Anda di halaman 1dari 102

MODEL MODEL PEMBELAJARAN

DR. H. AMAT NYOTO, M.Pd


DRS. MADE WENA, M.Pd., M.T

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PANITIA SERTIFIKASI GURU (PSG) RAYON 115
2012
PRAKATA

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan


dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah
dalam usaha peningkatan kualitas pendidiklan, namun sampai saat semua usaha-usaha
tersebut belum menampakkan hasil yang maksimal. Salah satu usaha peningkatan kualitas
pendidikan yang kini dilakukan pemerintah adalah peningkatan kualitas guru dan dosen,
melalui program sertifikasi. Melalui program ini para guru dan dosen diharapkan betul-betul
memiliki kemampuan profesional, yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma-norma tertentu.

Salah satu kemampuan dan keahlian profesional utama yang harus dimiliki oleh para
pendidik adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan
peningkatan kualitas pembelajaran. Seorang guru dan dosen tidak hanya dituntut untuk
menguasai bidang studi yang akan diajarkannya saja tetapi juga harus menguasai dan mampu
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik. Oleh karena itu,
bahan ajar dengan Judul „ Model-Model Pembelajaran“, ini penting artinya bagi guru dan
dosen untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-
tugas pembelajaran. Disamping itu bahan ajar ini juga sangat berguna bagi para mahasiswa
kependidikan, khususnya yang berhubungan dengan matakuliah belajar pembelajaran yang
merupakan matakuliah wajib bagi calon-calon guru.

Bahan ajar ini dibagi menjadi 3 bab, yaitu bab 1: Pendahuluan: Konsep Belajar dan
Pembelajaran, bab 2: Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Model Dan
Disain Pembelajaran, dan bab 3: Model-Model Pembelajaran yang Efektif.

Dalam penyusunan bahan ajar ini kami telah berusaha melakukan pengkajian dan
penelusuran yang mendalam serta berusaha untuk menyampaikan materi secara lengkap dan
sistematis, namun tentunya setiap karya tidaklah ada yang benar-benar sempurna. Oleh
karena itu kami sangat terbuka atas saran maupun kritik yang bertujuan untuk menyempurkan
isi bahan ajar ini. Harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca, khususnya dalam bidang strategi pembelajaran.

Malang, Mei 2012

Penulis
DAFTAR ISI

PRAKATA ……………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN: KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Aliran Filsafat ……………………………………………………..... 2
B. Madzhab Pendidikan ………………………………………………… 3
C. Definisi Belajar …………………………………………………........ 4
D. Teori Belajar ………………………………………………………… 5
E. Ciri-Ciri Belajar …………………………………………………….. 11
F. Tujuan dan Unsur-Unsur Dinamis Belajar …………………………… 13
G. Bentu-Bentuk Belajar ……………………………………… 21
H. Pertanyaan Evaluatif …………………………………… 30
BAB II PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK,
TAKTIK, MODEL DAN DISAIN PEMBELAJARAN
A. Pendekatan Pembelajaran ……………………………………………. 34
B. Strategi Pembelajaran ………………………………………………… 35
C. Metode Pembelajaran …………………………………………………. 37
D. Teknik Pembelajaran ………………………………………………….. 41
E. Taktik Pembelajaran ………………………………………………… 41
F. Model Pembelajaran …………………………………………………... 41
G. Disain Pembelajaran ………………………………………………….. 46
H. Pertanyaan Evaluatif ………………………………………………….. 49
BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
A. Pembelajaran Kontekstual ……………………………………………. 51
B. Pakem ………………………………………………………………… 55
C. Pembelajaran Kooperatif …………………………………………….. 59
D. Pembelajaran Berbasis Tugas ……………………………………….. 62
E. Pembelajaran Berbasis Masalah ……………………………………… 63
F. Contoh Langkah-Langkah Model pembelajaran …………………….. 67
G. Pertanyaan Evaluatif………………………………………………….. 97
DAFTAR RUJUKAN ……………………………………………………. 98
1 PENDAHULUAN
KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

EPITOME
IDEALISME

REALISME
A ALIRAN
FILSAFAT
RASIONALISME

NATIVISME
K
O B MADZHAB
N EMPERISME
PENDIDIKAN
S
E KONVERGENSI
P
Ernes, Walker, Winkel,
B C DEFINISI Cronbach, Degeng, dsb
E BELAJAR
L
A BEHAVIORISTIK
J
A KOGNITIF
R D TEORI
BELAJAR HUMANISTIK
&
SIBERNISTIK
P
E
M CIRI-CIRI
B E KEMATANGAN
BELAJAR
E GAGNE
L
A
J TUJUAN & TUJUAN BELAJAR BLOOM
A UNSUR –UNSUR
F
R DINAMIS
FISIOLOGIS
A BELAJAR UNSUR DINAMIS
N PSIKOLOGIS

A DE BLOCK
LINGKUNGAN BEL.
BENTUK
BENTUK VAN VARREREN
G
SISTEM PEMYAJIAN
BELAJAR
GAGNE

ROBERT
1 H DAVIS
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat:


1. Membedakan pengertian berbagai aliran filsafat
2. Membedakan pengertian belajar ditinjau dari tiga madzhab psikologi pendidikan
3. Menjelaskan berbagai definisi belajar
4. Menjelaskan pengertian belajar dari berbagai perspektif teori belajar
5. Menjelaskan ciri-ciri belajar
6. Menjelaskan macam-macam tujuan belajar menurut Bloom dan Gagne
7. Menjelaskan berbagai macam-macam bentuk belajar
8. Menjelaskan macam-macam bentuk belajar

A. ALIRAN FILSAFAT

ALIRAN FILSAFAT
IDEALISME sesungguhnya segala sesuatu
yang ada (realita) hanyalah ide
(PLATO) (gagasan) murni yang ada dalam
alam fikiran.
REALISME keadaan itu ada di alam nyata, tidak
ARISTOTELES di konsepkan dari alam fikiran

RASIONALISME
RENE DESCARTES
EMPIRISME THOMAS HOBBES
JOHN LOCKE

Ada empat aliran filsafat yaitu: idealisme, realisme, rasionalisme, dan empirisme.
Idealisme (Plato) menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada (realita) hanyalah ide

2
(gagasan) murni yang ada dalam alam fikiran. Realisme (Aristoteles) menyatakan bahwa
keadaan itu ada di alam nyata, tidak di konsepkan dari alam fikiran. Rasionalisme,
menyatakan bahwa pengembangan dari aliran Idealisme dan lebih bersifat rasional (Rene
Descartes): pengetahuan ilmiah tidak berdasarkan pengalaman karena hal yang kita alami
selalu berubah-ubah dan tidak bisa menjadi dasar dari pengetahuan. Konsep pengetahuan
bersifat idea dasar yang dikembangkan melalui proses penalaran deduktif. Sedangkan
Empirisme (Thomas Hobbes dan dikembangkan oleh John Locke yang selanjutnya
dikenal dengan teori Tabula Rasa atau kertas kosong), menyatakan bahwa sumber harus di
cari dalam dunia dan legistimitas dalam demonstrasi.

IDEALISME
PLATO
ALIRAN FILSAFAT
REALISME
ARISTOTELES
RASIONALISME
RENE DESCARTES
dikenal dengan teori Tabula
Rasa atau kertas kosong:
EMPIRISME sumber harus di cari dalam
THOMAS HOBBES dunia dan legistimitas dalam
JOHN LOCKE demonstrasi.

NATIFISME
BELAJAR BERSUMBER DARI BAWAAN ATAU FAKTOR INDOGIN.
ARTINYA APA YANG TERJADI PADA DIRI MANUSIA MEMANG SUDAH
ADA BAKAT DALAM PENCIPTAANNYA
(ARTHUR SCHOVENHOUR).

B. TIGA MADZHAB PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Nativisme, bahwa belajar bersumber dari bawaan atau faktor indogin. Artinya apa
yang terjadi pada diri manusia memang sudah ada bakat dalam penciptaannya (Arthur
Schovenhour).
2. Empirisme, bahwa belajar tergantung pengaruh lingkungan atau faktor exogin (John
Locke). Ide terkenal yang dicetuskan John Locke adalah “tabula rasa” yang berarti
buku tulis putih yang kosong atau lembaran yang kosong. Anak yang baru lahir

3
bagaikan kertas putih yang bersih (belum tertulisi) sebagai obyek untuk diperlakukan
sesuai dengan kondisi lingkungan (subyek).

NATIVISME
BELAJAR BERSUMBER DARI BAWAAN ATAU FAKTOR INDOGIN. ARTINYA APA YANG
TERJADI PADA DIRI MANUSIA MEMANG SUDAH ADA BAKAT DALAM PENCIPTAANNYA
(ARTHUR SCHOVENHOUR).

EMPIRISME
BELAJAR TERGANTUNG PENGARUH LINGKUNGAN ATAU FAKTOR EXOGIN (JOHN
LOCKE). IDE TERKENAL YANG DICETUSKAN JOHN LOCKE ADALAH “TABULA RASA”
YANG BERARTI BUKU TULIS PUTIH YANG KOSONG ATAU LEMBARAN YANG KOSONG.
ANAK YANG BARU LAHIR BAGAIKAN KERTAS PUTIH YANG BERSIH (BELUM TERTULISI)
SEBAGAI OBYEK UNTUK DIPERLAKUKAN SESUAI DENGAN KONDISI LINGKUNGAN
(SUBYEK).
KONVERGENSI
Konvergensi merupakan gabungan dua kutub paham yang berbeda
antara Nativisme dan Empirisme, dan menyatakan bahwa belajar
adalah hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan manusia
(William Sternt).

3. Konvergensi merupakan gabungan dua kutub paham yang berbeda antara Nativisme
dan Empirisme, dan menyatakan bahwa belajar adalah hasil interaksi antara
pembawaan dan lingkungan manusia (William Sternt).

C. DEFINISI BELAJAR

Ernes ER. Hilgard: “learning is the process by which an activity originates or is charged
throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural
environments) as disitinguished from changes by factor not attributable to
training”

Walker: belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai
hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan

4
rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dala situasi stimulus atau factor-faktor
samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar.

Winkel: belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan , yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif konstan dan berbekas.

Cronbach: belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, belajar
yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu mempergunakan
panca indera.

Gagne: belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat
dipertahankan selama proses pertumbuhan, belajar merupakan peristiwa yang
terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu yg dapat diamati, diubah dan dikontrol.

Kimpley: belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas
pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti persepsi, emosi,
proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.

Degeng (1997:3): belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif
yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses
belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah
tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan
pengetahuan yang baru.

D. TEORI BELAJAR

1. Teori Behavioristik

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon (Gredler, Margaret Bell,
1986: 42). Menurut behavorisme, reaksi yang begitu kompoleks akan menimbulkan
tingkah laku, sebagaimana pendapat R.G Bouring, bahwa: (1) complex system of
responses which depend upon meaning involved are better called behavior. (2) Respon is
property correlated with stimulus , behaviour with situation. Prinsip-prinsip behaviorisme

5
adalah: (1) objek psikologi adalah tingkah laku (2) semua bentuk tingkah laku
dikembalikan kepada reflek, dan (3) belajar mementingkan terbentuknya kebiasaan.
Edward L. Thorndike (1911) dari Amerika Serikat (dalam teori conectionisme),
menyatakan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran,
perasaan atau gerakan) dan respon( yang juga berupa pikiran, perasaan
atau gerakan). Dasar dari belajar adalah assosiasi antara kesan pancaindera (sense
impression) dan impuls untuk bertindak (impuls to action) atau terjadinya hubungan antara
stimulus (S) dan Response ( R ) disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond.
Di dalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer (Law of Readiness, Law of
Exercise and Repetation, dan Law of Effect) dan hukum sekunder (Law of Multiple
Response, Law of Assimilation, dan Law of Partial Activity)
Watson sebagai pelopor lain yang datang sesudah Torndike, berpendapat bahwa
stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable)
(Gredler, Margaret Bell, 1986: 49). Dia mengabaikan berbagai perubahan mental yang
mungkin terjadi dalam belajar dan mengganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu
diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak
penting. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah
terjadi atau belum. Penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak
memikirkan hal-hal yang bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal
itu penting.
Clarh Hull (1943) mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi
oleh teori evolusinya Charles Darwin. Tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup, karena di dalam teori Hull kebutuhan biologis dan pemuasan
kebutuhannya menempati posisi sentral. Kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive),
seperti lapar. Haus, tidur dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dengan kebutuhan
biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya.
Edwin Guthri (1952) mengemukakan teori kontiguiti yang memandang bahwa
belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selanjutnya
dia berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dan respon merupakan faktor kritis
dalam belajar. Karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu
menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi

6
kebiasan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus. Sebagai
contoh, orang yang mempunyai kebiasaan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu
macam stimulus (misalnya kenikmatan merokok). Tetapi juga dengan stimulus-stimulus
lain seperti minum kopi, berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak gagah dan lain-
lain.

MENURUT BEHAVORISME, REAKSI YANG BEGITU


KOMPOLEKS AKAN MENIMBULKAN TINGKAH
LAKU

MENURUT TEORI KOGNITIF , BELAJAR TIDAK HANYA


SEKEDAR MELIBATKAN HUBUNGAN ANTARA
STIMULUS DAN RESPON, LEBIH DARI ITU BELAJAR
MELIBATKAN PROSES BERFIKIR YANG SANGAT
KOMPLEKS

TEORI HUMANISTIK LEBIH TERTARIK PADA IDE


BELAJAR DALAM BENTUKNYA YANG PALING IDEAL
DARI PADA BELAJAR SECARA APA ADANYA, SEPERTI
APA YANG BIASA KITA AMATI DALAM DUNIA
KESEHARIAN

MENURUT TEORI SIBERNETIK, ITU BELAJAR ADALAH


PENGELOLAAN INFORMASI

2. Teori Kognitif

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Teori
ini sangat berkaitan dengan teori Sibernetik. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seseorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetap mengalir, bersambung-sambung
menyeluruh. Beberapa pendapat ahli adalah sebagai berikut.

a. Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (1975) proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yaitu
1) asimilasi, 2) akomodasi, 3) equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam

7
benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

b. Model Gestalt

Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar
psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr (1880 – 1943) yang meneliti tentang
pengamatan dalam problem solving. Dari pengamatannya ia sangat menyesalkan
penggunaan metode menghafal di sekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan
pengertian bukan hafalan akademis.

c. Teori “Cognitive-Field” dari Lewin

Kurt Lewin mengembangkan suatu teori belajar Cognitive- field dengan menaruh
perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing
individu berada di dalam satu medan kekuatan, bersifat psikologis. Medan kekuatan
psikologis dimana individu beraksi disebut “Life Space” yang mencakup perwujudan
lingkungan di mana individu beraksi. Menurut Lewin belajar berlangsung sebagai akibat
dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari
dua macam kekuatan yaitu satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari
kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang lebih pada
motivasi daripada Reward.

d. Teori Discovery Learning dari Jerome Bruner

Yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner
memakai cara dengan apa yang disebut Discovery Learning. Yaitu di mana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Banyak pendapat yang mendukung Discovery Learning itu diantaranya J. Dewey
(1993) dengan Complete Art Reflective Activity atau dikenal dengan Problem Solving. Ide
Bruner ini di tulis dalam bukunya Process of Education. Didalam buku itu ia melaporkan
hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science, ahli sekolah/ pengajar dan pendidik
tentang pengajaran science dalam hal ini ia berpendapat bahwa mata pelajaran dapat

8
diajarkan secara efektif dalam membentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan
melalui cara-cara yang bermakna. Dan makin meningkat ke arah abstrak.

e. David P. Ausubel

Menurut Ausubel, belajar menerima dan menemukan masing-masing dapat


merupakan hafalan atau bermakna, tergantung pada situasi terjadinya belajar. Yang jelas
bahwa belajar dengan hafalan berbeda dengan belajar bermakna. Menghafal sebenarnya
mendapatkan informasi yang diperoleh tersebut ke dalam struktur kognitif belajar hafalan
adalah suatu proses belajar yang dlakukan dengan mengingat kata demi kata. Sedangkan
belajar bermakna merupakan rangkain proses belajar yang memberikan hasil yang
bermakna. Belajar dikatakan bermakna jika informasi yang dipelajari siswa disusun sesuai
dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat mengkaitkan pengetahuan baru
tersebut dengan struktur kognitifnya.
Menurut Ausubel (1968) siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengatur kemajuan (belajar)” (advance organizers) didefinisikan dan dipresentasikan
dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa.

3. Teori Humanistik

Semangatnya, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Dari keempat teori belajar yang ada (behavioristik, kognitif, humanistik, dan
sibernetik) teori humanislah yang paling abstrak, dianggap paling mendekat dunia filsafat
dari pada dunia pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan
kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari
pada belajar secara apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.
Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan
untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) itu dapat
tercapai.

9
Dalam hal ini Bloom dan Rathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai
(dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu:
(1) Kognitif yang terdiri dari enam tingkatan, meliputi: Pengetahuan mengingat
(menghafal); Pemahaman (menginterprestasikan); Aplikasi (menggunakan konsep
untuk memecahkan suatu masalah); Analisis (menjabarkan suatu konsep); Sintesis
(menggabungkan bagian –bagian konsep menjadi suatu konsep utuh); Evaluasi
(membandingkan nilai-nilai , ide, metode dan sebagainya).
(2) Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan, meliputi: Peniruan (menirukan gerak );
Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak); Ketepatan (melakukan
gerak dengan benar); Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan
benar); Naturalisasi( melakukan gerak secara wajar)
(3) Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan, meliputi: Pengenalan (ingin menerima,
sadar akan adanya sesuatu); Merespon (aktif berpartisipasi); Penghargaan (menerima
nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu); Pengorganisasian (menghubung-hubungkan
nilai-nilai yang dipercayai); Pengamalan (menjadi nilai-nilai sebagai bagian dari pola
hidup).

Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat, yaitu: (1) Pengalaman kongkrit; (2)
Pengamatan aktif dan reflektif; (3) Konseptualisasi; dan (4) Eksperimentasi aktif.
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar
ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakekat kejadian
tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian terjadi seperti
itu. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar. Pada tahap kedua, siswa tersebut
lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu. Serta mulai
berusaha memikirkan dan memahaminya. Inilah yang kurang lebih terjadi pada tahap
ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau teori tentang suatu hal yang
pernah diamatinya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan
–aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun nampak
berbeda-beda tetapi mempunyai landasan aturan yang sama. Pada tahap akhir
(ekperimentasi aktif) siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi
yang baru.

10
Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara kesinambungan dan
berlangsung di luar kesadaran siswa. Dengan kata lain, meskipun dalam teorinya kita
mampu membuat garis tegas antara tahap satu dengan tahap lainnya itu sering kali terjadi
begitu saja, sulit kita menentukan kapan beralihnya.
Untuk siswa yang bertipe reflektor, sebaliknya cenderung sangat berhati-hati dalam
mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini cenderung
“konservatif” dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruk
suatu keputusan. Sedang siswa yang bersifat teoris biasanya sangat kritis, senang
menganalisis dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi
mereka berfikir secara rasional adalah suatu yang sangat penting. Mereka biasanya juga
sangat skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang berisfat spikulatif. Dan siswa tipe
pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal. Teori
memang penting, namun bila teori tidak bisa dipraktekkan, untuk apa ? kebanyakan siswa
dari tipe ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis filosofis dari sesuatu.
Bagi mereka sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya jika bisa dipraktekkan.

4. Teori Sibernetik

Teori belajar sibernetik adalah teori belajar yang dianggap paling baru. Teori
berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori itu belajar
adalah pengelolaan informasi. Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif
yang mementingkan proses. Namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang
diproses itu. Informasi inilah yang akan menetukan proses.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah tidak ada satu proses belajar pun yang
ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah informasi
mungkin akan dipelajari seorang siswa. Maka sebuah informasi mungkin akan dipelajari
seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin
akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

E. CIRI-CIRI BELAJAR

Manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami


perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan tersebut bersurnber dari peristiwa

11
kematangan (maturation) dan belajar (learning) atau kombinasi dari kedua peristiwa
tersebut.

Kematangan adalah proses perkembangan yang di dalamnya orang dari waktu ke


waktu menunjukkan berbagai ciri-ciri yang berbeda bersumber dari cetak biru (blueprint)
yang telah dibawanya sejak masa konsepsi masa bertemunya ovum dan spermatozoa. Pada
pertumbuhan yang nornal, bayi berusia I tahun, berdiri dan berjalan dengan sendirinya;
sebaliknya kita tidak dapat memaksakan bayi baru lahir untuk berdiri dan berjalan. Ke-
cenderungan tertarik dengan lawan jenis pada usia sekitar 12 tahun, sejalan dengan cetak
birunya bahwa pada usia tersebut telah terjadi perkembangan organ dan fungsi seksual.
Orangtua dapat memaksakan anaknya yang masih usia kanak-kanak untuk dikawinkan,
namun mereka tidak akan melaksanakan tugas-tugas sebagaimana layaknya suami-isteri.
Contoh-contoh itu merupakan bukti bahwa kematangan sebagai determinan dari peristiwa
perkembangan manusia.

Belajar sebagai kebalikan dari kematangan, perubahan-perubahan yang terjadi


dalam kehidupan individu tidak diwariskan dari genetika. Perubahan-perubahan dapat
berupa pengertian, tingkah laku, persepsi, motivasi atau kombinasi dari unsur-unsur itu dan
selalu menunjukkan perubahan yang sistematis dalam tingkahlaku atau disposisi
tingkahlaku yang terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman dalam situasi tertentu.

Secara definitif terdapat sejumlah pengertian tentang belajar. Pada umumnya


orang mengartikan belajar sebagai proses-perubahan tingkahlaku atau perubahan dari tidak
tahu/mengerti menjadi tahu/mengerti. Beberapa perbedaan cara pandang mengenai
pengertian belajar dapat difahami sebagai akibat dari pandangan tentang hakekat manusia
dan lingkungannya.

Dalam kehidupan sehari-hari kedua konsep kematangan dan belajar tidak dapat
dipisahkan secara kaku. Banyak perubahan tingkahlaku yang merupakan kombinasi dari
kedua peristiwa tersebut. Dalam banyak pembahasan mengenai perkembangan individu
disebutkan bahwa perkembangan suatu aspek atau ciri-ciri pribadi tertentu akan mencapai
optimal, kalau ia ada pada masa kematangannya dan disertai dengan belajar yang tepat dan
sistematis.

12
F. TUJUAN DAN UNSUR-UNSUR DINAMIS BELAJAR
1. Tujuan Belajar

Perumusan tujuan belajar lebih banyak terkait dengan teknik mengajar dari sudut
pandang behavioristik dan kognitif. Ada tiga alasan pokok mengapa tujuan belajar
dinyatakan yaitu: 1) guru menyatakan tujuan belajar bila ingin siswanya berhasil, 2)
memotivasi dan membantu siswa agar dapat lebih efektif dalam belajar, dan 3) evaluasi
bagaimana pencapaian tujuan yang baik dan mengambil langkah untuk mengadakan
pengajaran remidial bagi yang membutuhkan.

Tujuan perlu diberitahukan kepada siswa. Dalam hal ini Mager menyatakan
bahwa sekali seorang guru mengambil keputusan untuk mengajarkan sesuatu,
pertama-tama ia harus memutuskan tujuan yang hendak dicapai. Selanjutnya ia memilih
prosedur, isi, dan metode yang sesuai dengan tujuan tersebut. Oleh karena siswa harus
berpartisipasi aktif dan merasa turut memiliki mata ajaran tersebut, maka ia harus
diberitahu. Ada tiga hal yang harus dilakukan 1) uraikan apa yang anda inginkan dari
siswa, apa yang dapat mereka perbuat bila menyelesaikan satu pokok bahasan, 2) berikan
motivasi dan petunjuk pada siswa, informasi dan keterampilan apa yang harus mereka

13
miliki, dan 3) biarkan siswa menentukan apa yang harus mereka selidiki mengenai
informasi dan keterampilan yang diperlukan. Dengan prosedur yang baik ini guru harus
memiliki gagasan nyata dalarn memulai suatu ajaran tentang apa yang siswa dapat perbuat.

ADA TIGA HAL YANG HARUS


DILAKUKAN MENURUT
MAGER memberikan
motivasi dan
petunjuk pada siswa,
informasi dan
keterampilan apa
yang harus mereka
menguraikan apa miliki,
yang anda inginkan
dari siswa, apa yang
dapat mereka
perbuat bila
menyelesaikan satu membiarkan siswa
pokok bahasan menentukan apa yang
harus mereka selidiki
mengenai informasi
dan keterampilan yang
diperlukan

Gagne (1977) membagi lima kategori pokok dari kapabilitas yang harus dipelajari
manusia. Kapabilitas itu terdiri atas 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif 3)
informasi verbal, 4) keterampilan motor, dan 5) sikap.

Keterampilan Intelektual. Keterampilan ini merupakan kapabilitas yang


membuat orang kompeten. la memungkinkan seseorang merespon konseptualisasi
lingkungan. Dalam perkembangannya ia dipengarubi oleh kondisi internal dan ekstemal.
Wujud dari keterampilan ini dalam diri seseorang berupa kaidah (rule) yang terdiri atas
diskriminasi, konsep, kaidah, dan kaidah dalam tataran yang tinggi (problem solving). Ada
dua hal yang harus diperhatikan yaitu 1) karakteristik keterampilan intelektual yang
penting adalah bahwa belajar yang ada pada seseorang bergantung; pada hal-hal yang

14
dipelajari sebelumnya, 2) ada perbedaan penting dalam kondisi belajar yang diperlukan
untuk setiap tipe keterampilan intelektual.

Kapabilitas menurut
GAGNE

Strategi Kognitif merupakan keterampilan internal yang terorganisir tentang


memilih dan mengarahkan proses internal yang limit dalam memutuskan dan memecahkan
masalah-masalah baru. Kapabilitas ini dipengaruhi pula oleh kondisi internal dan ekstemal.
Kunci dari kapabilitas ini ada pada kemampuan manusia untuk mengelola dirinya.

Informasi Verbal adalah suatu kapabilitas untuk menyimpan informasi yang


didapat dalam belajar yang akan dikeluarkan kembali jika diperlukan. Informasi ini sangat
penting karena 1) untuk mengetahui kenyataan atau fakta tertentu, 2) merupakan bantuan
dan yang menyertai belajar, dan 3) sebagai penspesialisasian pengetahuan.

Keterampilan Motor merupakan satu atau beberapa kapabilitas pada manusia


yang nyata untuk mengamati dan menjalankan atau mengoperasikan sesuatu.

Sikap merupakan kapabilitas yang dimiliki siswa tentang memilih


bermacam-macam aktivitas. Komponen yang termasuk sikap terdiri atas komponen afektif,
aspek kognitif, dan konsekuensi perilaku.

15
Benyarnin S. Bloom membagi tujuan pendidikan atas tiga ranah (domain) yaitu
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif hasil belajar tersusun dalam
enam tingkatan yaitu 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis,
dan 6) evaluasi. Ranah afektif meliputi sikap dan nilai- nilai terdiri atas 1) penerimaan.
(perhatian), 2) responding, 3) valuing, 4) organisasi, 5) karakterisasi melalui suatu nilai
atau kompleks nilai. Terakhir, ranah psikomotor terdiri atas 1) persepsi, 2) set 3) respon
terkendali, 4) mekanisme, 5) respon kentara yang kompleks, 6) adaptasi, dan 7) keaslian.

Benyamin S. Bloom
KOGNITIF PSIKOMOTORIK AFEKTIF

1) penerimaan. 1) persepsi,
1) pengetahuan, (perhatian), 2) set
2) pemahaman, 3) respon
2) responding,
terkendali,
3) aplikasi, 3) valuing, 4) mekanisme,
4) analisis, 4) organisasi, 5) respon
5) sintesis, dan 5) karakterisasi kentara yang
6) evaluasi melalui suatu kompleks,
nilai atau 6) adaptasi,
kompleks nilai dan 7)
keaslian.

Ada beberapa saran apabila kita bermaksud mengembangkan tujuan belajar.


Tujuan kognitif akan lebih tepat bila dapat menjawab: Untuk siapakah dan dalam kondisi
yang bagaimana kah tujuan seringkali meningkatkan belajar? Melton (1978)
menyimpulkan 1) Tujuan akan berfungsi baik jika anak menyadarinya sebagai arah untuk
mempelajari bagian-bagian tertentu dan merasa bahwa tujuan itu membantu dirinya; 2)
Anak-anak dengan kemampuan rata-rata akan lebih diuntungkan ketimbang anak dengan
kernampuan tinggi atau rendah; 3) Tujuan mungkin akan kurang menguntungkan bagi
anak yang penurut atau sebaliknya yang termotivasi secara internal; 4) Tujuan akan
berfungsi baik jika ditulis secara jelas dan tugas-tugas belajarnya tidak terlalu sulit atau
terlalu mudah; 5) Jumlah tujuan tidak harus terlalu banyak; 6) Tujuan belajar yang baik

16
harus dapat menjawab pertanyaan secara tepat yang berkaitan secara langsung dengan
tujuan yang direncanakan; 7) Anak yang diberi tujuan cenderung menggunakan waktu
lebih untuk mempelajari materi yang cocok dengan tujuan.

Saran terhadap pengajaran yang menggunakan tujuan kognitif 1) Ketika


merencanakan setiap unit belajar, siapkan daftar istilah dan fakta yang perlu diketahui
siswa; 2) Pusatkan- perhatian pada dalil dan rumus yang membantu anak beIajar dan
mememhkan masalah; 3) Telaah bab atau unit belajar untuk menentukan kecenderungan
dan unsurnya sehingga dapat dijabarkan; 4) Pusatkan perhatian pada teknik
mengklasifikasi intonasi atau untuk menghubungkan antar orang, obyek dan kejadian
dengan menempatkan menurut kategorinya; 5) Jika anda menyuruh siswa membuat
penilaian, berikan kreterianya yang memungkinkan mereka gunakan untuk menentukan
kualitas dan efektifitas serta nilai; 6) Bila mengajar siswa yang lebih tua, pusatkan
perhatian pada prinsip, hukum, teori, dan bagaimana mereka membuat pemahaman atas
berbagai kejadian; 7) Bukti usaha sistematik sebagai cara mendorong siswa
menterjemahkan, menginterpretasi, menganalisis, mensintesis, eksuvolasi, dan
mengevaluasi.

Untuk tujuan afektif tidak banyak penelitian tentang hal ini namun ranah ini
penting karena, akan tampak dalarn tingkahlaku. Beberapa pendidik menganggap bahwa
tujuan afektif harus ditekankan sekurang-kurangnya sebanyak tujuan kopitif. Sejalan
dengan perkembangan pendidikan humanistik yang menonjol tahun 60-an dan 70-an, maka
tujuan afektif menjadi penting. Terhadap tujuan afektif, saran yang diajukan: 1) Bila tepat,
doronglah anak untuk menjadi sadar dan mengapresiasi detail-detail; 2) Coba dorong anak
untuk menerima ide-ide baru dan toleran terhadap perbedaan; 3) Dorong disiplin diri,
barangkali dengan menggunakan teknik pengubahan tingkahlaku; 4) Cobalah untuk
mendorong sikap positif ke arah belajar pada umumnya dan ke arah mata pelajaran pada
khususnya, melalui (a) komunikasikan perasaan bahwa anda mempercayai bahwa setiap
siswa dalam kelas itu dapat belajar dan bahwa anda ingin mereka belajar, dan (b) cobalah
untuk meningkatkan pendekatan agar siswa merespon ke arah mata tajam yang anda
ajarkan.

17
Saran terhadap penggunaan tujuan psikomotor:

1). Kapan saja mungkin dan cocok, analisislah sebuah keterampilan untuk memanfaatkan
kemampuan psikomotor tertentu yang perlu untuk ditampilkan, selanjutnya susunlah
komponen kemampuan agar dapat membantu siswa menguasai keterampilan tersebut
sesuai dengan unitnya.

2). Ajarkan demonstrasi (seperti halnya praktek siswa) dan berikan bimbingan verbal
untuk penguasaan keterampilan milih secara tuntas. Tahapan ini meliputi (a)
Demontrasikan seluruh prosedur, kemudian urutkan langkah - langkah secara unit
untuk diikuti, dan akhimya demonstrasikan keterampilan sekali lagi langkah demi
langkah; (b) Sediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk berlatih dengan segera
begitu demonstrasi selesai; (c) Berilah bimbingan secara verbal atau dengan suatu cara
yang memungkinkan siswa untak menampilkan keterampilan mereka sendiri; (d)
Berilah bimbingan dalam suasana yang santai, tanpa kritik dan dalam bentuk yang
positif.

3) Bila menyajikan sebuah keterampilan baru, berilah bantahan dan dorongan ekstra bagi
pemula-pemula yang lamban; 4) Buatlah (pertama-tama) agar siswa sangat berminat
dan bersemangat. Bila minat (perhatian) atau kemajuan siswa mendatar, dorong
dengan terus berlatih untak mempertahankan keterampilan atau membantu siswa
menguasai teknik-teknik yang lebih maju.

Banyak pertanyaan muncul mengenai cara menyatakan tujuan. Robert Mager


menyatakan 1) pernyataan tujuan harus mengandung kata-kata atau simbol-simbol yang
menggambarkan sesuatu yang sungguh-sungguh dari pendidikan; 2) agar kesungguhan
tercapai, rancanglah sesuatu yang dapat dilakukan; 3) rancanglah suatu terminal
tingkahlaku; 4) tulislah sejumlah pernyataan untuk setiap tujuan, dan 5) jika sedang
memberi pelajaran, berilah catatan mengenai tujuan.

Gronlund menyarankan bahwa cara, yang diajukan Mager itu hanya cocok untuk
mengajar yang sifatnya khusus. la menyatakan bahwa tujuan adalah yang pertama dan pen-
jelasan yang menjadi titik pokok adalah prinsip-prinsip umum. Untuk itu ia.
mengemukakan prosedur : 1) Tetapkan tujuan umum pengajaran; 2) Buatlah di bawah

18
tujuan umum suatu daftar hasil belajar khusus; 3) Daftar hasil belajar khusus perlu
diperiksa kembali; hati-hati untuk tidak menghilangkan tujuan yang kompleks karena sukar
untuk menentukan tingkahlaku yang spesifik; 5) Konsultasikan alat untuk membantu
mengidentifikasi tipe-tipe tingkahlaku yang khusus yang paling layak untuk menjelaskan
tujuan kompleks.

Ojemann cenderung melibatkan siswa dalam penulisan tujuan. Sarannya terhadap


pernyataan tujuan: 1) Gunakan pendekatan kontrak dengan melibatkan siswa, tertentu
dalam menetapkan tujuan.individu dan prosedur evaluasi; 2) Bila. pelajaran
menitikberatkan informasi pertimbangkan urutan di atas; 3) Bila pelajaran
menitikberatkan konsep, prinsip, dan dalil-dalil maka perhatikan pendapat Gronlund di
atas; 4) Jika pelajaran menginginkan agar siswa berani dalarn mengembangkan
kemampuan persepsi mereka, buat diskusi tentang mengapa alat-alat dan materi itu penting
dalam belajar; 5) Cobalah untuk menyadari kembali mengenai luasnya belajar yang kamu
kontrol. Hal ini akan memungkinkan untuk membantu anak dalam membuat pilihan dan
dalam mengelola belajar mereka; dan 6) Sesudah mendaftar tujuan kognitif dalarn suatu
pelajaran periksa tujuan yang paling baik dalarn rancangan tersebut.

Cara merumuskan tujuan yang paling memadai hendaknya kita memandang


manusia sebagai kebulatan yang utuh (fully finctional person). Walaupun kita memandang
bahwa padanya terdapat aspek-aspek khusus (kognitif, afektif, dan psikomotor) mereka
harus diperlakukan secara terpadu. Atas dasar pandangan terhadap manusia ini maka
perumusan tujuan mempersyaratkan: 1) kita berdiri pada posisi tertentu (pendekatan
kognitif, pendekatan afektif, atau pendekatan psikomotor) dalam merumuskan tujuan; 2)
Ketika merumuskan suatu tuJuan belajar, misalkan kognitif, kita mengaitkan rumusan
tujuan itu dengan aspek lain yang berdekatan tujuan ini diranah afektif atau psikomotor, 3)
Ridses perumusan dirancang bersama siswa agar kemauan mereka untuk mencapainya
lebih tinggi; 4) Masih dimungkinkan revisi tujuan sejalan dengan perkembangan belajar,
ketika pencapaian tujuan itu sendiri sedang berproses.

Rumusan tujuan setidaknya mengandung A B C D. A kependekan dari Audience


artinya rumusan itu harus jelas sasarannya yakni subyek siapa yang akan melaksanakan
atau, menguasai tujuan tersebut B kependekan dari behavior yaitu kata-kata tingkahlaku

19
yang spesifik, dapat diukur dari tujuan belajar. C adalah conditions yaitu dengan cara
begaimana dan dalam situasi apa tingkahlaku yang dimaksud dapat dicapai. D kependekan
dari. degree yaitu seberapa jauh secara minimal tingkahlaku itu dikuasai audience. Sebagai
contoh dikemukakan rumusan tujuan sebagai berikut:

Ranah kognitif: Membaca bacaan tentang aeromodeling siswa (A) dapat


menemukan Kalimat inti (B) dari setiap paragraf tanpa ada satu paragrafpun yang salah
(W).

Ranah afektif : Menaiki kendaraan bermotor di jalan raya (C), siswa (A) memilih
untuk memakai sabuk pengaman (B) untuk menjaga keselamatan diri dari kecelakaan (D).

Ranah psikomotor: Menggunakan jangka (C), siswa (A) menggambar Q lingkaran


dengan tepat

2. Unsur-Unsur Dinamis Belajar

UNSUR-UNSUR
DINAMIS BELAJAR
 Dalam peristiwa belajar terdapat sejumlah unsur
yang berpengaruh menjadi pendukung atau
sebaliknya menjadi penghambat. Secara garis besar
unsur belajar yang dimaksud adalah faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor
yang bersumber dari dalam diri siswa/mahasiswa
sedangkan faktor eksternal bersumber dari luar diri
siswa/mahasiswa

20
PENDENGARAN
FISIOLOGIS PENGLIHATAN
KONDISI FISIK
KECERDASAN/BAKAT
MOTIVASI
UNSUR-
PSIKOLOGIS PERHATIAN
UNSUR
DINAMIS BERPIKIR
BELAJAR INGATAN
LINGKUNGAN INT DALAM KAMPUS
BELAJAR EKS LUAR KAMPUS
KURIKULUM
SISTEM PENYAJIAN BAHAN BELAJAR
METODE

Dalam peristiwa belajar terdapat sejumlah unsur yang berpengaruh menjadi


pendukung atau sebaliknya menjadi penghambat. Secara garis besar unsur belajar yang
dimaksud adalah faktor intemal dan faktor ekstemal. Faktor internal ialah faktor yang
bersumber dari dalam diri siswa/mahasiswa sedangkan faktor ekstemal bersumber dari luar
diri siswa/mahasiswa.

G. BENTUK-BENTUK BELAJAR

1. Belajar menurut A.de Block


Bentuk belajar menurut A. De Block dibedakan menjadi tiga , yaitu : (a) Bentuk
belajar menurut fungsi psikis; (b) Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari; (3)
Bentuk belajar yang tidak begitu disadari.

a. Belajar dinamik

Bentuk belajar ini ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki sesuatu secara
wajar, sehingga orang tidak sembarang menghendaki dan juga tidak menghendaki
sembarang hal.

21
a. Belajar dinamik
Bentuk belajar b. Belajar afektif
menurut fungsi c. Belajar kognitif
psikis d. Belajar sensori
motorik

e. Belajar teoritis
Bentuk belajar Bentuk belajar f. Belajar teknis
menurut A. De menurut materi g. Belajar sosial
Block yang dipelajari h. Belajar estetis

i. Belajar insidental
Bentuk belajar yang j. Belajar dengan
tidak sebegitu mencoba-coba
disadari k. Belajar
bersembunyi

b. Belajar afektif

Ciri khas belajar ini adalah menghayati nilai dari obyek –obyek yang diadapi
melalui alam perasaan , baik berupa orang , benda, maupun peristiwa. Ciri yang melalui
alam perasaan , baik berupa orang , benda maupun peristiwa. Ciri yang lain adalah belajar
mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Perasaan seseorang dapat
berupa senang atau tidak senang, kemudian orang tersebut mendekati apa yang disenangi
atau menjauhi apa yang tidak di senangi. Selanjutnya fungsi dinamik dan afektif
merupakan dua hal yang berkaitan , karena setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan
dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan.

c. Belajar kognitif

Dalam belajar kognitif, orang belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-


bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi, baik itu orang , benda
maupun peristiwa. Obyek ini dipresentasikan dalam diri orang melalui tanggapan, gagasan,
atau lambang.

22
Menurut Winkel (1991) , dalam belajar kognitif didapatkan dua aktifitas kognitif yaitu
mengingat dan berfikir.
Lebih lanjut Winkel menyatakan ada dua bentuk mengingat , yaitu : (a) mengenal
kembali; (b) Mengingat Kembali. Adapun berfikir , Winkel menyatakan bahwa manusia
berhadapan dengan obyek –obyek yang mewakili dalam kesadaran , jadi obyek hadir
dalam bentuk suatu representasi.
Dan menurut Sumadi(1998), terdapat tiga langkah dalam berfikir , yaitu: (1) pembentukan
pengertian, (2) pembentukan pendapat, (3) penarikan kesimpulan.

d. Belajar sensori motorik

Ciri khas belajar terletak pada belajar menghadapi dan menangani obyek-obyek
secara fisik , termasuk kejasmanian manusia sendiri. Dalam belajar ini baik aktivitas
mengamati melalui alat-alat indera (sensorik), maupun bergerak dan menggerakkan
(motorik) memegang peranan penting, sehingga gangguan pada alat indera menimbulkan
kesulitan dalam mengamati dan bergerak.

e. Belajar teoritis

Jenis belajar ini bertujuan untuk mendapatkan semua data dan fakta (pengetahuan)
dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk
memecahkan problem seperti pada bidang studi ilmiah. Cakupan dalam belajar ini
meliputi: (1) konsep, (2) relasi, (3)struktur hubungan.

f. Belajar teknis

Belajar ini mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam menangani dan


memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi keseluruhan.
Belajar ini juga disebut belajar motorik.
Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode.

g. Belajar sosial

23
Belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan , demi
kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya.
Syah (1991) menyatakan proses belajar perkembangan sosial perlu ditekankan
pada perlunya pembiasaan merespons (conditioning) dan peniruan (imitation). Cakupan
dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode.

h. Belajar estetis

Belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati


keindahan diberbagai bidang kesenian. Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep,
struktur, dan metode.

i. Bentuk Belajar Yang Tidak Begitu Disadari

Sebagai manusia , tentunya bergaul dengan lingkungannya, manusia belajar


banyak hal yang berguna untuk mengatur kehidupannya. Dalam jenis belajar ini menurut
Winkel (1991), meliputi: (1) belajar insidental, (2) belajar tersembunyi, (3) belajar
mencoba-coba.

j. Belajar insidental

Belajar berlangsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi
di samping itu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasarannya.
Misalnya seorang membaca Koran bekas , namun terasa tidak direncanakan , tiba-
tiba mereka menemukan artikel yang menarik , sehingga berguna menambah wawasan.

k. Belajar bersembunyi

Belajar dapat terjadi bila guru merencanakan supaya siswa belajar sesutau tanpa
mereka menyadari sedang belajar yang dimaksud oleh guru.
Misalnya, belajar melalui upacara bendera, siswa secara implisit dilatih belajar
disiplin.

l. Belajar dengan mencoba-coba

Belajar mencoba-coba juga dikenal dengan belajar “trial and error”, seperti pada
eksperimen Thorndike terhadap kucing.

24
Dalam eksperimen tersebut kucing belajar, yaitu membuat assosiasi antar
perangsang dan reaksi.
Dengan demikian , hakekat belajar mencoba-coba adalah melakukan kegiatan
belajar dengan sifat trial and error yang pada akhirnya menemukan hasil, yang semua tidak
seberapa disadari.
Contoh lain dari belajar ini adalah: Seseorang mengutak-atik jam dinding di kelas
yang mengalami ganguan, lama kelamaan orang tersebut menemukan jawaban dari
masalah jam tersebut, sehingga orang tersebut dapat membetulkan jam dinding yang
serupa tanpa coba-coba lagi.

2. Belajar Menurut Van Parreren

a. Belajar membentuk otomatisme

Jenis belajar ini meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi juga dapat meliputi
belajar kognitif. Winkel (1991) menyatakan ciri khas dari hasil belajar ini terletak pada
otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir satu sama lain, seperti dalam
mengoperasikan komputer.
Pada belajar tersebut , fase kognitif dimana orang mulai mengetahui macam-
macam hal mengenai keterampilan, serta fase latihan dimana orang akan berlatih intensif
keterampilan tersebut. Keuntungan dari mempunyai kemampuan yang telah menjadi suatu
otomatisme adalah orang dapat mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya
menyusun karangan sambil mengetik.

b. Belajar Insidental

Orang belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal
tersebut, dan tidak direncanakan sebelumnya.

c. Belajar Menghafal

Bentuk belajar ini peran memori jangka panjang. Orang menanamkan kembali
secara harfiah sesuai dengan materi yang asli. Di samping itu, dalam menghafal orang
yang dapat menciptakan skema kogniti, di mana dalam ingatan, seseorang yang telah

25
menghafal tersimpan semacam program informasi yang dapat diputar kembali saat
dibutuhkan.
Misalnya: dalam menghafal barisan bilangan , orang memanfaatkan kaidah yang
terandung di dalamnya.
Syarat lain dalam menghafal adalah mengulang kembali materi hafalan, sehingga
tertanam dalam ingatan. Menurut Dimyati dan Haryono (1999). Dengan pengadaan
pegulangan daya-daya (daya mengamati, mengingat, berfikir , merasakan, dan lain-lain)
akan menjadi sempurna.

d. Belajar Pengetahuan

Melalui bentuk belajar ini orang dapat mengetahui berbagai macam data
mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang . ciri khas dari hasil belajar yang
diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dalam kata-
kata sendiri.
Menurut Van Patreren (dalam Winkel, 1991) pengetahuan dibedakan antara
pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia saja. Untuk itu disarankan
selama proses belajar pengetahuan perlu diusahakan agar pengetahuan yang baru di
hubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki , sehingga pengetahuan yang dimiliki
bersifat fungsional.
Hal ini senada dengan Wayan Seregeg(1989), hendaknya dalam belajar
pengetahuan perlu mengkonseptualisasikan informasi yang baru dengan konsep yang telah
dimiliki, agar belajar anak menjadi penuh kebermaknaan (meaning verbal leraning)
Dalam belajar pengetahuan perlu juga diperhatikan perkembangan intelektual
anak, sebab pengetahuan dibentuk oleh individu karena indivdu berinteraksi terus menerus
dengan lingkungan
Adapun tahap perkembangan intelektual menurut Piaget adalah sebagai berikut:
(1) Sensori motorik(0-2 tahun) , anak mengenal lingkungan dengan penglihatan ,
penciuman, dan pendengaran; (2) Pra operasional (2-7 tahun), anak mengandalkan diri
pada persepsi tentang realitas, mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana,
dan menggolongkan; (3) Operasi konkret (7-11 tahun) , dapat mengembangkan pikiran
logis, mengikuti penalaran logis, kadang-kadang memecahkan masalah dengan trial and

26
error; (4) Operasi formal (11 tahun keatas), dapat berfikir abstrak seperti pada orang
dewasa.

e. Belajar arti kata-kata

Dalam belajar ini orang dapat menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata
yang digunakan.

f. Belajar konsep

Dalam belajar ini orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang
meliputi benda kejadian, dan orang , yang ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja.
Konsep menurut Winkel (1991), adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek
yang memiliki ciri-ciri yang sama. Dengan demikian belajar konsep merupakan salah satu
cara belajar dengan pemahaman. Contoh, prisma adalah bangun ruang yang memiliki atap
dan alas sama panjang.

g. Belajar memecahkan problem melalui pengamatan

Dalam belajar ini , orang juga diharapkan pada suatu problem yang harus
dipecahkan dengan mengamati baik-baik, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan
reorganisasi terhadap unsur-unsur di dalam problem. Berdasarkan melalui perubahan
dalam pengamatan lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke pemecahan problem.

h. Belajar berfikir

Pada jenis belajar ini, orang juga dihadapkan pasa suatu problem yang harus
dipecahkan , namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.
Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya mempergunakan konsep dan
kaidah serta metode-metode bekerja tertentu
Misalnya, anak diminta melengkapi dua bilangan berkutnya setelah bilangan 1-4-7-10,
maka anak menemukan kaidah +3, sehingga dengan mudah mendapatkan bilangan
berikutnya.

i. Belajar untuk belajar

27
Proses belajar seseorang yang sangat menyadari tuntutan dalam belajar, sekaligus
caranya dia bekerja, sehingga orang tersebut melakukan serangkaian kegiatan sistematis
yang meliputi, orientasi bacaan, dan membuat langkah-langkah untuk memecahkan
maslah. Setelah hasilnya, orang tersebut mengadakan refleksi tepat atau tindakan langkah
tersebut. Kalau tidak tepat dianalisa jangan sampai terulang kembali langkah tersebut. Dan
bila tepat ditinjau lagi apa yang membuat tepat ,sehingga orang dapat menghubungkan
hasil yang baru diperoleh dengan apa yang dipahaminya.

j. Belajar dinamik

Bentuk belajar ini dibentuk kemauan, sikap, motif, dan modalitas perasaan yang
semuanya, mengambil bagian dalam pembentukan watak, di mana kemauan, sikap, motif,
dan perasaan merupakan sumber energi yang mendorong seseorang dalam melakukan
kegiatan / aktivitas , yang didalamnya termasuk belajar.

5. Belajar Menurut Gagne

Gagne menyusun bentuk belajar yang semula delapan tipe belajar kemudian
menjadi lima bentuk belajar. Kedelapan tipe belajar tersebut adalah:

HASIL BELAJAR
CONTOH PRESTASI (BERDASARKAN
TIPE BELAJAR (KEMAMPUAN
KEMAMPUAN INTERNAL)
INTERNAL)
VIII Belajar Menggabungkan  Menemukan cara mencegah sebuah bola
memecahkan beberapa kaidah berguling pada alas yang miring
problem(proble menjadi prinsip  Menemukan cara memeperoleh energi dari
m solving) pemecahan tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan
hidup
VII Belajar kaidah Menghubungkan  “Benda yang bulat berguling pada alas bidang
(Rule learning) beberapa konsep miring”
 “2 x 8 = 16 (dua kali delapan sama dengan enam
belas)”
VI Belajar konsep Menempatkan obyek-  “Manusia, ikan paus, kera anjing, adalah hewan
(concept obyek dalam kelompok menyusui”
learning) tertentu (klasifikasi)  “Pensil, spidol, pulpen, ballpoin adalah alat-alat
tulis”
V Belajar Memberikan reaksi  Menyebutkan merk mobil-mobil yang lewat
diskriminasi yang berbeda pada dijalan
yang jamak stimulus –stimulus  “inilah beras C; yang ini beras B & yang ini beras
(multiple yang mempunyai Rajalele; yang ini beras merah
discrimination) kesamaan . kemiripan.
IV Belajar asosiasi Memberikan reaksi  “Meja “ dalam bahasa inggris apa?”table”
verbal (chaining verbal pada suatu  Nomor teleponmu? “031 786352”

28
verbal) stimulus / perangsang
- cap verbal
- rangkaian
verbal 
 “Ini gambar apa? “boneka”orang”
III Belajar Menghubungkan  Membuka pintu mobil – duduk- kontrol
membentuk gerakan yang satu porseneling-menghidupkan mesin-menekan
rangkaian dengan yang lain kopling-pasang porseneling 1 –menginjak gas
gerak-  Memegang jangka bagian atas , jangka dibuka –
gerik(chaining dibuat lingkaran dilepaskan- ditutup kemabli-
motorik) diletakkan.
II Belajar Memberikan reaksi  Burung merpati mematuk lingkaran –diberi
Perangsang- pada perangsang (S-R) makan. akan diulang-ulang
Reaksi, Dengan  “coba salaman dengan paman”-mendapat
Mendapat senyuman. Akan diulang-ulang
Penguatan  Guru memuji tindakan anak-anak –cenderung
Peneguhan mengulang
(Conditioning
ala Skinner)
I Belajar sinyal Memberikan reaksi  Bunyi bel sebagai tanda akan disajikan makanan
(Conditioning pada perangsang (S-R) –mulut siap dengan air liur
ala Pavlov)  Kilat sebagai tanda akan suara guntur – jntung
berdebar-debar
 Guru sejarah yang galak ditakuti murid-murid
tidak senang dengan sejarah

Dari tipe-tipe belajar tersebut, tipe I s/d IV oleh Gagne dianggap tidak begitu
relevan bagi belajar di sekolah. Ini berarti, bahwa keempat tipe sama sekali tidak berperan
di sekolah. Tipe V s/d VIII lebih menonjol di dalam belajar pada bidang kognitif , yang
memang diutamakan di sekolah.

6. Belajar Menurut Robert H. Davis, Dkk

a. Belajar konsep

Definisi konsep seperti dijelaskan sebelumnya, yaitu satuan arti yang dimilki
sejumlah obyek yang ciri sama adalah satu dari sekian definisi yang ada. Beberapa ahli
mendefinisikan konsep sebagai pengalaman mental , abstraksi dari pengalaman di dunia,
ide, dan stimuli.
Dengan belajar konsep, manusia akan dapat dengan mudah menamai obyek/
sesuatu dengan baik. Kapasitas manusia dalam mengungkapkan dengan kata-kata ,
membuat kita dapat berbicara mengenai konsep untuk menjelaskan sifat dan pelengkapnya.

29
b. Belajar prinsip

Dengan belajar konsep, diatas , orang dapat mengklasifikasikan macam-macam


fenomena yang ada. Selanjutnya dengan prinsip yang berasal dari kombinasi kaidah-
kaidah (seperti penjelasan diatas), dapat memperkirakan , menjelaskan dan mengontrol
fenomena.
Dengan kata lain , kaidah-kaidah yang tersusun dalam suatu pernyataan dapat
dijelaskan dengan beberapa bentuk lain, misalnya:
“seorang guru marah-marah ketika semua siswa dikelas ramai prinsipnya dapat dijelaskan
guru tersebut marah karena siswa ramai.”

c. Pemecahan masalah

Belajar ini membutuhkan bentuk belajar sebelumnya, yaitu konsep, kaidah dan
prinsip, sebab jenis belajar ini merupakan kompleksitas dari penggunaan belajar
sebelumnya. Secara umum proses pemecahan masalah diawali dari memahami masalah
yang ada merencanakan pemecahanya tindakan pemecahan hasil .

d. Kemampuan motor perceptual

Kemampuan motor-perseptual diartikan sebagai pengkoordinasian otot-otot untuk


sebuah tindakan secara baik/ sukses. Atau perseptual sendiri diartikan kepada sebuah
proses yang kompleks. Contoh : seorang dewasa akan lebih dapat mengatur (menentukan
ukuran dan ketepatannya) dengan baik sebuah ruangan dari pada seorang anak.

H. PERTANYAAN EVALIATIF
1. Setelah mempelajari konsep/pengertian tentang belajar dari berbagai pakar,
menurut anda apakah sebenarnya hakekat dari belajar?
2. Jelaskan perbedaan antara teori belajar Behavioristik, kognitif dan humanistic
3. Jelaskan manfaat penyampaian tujuan pembelajaran bagi siswa maupun guru, pada
setiap proses pembelajaran.
4. Bedakan pengertian belajar ditinjau dari tiga madzhab psikologi pendidikan
5. Jelaskan pengertian belajar dari berbagai perspektif teori belajar

30
6. Jelaskan ciri-ciri belajar berdasar usia dan kematangan
7. Jelaskan macam-macam tujuan belajar menurut Bloom dan Gagne
8. Jelaskan berbagai macam-macam bentuk belajar

31
PENGERTIAN PENDEKATAN,

2 STRATEGI, METODE, TEKNIK,


TAKTIK, MODEL, DAN DISAIN
PEMBELAJARAN

EPITOME

PENDEKATAN BERPUSAT PADA SISWA


A PMBELAJARAN
BERPUSAT PADA GURU

PENGORGANISASIAN

STRATEGI PENYAMPAIAN
B PEMBELAJARAN
PENGELOLAAN

Ceramah,, Demontrasi, Diskusi,


METODE Diskusi Kelompok, Simulasi ,
C PEMBELAJARAN Pengalaman Lapangan, Curah
Pendapat, Bermain Peran, dan
PENGERTIAN Permainan
PENDEKATAN,
STRATEGI,
METODE, TEKNIK,
TEKNIK
D PEMBELAJARAN
TAKTIK, MODEL,
DAN DISAIN
PEMBELAJARAN

TAKTIK
E PEMBELAJARAN

PENGOLAHAN INFORMASI

MODEL PRIBADI/INDIVIADULA
F
PEMBELARAN
INTERAKSI SOSIAL

PERILAKU
DISAIN
G PEMBELAJARAN

32
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat:


1. Menjelaskan macam-macam pendekatan pembelajaran
2. Menjelaskan pengertian strategi pembelajaran
3. Menjelaskan berbagai macam metode pembelajaran
4. Menjelaskan pengertian teknik pembelajaran
5. Menjelaskan pengertian taktik pembelajaran
6. Membedakan empat jenis model pembelajaran menurut Joice and Weil
7. Menjelaskan pengertian disain pembelajaran

MATERI

Pada bagian ini akan dibahas beberapa istilah dalam pembelajaran yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut antara lain adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi
pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran;
dan (6) model pembelajaran (Sudradjat), serta (7) disain pembelajaran. Posisi hierarkis dari
masing-masing istilah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

d
Disain
pembelajaran

33
Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencapai hasil pembelajaran yang
maksimal. Yaitu semakin digunakannya berbagai pendekatan pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, model
pembelajaran dan disain pembelajaran. Sebagaimana digambarkan di bawah ini,
pencapaian hasil pembelajaran siswa semakin meningkat seiring dengan semakin
kompleks dan optimalnya kombinasi berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
model, dan disain pembelajaran yang digunakan, untuk mendapatkan hasil belajar yang
optimal.

The Learning Pyramid


Average
Retention Rate
Lecture 5%
Reading 10%
Audiovisual 20%
Demonstration 30%
Discussion group 50%
Practice by doing 75%
Teach others 80%
National Training Laboratories, Bethel, Maine, USA

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan pembelajaran merujuk pada peristiwa tentang terjadinya suatu proses


yang sifatnya masih sangat umum, yang didalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari rancangan keaktifan antara guru-siswa, pendekatan pembelajaran dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).

34
The Continuum of Teacher-Student Centred

Teaching orientation
Responsibility of teacher
Participation and

Learning orientation

Didactic Self-study
Lecture
Participation and responsibility of student

B. STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran diartikan sebagai cara-cara, sehinga terwujud suatu -urutan


langkah prosedural yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran yang optimal. Degeng (1997),
mengutarakan bahwa, strategi pembelajaran dapat dipilah menjadi tiga bagian yaitu
strategi pengorganisasian, strategi penyampaian isi pembelajaran, dan strategi pengelolaan
pembelajaran.
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran, mengacu pada penataan cara-cara
pengurutan isi bidang studi (mata pelajaran) agar terjadi keterkaitan antara topik satu
dengan topik yang lain yang terdapat dalam bidang studi tersebut. Keterkaitan antara topik
yang satu dengan topik yang lain akan lebih memberikan makna pada siswa. Strategi
penyampaian isi pembelajaran, mengacu pada cara-cara untuk menentukan metode
pembelajaran sekaligus untuk merespon masukan siswa serta penataan cara-cara
menentukan bentuk belajar mengajar. Strategi pengelolaan pembelajaran, mengacu pada
penataan cara-cara untuk terjadinya suatu interaksi antara siswa dengan guru dan dengan

35
komponen strategi lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penjadwalan, pembuatan
catatan kemajuan belajar siswa, pengelolaan motivation, serta kontrol belajar (Merrill).

POSISI STRATEGI
PEMBELAJARAN

ANALISIS
SUMBER STRATEGI
BELAJAR PENATAAN
(BUKU/MEDIA)
PENETAPAN
ANALISIS TUJUAN/ STRATEGI PENGUKURAN
KOMPETENSI KOMPETENSI PENGELOLAAN HASIL
& ISI (JADWAL/KELAS)

ANALISIS
SISWA
STRATEGI
PENYAMPAIAN
(METODE)

Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu


kegiatan mengatur kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata
lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode
adalah “a way in achieving something” (Senjaya, W.: 2008). Dikatakan begitu, karena
dalam strategi terdapat empat unsur sebagai berikut: (1) menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik;
(2) mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang

36
paling efektif; (3) mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimum
ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN: Mengacu pada pola


dominasi keaktifan orang2 yang terlibat didalamnya.
Dikenal ada dua dari sisi keaktifan guru siswa, dikenal
sebagai: (teacher centered dan learner centered).
Kooperatif dan kolaboratif masuk sebagai sub
pendekatan learner centered.

STRATEGI PEMBELAJARAN: Mengacu pada tata cara


penyiapan dan pelaksanaan pembelajaran, sehingga
dikenal ada 3 strategi yaitu: strategi penataan isi,
strategi pengelolaan, dan strategi penyampaian.

METODE PEMBELAJARAN: Mengacu pada satuan


cara mengajar misal : diskusi, ceramah, tanya jawab,
penugasan, pencarian, demonstrasi, dll.

C. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara (dari berbagai macam
cara) yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
metode pembelajaran, baik sendiri, maupun dikombinasi dengan motode lainnya, yang
dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1)
ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) permain, dan sebagainya.

1. Metode ceramah

Yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi.
Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu
terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus,
dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu
melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan
pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),

37
transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD,
tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta


dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu.
Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi
dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah;
dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.
Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,
peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan
merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah
membuat perubahan pada rana keterampilan.

3. Metode diskusi

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman


diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan).
Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk
meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil
diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan
berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,
permainan, dan lain-lain.

4. Metode diskusi kelompok

Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara
tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai
perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak
berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah
mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik
mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno.

38
Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan
lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

5. Metode simulasi

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan
ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini
memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum
melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi
penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam
simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi
kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan
simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok
dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar
akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam
contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi,
peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas
yang benar-benar akan dilakukannya.

6. Metode pengalaman lapangan

Metode ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di
‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode
ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga
dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode
praktek adalah pengembangan keterampilan.

7. Metode curah pendapat (brain storming)

Metode brain storming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan
diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau

39
tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang
lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi
(kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk
menjadi pembelajaran bersama.

8. Bermain peran (roll playing)

Pada prinsipnya roll playing merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran


yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan,
yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap .
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan
kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.
Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan
pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

9. Permainan (games)

Metode ini populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau
penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan
dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan
juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan
antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar
dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar).
Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana
gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan
sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar
permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami
sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang
mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi
adalah rana sikap-nilai.

40
D. TEKNIK PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas dapat dijabarkan ke dalam


teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang
relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas
yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini,
guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

E. TAKTIK PEMBELAJARAN

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan


metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua
orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi yang kurang memiliki sense of humor, lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).

F. MODEL PEMBELAJARAN

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
teknisi pembelajaran (guru) mengikuti apa yang telah dirancang oleh teknolog
pembelajaran baik oleh perancang/ahli pembelajaran atau oleh guru sendiri.

41
TEKNIK MENGAJAR: Mengacu pada cara-cara
mengajar untuk mendapatkan hasil atau maksud tertentu
dengan mengupayakan atau memanfaatkan segala taktik
yang dikuasainya (misal mengajak anak dalam suasana
tertentu untuk mendapatkan suasana emosi tertentu).

TAKTIK MENGAJAR: Mengacu pada persatuan cara


mengajar untuk membangkitkan efek tertentu dalam
serangkaian kegiatan pembelajaran (misal menggunakan
nyanyian, analogi-analogi, dll).

MODEL PEMBELAJARAN: Adalah tata kelola urutan


pembelajaran, yang telah dibuat oleh seseorang/
organisasi, yang harus diikuti jika mau menggunakannya,
tidak boleh memodifikasi atau mengadaptasinya untuk
tetap menggunakan nama model tersebut.

Model pembelajaran, merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu


pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang telah dirancang oleh seorang atau
kelompok, yang dapat diikuti langkah-langkah dan persyaratannya oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran.
Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan
model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model
pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran pemrosesan/pengolahan
informasi; (2) rumpun model pembelajaran personal-humanistik; (3) rumpun model
pembelajaran interaksi sosial; dan (4) rumpun model pembelajaran modifikasi perilaku.

1. Rumpun model pembelajaran pemrosesan/pengolahan informasi.

Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari


prinsip- prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana
manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa
model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta
didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar
menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya

42
berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan
pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis. Jenis model-
model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini adalah
seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 1. Model- Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi

Nama Model
No. Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran
1 Berpikir Induktif Hilda Taba Ditujukan secara khusus untuk
pembentukan kemampuan berpikir
induktif yang banyak diperlukan dalam
kegiatan akademik meskipun diperlukan
juga untuk kehidupan pada umumnya.
Model ini memiliki keunggulan
melatihkan kemampuan menganalisis
informasi dan membangun konsep yang
berhubungan dengan kecakapan berpikir.
2. Pembentukan Jerome Dirancang terutama untuk pembentukan
konsep Bruner, kemampuan berpikir induktif, peserta
Goodnow, didik dilatih mempelajari konsep secara
dan Austin efektif.
3 Latihan inkuari Richard Sama dengan model berpikir induktif,
Suchman model ini ditujukan untuk pembentukan
kemampuan berpikir induktif yang
banyak diperlukan dalam kegiatan
akademik meskipun diperlukan juga
untuk kehidupan pada umumnya.
4 Perkembangan Jean Piaget, Dirancang terutama untuk pembentukan
kognitif Irving Sigel, kemampuan berpikir/pengembangan
Edmun intelektual pada umumnya, khususnya
Sullivan, berpikir logis, meskipun demikian
Lawrence kemampuan ini dapat diterapkan pada
dan kehidupan sosial dan pengembangan
Kohlberg moral.
5 Advance David Dirancang untuk meningkatkan
organizer Ausubel kemampuan mengolah informasi melalui
penyajian materi beragam (ceramah,
membaca, dan media lainnya) dan
menghubungkan pengetahuan baru
dengan struktur kognitif yang telah ada.
6 Mnemonics Pressley, Strategi belajar untuk mengingat dan
Levin, mengasimilasi informasi.
Delaney

43
2. Rumpun model-model Pribadi/individual

Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model personal-


humanistik menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini
menekankan pada proses dalam “membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi
realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran
rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran
ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan
lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.

Tabel 3.2. Model-Model Pembelajaran Personal-Humanistik

Nama Model
No. Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran
1 Pengajaran Non Carl Rogers Penekanan pada pembentukan
Direktif kemampuan belajar sendiri untuk
mencapai pemahaman dan penemuan diri
sendiri sehingga terbentuk konsep diri.
Model ini menekankan pada hubungan
guru-peserta didik.
2. Latihan Fritz Perls Pembentukan kemampuan menjajagi dan
Kesadaran William menyadari pemahaman diri sendiri.
Schutz
3 Sinektik William Pengembangan individu dalam hal
Gordon kreativitas dan pemecahan masalah
kreatif.
4 Sistem David Hunt Didisain untuk meningkatkan
Konseptual kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.
5 Pertemuan kelas William Pengembangan pemahaman diri dan
Glasser tanggungjawab pada diri sendiri dan
kelompok sosial lainnya.

3. Rumpun model-model Interaksi Sosial

Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan


hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model ini memfokuskan
pada proses di mana realitas adalah negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam
kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar

44
dalam masyarakat secara produktif. Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan
pengembangan pikiran (mind) diri sebagai pribadi dan materi keakademisan. Jenis-jenis
model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial adalah seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Rumpun model-model Interaksi Sosial

Nama Model
No. Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran
1 Kerja Herbert Thelen Mengembangkan keterampilanketerampilan
kelompok. John Dewey untuk berperan dalam kelompok yang
(investigation menekankan keterampilan komunikasi
group) interpersonal dan keterampilan inkuari
ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi
merupakan hal yang penting dari model ini.
2. Inkuari Sosial Byron Pemecahan masalah sosial, utamanya
Massialas melalui inkuari ilmiah dan penalaran logis.
Benjamin Cox
3 Jurisprudential National Pengembangan keterampilan interpersonal
Training dan kerja kelompok untuk mencapai,
Laboratory kesadaran, dan fleksibilitas pribadi.
Bethel, Maine Didisain utama untuk melatih kemampuan
Donald Oliver mengolah informasi dan menyelesaikan isu
kemasyarakatan dengan kerangka acuan
James
atau cara berpikir Jurisprudensial (ilmu
P.Shaver tentang Hokum-hukum manusia).
4 Role playing Fannie Shaftel Didisain untuk mengajak peserta didik
(Bermain George Shafted dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan
peran) sosial melalui tingkah laku mereka sendiri
dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari
penyelidikan itu
5 Simulasi Sosial Sarene Didisain untuk membantu pengalaman
Boocock, peserta didik melalui proses sosial dan
realitas dan untuk menilai reaksi mereka
terhadap proses-proses sosial tersebut, juga
untuk memperoleh konsep-konsep dan
keterampilan-keterampilan pengambilan
keputusan.

4. Rumpun Model-model Perilaku


Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang
mengacu pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau
perilaku terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan

45
lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif
sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Adapun jenis-jenis model
pembelajaran perilaku adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4. Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku

Nama Model
No. Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran
1 Contingency B.F. Skinner Fakta-fakta, konsep-konsep dan
Management Keterampilan
(manajemen dari akibat
/ hasil perlakuan)
2 Self Conrol B.F. Skinner Perilaku sosial/ keterampilan-keterampilan
3 Relaksasi Rimm & Tujuan-tujuan pribadi
Masters
Wolpe
4 Stress Reduction Rimm & Cara relaksasi untuk mengatasi
(pengurangan stres) Masters kecemasan dalam situasi sosial
5 Assertive Training Wolpe, lazarus, Menyatakan perasaan secara
(Latihan Salter langsung dan spontan dalam
berekspresi) situasi sosial
6 Desensititation Wolpe Pola-pola perilaku, keterampilan–
keterampilan
7 Direct training Gagne Pola tingkah laku, keterampilan-
Smith & Smith keterampilan.

G. DESAIN PEMBELAJARAN

Selanjutnya akan dibahas hal desain pembelajaran yang sering didefinisikan


sebagai prosedur yang terorganisir dimana tercakup langkah-langkah dalam menganalisis,
mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan dan mengadakan evaluasi. Twerlker,
Urbach dan Buck (dalam Suparman, 1997:30) mendefinisikan desain pembelajaran
(instructional design) sebagai cara yang sistematik untuk mengidentifikasi,
mengembangkan , dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi belajar dengan maksud
mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut AT&T (dalam Suparman, 1997:30) menyatakan
pula bahwa desain pembelajaran atau desain instruksional sebagai suatu penatalaksanaan

46
(resep) dalam menyusun kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan belajar
tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa desain pembelajaran
lebih memperhatikan pada pemahaman, improvisasi dan penerapan metode-metode
instruksional. Lebih lanjut Reigeluth (1983), menyatakan bahwa desain instruksional atau
desain pembelajaran lebih memperhatikan pada pemahaman, pengubahan dan
penerapannya metode-metode pembelajaran. Hal ini mengarahan kita bahwa sebagai
seorang professional, maka kita mempunyai tugas untuk memilih dan menentukan metode
apa yang dapat dipergunakan untuk mempermudah penyampaian bahan ajar agar dapat
diterima dengan mudah oleh siswa, salah satunya adalah dengan cara mengelaborasi materi
pembelajaran.
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, desain pembelajaran lebih merujuk kepada cara-cara merencanakan
suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkannya penggunaan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah dan ukuran rumah yang hendak
dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing
akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah
menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang
diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya,
mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibangun.
Reigeluth (1983) mencontohkan bagaimana mendesain pembelajaran dengan teori
elaborasi. Teori elaborasi merupakan proses instruksional yang dimulai dengan
mengadakan overview yang mengajarkan ide-ide secara umum sederhana dan mendasar
(tetap bukan abstrak). Cara pengorganisasian seperti ini (dari umum ke detail) akan
mengarahkan siswa untuk belajar terhadap perkembangannya. Siswa akan selalu sadar
akan konteks dan pentingnya perbedaan topik yang dipelajarinya serta pentingnya
hubungan anatara topik yang telah dipelari (Merril dan Twitchell, 1994 : 81-82).

47
Prinsip-prinsip elaborasi adalah sebagai berikut: (1) Initial synthesis principle/
penyajian epitome di awal-awal pembelajaran; (2) Gradual elaboration principle/
pengaturan secara gradual dari urutan yang dibentuk (general detailed atau simple
complex); (3) Introductory familiarization principle/ pengturan disesuaikan dengan hal-hal
yang telah diketahui oleh siswa; (4) “Most important first” principle: pengaturan yang hal-
hal yang dianggap paling penting, ditempatkan pada awal-awal pertemuan; (5) Optimal
Size Principle/ fakta-fakta, konsep dan prosedur dapat dikenal atau diketahui dengan
mudah oleh siswa, dimana hal tersebut disintesis melalui proses pembelajaran
(berhubungan dengan short-term memory); (6) Periodic Synthesis Principle/ bahan ajar
disintesis dan ditunjukkan di setiap akhir pembelajaran (menunjukkan hubungan yang
lebih detail dari suatu epitome); (7) Periodic Summary Principle/ penunjukkan rangkuman
diakhir setiap akhir bahan ajar; (8) Type of synthesizer principle/ sintesis bahan ajar
disesuaikan dengan kondisi yang ada, seperti struktur konseptual untuk isi konseptual,
struktur teoritis untuk isi teoritis dan struktur prosedural untuk isi prosedural.
Sedangkan komponen yang harus ada dalam strategi elaborasi, adalah: (1) a special
type of simple-to-complex sequence; (2) learning-prerequisite sequences; (3) summarizer;
(4) synthesizers/ mengkait-kaitkan antara satu bahan ajar dengan bahan ajar lain; (5)
analogies; (6) cognitve-strategy activator; (7) a leaner-control format.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model
pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik
maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya.
Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar
pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran
sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif
mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan

48
kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul
model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

H. PERTANYAAN EVALUATIF
1. Jelaskan perbedaan antara pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2. Jelaskan keterkaitan antara strategi pengorganisasian, strategi penyampaian isi
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
3. Jelaskan pengertian strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
4. Sebutkan perbedaan antara strategi dan pendekatan pembelajaran.
5. Jelaskan berbagai macam metode pembelajaran.
6. Sebutkan perbedaan antara metode dan strategi.
7. Jelaskan pengertian teknik pembelajaran.
8. Jelaskan pengertian taktik pembelajaran.
9. Sebutkan perbedaan atara teknik dan taktik pembelajaran.
10. Sebutkan empat jenis model pembelajaran menurut Joice and Weil.
11. Jelaskan pengertian disain pembelajaran.
12. Sebutkan perbedaan antara strategi pembelajaran dan desain pembelajaran.

49
50
MODEL-MODEL

3 PEMBELAJARAN YANG
EFEKTIF

EPITOME

DEFINISI CTL
PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
A /CTL KOMPONEN CTL
M
O
D DEFINSI PAKEM
E
B PAKEM
L
KOMPONEN PAKEM
P
E GROUP INVESTIGATION
M PEMBELAJARAN
C KOOPERATIF MURDER
B
E
STAD
L.

Y PEMBELAJARAN PENGERTIAN TBL


A BERBASIS
D
N TUGAS
KARAKTERISTIK TBL
G

E
F PENGERTIAN PBL
PEMBELAJARAN
E
E BERBASIS
K CIRI-CIRI PBL
MASALAH
T
I
F
CONTOH LANGKAH
F LANGKAH MODEL
PEMBELAJARAN

50
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan komponen-komponen model pembelajaran kontekstual.


2. Menjelaskan ciri-citi PAKEM
3. Menjelaskan macam-macam pendekatan pembelajaran Kooperatif
4. Menjelaskan karatreitik pembelajaran berbasis tugas
5. Menjelaskan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah
6. Menerapkan salah satu contoh model pembelajaran dalam kegiatan PBM

A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING


LEARNING/CTL)

Dalam Kegiatan Belajar 2 ini, Anda dapat membaca suatu sistem pembelajaran yang
dikenal sebagai Pembelajaran Konstekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning).

1 Definisi CTL

Apakah sebenarnya CTL? Marilah kita telaah beberapa definisi CTL unuk memahami
proses pembelajaran ini lebih baik. Menurut Sears (2001), Contextual Teaching and Learning
adalah suatu konsep yang membantu guru menghubungkan mata pelajarannya dengan situasi
dunia nyata. Sedangkan Johnson (2003) mendefinisikan CTL sebagai suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa memahami makna yang ada pada bahan
ajar yang mereka pelajari dengan menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan dalam
sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan kultural. Untuk mencapai
tujuan ini, sistem ini mencakup 7 komponen: membuat hubungan yang bermakna, melahirkan
kegiatan yang signifikan, belajar sendiri secara teratur, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif,
mencapai standart tinggi, dan menggunakan penilaian otentik.

Ada definisi lain dari Departemen Pendidikan Amerika Serikat:Contextual Teaching


and Learning adalah suatu konsep mengajar dan belajar yang membantu guru
menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya dengan situasi nyata yang dapat
51
memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan
kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai anggota
masyarakat dimana dia harus hidup (US Department of Education, 2001).

Apakah Anda sudah memahami ketiga definisi di atas? Tentunya Anda sependapat
dengan penulis bahwa sebenarnya ketiga definisi ini tidak ada yang bertentangan, bukan ?
Marilah kita telaah komponen-komponen yang bisa saling berkaitan membentuk sistem
pembelajaran.

2. Komponen CTL

Sebelum Anda membaca perhatikan gambar peta konsep CTL berikut. Walau terdiri
dari Komponen-komponen, namun pembelajaran ini merupakan suatu system pemelajaran
yang utuh.

CTL merupakan suatu system pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Dengan menerapkan CTL dalam kegiatan belajar mengajar baik guru maupun
siswa terbantu untuk mampu menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan
nyata siswa.

52
Dari hasil ujicoba dan beberapa penelitian terindikasi bahwa pembelajaran CTL dapat
meningkatkan interaksi belajar di kelas, membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar, dan
siswa lebih terlatih berpikir kritis.

Untuk memahami proses pembelajaran ini maka silahkan Anda membaca beberapa
komponen yang membentuk sistem pembelajaran kontekstual ini. Sebenarnya ada lebih dari
satu model CTL, namun yang dianut dan diadaptasi di Indonesia berasal dari School of
Education, University of Washington di Seattle.

Ada 7 (tujuh) komponen yang mendasari CTL. Berikut penjelasan singkat komponen-
komponen CTL yang berguna bagi Anda untuk lebih memahaminya.

Konstruktivisme

1. Membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru


berdasarkan dari pengalaman awal.
2. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar
bermakna.
3. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru yang bisa berubah.

Inquiri

1. Diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka untuk memahami suatu konsep.
2. Langkah-langkah yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menganalisa dan
merumuskan teori, baik secara individu maupun secara bersama-sama dengan teman
lainnya.
3. Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis.

Bertanya

1. Digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan


berpikir siswa.
2. Digunakan oleh siswa selama melakukan kegiatan berbasis Inquiri.

53
3. Digunakan oleh guru sebagai strategi agar siswa berani mengungkapkan kemampuan
memberikan jawaban/informasi.

Pemodelan

1. Berpikir dan memgungkapkan tentang proses belajar Anda sendiri.


2. Mendemonstrasikan bagaimana Anda menginginkan siswa untuk belajar.
3. Melakukan apa yang Anda inginkan agar siswa melakukan.

Komunitas Belajar

1. Berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain.


2. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran adalah lebih baik
dibandingkan dengan belajar sendiri.
3. Berdiskusi dan menggali informasi bersama tentang suatu objek.

Penilaian Otentik

1. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.


2. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan.
3. Penilaian produk atau kinerja.
4. Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
5. Proses dan produk dua-duanya dapat diukur.

Refleksi

1. Cara-cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.


2. Mengkaji dan merespon terhadap kejadian, kegiatan, dan pengalaman.
3. Mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru.
4. Dapat berupa dalam berbagai bentuk : jurnal, diskusi, maupun hasil karya seni.

Pembelajaran Kontektual dapat diterapkan di semua jenjang (SD/MI; SMP/MTs;


SMA/MA/SMK). Dalam penerapannya yang membedakannya adalah tingkat kesulitannya,
54
pokok bahasannya, dan jenis tugasnya. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
pembelajaran yang dapat diadaptasi disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dalam kegiatan
yang dikemas guru merupakan pengembang yang selalu menghubungkan bahan ajar dengan
kehidupan nyata pebelajar.

Keterampilan bertanya, memberi contoh/modeling, melakukan penilaian otentik, dan


melakukan refleksi akan mendidik siswa untuk berinteraksi aktif dan berpikir lebih kritis.
Pembelajaran kontekstual dari semua jenjang pendidikan dan untuk segala mata pelajaran.

B. PAKEM

Anda telah belajar tentang model Pembelajaran Kontekstual dalam Kegiatan Belajar
2. Sekarang Anda akan belajar tentang PAKEM. Apa yang Anda ketahui tentang PAKEM?

1 Definisi PAKEM

PAKEM adalah pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang


mulanya merupakan pembelajaran yang dicanangkan di TK dan SD. Dengan adanya krisis
ekonomi beserta segala dampaknya maka desentralisasi atau otonomi daerah menuntu adanya
mutu pendidikan yang kompetitif. Salah satu upaya dalam otonomi ini adalah perlunya
perbaikan pada pendidikan awal ini di daerah masing- masing.

Pembelajaran di TK dan SD yang aktif dan kreatif menuntut banyak kegiatan praktek
dan siswa perlu bekerja dalam tim. Dengan kegiatan praktek dan bekerja dengan anggota tim
berarti siswa melakukan interaksi sosial. Apalagi bila program pendidikan tersebut
memanfaatkan lingkungan sekitar, siswa akan mengenal lingkungannya dan dapat
menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan dunia nyata. Oleh karena itu perlu ada
keseimbangan pembelajaran sebaiknya dilaksanakan di dalam dan di luar kelas.

Pembelajaran untuk anak usia TK dan SD perlu diperhatikan logika, praktika dan
estetika. Untuk itu penggunaan multimedia akan menunjang keberhasilan belajar. Komponen
utama PAKEM antara lain tersediannya kurikulum dan perangkatnya, sarana dan prasarana
yang cukup. Selain itu ada sumber daya manusia yang cukup profesional dan sistem

55
manajemen yang baik. Standarisasi mutu pendidikan dilakukan secara berkelanjutan untuk
menghadapi tuntutan lokal, nasional, dan global.

Pada saat ini banyak SD yang telah melaksanakan PAKEM, antara lain sekolah yang
TK-SD nya satu atap atau satu lokasi. Dengan adanya TK menjadi satu atap dengan SD
berarti juga dapat menaikkan layanan pendidikan. Jumlah TK-SD nya satu atap sudah lebih
kreatif dan efektif serta merupakan sekolah percontohan yang juga disebut sebagai SD
Rujukan, SD Model, dan Sekolah Dasar Koalisi.

Dalam kenyataanya PAKEM tidak hanya untuk pendidikan awal, karakteristik yang
ada dalam pembelajaran ini juga tercakup dalam model pembelajaran di tingkat menengah
dan tinggi. Ciri-ciri umum dari pembelajaran yang baik berlaku untuk semua jenjang dan
semua bidang studi. Dalam pelaksanaanya kita memiliki dan memilah mana yang cocok
untuk matapelajaran kita dan sesuai dengan kebutuhan saat itu berdasarkan tujuan untuk
mencapai kompetensi atau ketrampilan apa.

2 Ciri-ciri PAKEM

Model pembelajaran yang bercirikan PAKEM adalah pembelajaran yang mendorong


peserta didik aktif secara fisik, sosial dan mental untuk memahami dan mengembangkan
kecakapan hidup. Pembelajaran ini menuntut guru dan siswa aktif.

Guru aktif :

* memantau kegiatan belajar siswa

* memberi umpan balik sesuai kebutuhan

* mengajukan pertanyaan yang menantang dan membuat siswa berpikir

* mempertanyakan gagasan siswa dengan mengemukakan alasan.

Adapun siswa aktif bila bisa:

* membangun konsep dan apa yang sudah diketahui

* bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami

56
* mengemukakan gagasan sendiri atau kelompok

* mempertanyakan gagasan baru

* melakukan kegiatan yang ada hubungannya dengan pokok bahasan yang ada

Pembelajaran ini, perlu guru yang kreatif, antara lain dapat:

* mengembangkan kegiatan yang menarik dan bervariasi

* membuat alat bantu belajar disamping alat yang sudah ada

* memanfaatkan lingkungan untuk dikaitkan dengan bahan ajar/ilmu yang didapat


dalam kelas.

Sedangkan siswa yang kreatif adalah siswa yang dapat:

* merancang/membuat sesuatu secara mandiri atau kelompok

* menulis/mengarang atau melaporkan apa yang dihasilkan sebagai pemerolehan belajar


yang dikembangkan.

Pembelajaran ini efektif bila dapat mencapai potensi yang telah dirumuskan atau mencapi
tujuan pembelajaran dan siswa memperoleh atau mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pembelajaran yang menyenangkan, tidak membuat anak takut:

* takut salah, takut ditertawakan, dan takut dianggap sepele

Pembelajaran menyenangkan bila pembelajaran membuat anak:

* berani mencoba/berbuat sesuatu yang sesuai keinginan;

* berani bertanya bila kurang paham atau ingin tahu lebih banyak;

* berani mengemukakan pendapat/gagasan, serta

* berani mempertanyakan gagasan orang lain.

PAKEM harus didukung oleh guru yang:

* terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa

57
* menghormati pendapat siswa

* memberikan umpan balik

* mendorong siswa untuk maju

* menumbuhkan percaya diri siswa

* membiarkan siswa untuk mencoba sebelum membantu

* tidak suka mengejek

* membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat siswa lain

* mentoleransi kesalahan dan mendorong keneranian siswa untuk mengkoreksi

PAKEM menciptakan lingkungan kelas yang kondusif untuk belajar, misalnya:

* terdiri dari sumber belajar, buku-buku, objek nyata,media, dan pekerjaan siswa yang
bervariasi

* menyediakan materi dan perlengkapan pembelajaran

* menyediakan meja dan kursi yang nyaman

* mempunyai ‘pojok baca’

Model pembelajaran di atas adalah contoh dari penerapan pembelajaran yang aktif,
kreatif dan menyenangkan bagi siswa maupun guru di taman kanak-kanak. Anda bisa
menyesuaikan dengan mata peljaran yang Anda ampu di tingkat yang berbeda sesuaidenga
kebutuhan maupun karakter siswa. Anda bisa melihat pengembangan model penilaian dan
evaluasi maupun pengembangn media secara lebih lanjut pada materi modul yang lain.
Selamat mencoba dan menjadi guru yang aktif,kreatif dan juga menyenangkan bagi siswa-
siswa Anda.

PAKEM adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa dan guru untuk
aktif dan kreatif. Model pembelajaran ini juga bertujuan agar kegiatan di kelas menjadi
efektif dan juga menyenangkan. Model pembelajaran yang bercirikan PAKEM adalah
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk aktif secara fisik, sosial dan mental untuk
memahami dan mengembangkan kecakapan hidup.

58
C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengacu pada pendekatan


pembelajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu
dalam belajar. Banyak terdapat variasi dalam pendekatan kooperatif yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (Slavin, 1995) dan ada yang menggunakan
ukuran kelompok yang berbeda (Cohen, 1994; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992;
Sharan & Sharan, 1992). Dalam kelompok tersebut, siswa dilatih keterampilan-keterampilan
khusus untuk membantu mereka bekerjasama, sebagai pendengar yang baik, memberikan
penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik dan benar.

Menurut Slavin (1995), pendekatan pembelajaran kooperatif dapat dibedakan atas dua
kategori besar. Satu kategori dapat disebut pendekatan belajar kelompok (group study
method), dimana siswa terutama bekerjasama saling membantu mempelajari informasi atau
keterampilan yang relatif telah didefinisikan dengan baik, yang oleh Cohen (1994) disebut
well structure problems. Kategori yang lain disebut pembelajaran berbasis proyek (project
based learning), yang oleh Stern (1996) disebut sebagai active learning. Pendekatan
pembelajaran berbasis proyek melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun
suatu laporan, percobaan, atau proyek yang lain. Metode pembelajaran berbasis proyek
(seperti dibahas oleh Krajcik: 1994, dan Sharan: 1992) memusatkan pada masalah-masalah
yang belum tersusun dengan baik (ill structure problems).

Teknik-teknik pembelajaran kooperatif memiliki landasan teoretik menurut perspektif


filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan psikologi behavioristik. Teknik Group
Investigation (GI) misalnya, memiliki landasan filosofi John Dewey, teknik MURDER
memiliki landasan psikologi kognifif, teknik MURDER memiliki landasan psikologi sosial,
dan teknik STAD memiliki landasan psikologi behavioristik (Jacob: 1996). Masing-masing
teknik memiliki ciri khas sehingga diduga akan memberikan dampak berbeda terhadap proses
dan hasil belajar siswa.

59
Teknik kooperatif Group Investigation didasari oleh gagasan John Dewey tentang
pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata. (Jacob: 1996). Dewey mengungkapkan
bahwa: (a) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (b) belajar hendaknya didasari oleh
motivasi intrinsik, (c) pengetahuan bersifat tidak tetap; (d) aktivitas belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minat siswa; (e) belajar saling memahami satu sama lain; (f) belajar tentang
dunia nyata. Gagasan Dewey dikembangkan oleh Herbert, bahwa kelas merupakan miniatur
demokrasi untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi (Arends, 1998). Kerja
kelompok-kelopok kooperatif yang dilukiskan oleh Dewey dan Thelan memberikan dampak
melampaui hasil belajar akademik (Arends, 1998). Dalam diskusi kelopok kooperatif
diutarakan keterlibatan higher order thinking, learning by doing, membangun motivasi
intrinsik, mengutamakan pilihan siswa, memperlakukan siswa sebagai orang yang
bertanggung jawab, pertanyaanpertanyaan terbuka, saling menghormati, dan membangun
konsep diri yang positif (Jacob: 1996).

Teknik kooperatif MURDER (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review)


didasari oleh perspektif psikologi kognitif. Fokus dari perspektif ini adalah bagaimana
manusia memperoleh, menyimpan, dan memproses apa yang dipelajarinya dan bagaimana
proses berpikir dan belajar itu terjadi. Piaget dan Vygotsky sebagai tokoh dalam psikologi
kognitif menekankan bahwa interaksi dengan orang lain adalah bagian penting dalam belajar
(Jacob, 1999). Teknik MURDER menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok
beranggotakan empat orang. Pasangan dyad secara verbal mengemukakan, menjelaskan,
memperluas, dan mencatat ide-ide utama dari teks. Proses ini memperkuat siswaan melalui
langkah-langkah pendeteksian, pengulangan, dan pengelaborasian (Jacob: 1996).
Langkah-langkah tersebut memerlukan keterampilan memproses informasi, menuntut
keterlibatan metakognisi, dan membuat keputusan secara rasional.

Teknik kooperatif Student Team-Achievement Divisions (STAD) memiliki landasan


konseptual menurut psikologi behavioristik (Jacob: 1996). Teknik STAD dikembangkan oleh
Robert Slavin di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995). Praktek-praktek kerja kelompok

60
kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Teknik kooperatif STAD memiliki ciri-ciri:
(a) lebih menekankan motivasi ekstrinsik, (b) tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, (c)
memandang semua siswa secara seragam, (d) mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur
dengan tes obyektif, (e) berorientasi pada hasil, (f) dosen memutuskan apa yang akan
dipelajari siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari oleh siswa.

Berdasarkan komparasi secara teoretik terhadap ketiga teknik belajar kooperatif


tersebut, dapat dikatakan bahwa masing-masing akan memberikan dampak yang berbeda
terhadap proses belajar dan hasil belajar. Bertolak dari indikator-indikator berikut: (a)
pengetahuan keteknikan bersifat tidak tetap, (b) kebebasan adalah unsur utama dalam belajar
keteknikan, (c) belajar keteknikan melibatkan pendekatan mind-on dan hand-on, (d) belajar
keteknikan menghendaki kerja siswa secara kooperatif, dan (e) belajar keteknikan tidak
terlepas dari dunia nyata.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membandingkan pembelajaran


kooperatif dengan metode mengajar konvensional (kompetitif), hasilnya secara konsisten
menunjukkan keunggulan pembelajaran kooperatif: (a) penggunaan sepanjang tahun metode
pembelajaran kooperatif terbukti memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada siswa
yang diorganisasi secara kompetitif (Stevens, 1995); (b) siswa dalam kelompok kooperatif
yang diajarkan keterampilan komunikasi dan memberi bantuan (Webb, 1995), atau diajarkan
setrategi strategi pembelajaran kognitif (Fantuzzo, 1992) belajar lebih baik dari pada siswa
dari pada kelompok biasa; (c) siswa yang memberikan penjelasan luas dan mendalam atau
ekstensif kepada siswa lain, belajar lebih baik dari pada siswa yang memberikan atau
menerima jawaban pendek atau tidak menjawab (Nattiv, 1994; Webb, 1994); (d) ada
pengaruh yang nyata pada tujuan-tujuan level-tinggi (Sharan, 1988); (e) di samping hasil
belajar ranah kognitif, pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh positif pada sejumlah
hasil belajar seperti meperbaiki hubungan antar kelompok, percaya diri, dan sikap terhadap
sekolah (Slavin, 1995).

Di samping itu, pembelajaran kooperatif juga memiliki manfaat lain, di antaranya


adalah: (a) mampu meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (b) rasa harga diri menjadi
61
lebih tinggi; (c) memperbaiki kehadiran; (d) perilaku mengganggu kelas berkurang; (e)
konflik antar pribadi dan sikap apatis berkurang; (f) pemahaman lebih mendalam; (g)
motivasi lebih besar; (h) hasil belajar lebih tinggi; (i) retensi lebih lama; dan (j) meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi (Luridgren, 1994).

Menurut Slavin (1995), hasil yang unggul tersebut, dapat terjadi sepanjang dua
kondisi dipenuhi. Dua kondisi tersebut adalah: (a) berbagai bentuk pengakuan atau ganjaran
kecil harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik, sehingga anggota kelompok itu
dapat melihat bahwa menjadi kepentingan mereka bersama untuk membantu belajar
teman-teman dalam kelompok mereka; (b) harus ada tanggung jawab individual. Artinya,
keberhasilan kelompok itu harus ditentukan oleh hasil belajar individual dari seluruh anggota
kelompok.

Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, diperlukan pendekatan yang


inovatif Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif, dengan memanfaatkan
media internet sebagai pengaktif. Fokus kegiatan ini adalah merancang suatu bahan ajar yang
isinya mengadaptasi dari bahan ajar yang sudah ada, namun organisasinya bercirikan model
pembelajaran kooperatif, yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi, saling
membantu, bekerjasama, baik dalam rangka mencapai perolehan kuantitas isi/materi, dan
ke-up to date-an informasi (pencapaian akademik) maupun peningkatan wawasan
kerjasama/kooperatif (pencapaian sosial).

D. PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS, (TASK-BASED LEARNING)

Sekarang kita tiba pada Kegiatan belajar ke 5, dan kita akan membahas Task-Based
Learning, atau yang biasa disingkat sebagai TBL. Model pembelajaran TBL ini banyak
digunakan dalam pembelajaran bahasa, tetapi bukan berarti tidak dapat digunakan dalam
pembelajaran mata pelajaran lain. Dalam kegiatan belajar ini kita akan membahas
penggunaan TBL dalam pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa asing, serta
62
seni dan desain. Dalam latihan-latihan yang harus Anda kerjakan, Anda diharapkan
menyesuaikan dengan mata pelajaran yang Anda ampu.

1 Apakah TBL?

Task-based Learning pada prinsipnya adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penyelesaian tugas (task) yang harus dikerjakan siswa. Dengan demikian, TBL berpusat pada
siswa (student-centered), dan banyak menggunakan kerja kelompok (group work).

Sebelum kita membahas TBL lebih lanjut, sebaiknya kita paham dulu, apakah
ynag dimaksud dengan tugas, atau task. Secara umum, definisi task adalah sebagai berikut:
task adalah hasil akhir dari sebuah proses yang direncanakan dengan baik (dari
http://www.onestopenglish.com)

2 Karakteristik TBL

Nunan (2004) dalam bukunya Task-Based Language Teaching mengutip


beberapa penulis yang menjelaskan pengertian TBL. Salah satunya adalah Skehan (1998)
yang menyebutkan 5 karakteristik TBL sebagai berikut:

 makna adalah fokus utama dalam TBL


 pebelajar tidak diberi makna orang lain untuk dipahami/direka ulang
 harus ada hubungan antara task yang diberikan dengan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari
 penyelesaian task mendapatkan prioritas
 asesmen task diberikan dari segi hasil/produk

Nunan juga mengutip beberapa penulis lain, yang membagi task menjadi dua
jenis, yaitu target task dan pedagogical task. Long mendefinisikan target task, atau real-
world task, sebagai "suatu pekerjaan yang dikerjakan untuk diri sendiri atau orang lain
dengan atau tanpa dipungut bayaran."

63
Pedagogical task, atau tugas pedagogis, menurut Long (1985), adalah suatu
kegiatan atau tindakan yang dilakukan sebagai hasil dari pemahaman atau pemrosesan
bahasa. Lebih lanjut, Breen (1987, dalam Nunan, 2004) menyatakan bahwa tugas pedagogis
adalah "sebarang kegiatan belajar bahasa yang terstruktur, yang memiliki tujuan, isi yang
sesuai, dan prosedur kegiatan yang jelas, serta serangkaian hasil yang diharapkan dari orang
yang mengerjakan tugas tersebut".

E. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


(PROBLEM-BASED LEARNING)

1 Definisi Problem-Based Learning (PBL)

Kegiatan Belajar terakhir dalam modul ini adalah model pembelajaran Problem-Based
Learning, yang untuk seterusnya disingkat PBL. Sebagaimana model-model yang dijelaskan
terdahulu, PBL juga dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran; seperti juga TBL, PBL
mengutamakan kerja kelompok, dan peningkaan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut
Howard Barrows dan Ann Kelson (1985), PBL merupakan kurikulum dan sekaligus proses.
Kurikulum terdiri dari masalah/problem yang dipilih dan didesain dengan cermat. Masalah-
masalah tersebut menuntut pebelajar untuk menguasai keterampilan berpikir kritis,
memecahkan masalah, strategi belajar mandiri, dan partisipasi kelompok.

Segi proses meniru apa yang ada dan terjadi di lapangan, dan menggunakan
pendekatan sistemik yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2 Ciri-ciri PBL

Stepien dan Gallagher (1993) serta Barrows (1985) menyebutkan 5 ciri PBL
sdebagai berikut:

1. kurikulum bersandar pada masalah – masalah tidak mengetes keterampilan,

64
melainkan membantu perkembangan keterampilan
2. masalah yang dikemukakan benar-benar tidak teratur – tidak ada satu pemecahan
yang paling tepat; dengan berjalannya waktu dan usaha , maka pemecahan
masalah akan ikut berubah
3. pebelajarlah yang memecahkan masalah – guru hanya pelatih dan fasilitator
4. pebelajar hanya diberi arahan tentang bagaimana memecahkan masalah – tidak
ada satu-satunya pendekatan yang paling tepat
5. asesmen otentik yang berdasar pada unjuk kerja merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran

Dengan ciri-ciri seperti di atas, maka tentunya terjadi prubahan peran guru dan
pebelajar; dalam PBL peran tersebut adalah sebagai berikut: pebelajar mempunyai tanggung
jawab lebih besar terhadap proses belajarnya sendiri, mempunyai motivasi dan rasa
keberhasilan yang lebih besar. Sedangkan guru mempunyai peran sebagai nara sumber, tutor,
evaluator, dan pembimbing dalam memecahkan masalah. Dalam menggunakan PBL
pebelajar mendapatkan pengetahuan dan menjadi terampil dalam memecahkan masalah dan
belajar mandiri.

Bagaimanakah contoh kegiatan pembelajaran yang menggunakan PBL? Berikut


adalah contoh dari mata pelajaran Bahasa Inggris.

Students are divided into groups of 4 or 5, then the teacher explains that they have to
discuss a solution to the following problem: the school will celebrate its 20th anniversary, and
there will be competitions on the best class garden. Their class have to design a garden, and
they have to be able to buy plants, flowers, pots, and other things with the class funds of only
Rp 150,000. They will have a 30 minute discussion time before they present the results of
their discussion and the plans of the solution.

Contoh berikutnya adalah dari mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Pebelajar dibagi ke dalam kelompok kecil 4 atau 5 orang, dan diberi instruksi
berikut:

65
Kamu sudah sering mendengar orang membacakan cerita bukan? Tentunya kamu
pernah mendengar pembaca cerita yang sangat menarik, namun ada juga pembaca cerita yang
kurang atau tidak menarik, sehingga pendengar tidak tergerak untuk menyimak cerita yang
dibacakan. Dalam kelompok, sekarang buatlah daftar hal-hal yang harus diperhatikan agar
seseorang dapat menjadi pembaca cerita yang menarik.

Contoh ketiga berikut ini adalah dari mata pelajaran Kesenian

Dalam topik kesenian terapan, pebelajar dibagi ke dalam kelompok 3 atau 4 orang,
dan diminta mendiskusikan pemecahan masalah berikut: sekolah akan mengadakan
pameran karya seni terapan dalam rangka Hari Kemerdekaan. Mereka diminta
mengumpulkan berbagai jenis karya seni terapan yang ada di sekolah dan rumah
masing-masing, kemudian memilah-milah karya-karya tersebut ke dalam kategori
asalnya, jenis, dan fungsinya. Para pebelajar diberi waktu satu minggu untuk
melakukannya, dan kemudian melaporkan hasilnya pada pertemuan berikut.

Selanjutnya, cobalah Anda temukan satu topik dalam mata pelajaran yang Anda
ampu, dan buatlah rancangan sederhana kegiatan belajar dengan menggunakan PBL.

Mata Pelajaran: ..................................................................

Topik: ...................................................................................

Kegiatan dengan PBL:


..............................................................................................................................

......................................................................................................................................................

Barrows (1985) mengemukakan 5 tujuan pembelajaran dengan PBL sebagai


berikut:

1. mengkonstruksi pengetahuan yang fleksibel


2. mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang efektif

66
3. mengembangkan keterampilan belajar mandiri
4. menjadikan pebelajar kolaborator yang efektif
5. meningkatkan motivasi pebelajar
Sekarang cobalah Anda periksa kembali rancangan yang Anda buat di atas;
apakah rancangan tersebut sudah memenuhi tujuan PBL? Jika belum, cobalah untuk
memperbaikinya agar kelima tujuan di atas dapat tercapai.

Setelah Anda merancang kegiatan yang sesuai dengan tujuan PBL, kini
saatnya Anda memeriksa, apakah langkah-langkah pembelajaran Anda sudah sesuai dengan
apa yang digariskan bagi model PBL. Berikut ini adalah langkah-langkah yang seyogyanya
diikuti:

1. Masalah dikemukakan pada kelompok – guru sebaiknya memastikan


apakah semua anggota kelompok sudah memahami masalahnya, dan
menjelaskan apabila ada yang belum paham
2. kelompok berdiskusi untuk mencari cara pemecahan masalah yang paling
tepat untuk masalah tersebut
3. semua anggota kelompok melakukan riset individual/ melakukan tugasnya
untuk memecahkan masalah
4. kelompok berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh
tiap anggota
5. kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang telah
dilakukan

Bagaimanakah masalah yang “baik”, yang sesuai bagi pebelajar kita? Menurut Torp
dan Sage (1998), masalah harus bersifat kompleks dan open ended; masalah harus bersifat
realistis dan berhubungan dengan pengalaman pebelajar. Hal ini berarti masalah yang harus
dipecahkan pebelajar haruslah sesuai dengan tingkat usia dan kognitif mereka, dan
memungkinkan berbagai jalan keluar.

Berikut ini adalah sedikit uraian tentang peran guru dalam PBL. Dalam PBL, guru
bertindak sebagai fasilitator; dan fasilitator berarti seseorang yang terlatih untuk
memfasilitasi belajar dengan menggunakan PBL. Dalam PBL fasilitator adalah pebelajar
67
yang pakar, bukan merupakan pakar dalam isi materi. Ia harus dapat memodelkan cara
belajar yang baik dan cara berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Misalnya, fasilitator
membimbing dan mendorong pebelajar untuk mengemukakan argumentasinay dalam
pemecahan masalah; fasilitator akan sedikit demi sedikit mengurangi perannya untuk
membantu pebelajar jika mereka sudah dapat bekerja secara mandiri.

F. BEBERAPA CONTOH LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN

1. Examples Non Examples

Langkah-langkah :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran


2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
7. Kesimpulan

2. PICTURE AND PICTURE

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis
68
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman

3. NUMBERED HEADS TOGETHER


(KEPALA BERNOMOR, SPENCER KAGAN, 1992)

Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan

4. COOPERATIVE SCRIPT
(DANSEREAU CS., 1985)

Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan


2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar

69
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-
ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara pendengar :

1. Melakukan kegiatan:
o Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
o Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
2. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
Serta lakukan seperti diatas.
3. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
4. Penutup

5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR


(MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)

Langkah-langkah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai

Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal
dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
3. Kesimpulan

70
6. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI (SLAVIN, 1995)

Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran


menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan

7. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)


(ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)

Langkah-langkah :

1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim


2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan
tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup

71
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
(PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)

Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis,
pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

9. ARTIKULASI

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup

72
10. MIND MAPPING

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan
sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi
perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

11. MAKE – A MATCH


(MENCARI PASANGAN)
(Lorna Curran, 1994)

Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup

73
12. THINK PAIR AND SHARE
(FRANK LYMAN, 1985)

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai


2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup

13. DEBATE

Langkah-langkah :

1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro
untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

74
14. ROLE PLAYING

Langkah-langkah :

1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan


2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan
7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup

15. GROUP INVESTIGATION

(Sharan, 1992)

Langkah-langkah :

1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen


2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu
materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang
bersifat penemuan

75
5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan
kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup

16. TALKING STICK

Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat


2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup
bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup

17. BERTUKAR PASANGAN

Langkah-langkah :

1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa
memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.

76
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.

18. SNOWBALL THROWING

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan


2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup

19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


77
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya
melalui bagan/peta konsep.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup

20. COURSE REVIEW HORAY

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan
kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang
nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar
(Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus
berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup

21. DEMONSTRATION

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
78
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah
disiapkan.
5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemontrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.

22. EXPLICIT INTRUCTION

(PENGAJARAN LANGSUNG) (ROSENSHINA & STEVENS, 1986)

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang


pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah

Langkah-langkah :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa


2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)


KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS
(Steven & Slavin, 1995)

Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen


2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran

79
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup

24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
(DI DALAM DAN DI LUAR LINGKARAN)
(Spencer Kagan, 1992)

“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur”

Langkah-langkah :

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar


2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke
dalam
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya

25. TEBAK KATA

MEDIA :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah
pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.

80
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu
ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.


2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas

1. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang
isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan
ditelinga.
2. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10
cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
3. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh
duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan
kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
4. Dan seterusnya

26. WORD SQUARE

MEDIA :
* Buat kotak sesuai keperluan
* Buat soal sesuai TPK

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.


2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak

27. SCRAMBLE
81
MEDIA :

1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai


2. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Langkah-langkah :

1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai


2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh

28. TAKE AND GIVE

MEDIA :

1. Kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda
dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
2. Kartu contoh sejumlah siswa

Langkah-langkah :

1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya


2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu
untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap
siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (take and give).
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8. Kesimpulan

82
29. TIME TOKEN
Arends 1998

Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari
siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali

Langkah-langkah :

1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)


2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi
sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu
kupon.
4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon
harus bicara sampai kuponnya habis.
5. Dan seterusnya

30. DUA TINGGAL DUA TAMU

(TWO STAY TWO STRAY)

Spencer Kagan 1992

Memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lainnya.
Caranya :

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang


2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang
lain
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

83
31. REALISTIK (RME, REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda


dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan
uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal
(reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi),
pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-
twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas
sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

32. PEMBELAJARAN LANGSUNG (DL, DIRECT LEARNING)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan
dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan
mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori
(ceramah bervariasi).

33. PROBLEM POSING

Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah
dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

84
34. PROBLEM TERBUKA (OE, OPEN ENDED)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang


menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga
bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau
pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam.
Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga
demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan
membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa,
kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat


reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

35. PROBING-PROMPTING

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan


serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang
sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara
acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah

85
ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah
harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

36. PEMBELAJARAN BERSIKLUS (CYCLE LEARNING)

Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai


dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi
(aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan
konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam
konteks yang berbeda.

37. RECIPROCAL LEARNING

Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus


memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan
memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara
membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran
resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-
merangkum.

38. SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah


memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar
dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan
melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan

86
penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan
indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca,
menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar
haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi
pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

39. TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah
sebagai berikut:

a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi
dan \mekanisme kegiatan

b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati
4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi
dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang
levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesewpakatan kelompok.

c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang
telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu
(misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya

87
diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor
yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan
gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.

40. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)

Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan


memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa
yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya
dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

41. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara
siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

42. TAI (Team Assisted Individualy)

Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok
(BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada

88
siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari
guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan
bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai
anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi
diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

43. MEA (Means-Ends Analysis)

Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,
elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-
sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi.

44. CPS (Creative Problem Solving)

Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui
teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar
melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran
sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

45. TTW (Think Talk Write)

Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak,


mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi,
diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok
(membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

89
46. TS-TS (Two Stay – Two Stray)

Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke
kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari
kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan
kelompok.

47. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)

Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi
ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E)
mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

48. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif
siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat,
dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci,
Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan
bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan
pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara
meninjau ulang menyeluruh.

49. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)

90
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu
aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang
relevan.

50. MID (Meaningful Instructionnal Design)

Model ini adalah pembnelajaran yang mengutyamakan kebermaknaan belajar dan


efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-
konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan
pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi
pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep.

51. KUASAI

Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir
untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-
memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta
koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya
belajar.

52. CRI (Certainly of Response Index)

CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan


tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan
menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa
CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost
guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.

91
53. DLPS (Double Loop Problem Solving)

DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan


penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan
dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut
dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.

Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis
kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah
sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan
pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi,
identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

54. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)

DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan


pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya
adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.

55. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)

Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru
memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama
(membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana
kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.

92
56. TARI BAMBU

Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi


informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi
ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar
siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-
meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa
yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah
satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.

57. TALKING STICK

Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa
mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat
kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat
diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru
membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua
dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok
menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara
bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi.

58. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa


mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi,
refleksi.

93
59. COURSE REVIEW HORAY

Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk


pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam
kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama
dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan
siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi.

60. PAIR CHECKS

Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan


temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.

61. LAPS-HEURISTIK

Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi
masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya,
adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya
mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.

62. IMPROVE

Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning,


Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.
Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya,
balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.

94
63. GENERATIF

Basi gneratif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan


ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan
refleksi.

64. CIRCUIT LEARNING

Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan


dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif
dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa
khusus, Tanya jawab dan refleksi.

65. COMPLETE SENTENCE

Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan


blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa
ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph
yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.

66. CONCEPT SENTENCE

Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok


heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat
kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.

95
67. SUPERITEM

Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-
bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah
ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal
tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan
hipotesis.

68. HIBRID

Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara
siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-
solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.

69. TREFFINGER

Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks:


keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-
pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-
tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.

70. KUMON

Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan


menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap
siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk
diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.

96
71. QUANTUM

Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni.


Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan
saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai
tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah
tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat
generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan
Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-
sejuk-nilai-harapan.

Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa
yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi +
dengan aktivitas optimal.

G. PERTANYAAN EVALUATIF

1. Jelaskan komponen-komponen model pembelajaran kontekstual.


2. Jelaskan ciri-citi PAKEM
3. Jelaskan macam-macam pendekatan pembelajaran Kooperatif
4. Jelaskan karatreitik pembelajaran berbasis tugas
5. Jelaskan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah
6. Buatlah satu contoh model pembelajaran dalam kegiatan PBM

97
DAFTAR PUSTAKA

Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.

Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan
University.

Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.

Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.

De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.

Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL).
Jakarta.:Depdiknas.

Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:


JICA-FPMIPA.

Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York:
Basic Bools.

Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Sumber: Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya, Vol. 5, No. 2

Suherman, E. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

98

Anda mungkin juga menyukai