Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA INTI

STATISTIK PENCACAHAN RADIASI NUKLIR GEIGER


MULLER

Oleh:
KELOMPOK 1

Nama : Suharli AJ
NIM : 06111181621001

Dosen Pengampuh
Dr. Ida Sriyanti, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Suatu unsur yang memiliki inti yang sama mempunyai probabilitas yang
sama dalam hal peluruhan. Namun tidak dapat ditentukan inti mana yang
mengalami peluruhan pada saat itu. Untuk mengetahui ini statisitika cacahan
radiasi menggunakan alat detektor Geiger Muller yang bekerja dengan prinsip
ionisasi. Pencacahan Geiger Muller ini digunakan untuk mengetahui radiasi
alfa, beta dan gamma. Selain itu, dapat diketahui waktu mati detektor dan cara
membuat kuva plateau. Dan dapat menentukan statistika pencacahan Geiger
Muller seperti perhitungan distribusi Poisson dan distribusi Gauss.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana studi Fluktuasi Statistik yang terjadi pada peluruhan radioaktif
tertentu pada situasi yang tetap?

1.3. Tujan Percobaan


Studi Fluktasi Statistik yang terjadi pada peluruhan radioaktif tertentu pada
situasi yang tetap.

1.4. Manfaat Percobaan


Agar dapat memahami studi Fluktasi yang terjadi pada peluruhan radioaktif
tertentu pada situasi tetap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat-Sifat Sinar Alpha,Beta, dan Gamma
Henry Berquerel pada tahun 1896, saat sedang melakukan eksperimen
Fluoresensi, secara tidak sengaja menemukan bahwa uranium mempengaruhi plat
fotografi yang dibungkus dengan kertas hitam, dengan radiasi yang tidak diketahui
dan sifatnya tidak sama dengan radiasi sinar-x. Einest Rutherford meneliti
penelitian Hendry Berquerel tersebut dan menemukan dua jenis radiasi:
1. Radiasi sinar alpha yang tidak mempengaruhi plat Fotografi karena tidak
dapat membuat penembus pada kertas hitam
2. Radiasi sinar beta yang mana memiliki daya tembus 100 kali dari sinar alpha
untuk sinar beta

Rutherford mempublikasikan penemuannya pada tahun 1900, saat sedang meneliti


radiasi yang dipancarkan radium, menemukan bahwa ada sinar yang tidak dapat
dibelokkan oleh medan magnet dan memounayi daya tembus yang paling besar.
Ernest Rutherford pada tahun 1903 menamai radiasi ini dengan sinar gamma
(Jorena dkk, 2018)
Adapun sifat-sifat lain dari alpha,beta dan gamma. Radiasi alpha
pemancaran pertikel bermuatan positif yang sama dama dengan inti atom helium
denagn 2 buah proton dan 2 buah neutron. Partikel beta mempunyai massa yang
sama dengan massa electron. Karena massanya lebih kecil dari pada partikel alpha,
maka daya ionisasi nya lebih kecil. Sedangkan sinar gamma memiliki massa yang
paling kecil, sehingga daya tembusnya semakin besar pada sinar gamma (Ariyanto,
1998).
Ada Tiga jenis utama radiasi ditemukan oleh Ernest Rutherford, Alfa, Beta,
dan sinar gamma. radiasi tersebut ditemukan melalui percobaan sederhana,
Rutherford menggunakan sumber radioaktif dan menemukan bahwa sinar
menghasilkan memukul tiga daerah yang berbeda. Salah satu dari mereka menjadi
positif, salah satu dari mereka bersikap netral, dan salah satu dari mereka yang
negatif. Dengan data ini, Rutherford menyimpulkan radiasi yang terdiri dari tiga
sinar. Beliau memberi nama yang diambil dari tiga huruf pertama dari abjad Yunani
yaitu alfa, beta, dan gamma.
1. Radiasi alpha (α)
Peluruhan Alpha adalah jenis peluruhan radioaktif di mana inti atom
memancarkan partikel alpha, dan dengan demikian mengubah (atau 'meluruh')
menjadi atom dengan nomor massa 4 kurang dan nomor atom 2 kurang. Namun,
karena massa partikel yang tinggi sehingga memiliki sedikit energi dan jarak yang
rendah, partikel alfa dapat dihentikan dengan selembar kertas (atau kulit).
2. Radiasi beta (β)
Peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel beta
(elektron atau positron) dipancarkan. Radiasi beta-minus (β⁻)terdiri dari sebuah
elektron yang penuh energi. radiasi ini kurang terionisasi daripada alfa, tetapi lebih
daripada sinar gamma. Elektron seringkali dapat dihentikan dengan beberapa
sentimeter logam. radiasi ini terjadi ketika peluruhan neutron menjadi proton dalam
nukleus, melepaskan partikel beta dan sebuah antineutrino.
Radiasi beta plus (β+) adalah emisi positron. Jadi, tidak seperti β⁻, peluruhan
β+ tidak dapat terjadi dalam isolasi, karena memerlukan energi, massa neutron lebih
besar daripada massa proton. peluruhan β+ hanya dapat terjadi di dalam nukleus
ketika nilai energi yang mengikat dari nukleus induk lebih kecil dari nukleus.
Perbedaan antara energi ini masuk ke dalam reaksi konversi proton menjadi
neutron, positron dan antineutrino, dan ke energi kinetik dari partikel-partikel
3. Radiasi gamma (γ)
Radiasi gamma atau sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi dari
radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau
subatomik lainnya seperti penghancuran elektron-positron. Radiasi gamma terdiri
dari foton dengan frekuensi lebih besar dari 1019 Hz. Radiasi gamma bukan
elektron atau neutron sehingga tidak dapat dihentikan hanya dengan kertas atau
udara, penyerapan sinar gamma lebih efektif pada materi dengan nomor atom dan
kepadatan yang tinggi. Bila sinar gamma bergerak melewati sebuah materi maka
penyerapan radiasi gamma proporsional sesuai dengan ketebalan permukaan materi
tersebut (Beiser, 1986).

2.2 Tegangan Plateau


Saat eksperiment pencacah Geiger Muller dilakukan, akan didapapati bahwa
besar cacahan berfariasi terhadap beda potensial pada anoda dan katoda di dalam
tabung. Grafik besar cacahan bervariasi terhadap beda potensial tersebut secara
umum dapat dilihat pada gambar 2.1 Daerah datar pada (Plateau) gambar tersebut
merupakan daerah tegangan yang mana tabung Geiger bekerja dengan benar.
Dilihat dari karakteristik tabung Geiger yang digunakan (ukursn, tipe gas, pabrikan,
dll) daerah plateau akan bervariasi, pada daerah ini, tabung Geiger muller bekerja
dengan biak untuk menghasilkan bnayak avalanohe.
Besa potensial di bawah daerah platenau akan menyebabkan tabung tidak
cukup kuat untuk menghasilkan pelepasan muatan yang sempurna. Kemudian
untuk beda potensial diatas daerah plateau akan menyebabkan pelepasan muatan
berkelanjutan dan dalam hal ini tidak dapat lagi mendeteksi radiasi yang datang
(Jorena dkk,2018).
2.3 Waktu mati tabung Geiger Muller
Waktu mati (dead time atau resolving time) merupakan rentang waktu sesaat
setelah cacahan didapat, tabung Geiger tidak dapat mendeteksi untuk radisai datang
karena ion yang dihasilkan berada dekat anoda sehingga menguragi intensitas
medan listrik yang dapat membuat energy yang cukup untuk avalanohe. Besarnya
waktu mati bervariasi tergantung pada Janis tabung Geiger yang digunakan
fenomena waktu mati ini menyebabkan cacahan yang didapat tidak sesuai dengan
nilai cacahan sebenarnya (Jorena dkk, 2018)

2.4 Cara kerja tabung Geiger Muller


Alat deteksi yang digunakan pada elsperimen ini adalah tabung Geiger
muller.apanila alat ini didekatkan pada zat atau unsur radioaktif, maka sinar
radioaktif akan mengionisasi gas dalam tabung tersebut sehungga timbul kuat arus
yang tdaik tepat (terputus-putus). Alat cacahan (digit counter) mendeteksi arus
terputus-putus inindalam bentuk nilai cacahan. Semakin banyak sinar radioaktif
yang ditangkap, maka semakin sering cacahan yang di dapat pada detector Geiger
muller (Jorena dkk,2018).

2.5 Statistik Pencacah Geiger Muller


Semua unsur dengan inti yang sama akan mempunyai probabilitas yang sama
pula, namun tidak dapat di tentukan inti mana yang meluruh pada saat tertentu.
Selain itu, partikel radiasi dipancarkan ke berbagai arah secara acak, sehungga
partike yang keluar dari inti belum tentu masuk semua ke detector atau tercetat pada
pencacah. Dalam suatu kondisi yang berlaku untuk semua jenis peluruhan
radioaktif, dapat digunakan fungsi distribusi p (a) yang merupakan peluang untuk
mengamati cacahan a pada sekali periode pengamatan. Jika besar rata-rata cacahan
A<10, maka fungsi distribusi yang lebih untuk digunakan adalah distribusi poisson,
yaitu:
𝐴𝑎 𝑒𝐴
P (poisson) (a) = 𝑎 ! (2.1)
Jika besar rata-rata cacahan A≥10, maka fungsi distribusi yang digunakan adalah
distribusi Gauss, yaitu:
1 𝑒−(𝑎−𝐴)2/2𝐴
Pgauss (a) = (2.2)
√2𝜋𝐴

Data cacahan yang diambil dapat berupa data berkelompok yang besar rata-rata nya
didapat dengan persamaan :

∑𝑛
𝑖 𝑓𝑖𝑎𝑖
A= ∑𝑛
(2.3)
𝑖 𝑓𝑖
Dengan f adalah frekuensi cacahan ke-i, n adalah banyaknya pengukuran yang
dilakukan (Jorena dkk,2018)
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1. Tabung Geiger Muller, sebagai sumber detektor
2. Pencacah Digital, sebagai penyedia tegangan untuk detector dan
pencacah radiasi yang terdeteksi
3. Sangkup Pelindung Tunggal, sebagai tempat meletakkan sumber
radioaktif
4. Penjepit, sebagai alat memindahkan sumber radioaktif
5. Statif dan Klem, sebagai penyangga yang menetapkan posisi tabung
Geiger Muller
6. Stopwatch, sebagai alatpenghitung waktu
3.1.2. Bahan
1. Amerisium, sebagai pemancar sumber radioaktif Alfa
2. Cobalt, sebagai pemancar sumber radioaktif Gamma

3.2. Prosedur Percobaan


1. Hidupkan alat pencacah dan biarkan 5 menit
2. Tentukan tegangan plateu untuk detector Geiger Muler yang
digunakan
3. Tentukan jarak antara sumber radioaktif terhadap detector Geiger
muler dan pastikan untuk setiap pengamatan jarak tetap
4. Ukur besar cacahan untuk radiasi lingkungan setidaknya 50 kali
perulangan pada waktu yang sama dan tegangan plateu yang telah
ditentukan
5. Lakukan 2 butir sumber radioaktif lain dengan perulangan yang sama

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Statistik cacahan Geiger-Muller (Jorena


dkk,2018)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Tanpa Bahan (Background)

Tabel 1. Cacahan Tanpa Bahan (Background)

No Cacahan Frekuensi
1 0 3
2 1 3
3 2 11
4 3 13
5 4 7
6 5 10
7 6 2
8 9 1

4.1.2. Sinar Alfa Amerisium

Tabel 2. Cacahan Sinar Alfa Amerisium

9 70 4
No Cacahan Frekuensi
10 71 2
1 60 1
11 72 2
2 63 1
12 74 3
3 64 1
13 75 1
4 65 1
14 76 1
5 66 1
15 78 1
6 67 1
16 79 1
7 68 2
17 80 3
8 69 5
18 81 2
19 82 1 26 94 1
20 83 2 27 98 1
21 84 2 28 99 2
22 86 1 29 100 1
23 88 1 30 108 1
24 90 2 31 110 1
25 92 1

4.1.3. Sinar Gamma Cobalt

Tabel 3. Cacahan Sinar Gamma Cobalt

8 12 5
No Cacahan Frekuensi
9 13 6
1 5 1
10 14 3
2 6 1
11 15 3
3 7 3
12 16 4
4 8 3
13 20 2
5 9 7
14 23 1
6 10 4
7 11 7

4.2. Analisis Data

4.2.1. Tanpa Bahan (Background)

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan dalam penentuan


statistik untuk tanpa bahan (Background) dengan waktu pengukuran 10 s
dan jarak sangkup pelindung ke detector 2 cm sebanyak 50 kali pengulangan
maka didapatkan nilai rata-rata cacahan dengan persamaan:

∑ 𝑓𝑖 𝑎𝑐
𝐴=
∑ 𝑓𝑖
Tabel 4. Jumlah Cacahan dan Frekuensi Tanpa Bahan (Background)

Cacahan Frekuensi
No (ac) (fii)
(ac) (fii)
1 0 3 0
2 1 3 3
3 2 11 22
4 3 13 39
5 4 7 28
6 5 10 50
7 6 2 12
8 9 1 9
JUMLAH 50 163

∑ 𝑓𝑖 𝑎𝐵 163
Sehingga, 𝐴 = ∑ 𝑓𝑖
= = 3,26. Dari hasil rata-rata cacahan didapatkan nilai
50

A<10, maka fungsi distribusi yang digunakan adalah distribusi Poisson :

𝐴𝑎 𝑒 𝐴
Ppoisson (a) = 𝑎!

3,260 𝑒 3,26
Untuk a = 0, P (0) = = 26,05
0!

3,261 𝑒 3,26
Untuk a = 1, P (1) = = 84,92
1!

3,262 𝑒 3,26
Untuk a = 2, P (2) = = 138,42
2!

3,263 𝑒 3,26
Untuk a = 3, P (3) = = 150, 42
3!

3,264 𝑒 3,26
Untuk a = 4, P (4) = = 122,6
4!

3,265 𝑒 3,26
Untuk a = 5, P (5) = = 79,93
5!

3,266 𝑒 3,26
Untuk a = 6, P (6) = = 43,43
6!
3,269 𝑒 3,26
Untuk a = 9, P (9) = = 2,98
9!

4.2.2. Sinar Alfa Amerisium


Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan dalam penentuan statistik
untuk sinar Alfa Amerisium dengan waktu pengukuran dan jarak sangkup
pelindung ke detector sama dengan tanpa baha (background) sebanyak 50 kali
pengulangan maka didapatkan nilai rata-rata cacahan dengan persamaan:
∑ 𝑓𝑖 𝑎𝑐
𝐴=
∑ 𝑓𝑖

Tabel 5. Jumlah Cacahan dan Frekuensi Sinar Alfa Amerisium

17 80 3 240
Cacahan Frekuensi 18 81 2 162
No (ac) (fi)
(ac) (fi) 19 82 1 82
1 60 1 60 20 83 2 83
2 63 1 63 21 84 2 168
3 64 1 64 22 86 1 86
4 65 1 65 23 88 1 88
5 66 1 66 24 90 2 180
6 67 1 67 25 92 1 92
7 68 2 136 26 94 1 94
8 69 5 345 27 98 1 98
9 70 4 280 28 99 2 198
10 71 2 142 29 100 1 100
11 72 3 216 30 108 1 108
12 74 1 74 31 110 1 110
13 75 3 225 JUMLAH 50 3925
14 76 1 76
15 78 1 78
16 79 1 79
∑ 𝑓𝑖 𝑎𝑐 3925
Sehingga, 𝐴 = ∑ 𝑓𝑖
= = 78,5. Dari hasil rata-rata cacahan didapatkan nilai
50

A≥10, maka fungsi distribusi yang digunakan adalah distribusi Gauss:

(𝑎−𝐴)2
1
PGauss = 𝑒− 2𝐴
√2𝜋𝐴

 Untuk a = 60, P (60)  Untuk a = 71, P (71)


(60−78,5)2 (71−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,005 = 𝑒 2(78,5) = 0,031
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 63, P (63)  Untuk a = 72, P (72)


(63−78,5)2 (72−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,009 = 𝑒 2(78,5) = 0,034
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 64, P (64)  Untuk a = 74, P (74)


(64−78,5)2 (74−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,012 = 𝑒 2(78,5) =0,039
√2𝜋 (78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 65, P (65)  Untuk a = 75, P (75)


(65−78,5)2 (75−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,014 = 𝑒 2(78,5) = 0,041
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 66, P (66)  Untuk a = 76, P (76)


(66−78,5)2 (76−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,016 = 𝑒 2(78,5) = 0,043
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 67, P (67)  Untuk a = 78, P (78)


(67−78,5)2 (78−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,020 = 𝑒 2(78,5) = 0,98
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 68, P (68)  Untuk a = 79, P (79)


(68−78,5)2 (79−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,022 = 𝑒 2(78,5) = 0,98
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 69, P (69)  Untuk a = 80, P (80)


(69−78,5)2 (80−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,025 = 𝑒 2(78,5) = 0,98
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 70, P (70)  Untuk a = 81, P (81)


(70−78,5)2 (81−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,028 = 𝑒 2(78,5) = 0,98
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)
 Untuk a = 82, P (82)  Untuk a = 94, P (94)
(82−78,5)2 (94−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,925 𝑒 2(78,5) = 0,0097
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 83, P (83)  Untuk a = 98, P (98)


(83−78,5)2 (98−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,039 𝑒 2(78,5) = 0,004
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 84, P (84)  Untuk a = 99, P (99)


(84−78,5)2 (99−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) =0,0086 𝑒 2(78,5) = 0,003
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 86, P (86)  Untuk a = 100, P (100)


(86−78,5)2 (100−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,031 𝑒 2(78,5) = 0,002
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 88, P (88)  Untuk a = 108, P (108)


(88−78,5)2 (108−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,025 𝑒 2(78,5) = 2x10-4
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 90, P (90)  Untuk a = 110, P (110)


(90−78,5)2 (110−78,5)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,019 𝑒 2(78,5) = 8x10-5
√2𝜋(78,5) √2𝜋(78,5)

 Untuk a = 92, P (92)


(92−78,5)2
1 −
= 𝑒 2(78,5) = 0,014
√2𝜋(78,5)
4.2.3. Sinar Gamma Cobalt

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan dalam penentuan


statistik untuk sinar gamma Cobalt dengan waktu pengukuran dan jarak
sangkup pelindung ke detector sama dengan tanpa baha (background)
sebanyak 50 kali pengulangan maka didapatkan nilai rata-rata cacahan
dengan persamaan:

∑ 𝑓𝑖 𝑎𝑐
𝐴=
∑ 𝑓𝑖

Tabel 6. Jumlah Cacahan dan Frekuensi Sinar Gamma Cobalt

12 16 4 64
Cacahan Frekuensi 13 20 2 40
No (ac) (fi)
(ac) (fi) 14 23 1 23
1 5 1 5 JUMLAH 50 588
2 6 1 6
3 7 3 21 ∑ 𝑓𝑖 𝑎𝑐 588
Sehingga, 𝐴 = ∑ 𝑓𝑖
= = 11,76.
4 8 3 24 50

5 9 7 63 Dari hasil rata-rata cacahan

6 10 4 40 didapatkan nilai A ≥ 10, maka fungsi

7 11 7 77 distribusi yang digunakan adalah

8 12 5 60 distribusi Gauss:

9 13 6 78 (𝑎−𝐴)2
1 −
PGauss = 𝑒 2𝐴
√2𝜋𝐴
10 14 3 42
11 15 3 45
 Untuk a = 5, P (5)  Untuk a = 14, P (14)
(5−11.76)2 (14−11.76)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(11.76) =0,016 = 𝑒 2(11.76) = 0,01
√2𝜋(11.76) √2𝜋(11.76)

 Untuk a = 6, P (6)  Untuk a = 15, P (15)


(6−11.76)2 (15−11.76)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(11.76) = 0,24 𝑒 2(11.76) = 0,075
√2𝜋(11.76) √2𝜋(11.76)

 Untuk a = 7, P (7)  Untuk a = 16, P (16)


(7−11.76)2 (16−11.76)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(11.76) =0,045 = 𝑒 2(11.76) =0,05
√2𝜋(11.76) √2𝜋(11.76)

 Untuk a = 8, P (8)  Untuk a = 20, P (20)


(8−11.76)2 (20−11.76)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(11.76) = 0,06 = 𝑒 2(11.76) = 0,12
√2𝜋(11.76) √2𝜋(11.76)

 Untuk a = 9, P (9)  Untuk a = 23, P (23)


(9−11.76)2 (23−11.76)2
1 − 1 −
= 𝑒 2(11.76) =0,087 𝑒 2(11.76) =6x10-4
√2𝜋(11.76) √2𝜋(11.76)

 Untuk a = 10, P (10)


(10−11.76)2
1 −
= 𝑒 2(11.76) = 0,10
√2𝜋(11.76)

 Untuk a = 11, P (11)


(11−11.76)2
1 −
= 𝑒 2(11.76) = 0,12
√2𝜋(11.76)

 Untuk a = 12, P (12)


(12−11.76)2
1 −
= 𝑒 2(11.76) = 0,12
√2𝜋(11.76)

 Untuk a = 13, P (13)


(13−11.76)2
1 −
= 𝑒 2(11.76) = 0,12
√2𝜋(11.76)
4.3. Distribusi Peluang Pencacahan Radioaktif
4.3.1. Distribusi Probabilitas Poison Tanpa Bahan (Background)

No Cacahan Probabilitas
1 0 26,05
2 1 84,92
3 2 138,42
4 3 150,42
5 4 122,6
6 5 79,93
7 6 43,43
8 9 2,98

Grafik 1. Distribusi Probabilitas Probabilitas Poisson pada Background

180
160
140
Probabilitas (%)

120
100
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Cacahan

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa probabilitas poison cacahan


tertinggi terdapat pada 160% dan terjadi daerah plateium dari cacahan 10 sampai
14, daerah palteium merupaka derah konstan atau sudah tidak mencapai
maksimum.
4.3.2. Distribusi Probabilitas Gauss pada Sinar Alfa Amerisium

16 79 0,98
No Cacahan Probalitas
17 80 0,98
1 60 0,005
18 81 0,98
2 63 0,009
19 82 0,925
3 64 0,012
20 83 0,039
4 65 0,014
21 84 0,0086
5 66 0,016
22 86 0,031
6 67 0,02
23 88 0,025
7 68 0,022
24 90 0,019
8 69 0,025
25 92 0,014
9 70 0,028
26 94 0,0097
10 71 0,031
27 98 0,004
11 72 0,034
28 99 0,003
12 74 0,039
29 100 0,002
13 75 0,041
30 108 0,0002
14 76 0,043
31 110 0,00008
15 78 0,98

Grafik 2. Distribusi Probabilitas Gauss pada Sinar Alfa Amerisium


0.05
0.045
0.04
0.035
Probabilitas (%)

0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 20 40 60 80 100 120
Cacahan
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa probabilitas poison cacahan
tertinggi terdapat pada 0,045% dan terjadi daerah plateium pada cacahan 100,
daerah palteium merupakan derah konstan atau sudah tidak mencapai titik
maksimum.

4.3.3. Distribusi Probabilitas Gauss pada Sinar Gamma Cobalt

No Cacahan Probabilitas 8 12 0,12


1 5 0,016 9 13 0,12
2 6 0,24 10 14 0,01
3 7 0,045 11 15 0,075
4 8 0,06 12 16 0,05
5 9 0,087 13 20 0,12
6 10 0,1 14 23 0,0006
7 11 0,12 JUMLAH 50

Grafik 3. Distribusi Probabilitas Gauss pada Sinar Gamma Cobalt

0.14

0.12

0.1
PROBABILITAS (%)

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 5 10 15 20 25
CACAHAN

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa probabilitas poison cacahan


tertinggi terdapat pada 0,25% dan terjadi daerah plateium pada cacahan 20 sampai
25, daerah palteium merupakan derah konstan atau sudah tidak mencapai titik
maksimum.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Berdarkan data cacah terbesar dari radioaktif adalah amerisium karena
mengadung sinar alfa. Sebab sinar alfa memiliki ionisasi terbesar dari
radioaktif lainnya
2. Daerah plateium merupakan daerah konstan atau tidak dapat mencapai titik
maksimum
3. Pada Amerisium terlihat bahwa semakin besar cacahan maka probabilitas
sinar alfanya semakin kecil
Daftar Pustaka

Ariyanto,s., 1998.Perhitungan Panahan Radiasi Alpha, Beta, dan Gamma. Jurnal


widyanakuda, 1(2) : 28-29

Beiser, A., 1986. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga

Costrell, L., 1949. Accurate Determination of the Deadtime and Recovery

Characteristics of Geiger Muler Counters. Journal of Research, 1 (8) 242

Jorena, Adnan, dkk. 2018. Modul Praktikum Fisika II. Indralaya : Universitas

Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai