetahui tingkat viabilitas khamir, suspensi ditambahkan methylen blue sebanyak
±3 tetes. Pemberian zat pewarna ini, dapat dibedakan sel mati dan sel yang hidup.
Saat diamati di bawah mikroskop, sel hidup akan berwarna bening, sementara sel
mati akan berwarna biru. Jumlah sel khamir pada penganceran 10-3 adalah 4,0 × 1010
cfu/ ml, sedangkan jumlah sel khamir pada pengenceran 10-4 adalah 1,75 × 1010 cfu/
ml.
Saat dilakukan pengamatan dengan mikroskop, sel khamir yang mati akan
berwarna biru. Hal itu menandakan bahwa viabilitas sel khamir yang telah mati
tersebut telah rusak. Jika viabilitas sel rusak, membran luar sel tidak dapat menahan
cairan yang keluar masuk sel. Ini dapat menyebabkan warna biru dari methylen blue
masuk ke dalam sel, dan sel terlihat berwarna biru. Sedangkan sel yang masih hidup
terlihat tidak berwarna di bawah mikroskop. Hal ini karena sel yang hidup masih
memiliki viabilitas sel yang baik, sehingga membran luar selnya dapat mengatur
apapun yang masuk atau keluar sel. Sel khamir yang masih hidup ini dapat menahan
methylen blue, sehingga mampu untuk mempertahankan gangguan dari luar dengan
ditandai tidak berwarnanya sel ketika dilihat di bawah mikroskop. Jumlah sel khamir
yang telah ditambah methylen blue lebih banyak karena pada proses perhitungan,
dihitung total keseluruhan jumlah sel yang terlihat, tidak dibedakan berdasarkan
warna. Hal tersebut menunjukkan bahwa total khamir yang sudah mati tidak terlalu
banyak terdapat pada ragi curah yang digunakan untuk menganalisis. Dapat
disimpulkan bahwa viabilitas ragi curah cukup baik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton.2007. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Desrosier, N.W. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Panerjemah Muchji
Mulyohardjo. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Pelczar M.J. dan Fardiaz, S. 2008. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Pelczar M.J. dan Chan. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta : UI Press.
Winarno. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: UI-Press.