Anda di halaman 1dari 44

KODE/BIDANG ILMU: 371/ ILMU KEPERAWATAN

USULAN PENELITIAN
PENELITI PEMULA

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesiapan Masyarakat Dalam


Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Marapi Di Kecamatan Sungai Puar

TIM PENGUSUL

Ns. Ida Suryati, M.Kep : Ketua Tim Penelitian


NIDN: 1030047503
Ns.Yaslina, M.Kep,Sp.Kom : Anggota Tim Penelitian
NIDN: 1006037301
Ns. Muhammad Arif, M.Kep : Anggota Tim Penelitian
NIDN: 1014098402

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PERINTIS


SUMATERA BARAT
APRIL 2016

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
ABSTRAK iv
I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
5
II : TINJAUAN PUSTAKA
6
A. Konsep Bencana
B. Perilaku 6
C. Peran Perawat Komunitas
12
III : METODE PENELITIAN
13
A. Kerangka Konsep
16
B. Tehnik Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisa Data
16
IV : BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
16
A. Anggaran Biaya
B. Jadwal Penelitian 16
18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 19

ABSTRAK
iii
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi keadaan masyarakat salah satunya
adalah keadaan bencana atau masyarakat yang tinggal di rawan bencana. Salah
satu bencana alam yang terjadi adalah erupsi gunung berapi. Negara Indonesia
ternyata di kelilingi oleh puluhan gunung berapi yang masih aktif dan sewaktu-
waktu dapat meletus. Terdapat sekitar 147 gunung berapi yang ada di wilayah
Indonesia dari sabang sampai merauke, sedangkan yang masih aktif diperkirakan
sekitar 83 gunung berapi. Sumatera Barat sendiri memiliki beberapa gunung
berapi, diantaranya adalah Gunung Sago, Gunung Talang, Gunung Singgalang,
Gunung Marapi, dll. Salah satu gunung yang masih aktif berada di Kabupaten
Agam, di Kecamatan Sunagai Puar adalah Gunung Marapi dengan tinggi 2.891
meter di atas permukaan laut (mdpl). Bencana dapat memberikan efek yang
langsung dan tidak langsung kepada kehidupan manusia dan lingkungan .Efek ini
dapat dikurangi jika semua pihak termasuk masyarakat memiliki perilaku yang
baik dalam kesiapan menghadapi bencana.Faktor-faktor yang dapat
memepngaruhi dalam perilaku kesipana bencana meliputi : pengetahuan, sikap,
persepsi, motivasi dan keinginan. Perilaku dalam kesiapan masyarakat
menghadapi ancaman bencana masih sangat kurang, masyarakat luas banyak yang
tidak mengenal, apalagi sampai memahami dan menjalankan prinsip-prinsip
managemen bencana pada tahap persiapan bencana. Hasil survey awal di
Kecamatan Sunagai Puar dari empat nagari yang dimiliki tiga nagari merupakan
kawasan yang paling dekat dengan kaki Gunung Marapi atau derah zona merah
dan Kecamatan ini ditetapkan sebagai Kecamatan Siaga Bencana dengan sudah
adanya kegiatan sosialisasi bencana. Hasil wawancara yang dilakukan pada 6
oranganggota masyarakat, tidak mengetahui tindakan apa yang akan diambilnya
pada saat terjadi letusan, belum menentukan tempat pengungsian yang aman, dan
belum mempersiapkan perlengkapan kebutuhan dasar darurat sebelum terjadi
letusan Gunung Marapi dan dan tidak perlu dipersiapkan secara khusus karena
bencana tidak tahu kapan terjadinya.

Key Word : Bencana, Keinginan, Kesiapan, Motivasi, Pengetahuan, Perilaku


Persepsi

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan
manusia.Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan
fisik yang dapat mempengaruhi keadaan komunitas salah satunya adalah
keadaan bencana atau lingkungan (wilayah) rawan bencana (Allender &
Spradley, 2005).Wilayah rawan bencana (hazard region) adalah suatu kawasan
dipermukaan bumi yang rawan bencana alam akibat proses alam maupun non-
alam(Farah, 2011). Sementara itu menurut Linda (2011) kawasan rawan
bencana adalah suatu wilayah yang memiliki kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi yang untuk jangka waktu tertentu tidak dapat atau
tidak mampu mencegah, meredam, mencapai kesiapan, sehingga mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Berbagai macam kejadian bencana yang terjadi dimuka bumi, yaitu bencana
alam (natural disaster), bencana buatan manusia (man made disaster), dan
bencana sosial (social disaster). Salah satu bencana alam yang terjadi adalah
dari gunung berapi.Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas
vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung
api berkaitan dengan zona kegempaan aktif, disebabkan karena berhubungan
dengan batas lempengan. Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri
jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi
apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa
bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak
dan mematikan
Negara Indonesia ternyata di kelilingi oleh puluhan gunung berapi yang masih
aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Terdapat sekitar 147 gunung berapi
yang ada di wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke, sedangkan yang
2

masih aktif diperkirakan sekitar 83 gunung berapi. Hal ini disebabkan karena
letak geografis Negara Indonesia yang diapit oleh dua samudera, yaitu
(Samudera Hindia dan Pasifik), serta letak geologis Indonesia pada pertemuan
tiga lempeng utama dunia, yaitu (Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan
Pasifik), dan juga kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat
beragam (geospasial.bnpb.go.id2011, diakses 20 Maret 2014).
Akbar (2014) menyatakan Sumatera Barat memiliki beberapa gunung berapi,
diataranya adalah Gunung Sago, Gunung Talang, Gunung Singgalang, Gunung
Marapi. Gunung Marapi merupakan gunung setinggi 2.891 meter di atas
permukaan laut (mdpl) berada di wilayah administrasi Kabupaten Agam,
namun dapat dilihat dari Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang dan
Kabupaten Tanah Datar. Sejumlah tempat di wilayah itu, terancam menjadi
area berdampak bila marapi sewaktu-waktu meletus dengan daya letusan
tinggi.
Pada saat terjadi bencana biasannya semua pihak panik dan akhirnya timbul
korban dan kerusakan yang lebih besar.Stanhope dan Lancaster (2007)
menyatakan bahwa perawat sebaiknya memahami apasumber yang tersedia di
komunitas dalam persiapan terhadap bencana, mengetahui efek dari bencana
yang terjadi dan bagaimana mengembangkan kerjasama dalam menangani
bencana di komunitas. Menurut Ramli (2010) menyatakan, selain dari peran
perawat, masyarakat juga sangat berpengaruh dalam manajemen bencana, baik
pada fase pra bencana, saat bencana, maupun pasca bencana. Jika masyarakat
memahami dan menjalankan manajemen bencana dengan baik, keparahan
dampak bencana mungkin dapat ditekan.Menurut Coalition for Health
Funds(2002) bahwa kesadaran dan keterlibatan masyarakat harus sangat
mendukung dalampersiapan bencana yang optimal, yaitu untuk mencapai
kesehatan yang baik dan pencegahan terhadap bahaya lain dari bencana yang
akan terjadi . Aspek pada masyarakat yang dapat berpengaruh terhadap
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana, yaitu perilaku masyarakat
sendiri terhadap bencana.
3

Menurut Spranger, dalam Notoadmodjo (2010), faktor pembentuk perilaku


manusia, yaitu : pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, motivasi, dan niat.
Hasil penelitian Dorotha (2006) menyatakan bahwa masyarakat
mengemukakan bahwa mereka membutuhkan informasi yang dapat dipercaya
untuk kesiapan dalam menghadapi bencana dari berbagai sumber. Oleh sebab
itu, peran masyarakat sangat dominan dalam penananggulangan bencana, jika
peran tenaga kesehatan dipadukan dengan kesiapan masyarakat dan badan
terkait lainnya, maka akan terwujudnya masyarakat yang siaga terhadap
bencana, sehingga dapat meminimalisir terjadinya dampak serta kerugian
akibat bencana. Meskipun kedatangan suatu bencana itu tidak dapat
diprediksikan, namun dengan adanya kesiapan dari masyarakatnya tentu
merupakan sebuah modal yang sangat berarti bagi wilayah itu dalam hal
penanggulangan bencana.Kesiapan masyarakat dalam menghadapi ancaman
bencana masih sangat kurang, masyarakat luas banyak yang tidak mengenal,
apalagi sampai memahami dan menjalankan prinsip-prinsip managemen
bencana pada tahap persiapan menghadapi bencana (Ramli, 2010).
Salah satu gunung berapi yang masih aktif di Sumatera Barat khususnya di
Kabupaten Agam adalah Gunung Marapi. Status gunung ini dinyatakan
waspada pada 3 Agustus 2013.Pada tanggal 26 Februari 2014, gunungtersebut
menunjukkan eskalasi yang meningkat tajam. Gunung api aktif ini
mengeluarkan abu vulkanik. Erupsi marapi mencapai radius tiga kilometer.
Dampak erupsi kali ini lebih dirasakan oleh masyarakat, dibandingkan
sebelumnya, erupsi ini termasuk terbesar dalam tiga tahu belakangan, namun
tidak ada korban jiwa akibat erupsi tersebut, dan masyarakat diharapkan terus
waspada. Daerah yang terkena siraman abu vulkanik tersebut mengenai
beberapa kecamatan di Kabupaten Tanah Datar dan Agam (Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi Warseno Bukittinggi, 2014).
Salah satu kecamatan di Kabupaten Agam yang yang berada disekitar Gunung
Marapi adalah Kecamatan Sungai Puar.Dari survey awal yang peneliti lakukan
di Kecamatan Sungai Puar didapatkan data terdiri dari lima (5) nagari dengan
total jumlah penduduk 27.661 jiwa. Dari lima nagari tersebut terdapat tiga
4

nagari yang sangat dekat dengan erupsi Gunung Marapi (zona merah) yaitu
Nagari Sunagi Puar, Batu Palano dan Sarik. Hasil wawancara yang dilakukan
dengan aparat wilayah Sungai Puar bahwa kecamatan ini sudah ditetapkan
sebagai Kecamatan Siaga Bencana. Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun
2014 oleh pihak kecamatan yaitu sosialisasi dan eduaksi berkaitan dengan
evaluasi dan penanggulangan bencana. Hasil wawancara yang dilakukan pada
6 oranganggota masyarakat, tidak mengetahui tindakan apa yang akan
diambilnya pada saat terjadi letusan, belum menentukan tempat pengungsian
yang aman, dan belum mempersiapkan perlengkapan kebutuhan dasar darurat
sebelum terjadi letusan Gunung Marapi, misalnya seperti makanan dan
minuman, senter, obat-obatan, dan pakaian, yang dipersiapkan sebelum
terjadinya letusan Gunung Merapi.Menurut masyarakat tersebut bahwa
bencana juga tidak dapat diketahui kapan terjadinya dan tidak perlu
dipersiapkan secara khusus.

B. Rumusan Masalah
Kabupaten Agam khusunya Kecamatan Sungai Puar merupakan salah satu dari
kawasan rawan bencana. Salah satu bencana yang rawan terjadi adalah erupsi
dari Gunung Marapi. Bencana letusan gunung tersebut tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencegah besarnya dampak yang
terjadi baik pada manusia maupun lingkungannya. Upaya pecegahan tersebut
perlu dilakukan oleh semua pihak yaitu pemerintahan, tenaga kesehatan,
lembaga sosial, termasuk masyarakat di wilayah tersebut.Keterlibatan
masyarakat tersebut dapat dilihat melalui perilaku kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana. Hasil wawancara dengan beberapa orang masyarakat di
Nagari Sungai Puar menyatakan tidak tahu dan tidak perlu mempersiapkan
diri dalam menghadapinya karena tidak dapat diprediksi sehingga tidak perlu
disiapkan Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Marapi di Kecamatan
Sungai Puar, Kabupaten Agam tahun 2016”.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiFaktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi
Gunung Marapi di Kecamatan Sungai Puar, Kabupaten Agam tahun 2016
2. Tujuan Khusus:
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya faktor perilaku kesiapan masyarakat
meliputi:pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan dan motivasi
b. Diketahuinya perilaku kesiapan masyarakat dalam menghadapi
bencana di Kecamatan Sungai Puar
c. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana di Kecamatan Sungai Puar
d. Diketahuinya hubungan persepsi dengan perilaku kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana di Kecamatan Sungai Puar
e. Diketahuinya hubungan sikap dengan perilaku kesiapan masyarakat
dalam menghadapi bencana di Kecamatan Sungai Puar
f. Diketahuinya hubungan keinginan dengan perilaku kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana di Kecamatan Sungai Puar
g. Diketahuinya hubungan motivasi dengan perilaku kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana di Kecamatan Sungai Puar
h. Diketahuinya faktor yang dominan perilaku kesiapan masyarakat
dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Marapi di Kecamatan
Sungai Puar
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bencana

1. Defenisi

Bencana (disaster) merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU
No. 24 tahun 2007).
FEMA (Federal Emergency Management Agency) bencana didefinisikan
sebagai sebuah kejadian alam maupun buatan manusia yang menyebabkan
penderitaan manusia danmenimbulkan korban serta membutuhkan bantuan.

2 Jenis Bencana
Menurut UU No. 24 Tahun 2007, bencana diklasifikasikan atas 3 jenis, yaitu
:
a. Bencana Alam (Natural Disaster)
Bencana Alam adalah bencana yang bersumber dari fenomena alam.
Bencana alam terjadi hamper sepanjang tahun diberbagai belahan dunia,
termasuk Indonesia. Jenis bencana alam sangatlah banyak, beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut :Gempa,Tsunami,Letusan Gunung
Api, Banjir,Longsor
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu
1) Bencana alam geologis
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh
gaya-gaya dari dalam bumi. Contohnya seperti : Gempa bumi,
7
tsunami, letusan gunung berapi, longsor/gerakan tanah, amblesan atau
abrasi.

2) Bencana alam klimatologis


Bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan
oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca. Contohnya seperti : Banjir,
banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan
(bukan oleh manusia).
3) Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam ekstra-terestrial adalah bencana alam yang disebabkan
oleh gaya atau energi dari luar bumi. Contohnya Impact atau
hantaman atau benda dari angkasa luar, bencana alam geologis dan
klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.
b. Bencana Buatan Manusia (Man Made Disaster)
Bencana buatan manusia (Man Made Disaster) atau sering juga disebut
bencana non alam, yaitu bencana yang diakibatkan atau terjadi karena
adanya campur tangan manusia. Campur tangan ini dapat berupa langsung
maupun tidak langsung. Buatan manusia langsung, misalnya bencana
akibat kegagalan teknologi di suatu pabrik atau industry. Bencana tidak
langsung misalnya pembabatan hutan yang mengakibatkan timbulnya
bahaya banjir.
3. Dampak Erupsi Gunung Berapi
Menurut Aminudin (2013), bahaya letusan gunung berapi dapat
berpengaruh secara langsung (primer), maupun tidak langsung (sekunder)
bagi kehidupan manusia.
a. Bahaya langsung (primer)
1) Leleran Lava

Leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas, dapat
merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Pada umumnya,
leleran lava gunung api di Indonesia, komposisi magmanya bersifat
menengah, pergerakannya cukup lamban, sehingga manusia dapat
menghindarkan diri dari terjangannya.

2) Aliran Piroklastik (Awan Panas)

Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi


plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau
kubah lava, dan aliran pada permukaan tanah (Surge).

3) Jatuhan Piroklastik

Hujan abu ini merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi


endapan abunya akan merontokkan dedaunan dan pepohonan kecil,
sehingga merusak agro, dan pada ketebalan tertentu dapat
merobohkan atap rumah.

4) Lahar Letusan

Lahar letusan terjadi pada gunung api yang mempunyai danau


kawah. Apabila volume air dalam kawah cukup besar, maka akan
menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan
menumpahkan lumpur panas.

5) Gas Vulkanik Beracun

Gas beracun umumnya muncul pada gunung api aktif, berupa


karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hydrogen sulfida
(H2S), sulfur dioksida (SO2), nitrogen (N2), dll. Pada konsentrasi
diatas ambang batas, dapat menimbulkan kematian.
b. Bahaya Tidak Langsung (Sekunder)
Bahaya sekunder terjadi pada saat / dan setelah gunung api aktif,
diantaranya :
1) Lahar Hujan

Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi


gunung api yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut
oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran
lumpur yang sangat pekat, sehingga dapat mengangkut material
berbagai ukuran.

2) Banjir Bandang
9
Banjir bandang terjadi akibat pelongsoran material vulkanik lama
pada lereng gunung api, karena jenuh air atau curah hujan cukup
tinggi. Aliran lumpur ini tidak begitu pekat seperti lahar, tetapi
cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja disungai, jika
terjadi secara tiba-tiba.

3) Longsoran Vulkanik

Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunung api,


eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunung api, sehingga
menjadi rapuh. Atau terkena gempa bumi yang berintensitas kuat.
Longsoran vulkanik jarang terjadi pada gunung api umum,
sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan
bahaya akibat longsoran vulkanik ini.

4.Tahapan Penanggulangan Bencana (Manajemen Bencana)

Menurut Ramli(2010), Menerangkan bahwa, penanggulangan bencana


merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana
dengan baik dan aman, melalui tiga tahapan sebagai berikut :
a) Pra Bencana
Merupakan tahapan penanggulangan bencana pada kondisi sebelum
kejadian bencna atau pra bencana, yang meliputi, Kesiagaan, Peringatan
Dini, dan Mitigasi bencana.
1) Kesiagaan
Menurut Carter (2000), kesiagaan adalah tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan
individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat
dan tepat.Membangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak
mudah dilakukan karena menyangkut sikap mental dan budaya, serta
disiplin dalam masyarakat.
2) Peringatan dini
10
Langkah ini diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat
tentang bencana yang akan terjadi atau sebelum kejadian bencana itu
sendiri. Peringatan dini disampaikan dengan segara kepada semua
pihak, khususnya kepada mereka yang berpotensi terkena bencana akan
kemungkinan datangnya suatu bencana didaerahnya masing-masing.
3). Mitigasi bencana
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 2008, mitigasi
bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran, dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
b. Saat Bencana
Menurut PP No. 11, Langkah-langkah yang dilakukan dalam kondisi
tanggap darurat, antara lain :
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumber daya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena, dan diperkirakan tingkat
kerusakannya
2) Penentuan status keadaan darurat bencana
Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana,
sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat
bencana sangat besar dan berdampak luas, mungkin bencana tersebut
dapat digolongkan sebagai bencana nasional
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana
Langkah berikutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi
korban bencana. Kemudian besar bencana tersebut menimbulkan
korban yang dapat segera ditemukan, namun tidak jarang juga korban
dapat terjebak atau tertimbun reruntuhan, sehingga diperlukan upaya
yang keras untuk dapat menyelamatkannya.
4) Pemenuhan kebutuhan dasar
Dalam kondisi bencana, kemungkinan besar semua sarana umum,
sanitasi, dan logistik mengalami kehancuran atau sekurangnya
11
terputus. Untuk itu, salah satu langkah yang harus dilakukan adalah
memberikan layanan kebutuhan dasar seperti pangan dan papan.

5) Perlindungan terhadap kelompok rentan


Salah satu prioritas dalam penyelamatan korban bencana adalah
kelompok yang dikategorikan rentan, seperti misalnya anak-anak,
orang tua, penderita kecacatan, pasien dirumah sakit, dan kaum lemah
lainnya. Mereka perlu dibantu terlebih dahulu dan dievakuasi
ketempat yang lebih aman, sehingga tidak menambah jumlah korban
akibat bencana.
6) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital
Tim tanggap darurat juga bertugas untuk segera memulihkan kondisi
prasarana yang mengalami kerusakan akibat bencana, seperti saluran
air minum, listrik, dan telepon. Sarana vital ini sangat menentukan
dalam mendukung upaya pemulihan dan penyelamatan korban akibat
terjadinya bencana
c. Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka
langkah berikutnya adalah melakukan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
(Ramli, 2010) :
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sarana utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan penghidupan masyarakat
pada wilayah pasca bencana.
2) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan
prasarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social dan budaya, tegaknya
12
hokum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

B. Perilaku

1. Defenisi
Skiner (1938, dalam Notoadmodjo, 2010, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar).
2. Jenis perilaku
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Berdasarkan teori perilaku dari ‘Skiner’ tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek, yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, maka perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
Adalah perilaku seseorang atau usaha-usaha untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health
seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan
atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan keluar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Merupakan perilaku bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik, maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga
lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan
lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya, sehingga tidak
13
mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.
Misalnya : bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana erupsi,
bagaimana mengelola atau mempersiapkan diri dalam menghadapi
bencana erupsi serta apa saja yang perlu disiapkan, sehingga dapat
mempersiapkan diri sebelum bencana terjadi dan akan dapat
meminimalkan kerugian akibat bencana tersebut.
.
Pengetahuan

Pengalaman Persepsi

Keyakinan Sikap
Perilak
Fasilitas Keinginan
Sosio-budaya Motivasi

Niat

Determinan Perilaku Manusia

Skema 2.1 Determinan Perilaku Manuasia (Notoadmojo,2010)

C. Peran Perawat Komunitas Dalam Managemen Bencana


Menurut Weenbee (2011) dan Hitchcock, Schubert,, & Thomas(2005) perawat
komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki tanggung jawab
peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap
preimpact, impact/emergency, dan post impact. Peran perawat disini bisa
dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik, pemberi
asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana.
a. Peran dalam pencegahan primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana
ini, antara lain:Mengenali instruksi ancaman bahaya, Mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan saat fase emergensi (makanan, air, obat-obatan,
pakaian dan selimut, serta tenda),melatih penanganan pertama korban
bencana, danberkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
14
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
b. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat
setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing
bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-
kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat
harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan
segera (emergensi) akan lebih efektif atau (triase).

c. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana


1) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari
2) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
4) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan
6) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
7) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain
9) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
15
psikolog dan psikiater
10) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
d. Peran perawat dalam fase setelah bencana (post impact)
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat
untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi
fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali
bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
16

BAB III
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini akan diuraikan kerangka konsep penelitian, tehnik


pengumpulan data dan pengolahan data
A. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Varibel Dependen

Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi : PERILAKU
Pengetahuan KESIAPAN DALAM
Persepsi BENCANA:
Sikap
Keinginan
Motivasi

Skema 3.1 Kerangka Konsep

B. Tehnik Pengumpulan Data dan Analisa Data


Penelitian akan dilakukan padamasyarakat di Kecamatan Sungai Puar dengan
sampel sebayak 212 KK. Tehnik Pengambilan sampel dilakukan
denganmultistage random sampling. Proses diawali dengan meminta izin
penelitian ke Kesbangpol, Dinas Kesehatan, Puskesmas dan kepada pihak
wilayah (camat,nagari dan jorong) serta izin untuk meminta kesedian menjadi
responden melalui etika penelitian. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan mengukur faktor pengetahuan, persepsi, sikap,keinginan dan motivasi
serta perilaku kesiapan dalam bencana erupsi Gunung Merapi dengan
menggunakan kuesionerdan waktu pengisian 30-45 menit.

Penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariatdan multivariat untuk


mengetahuidistribusi frekuensi pengetahuan, persepsi, sikap,keinginan dan
motivasi serta perilaku kesiapan, hubungan faktor pengetahuan, persepsi,
sikap,keinginan dan motivasidengan perilaku kesiapan menggunakan uji chi
squaredengan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% dan mengunakan
analisis bivariat dengan uji regresi logistik untuk mengetahui faktor perilaku
17

yang paling dominan mempengaruhi perilaku kesiapan dalam menghadapi


bencana.

18

BAB IV
BIAYA DAN JADUAL PELAKSANAAN

A. BIAYA
Rekapitulasi Anggaran Penelitian

No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan

1. Gaji dan upah Rp 3.000.000

2. Bahan habis pakai dan peralatan Rp 7.730.000

3. Perjalanan Rp 2.020.000
4. Lain – lain Rp 2.050.000
Jumlah Rp 14.800.000
19

B. JADUAL PELAKSANAAN
Lama kegiatan (Bulan)
No Kegiatan Apri
Maret Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sep Okt
l
2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
2015
1. Mencari literatur yang relevan √
2. Survey kelapangan √
3. Pengajuan proposal √
4. Pengajuan ijin penelitian √
5 Identifikasi responden √
6. Penyebaran kuesioner √ √

7 Pengolahan data dan analisa data √ √


8 Penyusunan laporan penelitian √
Pengajuan laporan dan
9 √
presentasi
10 Penyusunan luaran/artikel √

11 Publikasi penelitian √ √

12 Pengumpulan laporan akhir √


DAFTAR PUSTAKA

Allender. J.A., & Spradley, B.W. (2005). Communnity health nursing: Promoting
and protecting the public’s health. (6thEd.). Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
Aminudin. 2013. Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung : Angkasa.

Antoni, S. 2014. BPBD SUMBAR larang daki tiga gunung .Diakses pada tanggal
20 Maret 2014. http://geospasial.bpbdsumbar.go.id/wp-
content/uploads/2011/06/dusun.html

Berita satu.com. 2014. 19 Gunung Berapi Indonesia Berstatus Waspada. Diakses


pada tanggal 20 Maret 2014. http://www.gunungsemeru.com/2013/04/daftar-
namagunungdi-indonesia-beserta-letaknya.html

DEPKES RI. 2006. Penatalaksanaan Korban Bencana Massal. Edisi ke-3.


Jakarta : DEPKES RI.

Dorotha L.H.Exploration of the know ledge, perceptions of personal R isk and


perc ptio n of the public health response to a Terrorist event or natural
disaster: perspective. . 2006; http://www. proquest.com/docview/pdf,
diperoleh tanggal 5 MAret 2015).

Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., & Thomas, S.A. (1999). Community health
nursing: Caring in action. Albani: Delmas Publisher.

Keputusan Mentri Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penanggulangan Masalah


Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Masyarakat Akibat Bencana dan
Konflik. Jakarta : DEPKES RI.

Mubarak I. W & Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan


Teori. Jakarta : Salemba Medika.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Refisi.


Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : concepts, process
and practice (4thed). Alih bahasa : Yasmin, A., dkk. Jakarta: EGC.

Ramli S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Manajemen).


Jakarta : Dian Rakyat.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing. (6th
Ed). Mosby : St Louis.

UU Republik Indonesia. Nomor 24. Tahun 2007. Tentang Penanggulangan


Bencana.

Weenbee. (2011). Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana.


http://weenbee.wordpress.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam manajemen
bencana/#more-94. Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2014.
Lampiran 1. Justifikasi anggaran penelitian (Untuk Tahun Berjalan)
A. Anggaran Komponen Pelaksana (Upah & Gaji)

Honor (per Waktu (jam/


No Nama Pelaksana Peran/keahlian Minggu Jumlah
jam) minggu)
Bidang
Ns. Ida Suryati, M.Kep, keperawatan 20 jam/
1 Rp 1.041,67 48 Rp 1.000.000
Sp.Kom medical bedah dan minggu
kegawat daruratan
Bidang
Ns. Yaslina, M.Kep, 20 jam/
2 Keperawatan Rp 1.041,67 48 Rp 1.000.000
Sp.Kom minggu
komunitas
Bidang
Ns. Muhammad Arif, keperawatan 20 jam/
3 Rp 1.041,67 48 Rp 1.000.000
M.Kep medikal bedah dan minggu
kegawat daruratan
Jumlah Rp 3.000.000

B. Anggaran Komponen Bahan Habis Pakai & Perlengkapan


Jumlah/
No Kegiatan Sasaran Harga satuan Biaya
Keterangan
Menfotokopi bahan yang sudah siap
1 Biaya foto copy untuk dibagikan kepada masing- 1 paket Rp 250.000
masing peneliti
Mendownload materi-materi yang
dibutuhkan sesuai dengan literatur
2 Biaya download 1 paket Rp 350.000
yang berhubungan dengan judul
penelitian
Mencetak hasil/laporan yang
dibutuhkan dalam penelitian
Catridge original
3 terutama untuk tampilan interface 2 buah Rp 490.000
bewarna (color)
yang memiliki banyak warna serta
bahan-bahan dari hasil foto
4 Catridge original B/W Mencetak hasil laporan 2 buah Rp 500.000
Mengisi kembali catridge yang sudah
5 Refil tinta printer 5 buah Rp 300.000
habis tintanya
Alat-alat tulis serta kertas yang
6 ATK dibutuhkan saat melakukan 2 paket Rp 580.000
penelitian
Berguna untuk berkomunikasi antara
peneliti dan orang-orang yang
7 Komunikasi (pulsa) terlibat untuk terlaksananya 1 paket Rp 1.000.000
penelitian ini (tim peneliti dan
responden)
Merapikan laporan dalam bentuk
8 Penjilitan 1 paket Rp 450.000
penjilitan
Biaya Perda
Mengurus izin penelitian
Penelitian di
9 di Kesbangpol Kota Kesbangpol Kota Bukittinggi Rp 1.000.000
Kesbangpol
Bukittinggi
(selama 12 bulan)
Menyebarkan kuesioner Kemasyarakat/keluarga di Nagari Biaya pembuatan 212 x
10 Rp 2.210.000
ke responden Sungai Puar, Batu Palano dan Sarik kuesioner Rp.10.000

Presentasi dan Kecamatan /Puskesmas di Kabupaten 20 x


11 Konsumsi petugas Rp 600.000
Sosialisasi Agam Rp.30.000

Total Rp 7.730.000

C. Anggaran Perjalanan

No Uraian kegiatan Biaya


1 Transport survey ke lapangan Rp 50.000
2 Transport pembelianATK Rp 20.000
3 Transport seminar Rp 450.000
4 Transport peneliti monev penelitian 70% DIKTI Rp 450.000
5 Transport seminar/monev akhir DIKTI Rp 450.000
6 Transport ke lapangan Rp 600.000
Total Rp 2.020.000
D. Anggaran Lain-lain

No Jenis pengeluaran Biaya


1 Dokumentasi rekaman video Rp 350.000
2 Dokumentasi foto Rp 200.000
3 Penginapan Rp 1.500.000
Total Rp 2.050.000
Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota Penelitian
Ketua Tim Peneliti
A. Identitas Diri
1.Nama Ns. Ida Suryati, M.Kep
2.Status kepegawaian Pegawai Yayasan Perintis
3.NIDN 1030047503
4.Tempat tanggal lahir 30 April 1975
5.Jenis kelamin Perempuan
6.Pendidikan tertinggi S-2 Keperawatan
7.Pangkat/Golongan III a
8.Jabatan fungsional -
9.Program studi Ilmu Keperawatan
10.No telp/faks 081362093203
11.Lulusan yang telah
Sarjana Keperawatan
dihasilkan
1.Keperawatan Medikal Bedah
12.Mata kuliah yang diampu
2.Keperawatan Gawat Darurat

B. Riwayat Pendidikan
S–1 S -2 S–3
Universitas
Nama perguruan
STIKes Perintis Sumbar Muhammadyah
tinggi
Jakarta
Bidang ilmu Keperawatan Keperawatan
Tahun masuk 2006 2011
Pengaruh peregangan
pasif dan aktif
Hubungan umur dan
terhadap penurunan
Judul status nutrisi terhadap
kadar glukosa darah
skripsi/tesis/dise kejadian dekubitus pada
pasien DM tipe 2
rtasi pasien stroke di RSSN
diPuskesmas
Bukittinggi
Perkotaan Rasimah
Ahmad Bukittinggi
1. DR. Rohadi
Nama
1. Esi Afrianti, M.Kes Haryanto, MSc
pembimbing/pro
2. Ns. Yaslina, S.Kep 2. Ns. Yani Sofiani,
motor
M.Kep. Sp. Kmb

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul penelitian
Sumber Jlh (juta Rp)
Perbandingan
penggunaan larutan
Nacl 0,9% dengan
larutan providine
iodine 10 % terhadap
1 2012 Institusi Rp. 3.750.000,-
proses penyembuha
luka post operasi
Appendiktomi
diRSUD Dr. Achmad
Muchtar Bukittinggi
2 Latihan ROM Pasif Isntitusi Rp. 2.350.000,-
Terhadap
Peningkatan Derajat
2014 Kekuatan Otot Pada
Pasien Stoke di
RSSN Bukittinggi

3 Hubungan Institusi Rp. 2.150.000,-


pengetahuan dan
sikap tentang nutrisi
dengan kejadian
2015 anemia pada ibu
hamil di puskesmas
Mandiangin
Bukittinggi

(bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

D. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 TahunTerakhir

No Tahun Judul pengabdian Pendanaan


masyarakat Sumber Jlh (juta Rp)
1 2014 Penyuluhan tentang Institusi Rp. 1.915.000,-
Siaga Bencana
Kecamatan Banu
Hampu.

2 2015 PenyuluhanKesehatan Institusi Rp. 1.750.000,-


anak Sekolah SD di
SD Negeri 07 Gulai
Bancah Bukittinggi

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul artikel Nama Jurnal Volume/No/Tahun


1 Perbandingan penggunaan Eko Trans Volume 12/ 1/ 2012
larutan Nacl 0,9 % dengan
larutan providine iodine
terhadap proses
penyembuhan luka post
operasi Appendiktomi
diRSUD Achmad Muchtar
Bukittinggi
2 Latihan ROM Pasif Terhadap Prosiding 978-979-792-7/ 2014
Peningkatan Derajat Seminar
Kekuatan Otot Pada Pasien Nasional dan
Hasil-hasil Riset
Stoke di RSSN Bukittinggi
Penelitian

2 Prosiding 978-979-792-7/ 2014


Pengaruh Buah Mengkudu Seminar
terhadap Penurunan Tekanan Nasional dan
Darah Puskesmas Solok Hasil-hasil Riset
Penelitian

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir


Nama pertemuan Waktu dan
No ilmiah Judul artkel ilmiah tempat

G. Karya Buku Dalam 5 Tahun Terakhir

Jumlah
No Judul buku Tahun Penerbit
halaman

H. Perolehan HKI Dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul /Tema HKI Tahun Jenis NomorP/ID

I. Pengalaman merumuskan kebijakan publik/rekayasa sosial lainnya


dalam 5 tahun terakhir

Judul/Tema/Jenis Rekayasa
Sosial Lainnya yang Telah Tempat Respon
No Tahun
Diterapkan Penerapan Masyarakat

1.

J. Penghargaan Dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi).

No Jenis penghargaan Institusi pemberi Tahun


penghargaan
1.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.

Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan hibah dosen pemula.

Bukittinggi, Maret 2015


Anggota Tim Pengabmas
Ns. Ida Suryati, M.Kep
Anggota Tim Peneliti
A. Identitas Diri
Ns. Yaslina, M.Kep,
1.Nama
Sp.Kep.Kom
2.Status kepegawaian Pegawai Yayasan Perintis
3.NIDN 1006037301
4.Tempat tanggal lahir Padang, 6 Maret 1973
5.Jenis kelamin Perempuan
S-2 Keperawatan dan Sp 1
6.Pendidikan tertinggi
(Keperawatan Komunitas)
7.Pangkat/Golongan III B
8.Jabatan fungsional Lektor
9.Program studi Ilmu Keperawatan
10.No telp/faks 081363223417
11.Lulusan yang telah
Sarjana Keperawatan
dihasilkan
1.Keperawatan Komunitas
12.Mata kuliah yang diampu
2.Keperawatan Keluarga

B. Riwayat Pendidikan
S–1 S -2 S–3
Nama perguruan
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
tinggi
Bidang ilmu Keperawatan Keperawatan
Tahun masuk 1999 2009
Hubungan lingkungan
Tingkat kecemasan keluarga, program
Judul
suami dalam pemulangan, karakteristik
skripsi/tesis/diser
menghadapi persalinan klien dengan perawatan di
tasi
istri dengan primipara rumah pada agregat dewasa
pasca stroke
Nama 1. Dra. Junaiti Sahar, Ph.D
pembimbing/pro Agung Waluyo, MSc 2. Etty Rekawati, S. Kp,
motor MKM
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul penelitian
Sumber Jlh (juta Rp)
1. 2014 Pengaruh Pendidikan DIKTI Rp. 12.300.000,-
Kesehatan melalui
Nursing Home
terhadap
Kemampuan
Keluarga di rumah
dalam Perawatan
Pasca Stroke di Kota
Bukittinggi

2. 2015 Pengaruh Edukasi DIKTI Rp 13.500.000,-


Sebaya (Peer
Education) Terhadap
Perilaku Jajan Anak
Usia Sekolah Di SD
07 Kelurahan Kubu
Gulai Bancah Kota
Bukittinggi

(bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

D. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 TahunTerakhir

Judul pengabdian Pendanaan


No Tahun masyarakat
Sumber Jlh (juta Rp)
1 2013 Penyuluhan Institusi Rp 4.275.000
kesehatan dan
pemeriksaan
kesehatan pada
masyarakat di
Kecamatan Talang
Babungo
2 2014 Institusi Rp 2.135.000

Penyuluhan
kesehatan tentang
penyakit hipertensi,
pemeriksaan fisik
pada masyarakat di
Kecamatan Talang
3 2014 dan Kubung Kapaten Institusi Rp 1.915.00
Solok

Penyuluhan tentang
Siaga bancana

E.Publikasi Artikel Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Nama Jurnal Volume/No/Tahun


1 Hubungan pengetahuan dan Jurnal Ilmiah Volume 13 No.2
dukungan keluarga dalam EKOTRANS Juli 2013
perawatan hipertensi dengan Universitas
engontrolan factor resiko Ekasakti,
hipertensi pada lansia
2 Hubungan dukungan Prosiding 15 November 2013
keluarga, program Seminar
pemulangan dan karakteristik
Nasional
dengan perawatan di rumah Keperawatan
pada dewasa pasca stroke diUniversitas Riau
Kota Bukittinggi (oral presentasi)
3 Hubungan pengetahuan dan Jurnal Ilmiah Volume 14a No.1
dukungan keluarga dengan EKOTRANS Januari 2014
perilaku ibu melakukan Universitas
kunjungan antenatal Ekasakti,
4 Hubungan Karakteristik Proseeding 15 Juni 2014
lansia dan pengontrolan factor
Seminar
resiko hipertensi dengan Nasional
derajat hipertensi pada Kesehatan
Lansia “STIKes Perintis
– PPNI – FTC
Bukittinggi (oral
presentasi)
5 Faktor- faktor yang Proseeding 15 Juni 2014
berhubungan dengan kinerja Seminar
Kader POSKESRI di Nasional
Puskesmas Tanjung Bingkung Kesehatan
“STIKes Perintis
– PPNI – FTC
Bukittinggi
(poster)
6 Pelaksanaan tugas Jurnal Kesehatan Vol 1/1 Juni 2014,
Perkembangan Keluarga dan Perintis, STIKes
Pola Komunikasi Keluarga Perintis, 1 Juni
melalui Kejadian Perilaku 2014,
Menyimpang
7 Faktor-faktor yang Jurnal Kesehatan Vol 1/1 Juni 2014,
berhubungan dengan tingkat Perintis, STIKes
kepuasan usia lanjut dalam Perintis
mendapatkan pelayanan
kesehatan di Puskesmas
Lampasi
8 Hubungan pengalaman dan Jurnal Ilmiah Volume III No.36
dukungan pimpinan dengan Menara maret 2013
penggunaan alat perlingan Ilmu,LPPM
diri di Bengkel Mekanik UMSB
Kecamatan Mandiangin’
9 Faktor-Faktor Yang Jurnal Ilmiah 2 Juli 2014 Vol I
Berhubungan Dengan ‘Afiyah ,LPPM No 2 2014
Perilaku Merokok Pada Siswa STIKes Yarsi
SLTP
10 Pengaruh pemberian Proseeding 9 September 2014,
pendidikan kesehatan melalui Seminar
nursing home terhadap Nasional
kemampuan keluarga di Kesehatan
rumaha dalam perawatan “STIKes
pasca stroke di Kota Hangtuah Pekan
Bukittinggi Baru (poster)

F.Pemakalah Seminar Ilmiah (oral presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir

Nama Pertemuan Waktu dan


No Ilmiah Judul Artkel Ilmiah Tempat
1 Seminar Ilmiah Hubungan lingkungan 23 November
Nasional keluarga, program 2013 di Pekan
pemulangan, karakteristik Baru
klien dengan perawatan di
rumah pada agregat dewasa
pasca stroke
2 Seminar Ilmiah Hubungan Karakteristik 15 Juni 2014,
Nasional lansia dan pengontrolan Bukittinggi
factor resiko hipertensi
dengan derajat hipertensi
pada Lansia

G.Karya Buku Dalam 5 Tahun Terakhir


Jumlah
No Judul buku Tahun Penerbit
halaman

H.Perolehan HKI Dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul /Tema HKI Tahun Jenis NomorP/ID

I.Pengalaman merumuskan kebijakan publik/rekayasa sosial lainnya


dalam 5 tahun terakhir

Judul/Tema/Jenis Rekayasa
Sosial Lainnya yang Telah Tempat Respon
No Tahun
Diterapkan Penerapan Masyarakat

1.

J.Penghargaan Dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi


atau institusi).

N Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


o Penghargaan
1 Cum Laude Pendidikan Magister Universitas Indonesia 2011
2 Cum Laude Pendidikan Spesialis Universitas Indonesia 2012

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan hibah dosen pemula.

Bukittinggi, 20 Maret 2015


KetuaTim Peneliti

Ns. Yaslina, M.Kep, Sp.Kom


Anggota Tim Peneliti
K. Identitas Diri
1.Nama Ns. Muhammad Arif, M.Kep
2.Status kepegawaian Pegawai Yayasan Perintis
3.NIDN 1014098402
4.Tempat tanggal lahir Duri, 14 September 1984
5.Jenis kelamin Laki-laki
6.Pendidikan tertinggi Magister Keperawatan
7.Pangkat/Golongan Penata Muda / III a
8.Jabatan fungsional -
9.Program studi Ilmu Keperawatan
10.No telp/faks 08126749799
11.Lulusan yang telah
Sarjana Keperawatan
dihasilkan
3.Keperawatan Medikal Bedah
4.Keperawatan Gawat Darurat.
12.Mata kuliah yang diampu 5.Sistem Pernapasan
6.Sistem Kardiovaskuler
7.Sistem Musculoskeletal

L. Riwayat Pendidikan
S–1 S -2 S–3
Universitas
Nama perguruan STIKes Perintis
Muhammadiyah
tinggi Sumbar
Jakarta
Bidang ilmu Keperawatan Keperawatan
Tahun masuk 2006 2012
Hubungan kepatuhan
Pengaruh tekhnik
keluarga tentang
pernapasan Buteyko
pengobatan Tb
Judul terhadap fungsi
dengan kejadian
skripsi/tesis/dise ventilasi oksigenasi
berulang diruang
rtasi paru di RSUD Dr.
rawat RSUD Dr
Achmad Mochtar
Achmad Mochtar
Bukittinggi
Bukittinggi
3. Adriani, S.Kp, 1. Ns. Yani Sofiani,
Nama
M.Kes M.Kep, Sp.Kom
pembimbing/pro
4. Ns. Endra 2. Dr. Rohadi
motor
Amalia, S. Kep Haryanto, M.Sc
M. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul penelitian
Sumber Jlh (juta Rp)
(bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

N. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 TahunTerakhir

Judul pengabdian Pendanaan


No Tahun masyarakat
Sumber Jlh (juta Rp)
1 2015 PenyuluhanKesehatan Institusi Rp.
1.750.000,-
anak Sekolah SD di
SD Negeri 07 Gulai
Bancah Bukittinggi

O. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul artikel Nama Jurnal Volume/No/Tahun


1 Hubungan kebiasaan merokok Jurnal Ilmiah Volume 11 No.2
dan pola diit dengan kejadian EKOTRANS Juli 2011
penyakit jantung koroner di Universitas
Poli jantung RSUD Dr. Ekasakti.
Achmad Mochtar Bukittinggi
2 Hubungan tingkat stress Jurnal Ilmiah Volume 12 No.1
terhadap kejadian penyakit EKOTRANS Januari 2012
gastritis berulang pada remaja Universitas
di SMA Payakumbuh Ekasakti.

P. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir

Nama pertemuan Waktu dan


No ilmiah Judul artkel ilmiah tempat

Q. Karya Buku Dalam 5 Tahun Terakhir

Jumlah
No Judul buku Tahun Penerbit
halaman
R. Perolehan HKI Dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul /Tema HKI Tahun Jenis NomorP/ID

S. Pengalaman merumuskan kebijakan publik/rekayasa sosial lainnya


dalam 5 tahun terakhir

Judul/Tema/Jenis Rekayasa
Sosial Lainnya yang Telah Tempat Respon
No Tahun
Diterapkan Penerapan Masyarakat

1.

T. Penghargaan Dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi).

No Jenis penghargaan Institusi pemberi Tahun


penghargaan
1. Dengan Pujian Univ. Muhammadiyah 2014
Jakarta

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.

Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan hibah dosen pemula.

Bukittinggi, 25 April 2015


Anggota Tim Peneliti

Ns. Muhammad Arif, M.Kep


Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim Peneliti

Anda mungkin juga menyukai