Anda di halaman 1dari 66

PEDOMAN PELAYANAN SANITASI PENCEGAHAN

DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


RSIA GEBANG MEDIKA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “GEBANG MEDIKA”


Jalan Prabu Kian Santang No. 30 RT 001/001
Kelurahan Gebang Raya Kecamatan Periuk
Kota Tangerang
2018
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GEBANG MEDIKA TANGERANG
NOMOR : 039/SK-DIR/A/RSIAGM/VIII/2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN PELAYANAN SANITASI


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAKGEBANG MEDIKA

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Ibu Dan Anak Gebang Medika Tangerang selalu
berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan
pelayanan kesehatan termasuk dalam Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit salah satunya yaitu buku Pedoman Pelayanan
Sanitasi Rumah Sakit Ibu Dan Anak Gebang Medika Tangerang;
b. bahwa di butuhkan Pedoman Pelayanan Sanitasi di Rumah Sakit Ibu
Dan Anak Gebang Medika Tangerang yang di gunakan sebagai acuan
untuk melaksanakan kegiatan Sanitasi di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Gebang Medika Tangerang bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah SakitIbu Dan Anak Gebang
Medika Tangerang.

Mengingat : 1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2005 tentangPraktikKedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1214/Menkes/SK/XI/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 1691/MENKES/PER/VIII/2001
tentang Keselamatan Pasien RumahSakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/MenKes/PER/XI tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : MEMBERLAKUKAN BUKU PEDOMAN PELAYANAN SANITASI
RSIA GEBANG MEDIKA TANGERANG;

KEDUA : Buku Pedoman sebagaimana pada DIKTUM KESATU agar dilaksanakan


dan dipergunakan sebagai Pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan
Sanitasi Rumah Sakit Ibu Dan Anak Gebang Medika Tangerang;

KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkan Keputusan ini dibebankan pada
Anggaran Rumah Sakit Ibu Dan Anak Gebang Medika Tangerang;

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang
PadaTanggal :20 agustus 2018
Direktur,

dr. Amelia Verawati Hidayat


DAFTAR ISI

Hal.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 2
B. Tujuan ............................................................................................ 3
C. Ruang Lingkup Pelayanan ............................................................. 3
D. Batasan Operasional ..................................................................... 3
E. Landasan Hukum ........................................................................... 5
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Sualifikasi Sumber Daya Manusia ................................................ 7
B. Distribusi Ketenagaan ................................................................... 7
C. Pengaturan Jaga ............................................................................. 8
D. Pengembangan Staff ...................................................................... 8
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang Sanitasi .................................................................. 9
B. Standar Fasilitas Peralatan ........................................................ 10
BAB IV TATA LAKSANA
A. Pengelolaan Ruang dan Bangunan .......................................... 11
B. Hygiene dan SAnitasi Makanan .............................................. 17
C. Pengelolaan Air ....................................................................... 23
D. Pengelolaan Sampah ................................................................. 27
E. Alur Pengelolaan Sampah ......................................................... 28
F. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya
................................................................................................... 34
G. Tata Laksana Pelayanan Kesehatan Lingkungan .................... 37
BAB V LOGISTIK ..................................................................................... 52
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ........................................................ 53
BAB VII KESELAMATAN KERJA ........................................................ 54
BAB IX PENGENDALIAN MUTU ......................................................... 56
BAB X PENUTUP ...................................................................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan umum, tempat kumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi penularan penyakit serta
memungkinkan terjadi pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efiensi dan
produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.

Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan berbagai jenis limbah


yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah. Untuk menghindari resiko
dan gangguan kesehatan maka perlu dilakukan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan.

Di antara upaya kesehatan, masalah kesehatan lingkungan di rumah sakit


merupakan suatu masalah yang juga penting untuk diketahui. Upaya penyehatan
lingkungan mencakup program penyehatan lingkungan kerja, penyehatan
makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian
linen/laundry, penanganan sampah dan limbah, pengendalian serangga dan tikus,
sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi, dan penyuluhan kesehatan lingkungan.
Oleh karena itu hendaknya semua bagian menerapkan higiene sanitasi serta
budaya aman dan sehat dalam bekerja.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengurangi resiko terjadinya penyebaran penyakit menular dan
menciptakan rumah sakit dalam kondisi bersih, sehat dan nyaman bagi
pasien, pengunjung, maupun petugas di lingkungan rumah sakit dengan
mutu pelayanan yang handal.

2. Tujuan Khusus
a. Memonitoring dan mengevaluasi Penyehatan lingkungan RS
b. Memonitoring dan mengevaluasi Penyehatan makanan dan minuman
c. Memonitoring dan mengevaluasi Penyehatan air
d. Memonitoring dan mengevaluasi Penanganan sampah dan limbah
e. Memonitoring dan mengevaluasi Pengendalian serangga dan tikus

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Jenis pelayanan yang dilaksanakan oleh unit kerja dalam hal ini kesehatan
lingkungan meliputi, kegiatan monitoring dan mengevaluasi :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Penyehatan air
4. Penanganan sampah dan limbah
5. Pengendalian serangga, tikus dan hewan pengganggu

D. Batasan Operasional
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
Pengertian :
a. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit
dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan
fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit.
b. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja

2. Penyehatan makanan dan minuman


a. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan; makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan
rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
b. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci
piring, membuang bagian makanan yang rusak.
c. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih,
menyediakan tempat sampah dan lain-lain.

3. Penyehatan air
a. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
b. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit
berasal dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui
tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.

4. Penanganan sampah dan limbah


a. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
b. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non-medis.
c. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
d. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman .
e. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan.
f. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan.
g. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan
stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan
yang sangat infeksius.
h. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker
yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
i. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi
bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang
limbah (recycle)

5. Pengendalian serangga, tikus dan hewan pengganggu


Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah
upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor
penularan penyaki
E. Landasan Hukum
- UU RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
- Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air
- Permenkes RI No. 472/Menkes/Per/V/1996 Tentang Pengamanan Bahan
Bebahaya bagi Kesehatan
- Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
- Kepmenkes No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
- Lampiran SK Direktur RS. Graha Husada Bandar Lampung No.
005.1/SK-RSGH/1/2017
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualitas Sumber Daya Manusia


Standar ketenagaan yang ada di unit kerja sesuai dengan standar jenis tenaga
menurut peraturan yang berlaku :
No. Jenis Tenaga Pendidikan Formal Sertifikasi Jumlah
(Orang)
1 Ka. Inst Sanitasi DIII Kesehatan
1
Lingkungan
2 Koordinator
SMA 1
Kebersihan
3 Koordinator
SMA 1
Loundry
4 Pelaksana
SMA 3
Kebersihan
5 Pelaksana Loundry SMA 1

Distribusi Ketenagaan
Jadwal Dinas Jenis Tenaga Jumlah
Dinas Pagi
(Pukul 08.00-16.00) Ka. Inst Sanitasi 1 Orang
Koordinator Kebersihan 1 Orang
Koordinator Loundry 1 Orang
(Pukul 07.00-19.00) Petugas Kebersihan 3 Orang
(Pukul 07.00-17.00) Petugas Loundry 1 Orang
Dinas Sore
(Pukul 07.00-19.00) Petugas Kebersihan 3 Orang
(Pukul 07.00-17.00) Petugas Loundry 1Orang
Dinas Malam
(Pukul 19.00-22.00) Petugas Kebersihan 1 Orang
B. Pengaturan Jaga
Pengaturan Jaga petugas Sanitasi
Ka. Sanitasi Hari Senin - Sabtu
Koordinator Kebersihan Hari Senin – Sabtu
Koordinator Loundry Hari Senin – Sabtu
Pelaksana Kebersihan Hari Senin – Minggu (tentatif)
Pelaksana Loundry Hari Senin – Minggu (tentatif)

C. Pengembangan Staff
1. Pelatihan internal
Pelatihan yang diadakan di dalam lingkungan rumah sakit , mengikuti
sub bagian Diklat rumah sakit
2. Pelatihan eksternal
Pelatihan yang diadakan di luar lingkungan rumah sakit , sesuai
dengan program tahunan yang telah diajukan.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Sanitasi

Ruang Aula Lantai 2

Kepala Bagian Bagian Staf Tata Usaha


Umum

Kepala Seksi Toilet


Keperawatan

Kepala Seksi Personalia Toilet


Kepala Bidang
Keperawatan

Personalia Kepala Sanitasi


B. Standar Fasilitas Peralatan
Segala kebutuhan dalam melaksanakan kegiatan program di unit Hygiene &
Sanitasi akan dipenuhi dari unit logistik, dengan terlebih dahulu membuat
daftar permintaan kebutuhan.

No FASILITAS JUMLAH
1 Komputer 3 buah
2 Meja 3 buah
3 Kursi 4 buah
4 AC 1 buah

NO PERALATAN JUMLAH
1 Troli sampah 1
2 Vacum cleaner 0
3 Sliper Window 2
4 Loby duster + kain pengganti 1
5 Sikat WC ( kolokan wc ) 2
6 Sapu lawa – lawa 2
7 Sapu lidi 1
8 Tang 1
9 Selang air 1
10 pH & Suhu Meter 1
11 Desible Meter 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pengelolaan Ruang dan Bangunan


1. Pemeliharaan ruang dan bangunan.
a. Ruang dan bangunan yang ada di rumah sakit harus memenuhi
persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes RI
No 1204 /Menkes/SK/X/2004 .
Adapun persyaratannya adalah sebagai berikut :
Persyaratan umum untuk lantai, dinding dan langit – langit di
ruangan adalah sebagai berikut :
1) Lantai harus kedap air, tidak licin, tidak retak dan mudah
dibersihkan
2) Dinding berwarna terang dan bersih, berpermukaan halus
dan tidak bergelombang atau bergerigi dan retak – retak
3) Langit – langit berwarna terang dan bersih, bebas sarang
laba – laba
Selain persyaratan umum diatas lantai dandinding juga harus
bersih , dengan tingkat kebersihansebagai berikut :
1) Ruang operasi : 0-5 CFU/cm² & bebas pathogen dan
gas gangrene
2) Ruang perawatan : 0-5CFU/cm²
3) Ruang isolasi : 5-10 CFU/cm²
4) Ruang UGD : 5 – 10 CFU / cm²
b. Pembersihan ruangan
Untuk pembersihan ruangan di rumah sakit dapat dibedakan
menjadi 5 yaitu :
1) Pembersihan ruang perawatan / ruang rawat inap
Pembersihan ruang perawatan / rawat inap dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
- Pembersihan ruangan minimal dilakukan pagi dan sore
hari
- Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien
dilakukan setelah pembenahan / merapikan tempat tidur
pasien, jam makan , jam kunjungan dokter, kunjungan
keluarga dan sewaktu – waktu bila diperlukan
- Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
harus dihindari
- Harus menggunakan cara pembersihan dengan
perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi
persyaratan dan antiseptic / desinfektan
- Pada masing – masing ruang disediakan pelengkapan
pel tersendiri
- Setiap percikan ludah , darah atau eksudat luka pada
dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan
desinfektan
- Jika ruangan kosong dilakukan general cleaning
2) Pembersihan ruang rawat jalan dan penunjang medis
Pembersihan ruang rawat jalan dan penunjang medis
dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
- Pembersihan ruangan minimal dilakukan pagi dan sore
hari
- Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
harus dihindari
- Harus menggunakan cara pembersihan dengan
perlengkapan pembersih (pel ) yang memenuhi
persyaratan dan antiseptic / desinfektan
- Secara berkala dilakukan general cleaning
3) Pembersihan ruang OK / kamar bedah
Pembersihan ruang OK / kamar bedah dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
- Pembersihan ruangan dilakukan setelah selesai
tindakan
- Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
harus dihindari
- Harus menggunakan cara pembersihan dengan
perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi
persyaratan dan antiseptic / desinfektan
- Pada masing – masing ruang disediakan pelengkapan
pel tersendiri
- Jika ada percikan darah pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan
- Setiap bulan sekali dilakukan general cleaning
- Perawatan lantai vinil dilakukan setiap 3 bulan sekali

4) Pembersihan ruang perkantoran


Pembersihan ruang perkantoran dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ;
- Pembersihan ruangan dilakukan minimal 1 kali dalam
sehari
- Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
harus dihindari
- Harus menggunakan cara pembersihan dengan
perlengkapan pembersih ( pel ) yang memenuhi
persyaratan dan antiseptic / desinfektan
5) Pembersihan ruang gizi
Pembersihan ruang gizi pasien dan karyawan dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
- Pembersihan dilakukan minimal sebelum aktifitas dan
sesudah aktifitas atau sewaktu – waktu bila diperlukan
- Desinfektan yang dipergunakan harus khusus agar
dapat mengangkat lemak atau minyak yang menempel
pada lantai
- Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
harus dihindari
- Harus menggunakan cara pembersihan dengan
perlengkapan pembersih ( pel ) yang memenuhi
persyaratan dan antiseptic / desinfektan

2. Pemeriksaan kualitas udara ruangan


Pemeriksaan kualitas udara ruangan dilakukan setiap satu tahun 2
kali ,bekerjasma dengan Laboratorium Kesehatan .
Indeks angka kuman ruangan sesuai dengan Permenkes RI No. 1204
/ Menkes / SK / X / 2004 adalah seperti pada tabel dibawah ini :

Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit


No Ruang atau Unit Konsentrasi Maksimum
Mikroorganisme per m3 udara ( CFU
/m3 )
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan / perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Jenasah / autopsy 200-500
7 Penginderaan medis 200
8 Laboratorium 200-500
9 Radiologi 200-500
10 Sterilisasi 200
11 Dapur 200-500
12 Gawat darurat 200
13 Administrasi , pertemuan 200-500
14 Ruang luka bakar 200

Jika hasil dari pemeriksaan kualitas udara ruang tidak memenuhi


syarat, maka dilakukan pemantauan dan perbaikan pada alat
exhauster / AC di ruangan tersebut.
3. Pemeriksaan pencahayaaan
a. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus
mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan
fungsinya.
a. Semua ruangan yang digunakan baik untuk bekerja maupun
untuk menyimpan barang / peralatan perlu diberikan penerangan
yang cukup.
b. Pemeriksaan pencahayaan dilakukan secara internal maupun
eksternal

Pencahayaan di ruang umum dan ruang khusus harus sesuai dengan


peruntukannya, sesuai dengan Permenkes RI No. 1204 / Menkes /
SK / X / 2004 adalah sebagai berikut :

NO RUANGAN / INTENSITAS KETERANGAN


UNIT CAHAYA ( LUX )
1 Ruang pasien
- saat tidak 100 – 200 Warna cahaya terang
tidur Maksimal 50
- saat tidur
2. R. operasi umum 300- 500
3. Meja operasi 10.000 – 20.000 Warna cahaya sejuk
atau sedang tanpa
bayangan
4. Anestesi , 300 – 500
pemulihan
5. Sinar X Minimal 60
6. Koridor Minimal 100
7. Tangga Minimal 100 Malam hari
8. Administrasi / Minimal 100
kantor
8. Ruang alat / Minimal 200
gudang
10. Farmasi Minimal 200
11. Dapur Minimal 200
12. Ruang Cuci Minimal 100
13. Toilet Minimal 100
14. Ruang isolasi 0.1 – 0.5 Warna cahaya biru
khusus penyakit
tetanus
15. Ruang luka bakar 100- 200

4. Pemeriksaan Kebisingan
a. Pengaturan dan tata letak ruangan harus harus sedemikian rupa
sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang
terhindar dari kebisingan
b. Pemantauan kebisingan dilakukan minimal setahun 2 kali
dengan bekerjasama dengan Laboratorium Kesehatan setempat.
Persyaratan kebisingan untuk masing – masing ruangan atau unit , sesuai
dengan Permenkes RI no ; 1204 / Menkes / SK / X / 2004 adalah sebagai
berikut :

No Ruangan atau unit Maksimum kebisingan ( waktu


pemaparam 8 jam dan satuan dBA )
1. Ruang pasien
- saat tidak tidur 45
- saat tidur 40
2. Ruang operasi , umum 45
3. Anestesi , pemulihan 45
4. Endoscopi , laboratorium 65
5. Sinar X 40
6. Koridor 40
7. Tangga 45
8 Kantor / loby 45
9 Ruang alat / gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80

B. Hygiene dan Sanitasi Makanan

Peralatan yang digunakan dalam penyajian makanan di rumah sakit sangat


diperhatikan kebersihannya. Peralatan tersebut antara lain peralatan memasak,
peralatan makan, peralatan mencuci, peralatan minum, almari tempat menyimpan
peralatan, alamari tempat menyimpan bahan baku makanan, rak peralatan, sejenis
troli tertutup yang digunakan untuk membawa makanan ke pasien, peralatan
kebersihan petugas (sandal, celemek atau baju khusus untuk pengolahan, penutup
kepala dan masker). Adapun persyaratan yang digunakan dalam rumah sakit
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 :
1. Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan,
misalnya melamin, sterofom, plastik daur ulang, tembaga.
2. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
3. Peralatan agar dicuci segera mungkin setelah digunakan, selanjutnya
dikeringkan.
4. Peralatan tidak larut asam/basa atau garam yang lazim dijumpai dalam
makanan (cuprum, cadmium, seng, plumbum).
5. Peralatan yang sudah bersih disimpan dalam keadaan kering dan disimpan
pada rak terlindung dari vektor.
6. Peralatan yang digunakan untuk bahan mentah harus dipisahkan dengan
peralatan makanan jadi.
7. Petugas produksi dan distribusi makanan membersihkan meja-meja
produksi dan kompor setelah digunakan selama pengolahan makanan.
Bentuk dapur dirancang sangat tepat dan efektif. Bahan bangunan terbuat dari
batu bata yang berdinding tembok putih yang sangat kokoh. Sedangkan ruangan
khusus dapur, dinding maupun lantainya terbuat dari keramik putih yang identik
dengan kebersihan dan sangat memperhatikan kebersihan baik tempat maupun
makanan.

a. Fasilitas Sanitasi Pecucian Peralatan dan Bahan Makanan


Fasilitas yang mendukung sanitasi antara lain sistem pencahayaan
yang sehat, baik itu lampu maupun sinar matahari, ventilasi dan
sirkulasi udara yang baik, alat pendingin makanan, alat untuk
memasak nasi yang berukuran besar, tempat mencuci yang cukup
bersih, ruangan khusus untuk gudang bahan baku makanan kering,
ruang untuk kamar mandi dan toilet serta ruangan khusus untuk
transaksi bahan baku makanan yang masuk dari agen. Adapun
persyaratan tempat pencucian peralatan dan bahan makanan di Rumah
Sakit Ibu dan anak Gebang Medika antara lain :
b. Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
c. Pencucian menggunakan bahan pembersih atau sabun cuci cair.
Gambar yang di bawah ini merupakan siklus pencucian peralatan makanan
setelah digunakan dalam proses produksi dan distribusi :

Alat makan dan alat Proses perendaman Proses Desinfeksi


makan kotor dengan air panas

Proses Pengeringan Proses Penirisan Proses Pencucian

d. Tempat pencucian tangan harus dipisahkan dengan tempat pencucian


peralatan karena peralatan biasanya lebih besar, kemudian dilengkapi
air kran panas, saluran pembuangan tertutup, sabun. Tersedia handrap
untuk mencuci tangan petugas. Sedangkan wastafel cuci tangan
terdapat di dalam ruang penyajian makanan.

1. Pengelolaan Limbah
Sampah merupakan sisa bentuk padat akibat aktivitas manusia yang
dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya serta
dibuang sebagai barang yang tidak berguna.
Sampah produksi biasanya terdiri dari bahan organik. Maka dari itu
menjadi tempat tumbuh kembang serangga lalat dan tikus. Hal ini yang
paling mudah dilakukan adalah sampah segera dimasukkan ke tempat yang
mudah ditutup. Tempat sampah di di Rumah Sakit Ibu dan anak Gebang
Medika sudah menggunakan tempat sampah yang tertutup, kedap air dan
mudah dibersihkan.
Limbah asap dapur di Rumah Sakit Ibu dan anak Gebang Medika, disaring
menggunakan ducting exhause fan sebelum dikeluarkan.
2. Penjamah Makanan
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204
/MENKES/ SK/ X/ 2004, dari segi kesehatan penjamah makanan yaitu
dalam kondisi sehat (melakukan pemeriksaan kesehatan minimal 6 bulan
sekali atau 2 kali dalam setahun), tidak menderita gastroenteritis (misalnya
diare, hepatitis dan disentri), tidak menderita infeksi saluran pernafasan
(misalnya TBC). Sedangkan dari segi kebersihan, penjamah makanan
diharuskan menggunakan pakaian pelindung tubuh (celemek dan penutup
kepala), sarung tangan sehingga dapat menghindari pencemaran.
Sedangkan dari segi kebiasaan, tidak menggaruk bagian tubuh tertentu
(rambut, muka, mata, tangan, kaki) selama pengolahan makanan.

Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian


tangan, kebersihan dan kesehatan diri. Pencucian tangan meskipun
tampaknya merupakan kegiatan ringan yang sering disepelekan, terbukti
cukup efektif dalam mencegah kontaminasi pada makanan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam kebersihan perseorangan adalah mencuci tangan,
pakaian, kuku dan tangan, topi penutup rambut, kebiasaan merokok,
batuk-batuk dan garuk-garuk.

Syarat utama pengolahan makanan adalah memiliki kesehatan yang baik.


Untuk itu disarankan pekerja melakukan tes kesehatan, terutama tes darah
dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat kesehatan paru-paru dan
saluran pernafasan.

Penjamah makanan yang terinfeksi diare, tidak diperkenankan untuk


pengolahan makanan maupun penyajian makanan sedangkan yang
influenza diharuskan menggunakan masker supaya makanan yang
diberikan kepada pasien tidak terkontaminasi oleh virus yang dapat
memperparah kondisi pasien. Sebelum petugas distribusi melakukan
makanan, petugas harus mencuci tangan terlebih dahulu, selama
pendistribusian penjamah makanan wajib menggunakan sarung tangan
atau menggunakan alat penjamah makanan sehingga tidak kontak
langsung dengan makanan.

Petugas dalam mengolah makanan, jika tidak menggunakan masker maka


petugas tidak diperbolehkan berbicara selama bekerja dengan teman
sekerja. Petugas produksi dan distribusi makanan tidak diperbolehkan
menggunakan telepon genggam selama bekerja.

3. Penyimpanan Bahan Makanan


Bahan makanan baku yang datang dari agen disimpan sesuai dengan jenis
bahan baku makanan. Sebelum bahan baku disimpan perlu dikontrol suhu,
kualitas bahan, kadaluarsa bahan, pemeriksaan kualitas dan kebersihan
tempat penyimpanan, kelembaban makanan, pemeriksaan alat
penyimpanan bahan makanan, serta pengawasan prosedur penyimpanan
bahan makanan. Bila bahan makanan kering bisa langsung dimasukkan ke
dalam gudang khusus untuk penyimpanan bahan makanan kering.
Bahan makanan kering :
a. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang
tinggi.
b. Tidak ada drainase di sekitar gudang makanan.
c. Semua bahan makanan disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak
terbawah 15 cm – 25 cm.
d. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari
22oC.
e. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.
f. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk
menjaga sirkulasi udara.
Bila bahan makanan basah atau lunak bisa disimpan ke dalam freezer atau
almari pendingin dengan suhu penyimpanan menurut jenis makanannya
yang tercantum pada tabel :
Digunakan untuk
Jenis Bahan Makanan
3 hr atau kurang 1 mg atau kurang 1 mg atau lebih

Ikan, udang dan olahannya -5oC – 0oC -10oC - -5oC <-5oC

Telur, susu dan olahannya 5oC – 7oC -5oC – 0oC < -5oC

Sayur, buah dan minuman 10oC 10oC 10oC

Tepung dan biji 25oC 25oC 25oC

Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding


atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikkut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

4. Pengolahan Bahan Makanan


Pada tahap pengolahan bahan makanan, yang perlu diperhatikan adalah
pengawasan perilaku sehat para petugas dan pakaian kerja, pencucian alat
dan pembersihan ruangan setelah pemakaian tempat selama produksi.
Tempat pengolahan makanan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004).
a. Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan
persyaratan konstruksi, bangunan dan ruangan dapur.
b. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan
dengan antiseptik.
c. Asap dikeluarkan melalui ducting exhause fan.
d. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux.
5. Penyimpanan Makanan Jadi
Penyimpanan makanan jadi disimpan dalam kulkas dengan ditutup
menggunakan wrapping film. Kemudian makanan dimasukkan ke dalam
kereta makan untuk didistribusikan ke pasien di rawat inap.
Adapun persyaratan penyimpanan makanan jadi berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesi No. 1204/MENKES/SK/X/2004
antara lain :
a. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu
pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan
menurut ketentuan yang berlaku.
b. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan
tertutup serta segera disajikan.

6. Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya, yaitu :
a. Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup
dan bersih.
b. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh.
c. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan atau barang kotor (keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004).

7. Penyajian Makanan
a. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan
peralatan yang dipakai harus bersih.
b. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
c. Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan
berpakaian bersih.
d. Makanan jadi harus segera disajikan.
e. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.
Kebersihan lingkungan dapur dilakukan setiap harinya setelah
pelaksanaan pengolahan makanan baik untuk petugas dinas pagi, siang
maupun malam. Instalasi gizi juga melakukan kebersihan gudang kering
dan gudang basah seminggu sekali selama 1 bulan. Kebersihan lemari
pendingin dilakukan seluruh petugas instalasi gizi sesuai dengan jadwal
yang ditentukan. Sedangkan penecekan suhu atau temperatur lemari
pendingin dan pembersihan ducting exhause fan dilakukan oleh teknisi.
8. Pemeriksaan Sampel
a. Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan
mikrobiologi/bakteriologis
b. Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan fisika kimia
lengkap
c. Pengambilan sampel makanan
d. Pemeriksaan swab alat masak/makan
e. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Jika hasil pemeriksaan kualitas makanan dan swab alat
masak/makan tidak memenuhi syarat, maka akan dilakukan penyuluhan
pada petugas penjamah makanan di gizi

C. Pengelolaan air
1. Pengelolaan air bersih
a. Standart air bersih yang digunakan untuk memenuhi kegiatan
pelayanan di rumah sakit , harus memenuhi persyaratan air
bersih sesuai dengan Permenkes RI No 416 tahun 1990.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990
TANGGAL : 13 SEPTEMBER 1990
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH
No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan
yang
diperbolehkan
A. FISIKA
1. Bau - - Tidak berbau
2. Jumlah zat padat terlarut mg / l 1500 -
( TDS )
3. Kekeruhan Skala NTU 25 -
4. Rasa - - Tidak berasa
5. Suhu 0 Suhu udara ± 3
°C
6. Warna Skala TCU 50

B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1. Air Raksa mg/L 0.001
2 Arsen mg/L 0.05
3 Besi mg/L 1.0
4 Flourida mg/L 1.5
5 Kadmium mg/L 0.005
6 Kesadahan ( CaCo3) mg/L 500
7 Klorida mg/L 600
8 Kronium, valensi 6 mg/L 0.05 Merupakan
9 Mangan mg/L 0.5 batas
10 Nitrat, sebagai N mg/L 10 minimum &
11 Nitrit , sebagai N mg/L 1.0 maksimum
12 pH - 6.5 – 9.0 khusus air
13 Selenium mg/L 0.01 hujan pH min
14 Seng mg/L 15 5,5
15 Sianida mg/L 0.1
16 Sulfat mg/L 400
17 Timbal mg/L 0.05

b. Kimia Organik

1 Aldrin dan dieldrin mg/L 0.0007


2 Benzena mg/L 0.01
3 Benzo ( a) pyrene mg/L 0.00001
4 Chlorodane (total mg/L 0.0007

isomer)
5 Chloroform mg/L 0.03
6 2,4 – D mg/L 0.10
7 DDT mg/L 0.03
8 Detergen mg/L 0.5
9 1,2 – Dicchloroethene mg/L 0.01
10 1,1 – dichlorcethene mg/L 0.003
11 Heptachlor dan mg/L 0.003

heptachlor epoxide
12 Hexachlorobenzene mg/L 0.00001
13 Gamma _ HCH ( mg/L 0.004

Lindane )
14 Methoxychlor mg/L 0.10 Bukan Air
15 Pentacholphenol mg/L 0.01 perpipaan
16 Pestisida total mg/L 0.10
17 2,4,6 – trichlorophenol mg/L 0.01
18 Zat organic ( KMnO4 ) mg/L 10

C. MIKROBIOLOGIK
1 Koliform Tinja Jumlah per 100 ml 50
2 Total Koliform Jumlah per 100 ml 10
D. RADIOAKTIVITAS
1 Aktivitas Alpha (Gross Bg/L 0.1
Alpha Activity )
2 Aktivitas Beta (Gross Bg/L 1.0
Beta Activity )

Keterangan :
mg ; milligram
ml : milliliter
L : Liter
Bq : Bequerel
NTU : Nepnelometrik Turbidity Units
TCL : True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut

b. Pemeriksaan kualitas air bersih secara mikrobiologis dilakukan


setiap bulan sekali , sedangkan untuk pemeriksaan kualitas
kimia air minum dan air bersih dilakukan setiap setahun 2 kali.
c. Pemeriksaan kualitas air bersih harian dilakukan untuk
parameter suhu dan pH oleh petugas khusus pengelola air
minum di rumah sakit.
d. Pemeriksaan kualitas air minum harian dilakukan utnuk
parameter suhu, pH dan TDS oleh petugas khusus pengelolal air
minum di rumah sakit.
e. Titik – titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
mikrobiologi terutama pada air kran dari ruang dapur, ruang
operasi, kamar bersalin , kamar bayi dan ruang makan, tempat
penampungan / reservoir, secara acak pada kran – kran
sepanjang system distribusi , pada sumber air, dan titik – titik
lain yang rawan pencemaran.
f. Pengurasan tower air maupun ground tank harus dilakukan
secara berkala sesuai dengan kebutuhan.
g. Pemeriksaaan system distribusi air bersih harus dilakukan secara
berkala oleh sub bagian pemeliharaan sarana rumah sakit.
h. Desinfeksi air bersih perlu dilakukan untuk mempertahankan
kualitas air bersih.
i. Jika hasil dari pemeriksaan kualitas air bersih tidak memenuhi
syarat, maka dilakukan pengurasan pada bak penampungan air
dan dulakukan desinfeksi kembali

D. Pengelolaan sampah
Persyaratan umum untuk pengelolaan sampah di rumah sakit adalah :
1. Semua petugas cleaning service yang bekerja di rumah sakit
outsoharus sudah mendapatkan pelatihan tentang manajemen
sampah dan kebijakannya.
2. Semua tempat sampah baik yang medis maupun non medis harus
mempunyai persyaratan sebagai berikut :
- bahan tidak mudah berkarat
- kedap air
- tertutup
- mudah dibersihkan
- mudah diangkat dan dipindahkan
3. Semua sampah non medis yang dihasilkan harus dimasukkan ke
dalam tempat sampah yang telah diberi kantong plastik warna hitam
dan sampah medis dimasukkan ke dalam tempat sampah yang telah
diberi kantong plastik kuning
4. Sedangkan untuk sampah benda tajam ditempatkan ditempat khusus
( sharp container ) yang anti bocor, tahan tusukan dan aman
5. Pemilahan / pemisahan sampah dilakukan oleh orang yang
pertamakali menghasilkan sampah
E. Alur pengelolaan sampah
Adapun alur pengelolaan sampah di rumah sakit adalah sebagai berikut :

Sampah

Sampah Medis Sampah Non Medis

Penampungan
dengan kantong
plastik kuning Penampungan dengan
hitamahiahikuninga kantong plastic hitam
m
Pengangkutan

Pengangkutan
TPS B3 RS

Diambil oleh rekanan pengangkut TPS Non Medis


limbah B3 (PT. ARAH RS
ENVIROMENTAL) untuk
dibawa ke pengelolal akhir (PT.
diambil oleh petugas Dinas
Wastec International)
Kebersihan Kota untuk
dibawa ke TPA dekat
bandara
1. Pengelolaan Sampah Medis
a. Semua sampah medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
di rumah sakit harus dimasukkan ke dalam tempat sampah yang
telah diberi kantong plastik warna kuning
b. Setiap hari petugas pengelola sampah akan mengambil sampah
infeksius tersebut untuk dimusnahkan di incinerator
c. Petugas pengelola sampah dalam menjalankan tugasnya harus
memakai APD yang dibutuhkan yaitu : masker kain , sarung
tangan , sepatu boot.
d. Semua sampah medis dilakukan penimbangan terlebih dahulu
sebelum diangkut oleh transporter
e. Dalam menjalankan tugasnya petugas harus selalu memakai
APD yang dibutuhkan yaitu : sarung tangan, sepatu boot,
wearpack , masker.

2. Pengelolaan Sampah non Medis


a. Semua sampah non medis yang dihasilkan dari kegiatan
pelayanan di rumah sakit , akan diambil oleh petugas khusus
sampah setiap pagi dan siang hari.
b. Pengangkutan sampah non medis menggunakan troli yang
tertutup
c. Semua sampah non medis yang terkumpul setiap hari akan
diambil oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan
untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan akhir
kabupaten Banyuwangi.
d. Jika sampah non medis sudah diambil oleh petugas dari Dinas
Kebersihan dan Pertamanan , maka petugas pengelola sampah
akan melakukan pembersihan setiap hari di tempat
penampungan sementara rumah sakit tersebut.
3. Pengelolaan Sampah Benda Tajam
a. Semua sampah benda yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
di rumah sakit harus dimasukkan ke dalam tempat sharp
container
b. Sharp container harus selalu dalam kondisi tertutup
c. Jika sharp container sudah terisi 2/3 penuh, maka petugas
pengelola sampah akan mengambil sampah benda tajam tersebut
untuk dimusnahkan di incinerator
b. Petugas pengelola sampah dalam menjalankan tugasnya harus
memakai APD yang dibutuhkan yaitu : masker kain , sarung
tangan , sepatu boot.
c. Dalam menjalankan tugasnya petugas harus selalu memakai
APD yang dibutuhkan yaitu : sarung tangan, sepatu bot,
wearpack, masker.
d. Petugas mencatat setiap hari semua sampah yang dihasilkan

4. Pengelolaan Sampah / Limbah B3


a. Semua limbah B3 Elektronik (batu baterei bekas, lampu Tl
bekas, tinta mesin fotocopi bekas, cartridge bekas dll) yang
dihasilkan dari kegiatan pelayanan ditempatkan pada tempat
sampah khusus disimpan ke TPS B3 dikirim ke rekanan terkait
untuk pemusnahannya.
b. Limbah Citotoksik : Ampul, vial, spuit ditempatkan pada
kantong plastik kuning, disimpan ke TPS B3 dikirim ke
rekanan terkait untuk pemusnahannya.
c. Limbah Farmasi : Dibuang ke saluran IPAL untuk limbah cair
dan untuk limbah padat yang dibungkus dengan kantong
plastik warna kuning disimpan ke TPS B3 dikirim ke rekanan
terkait untuk pemusnahannya.\
d. Limbah Infeksius
1) Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam (jarum hupodermik, perlengkapan
intravena, spuit, vial, ampul, pisau bedah, pipet pasteur)
dikumpulkan dalam wadah khusus berlabel
Biohazard/Infeksius dan berwarna kuning yang tertutup,
tahan tusuk, anti air dan tidak bocor kemudian disimpan ke
TPS B3 dikirim ke rekanan terkait untuk pemusnahannya.
2) Limbah Darah dan Komponen Darah
a) Limbah padat infeksius (sarung tangan, kapas dan
tissue yang terkena darah/ cairan tubuh) dimasukkan ke
dalam tempat sampah injakan yang telah dilapisi
kantong berwarna kuning.
b) Tabung darah/ tabung specimen sebelum dimasukkan
dalam safety box, sisa specimen diberi larutan klorin
0,5 % (1;1) kedalam wadahnya lalu ditutup dan
dibiarkan selama 10 menit.
c) Limbah infeksius setiap hari untuk dikumpulkan di
tempat khusus menyimpan sampah/limbah infeksius
untuk diserahkan dan diolah oleh rekanan pemusnah
akhir limbah B3.
e. Limbah Cairan Tubuh
Semua limbah cairan tubuh (darah atau komponen darah, urin
atau cairan tubuh lainnya) harus diperlakukan dengan hati-hati.
Dalam jumlah kecil bila mungkin dapat diencerkann sehingga
dapat dibuang ke dalam saluran pembuangan air limbah/IPAL.
f. Limbah Jaringan Tubuh
Semua limbah yang berasal dari ruang bedah (organ, anggota
badan, placenta, darah dan cairan tubuh) atau limbah yang
berasal dari laboratoium (specimen jaringan tubuh) dikemas
dengan kantong plastik kuning infeksius disimpan ke TPS B3
dikirim ke rekanan terkait untuk pemusnahannya.
g. Limbah Kimia : seperti gula, asam amino, garam tertentu
dapat dibuang langsung ke saluran IPAL, limbah kimia cair
(Fixer dan Developer) dari ruangan radiologi ditampung
dalam jerigen dan Limbah kimia yang bersifat mudah terbakar
seperti Oli bekas ditampung dengan jerigen tertutup yang
selanjutnya disimpan ke TPS B3 dikirim ke rekanan terkait
untuk pemusnahannya.
h. Pengumpulan limbah B3 tersebut akan dilakukan setiap hari
oleh petugas khusus sampah dan diabawa ke TPS (tempat
Pengumpulan sementara ) B3.
i. Setiap hari petugas akan mencatat semua limbah B3 yang
masuk ke TPS.
j. Setiap bulan sekali limbah B3 yang terkumpul akan diambil
oleh rekanan limbah B3 untuk dimusnahkan dengan
Incenerator, dalam hal ini sebagai pihak pengangkut (PT.
Biuteknika Bina Prima) dan pihak pemusnah/ pengelola akhir
(PT. Wastec Internacional)
5. Pengelolaan Air Limbah
a. Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan di
rumah sakit akan diolah di IPAL ( Instalasi Pengaolah Air
Limbah ) rumah sakit.
b. IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ) akan beroperasional
terus menerus setiap hari
c. Sebelum masuk ke IPAL, air limbah akan ditampung dalam bak
pengumpul terlebih dahulu
d. Setiap hari petugas operator IPAL akan melakukan pengecekan
terhadap pompa – pompa yang ada di bak – bak pengumpul
maupun di IPAL
e. Petugas operator IPAL harus selalu memakai APD ( masker ,
sarung tangan sepatu boot )
f. Adapun diagram alur pengolahan limbah cair di Instalasi
Pengolahan Air Limbah di rumah sakit adalah sebagai berikut
g. Alur pengolahan limbah cair di rumah sakit :
1) Semua ruangan / unit kerja yang menghasilkan limbah cair
akan dimasukkan ke dalam IPAL ( Instalasi Pengolahan Air
Limbah ) , sebelum masuk ke IPAL air limbah akan melalui
bak kontrol kemudian air limbah akan terkumpul di bak
sumpit, dari bak sumpit baru ke IPAL.
2) Khusus untuk ruang / bagian gizi dan laundry sebelum ke
bak kontrol , ada pengolahan awal terlebih dahulu ( dengan

3) bak penangkap lemak / bak penangkap busa ) yang


bertujuan untuk menangkap lemak – lemak / minyak / busa
yang terikut dalam air limbah ,sehingga tidak menggangu
proses di IPAL. Dari bak penangkap lemak / busa baru
mengalir ke ke bak kontrol kemudian terkumpul di sumpit
dan diolah di IPAL.

Adapun alur tersebut dapat terlihat pada gambar dibawah ini :

Sumber limbah :
- ruang perawatan
- kamar bedah
- ICU
- Hemodialisa
- Laundry Bak
Bak
- Laboratorium pengumpul
kontrol
- Apotik
- Klinik rawat jalan
- IGD
- Radiologi
- perkantoran
- dll IPAL

Laundry Penangkap Busa

Saluran
Umum
Penangkap
Instalasi Gizi Lemak
h. Petugas operator IPAL akan mencatat debit outlet air limbah setiap
hari
i. Petugas operator IPAL akan melakukan pengukuran terhadap suhu
dan pH pada outlet air limbah setiap hari.
j. Setiap 6 bulan sekali, Kantor Lingkungan Hidup akan melakukan
sidak terhadap kualitas outlet air limbah
k. Setiap 1 bulan sekali, kualitas outlet akan dilakukan pemeriksaan
di Laboratorium Kesehatan atau Laboratorium BLH Propinsi
l. Adapun baku mutu oulet untuk limbah RS sesuai dengan
KepMenLH no. 58 /Kep.MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi kegiatan rumah sakit.
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

PARAMETER KADAR MAKSIMUM


FISIKA :
Suhu 30º C
KIMIA :
- pH 6 -9

- BOD 5 30 mg / l

- COD 80 mg /l

- TSS 30 mg / l

- NH3 bebas
0.1 mg / l
- Phosphat ( PO 4 )
2 mg / l

MIKROBIOLOGIS :
MPN Kuman Golongan Koli 10.000
F. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Penganggu lainnya
1. Persyaratan untuk rumah sakit sebagai berikut :
a. Tidak ditemukannya tanda- tanda keberadaan tikus terutama
pada daerah bangunan tertutup ( core ) rumah sakit
b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang
memungkinkan nyamuk masuk ke dalam ruangan , terutama
ruang perawatan
c. Tidak ditemukannya lalat di dalam bnagunan tertutup rumah
sakit
d. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing

2. Kegiatan surveilans dilakukan terhadap :


a. Nyamuk : pengamatan jentik, pengamatan lubang dengan kawat
kasa, kontruksi pintu harus membuka ke arah luar.
b. Kecoa : mengamati keberadaan kecoak, pengamatan dilakukan
secara visual dengan bantuan senter setiap 2 minggu, bila ada
tanda – tanda kecoak maka segera dilakukan upaya
pemberantasan.
c. Tikus :mengamati keberadaan tikus .
d. Lalat : mengukur kepadatan lalat secara berkala.
e. Binatang pengganggu lainnya : mengamati atau memantau
secara berkala keberadaan kucing .

3. Kegiatan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :


a. Nyamuk
1) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk ( PSN ) dengan 3
M (mengubur, menguras dan menutup ).
2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran
dalam keadaan tertutup.
3) Pembersihan tanaman sekitar RS secara berkala yang
menjadi tempat perindukan.
4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan.
b. Kecoa
1) Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada
tempat tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi persyaratan kesehatan.
3) Menutup lubang – lubang atau celah – celah agar kecoa
tidak masuk ke dalam ruangan.
c. Tikus
1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang – lubang di
dinding, plafon, pintu dan jendela.
2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan.
d. Lalat
1) Melakukan pengelolaan sampah / limbah yang memenuhi
syarat kesehatan.
e. Binatang pengganggu lainnya
1) Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
4. Pengendalian yang dilakukan meliputi :
b. Pengendalian terhadap nyamuk
1) Dapat dilakukan dengan cara abatisasi atau dengan
menggunakan predator.
2) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di
rumah sakit , maka perlu dilakukan pengasapan ( fogging )
di rumah sakit.
c. Pengendalian terhadap kecoa
1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis :
membersihkan telur yang terdapat pada celah – celah
dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan
dengan dibakar / dimusnahkan.
2) Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan
kimiawi, secara fisik atau mekanik dengan cara membunuh
langsung kecoa dengan alat pemukul, menyiram tempat
perindukan dengan air panas, menutup celah – celah
dinding, sedangkan secara kimiawi dengan menggunakan
insektisida dengan pengasapan, bubuk , semprotan dan
umpan.
d. Pengendalian terhadap tikus
1) Secara fisik dengan pemasangan perangkap, pemukulan
atau sebagai alternative terakhir dapat dilakukan secara
kimia dengan menggunakan umpan beracun.
e. Pengendalian terhadap lalat
Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah melebihi 2 ekor per
blok grill maka dilakukan pengendalian lalat secara fisik,
biologic dan kimia.
k. Pengendalian terhadap binatang penganggu lainnya
Bila terdapat kucing dan anjing maka perlu dilakukan :
1) Penangkapan kemudian dibuang jauh dari rumah sakit.
2) Bekerjasama dengan perusahaan Pest Control

G. Tata Laksana Pelayanan Kesehatan Lingkungan


i. Penyehatan lingkungan kerja, monitoring:
a. Pemeliharaan ruang bangunan
1) Melakukan pembersihan minimal pagi dan sore hari
2) Pembersihan lantai di ruang perawatan sebaiknya dilakukan
setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien dan
dilakukan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
3) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus
dihindari
4) Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang
tepat
5) Masing-masing ruangan hendaknya memiliki perlengkapan
pel sendiri
6) Setiap percikan ludah, eksudat, darah pada dinding harus
dibersihkan dengan bahan antiseptic/desinfektan.
7) Air minum dan air bersih harus tersedia ditempat kerja yang
membutuhkan
8) Air minum dan air bersih harus tersedia harus telah
memenuhi persyaratan dan penyehatan air sesuai dengan
kerangka acuan yang mengatur hal tersebut
9) Fasilitas toilet dan kamar mandi harus tersedia dan mudah
dijangkau
10) Fasilitas toilet dan kamar mandi harus selalu terpelihara
dalam keadaan bersih
11) Lantai toilet dan kamar mandi hendaknya terbuat dari bahan
yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah
dibersihkan
12) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi
hendaknya langsung berhubungan dengan udara luar
13) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
14) Toilet dan kamar mandi harus dilengkapi dengan sloan
menjaga kebersihan
15) Pada ruang-ruang khusus, seperti kamar operasi dan dapur,
hendaknya lokasi toilet tidak berhubungan langsung dengan
ruangan tersebut
b. Pengaturan Pencahayaan
1) Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan
harus harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup
berdasarkan fungsinya
2) Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja maupun
untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan
penerangan
3) Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum
dan penerangan malam hari serta disediakan saklar di dekat
pintu masuk, disekitar bed pasien dan ditempatkan pada titik
yang mudah terjangkau dan tidak berisik
c. Pengaturan Ventilasi
1) Dalam penggunaan sistem pendingin hendaknya dipelihara
dan dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga
menghasilkan suhu, kelembaban, dan aliran udara yang
nyaman bagi pasien dan karyawan
2) Tempat yang mengunakan AC sentral harus diperhatikan
cooling towernya agar tidak menjadi tempat perindukan
3) bakteri Legionella dan untuk AHU (Air Hundling Unit)
filter/penyaringnya harus dibersihkan dari debu bakteri dan
jamur
4) Untuk mengurangi kaar disinfeksi dengan menggunakan
aerosol (resorcinol, trietylen gligol)
d. Pengaturan Kebisingan
1) Lingkungan kerja yang menimbulkan kebisingan ditempatkan
pada lokasi yang agak jauh dari lingkungan kerja lainnya
2) Karyawan yang bekerja pada tempat tersebut diberi alat
pelindung diri dari kebisingan yang diatur pada kerangka
acuan mengenai APD

ii. Penyehatan Makanan dan Minuman, Monitoring :


a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas
baik
1) Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari Instalasi
Gizi atau luar rumah sakit/jasa boga harus diperiksa secara
fisik dan laboratorium minimal 1 bulan sekali
2) Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal
dari sumber lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya
sebelum dihidangkan
3) Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label
dan merk serta dalam keadaan baik
4) Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet,
pemanis buatan) harus sesuai dengan ketentuan
5) Tempat bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, bahna kimia berbahaya,
serangga dan hewan lain. Terdapat persyaratan khusus
berdasarkan jenis makanan yang disimpan;
b. Bahan makanan kering
1) Tempat penyimpanan bahan makanan kering hendaknya
dijaga kekeringannya, jauh dari tempat drainase, bahan
makanan sebaiknya diletakkan 15-25 cm di atas lantai untuk
menjaga apabila ada kebocoran air
2) Tempat penyimpanan harus bebas dari tikus dan serangga
3) Sirkulasi udara ditempat penyimpanan harus terjamin dengan
baik
c. Bahan makanan basah mudah membusuk dan minuman
1) Pintu tempat penyimpanan tidak boleh sering dibuka karena
akan mempengaruhi suhu
2) Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman disimpan
pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10°C – 15°C
3) Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 4°C –
10°C
4) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin
sekali (frozen) dengan suhu < 0°C
5) Pengambilan dengan cara First in First Out (FIFO) yaitu
yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu agar tidak ada
makanan yang busuk
6) Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain)
harus tertutup
d. Makanan jadi
1) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam
berat dan residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas
yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas
dan tertutup serta segera disajikan
e. Pengaturan Pegolahan makanan
1) Tempat pengolahan makanan
a) Tempat pengolahan makanan di dapur sesuai dengan
persyaratan konstruksi ruangan dapur
b) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan
selalu dibersihkan dengan antiseptik
c) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi
sungkup asap
2) Peralatan masak
a) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun ke
makanan
b) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor
c) Lapisan permukaan tidak larut dalam asam/basa atau
garam-garam yang dijumpai dimakanan
d) Peralatan segera dicuci setelah digunakan selanjutnya di
desinfeksi dan dikeringkan
e) Peralatan yang sudah kering disimpan dalam keadaan
kering dan terlindungi dari vektor penyakit
3) Penjamah makanan
a) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
b) Secara berkala minimal 2 tahun sekali diperiksa
kesehatannya oleh dokter yang berwenang, meliputi
pemeriksaan kesehatan umum dan rectal swab
c) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan
pelindung pengolahan makanan dapur
d) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kerja dan
setelah keluar dari kamar kecil
4) Pengangkutan makanan
a) Makanan di angkut dengan menggunakan kereta dorong
yang tertutup dan bersih
b) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, masih
tersedia ruang sirkulasi udara
c) Jalur pengangkutan makanan harus terpisah dengan jalur
pengangkutan bahan/barang kotor
5) Penyajian makanan
a) Penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran
b) Peralatan penyajian terjamin kebersihannya
c) Makanan disajikan dengan tertutup
d) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat
dan berpakaian bersih
e) Makanan menginap tidak boleh disajikan lagi
iii. Penyehatan Air, Monitoring :
a. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilens
kualitas air antara lain:
1) Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih
rumah sakit dilaksankan minimal 1 tahun sekali
2) Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air pada
sarana penyediaan air minum/air bersih rumah sakit
3) Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan
minimal 2x setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali
pada musim hujan) dan titik pengambilan sampel pengambilan
sampel masing-masing pada tempat penampungan dan kran
terjauh dari reservoir
4) Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi
terutama pada kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar
bersalin, kamar bayi dan ruang makan, tempat penampungan,
secara acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada
sistem air, dan titik-titik lain yang rawan pencemaran
5) air pada butir 3 dan 4 tersebut diatas dikirim dan diperiksakan
pada laboratorium
6) Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan
sendiri oleh pihak rumah sakit atau pihak ketiga
7) Sewaktu-waktu Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
dalam rangka pengawasaan/uji petik penyelenggaraan
penyehatan lingkungan rumah sakit, dapat mengambil
langsung sampel air pada sarana penyediaan air minum/dan
atau bersih rumah sakit untuk diperiksa
8) Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan
kualitas air untuk pengukuran sisa khlor bila menggunakan
disinfektan kaporit, pH dan kekeruhan air minum atau air
bersih yang berasal dari sistem perpipaan dan atau pengolahan
air pada titik tempat yang dicurigai rawan pencemaran
9) Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan
lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan
pemeriksaan laboratorium
5. Pengelolaan Sampah dan Limbah, Monitoring :
a. Pengelolaan sampah medis dan non medis
1) Pengelolaan sampah medis
a) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah
sebelum membelinya.
b) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kima.
c) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada
secara kimia.
d) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku
sampai menjadi limbah berbahaya dan beracun.
e) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
f) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal
untuk menghindari kadaluarsa.
g) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan (isi dari
kemasannya di buang)
h) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar
oleh distributor.
i) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari
sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah padat, benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
j) Tempat pewadahan limbah medis padat, terbuat dari bahan
yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap aiar, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya,
misalnya, fiber glass.
k) Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia
tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non
medis.
l) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
m) Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada
tempat khusus (saftey box) seperti botol atau karton yang
aman.
n) Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan
sitotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah harus
segera dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan
dipergunakan nkembali, sedangkan untuk kantong plastik
yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah
tersaebut tidak boleh dipergunakan.
o) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi meliputi sterilisasi meliputi pisau bedah
(scapel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan
kontainer.
p) Bagi rumah sakit yang mempunyai Instalasi Pengolahan
Limbah Padat (IPLP) di lingkungannya harus megolah
limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
q) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai Instalasi
Pengolahan Limbah Padat (IPLP), maka limbah medis
padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan
rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai Instalasi
Pengolahan Limbah Padat (IPLP) untuk dilakukan
pemusnahan selambat-lambatnya 90 hari apabila disimpan
pada suhu ruang.
r) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke
kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer
yang kuat dan tertutup.
s) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan
manusia maupun binatang.
t) Petugas yang menangani limbah harus menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri dari :
1) Topi/helm
2) Masker
3) Pelindung mata
4) Pakaian panjang (cover all)
5) pelindung kaki/sepatu boot
6) Sarung tangan khusus (dispossable gloves atau heavy
duty gloves)
u) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan
agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan
pengolahan panas dan basah seperti dalam autoklaf sedini.
untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara
disinfeksi.
v) Benda tajam harus diolah diolah dengan Instalasi
Pengolahan Limbah Padat (IPLP) bila memungkinkan dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.
kapsulasi juga cocok untuk benda tajam.
w) Setelah insenerasi atau disinfeksi residunya dapat dibuang
ke tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika
residunya sudah aman.
x) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat di olah dengan
incenerator pirolitik (pyrolytik incenerator), rotary kiln,
desorpsi panas atau dikubur secara aman, sanitary lanfill,
dibuang kesarana air limbah atau insenerasi. tetapi dalam
jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang
khusus seperti rotary kiln, kapsulasi dalam darum logam
dan insenerasi.
y) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus
dikembalikan kepada distributor sedangkan bila dalam
jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan,
supaya dimusnahkan melalui incenerator pada suhu di atas
1000°C atau dengan desorpsi termal dengan suhu 600°C.
z) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah
umum.
aa) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus yang
tertutup.
bb) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada
tempat yang kuat.
cc) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit
menggunakan kendaraan khusus.
b. Pengelolaan sampah non medis
1) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah
yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali.
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah
basah dan limbah kering.
3) Tempat pewadahan limbah padat non medis terbuat dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian
dalamnya, fiberglass.
4) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan.
5) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau
sesuai dengan kebutuhan.
6) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x
24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh
limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
7) Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan
ketempat penampungan sementara menggunakan troli
tertutup.
8) Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis
sementara dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan
dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat bagi
lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
9) Tempat penampungan sementara limbha padat harus kedap
air, bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang
tidak terisi serta mudah dibersihkan. Terletak pada lokasi
yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24
jam.
10) Pengolahannya dengan cara upaya mengurangi volume,
mengubah bentuk atau memusnahkan limbah padat dilakukan
pada sumbernya. limbah yang masih dapat dimanfaatkan
hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik
menjadi pupuk.
11) Lokasi pembuangan limbah padat umum (domestik) dibuang
ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh pemerintah
daerah atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
c. Pengolahan limbah cair RS
1) Limbah medis cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang
sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi,
volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.
2) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem
saluran tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir dengan
lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
3) Rumah Sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair
sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan
di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila
belum ada atau terjangkau sistem pengolahan air limbah
perkotaan.
4) Perlu di pasang alat pengukur debit limbah cair untuk
mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.
5) Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan
saluran air limbah yang dihasilkan.
6) Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak
mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang
7) berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang
berwenang.
8) Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent)
dilakukan setiap bulan sekali sekali untuk swapantau dan
minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9) Rumah Sakit yang menghasilkan limbah cair yang
mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya
dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
10) Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai
dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit
yang bersangkutan.
d. Pengelolaan limbah B3
1) Kepala unit/ruangan melakukan identifikasi menentukan jenis
limbah yang dikeluarkan (dengan mengacu MSDS)
2) Petugas sanitasi ruangan menyediakan wadah untuk sisa
penggunaan material B3 seperti ember dan ada identifikasinya.
Wadah tersebut terdiri atas:
a) Wadah untuk limbah bahan kimia cair
b) Wadah untuk limbah bahan kimia padat
c) Wadah untuk material telah tercampur bahan kimia
3) Petugas pengguna B3 membuang sisa – sisa penggunaan bahan
baik cair, padat, maupun material yang telah tercampur bahan
kimia, dalam wadah yang telah disediakan (ditempat
penyimpanan sementara di masing- masing bagian)
4) Petugas sanitasi membawa wadah yang berisi sisa – sisa bahan
kimia yang sudah penuh ke TPS yang telah disediakan dan
dilengkapi dengan alat penampung tumpahan. Pastikan bahwa
tidak ada limbah yang tercecer saat pengangkutan ke TPS.
5) Petugas limbah B3 melakukan pencatan jenis limbah dan
jumlah limbah B3, serta menyerahkan bukti serah terima
limbah B3 kepada petugas sanitasi yang mengirimkan limbah
B3 tersebut (penyimpanan B3 di TPS paling lama 90 hari).
6) Kabag Pemeliharaan mencari vendor pengolah limbah B3 yang
mempunyai izin sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7) Vendor pengolah mengangkut limbah sesuai surat perjanjian
yang telah disepakati dan memiliki izin resmi.
8) Petugas limbah B3 rumah sakit meminta bukti dokumen
penyerahan limbah B3 (manifest) kepada vendor
9) Kabag pemeliharaan menyimpan catatan pengelolaan limbah,
kemudian dokumen/manifest limbah B3 tersebut dikirimkan ke
BLH Provinsi.
6. Pengelolaan Linen, Monitoring :
a. Tata Ruang Loundry
1) Ditempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan
tekanan aliran yang memadai, air panas untuk disinfektan
2) Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan
saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang
dapat mencuci jenis-jenis linen yang tersedia dan mencuci
jenis-jenis linen yang berbeda
3) Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen
infeksius dan non infeksius
4) Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum
dialirkan ke instalasi pengolahan limbah
5) Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai
kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang
untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci,
ruang kereta linen, kamar dan ruang peniris atau pengering
untuk alat-alat termasuk linen
6) Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak
lain itu harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah
ditetapkan
7) Perlakuan terhadap linen
b. Pengumpulan
1) Pemilihan antara linen infeksius dan non infeksius dan non
infeksius dimulai dari sumber dan memasukkan linen ke dalam
kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi label.
2) Menghitung dan mencatat linen di ruangan
c. Penerimaan Pengeringan
1) Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara
infeksius dan non infeksius
2) Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
3) Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas
mesin cuci dan kebutuhan detergen dan disinfektan
4) Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan
muntahan, kemudian merendamnya dengan menggunakan
disinfektan
5) Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya
d. Penyetrikaan
1) Petugas linen mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan air
mengalir.
2) Petugas linen memilah linen bersih sesuai dengan jenis bentuk
dan fungsinya.
3) Semua linen disetrika dengan mesin roll kecuali linen yang
berkancing secara manual.
4) Petugas linen memeriksa linen bila sobek atau terkena noda
lakukan perbaikan atau spoting.
5) Petugas linen melipat linen dengan identitas diletakkan diatas.
6) Petugas linen mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan air
mengalir.
7) Simpan linen yang sudah dilipat di almari atau rak linen bersih
sesuai dengan unit masing-masing.
e. Penyimpanan
1) Linen harus dipisahkan sesuai dengan jenisnya
2) Linen bau yang diterima ditempatkan dilemari bagian bawah
3) Pintu lemari selalu ditutup
f. Distribusi
Distribusi dilakukan dari petugas penerima, kemudian petugas
menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan
g. Pengangkutan
1) Kantong untuk membungkus linen bersih bedakan dengan
kantong untuk membungkus linen kotor
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara
linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci
3)
4) dengan disinfektan setelah digunakan untuk mengangkut linen
kotor
5) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh
dilakukan bersamaan
6) Linen bersih diangkut dengan kereta dorong
h. APD
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan
memperoleh imunisasi hepatitis B.

7. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya,


monitoring :
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk
menguraikan atau menurunkan populasi vektor dengan maksud
mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan vektor atau
gangguan yang diabaikan vektor.
a. Melakukan penyemprotan/spraying untuk melakukan
pengendalian hama dalam jenis serangga
b. Melakukan pengasapan/fogging untuk mengatasi hama nyamuk
dan lalat
c. Pemasangan Insect killer untuk mengatasi hama nyamuk dan
lalat
d. Melakukan rodent control untuk mengendalikan hama tikus
e. Treatment cat control
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan
untuk pengajuan kebutuhan logistik ATK/ ART serta keperluan gudang
teknik selama satu tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun
berjalan. Setiap anggaran yang dibuat diharapkan dapat digunakan secara
optimal dalam tahun berjalan. Sistem Logistik yang digunakan mengacu pada
panduan logistik yang dibuat oleh Bagian Logistik dan Inventaris dengan
mengacu pada sistem yang baku.

B. Permintaan & Pengadaan


Semua permintaan barang yang berkaitan dengan kebutuhan sanitasi rumah
sakit dilakukan dengan menulis form permintaan barang yang dibutuhkan di
tandatangani oleh Ka. Ins Sanitasi dan disetujui oleh Direktur Umum
kemudian form diserahkan ke Bagian Logistik

C. Monitoring & Evaluasi


Monitoring pelayanan sanitasi dilakukan oleh Ka. Ins sanitasi, mengontrol
semua parameter kesehatan lingkungan yang telah dikerjakan,
Semua hasil dievaluasi setiap 1 minggu sekali, setiap 1 bulan sekali untuk
rapat bulanan, dan semester dengan pihak manajemen.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Program keselamatan pasien yang dilakukan di unit kerja kesehatan


lingkungan, seperti :
1. Peningkatan komunikasi efektif dengan cara wawancara kepada setiap
pengunjung di di Rumah Sakit Ibu dan anak Gebang Medika
Tangerang atau dengan cara kuesioner atau check list untuk setiap unit
terkait.
2. Pada saat melakukan check list inspeksi K3, petugas memperhatikan
keselamatan pasien dengan cara berkoordinasi sebelumnya dengan
Penanggung jawab ruangan terkait, memberikan informasi terlebih
dahulu kepada pasien serta memperhatikan penggunaan APD dan
kebersihan tangan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Monitoring dan Evaluasi Penyehatan Lingkungan


Dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi penyehatan
lingkungan harus mengikuti ketentuan yang berlaku di K3 RS. Peralatan
keselamatan kerja pada saat monitoring dan evaluasi seperti :
1. Masker
2. Sarung Tangan
3. Sepatu Boot
4. Apron
5. Pelindung Kepala
B. Penanganan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja disini adalah kecelakaan yang terjadi dari karyawan pada
saat berangkat dari rumah ke tempat kerja, kejadian ditempat kerja, dan dalam
perjalanan dari tempat kerja ke rumah. Bila terjadi kecelakaan karyawan yang
bersangkutan melaporkan kepada kepala unit kerja untuk seterusnya dilaporkan
kepada bagian SDM paling lambat dalam waktu 2x24 jam. Penanganan
kecelakaan kerja akibat kerja dilakukan di IGD Rumah Sakit Ibu dan Anak
Gebang Medika. Apabila kecelakaan kerja di luar Rumah Sakit Ibu dan Anak
Gebang Medika maka penanganan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
terdekat untuk selanjutnya ditangani atau dirujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
Gebang Medika.

C. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Untuk petugas cleaning service
a. Sepatu boot
b. Sepatu karet
c. Masker
d. Sarung tangan rumah tangga
e. Sarung tangan medis
2. Untuk petugas operator IPAL
a. Sepatu boot
b. Masker
c. Sarung tangan rumah tangga
d. Sarung tangan tahan panas
3. Untuk petugas pest control
a. Sepatu boot
b. Sarung tangan rumah tangga
c. Masker

D. Program Pemeriksaan Kesehatan


1. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan sebelum calon karyawan
masuk menjadi karyawan Rumah Sakit Ibu dan Anak Gebang Medika
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check up) untuk karyawan
yang telah bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Gebang Medika
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kalibrasi Alat
Alat yang harus dikalibrasi meliputi : pH meter, Lux meter, Hygro meter,
Sound Level meter, dll. Alat-alat tersebut harus dikalibrasi minimal satu
tahun sekali.Kalibrasi dilakukan oleh teknisi elektromedis atau secara
eksternal oleh lembaga kalibrasi dan kartu pemeliharaan.

B. Preventive Maintence Alat


Perawatan alat berkala dilakukan dengan cara hand over alat dari satu shift
ke shift berikutnya, dilakukan pembersihan alat setelah digunakan dan
dikembalikan ke tempat semula tempat penyimpanan. Ada pengecekan
harian oleh unit dan secara berkala setiap 2 minggu hingga 3 bulan sekali
yang dilakukan oleh sub bagian Pemeliharaan Sarana dan
didokumentasikan dalam check list maintenance dan kartu pemeliharaan.

C. Coorective Maintenance
Bila ada alat rusak, maka unit mengajukan proses perbaikan kepada sub
bagian Pemeliharaan Sarana, dengan menggunakan form perbaikan barang. Jika
alat tidak dapat diperbaiki, maka unit mengajukan permintaan penggantian alat
atau perbaikan alat dilakukan oleh vendor. Proses ini didokumentasikan di kartu
maintenance alat

D. Pendidikan dan Pelatihan Staf


1. Mandatory Training
a. Basic Life Support
b. PPI & Hand Hygiene
c. Patient Safety
d. Customer Service
e. Service Exelent
f. Mutu
2. Pelatihan lain
a. Pelatihan Customer Service
b. Pelatihan manajemen lingkungan
c. Pelatihan Housekeeping RS
d. Pelatihan pengelolaan limbah RS

E. Indikator Mutu Pelayanan

ABSTRAKSI DATA INDIKATOR MUTU SANITASI

Judul Indikator : Angka Tidak Adanya Sampah Ruang Perawatan


yang Tercampur

Definisi Operasional : Adalah tidak adanya sampah ruang perawatan yang


tercampur antara medis dengan non medis, yang
dinyatakan dalam persentase. Hal ini
menggambarkan keberhasilan pemilahan sampah
yang dihasilkan di setiap ruangan perawatan ke
tempat sampah medis dan non medis.

Bagian/Unit : Instalasi Sanitasi


PersonaI Charge : Kepala Unit Hygiene Sanitasi dan IPCN
Kebijakan Mutu : Keamanan
Pemilahan sampah medis dan non medis harus
dilakukan di setiap ruangan oleh semua petugas yang
Rasionalisasi :
mengasilkan sampah , sehingga sampah medis dan
non medis tidak tercampur .

Jumlah ruang perawatan yang sampah medis dan


non medis masih tercampur
Formula Kalkulasi
X 100%
Jumlah seluruh ruang perawatan yang menghasilkan
sampah medis dan non medis
Jumlah ruang perawatan yang sampah medis dan non
Numerator :
medis masih tercampur dalam 1 bulan

Jumlah seluruh ruang perawatan yang menghasilkan


Denominator :
sampah medis dan non medis dalam 1 bulan

Kriteria Inklusi : Ruang Perawatan


Kriteria Eksklusi : Ruang Non-perawatan
Metodologi
: Concurent
Pengumpulan Data

Tipe Pengukuran : Proses dan outcome

Check list harian pemilahan sampah medis dan non


Sumber Data :
medis di ruangan

Waktu Pelaporan : Takhir bualan berjalan


FrekuensiPelaporan : Satu bulan satu kali
Target Kinerja : 0%
Jumlah Sampel : Catatan harian pemilahan sampah di ruang perawatan
Area Monitoring : Ruang perawatan
Rencana Komunikasi
: Melalui rapat bulanan
ke Staf

039/SK-RSIAGM/I/2018 Tentang Pedoman Pelayanan


Referensi :
Sanitasi

\
F. Jadwal Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
Dilakukan sesuai dengan sasaran mutu.

- diberikan ke setiap unit terkait (terlampir).


BAB IX
PENUTUP
Pelayanan Sanitasi di Rumah Sakit bertujuan agar petugas, pasien,
masyarakat dan lingkungan Rumah Sakit selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,
kemapuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Demikian pula
dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran
program Sanitasi ini harus berpartisipasi secara aktif.

Saat ini masyarakat semakin peduli dan peka terhadap lingkungan yang
kita tempati sekarang ini .Rumah Sakit merupakan salah satu unsur
penyumbang pencemaran terhadap lingkungan baik berupa pencemaran
udara, air maupun tanah jika pengelolaan kesehatan di rumah sakit tidak
terkelola dengan baik dan benar.

Untuk itu pengelolaan sanitasi / kesehatan lingkungan di suatu rumah


sakit sangat penting dan harus senantiasa dilaksanakan berdasarkan /
mengacu pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Selain itu faktor sanitasi juga merupakan salah satu faktor penunjang
keberhasilan suatu pelayanan di bidang kesehatan khususnya di rumah
sakit.

Oleh karena itu Sumber Daya Manusia yang ada di bagian sanitasipun
harus selalu ditingkatkan mengikuti dengan perkembangan ilmu dan
teknologi yang ada. Selain dari SDM sendiri, fasilitas dan peralatan juga
akan sangat mendukung keberhasilan pelayanan unit hygiene sanitasi.

Ditetapkan : di Tangerang
Pada tanggal : 20 Agustus 2018
Direktur

dr. Amelia Verawati Hidayat.

Anda mungkin juga menyukai