276 579 1 SM PDF
276 579 1 SM PDF
*)
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Kperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang
***)
Dokter Rumah Sakit Tentara Wira Tamtama Semarang
ABSTRAK
Pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani hemodialisis harus menjaga diet cairan
dibatasi untuk mencegah kelebihan cairan antara sesi dialisis. Konsekuensi pembatasan cairan adalah
timbulnya keluhan rasa haus. Beberapa cara untuk mengurangi rasa haus pada pasien yang menjalani
hemodialisis diantaranya dengan mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas mengunyah permen karet rendah gula
dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian menggunakan quasy
eksperiment dengan rancangan penelitian two group pra-post test design. Teknik sampling
menggunakan non probability sampling pada 17 responden kelompok mengunyah permen karet
rendah gula dan 17 responden pada kelompok mengulum es batu. Hasil penelitian dengan Mann
Whitney menunjukkan terdapat perbedaan efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan
mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus dimana mengulum es batu lebih efektif dibandingkan
dengan mengunyah permen karet rendah gula dengan p value 0,000. Rekomendasi dari penelitian ini
diharapkan mengulum es batu dapat digunakan untuk terapi menejeman rasa haus pada pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Kata kunci : Penyakit ginjal kronis, rasa haus, mengunyah permen karet rendah gula dan
mengulum es batu
ABSTRACT
Patients with end-stage kidney disease who is going through a period of hemodialysis should keep
solvent diet limitiedly for preventing over solvent between dialysis session. The consequence of
limitation solvent was on thirst grip for patients. Some of ways to decrease thirst for hemodialysis
patients were by digesting low sugar gum and sucking ice cube. Digesting low sugar gum was
alternative therapy and could be given to stimulate salivary gland, on the other hand by sucking ice
cube it seemed effective to decrease thirst in patients because of cold sensation when patients sucking
the ice cube. This observation intended to discover the difference of effectiveness digesting low sugar
gum and sucking ice cube toward thirst reduction in patients with chronic kidney disease who
undergoing hemodialysis in RSUD Tugurejo Semarang. This research design used quasy experiment,
with two group pra – post test design. Sampling technique used non probability sampling (17
respondents for group of digesting low sugar gum and 17 respondents for group of sucking ice cube).
The result of Mann Whitney test showed that there was difference of effectiveness between digesting
Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 1
low sugar gum and sucking ice cube toward thirst reduction where sucking ice cube was more
effective than digesting low sugar gum, with value p 0,000. This recomendation of observation result
could be used to manage thirst therapy in patients with chronic kidney disease that undergoing
hemodialysis.
Keyword : chronic kidney disease, thirst, digest low sugar gum and suck ice cube
Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 3
maupun pada ginjal. Apabila penanganan yang menjalani hemodialisis di RSUD Tabanan Bali
tidak tepat dan cepat dapat mengakibatkan lebih banyak didominasi oleh laki-laki
terjadinya gangguan fungsi ginjal. Bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
gangguan fungsi ginjal ini berlangsung terjadi karena perempuan memiliki pola hidup
progresif dapat menimbulkan penyakit tahap yang lebih sehat dan teratur dibandingkan
akhir yang akhirnya memerlukan terapi dengan laki-laki, misalnya perempuan jarang
hemodialisis. merokok dan mengkonsumsi minuman
alkohol.
Dewi (2010, hlm.66) dalam penelitiannya juga
mengemukakan bahwa jumlah pasien yang
Tabel 2.
Analisis variabel perancu antara jenis kelamin
dengan penurunan rasa haus
Variabel Jenis Kelamin N Mean SD SE Sig.
Penurunan Laki-laki 24 1,33 0,907 0,214
0,049
rasa haus Perempuan 10 2,17 0,753 0,307
Tabel 3.
Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan
Distribusi Frekuensi Responden
penurunan rasa haus juga menunjukkan bahwa
Berdasarkan Usia
ada perbedaan yang signifikan antara jenis
Frekuensi Presentase
kelamin laki-laki dan perempuan terhadap Variabel
(f) (%)
penurunan rasa haus pada pasien penyakit
Dewasa Awal 5 20,8
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis,
dimana pada jenis kelamin perempuan
Dewasa Tengah 16 66,7
mengalami penurunan intensitas rasa haus
Dewasa Akhir 3 12,5
lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.
Total 24 100
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
yang mengatakan bahwa laki-laki sebagian besar responden dalam penelitian ini
membutuhkan lebih banyak cairan daripada berada pada rentang usia 41-60 tahun (dewasa
perempuan. Hal ini terjai karena laki-laki tengah) dengan jumlah 16 orang (66,7%).
memproduksi keringat yang lebih banyak Selanjutnya responden dengan rentang usia 21-
dibandingkan dengan wanita. Selain itu massa 40 tahun (dewasa awal) menempati urutan
otot pada laki-laki lebih besar serta kedua dengan jumlah 5 orang (20,8%).
metabolisme yang lebih tinggi juga merupakan Responden dengan usia > 65 tahun (dewasa
alaasn mengapa laki-laki membutuhkan asupan akhir/lansia) berjumlah 3 orang (12,5%). Hasil
cairan yang lebih besar daripada perempuan penelitian yang dilakukan Dewi (2010, hlm.64)
(Hidayat, 2013, ¶ 5). Kebutuhan asupan cairan di ruang hemodialisa RSUD Tabanan Bali
yang lebih besar pada laki-laki menyebabkan didapatkan bahwa rata-rata usia pasien
penurunan rasa haus pada laki-laki menjadi penyakit ginjal kronis yang menjalani
lebih kecil dibandingkan perempuan dengan hemodialisis adalah 46 tahun dengan usia
intervensi yang sama. termuda yaitu 22 tahun dan usia tertua 82
tahun.
Data Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia Menurut Smeltzer, Bare & Hinkle (2008,
hlm.1451) pada kasus penyakit ginjal kronis
cenderung meningkat pada usia dewasa karena
Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . . (N. W. Arfany, 2014) 5
9 orang (37,6%), Hasil observasi peneliti Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan
menunjukkan bahwa responden yang masih dari Yahrini (2009, hlm.53) yang menyatakan
aktif bekerja adalah adalah pegawai negeri bahwa dengan mengunyah permen karet
sipil, sedangkan responden yang bekerja rendah gula selama 5 menit pada pasien
dibidang swasta sebagian besar mengundurkan penyakit ginjal kronis yang menjalani
diri dari pekerjaannya setelah didiagnosa hemodialisis sekresi saliva meningkat dengan
panyakit ginjal kronis dan harus menjalani jumlah rata-rata 2,7 mL/menit. Peningkatan
hemodialisis secara rutin. Kegagalan fungsi produksi saliva ini secara tidak langsung juga
organ pada pasien yang menjalani hemodialisis akan menurunkan rasa haus pada responden.
mengakibatkan perubahan fisik berupa Setelah diberikan intervensi mengunyah
ketidakmampuan melakukan pekerjaan seperti permen karet rendah gula selama lima menit,
sediakala dan ketergantungan terhadap orang responden mengatakan air liur yang keluar
lain akibat keterbatasan dan kelemahan fisik semakin banyak dan terdapat rasa mint yang
(Septiwi, 2010, hlm.79). membuat mulut menjadi lebih segar, sehingga
Tingkat rasa haus sebelum dan setelah perasaan haus yang dirasakan terasa
diberikan intervensi mengunyah permen berkurang.
karet rendah gula
Tabel 7. Peningkatan produksi saliva merupakan
Tingkat rasa haus sebelum dan setelah keuntungan utama mengunyah permen karet
diberikan intervensi mengunyah permen karet rendah gula yang terjadi dari proses mastikasi
rendah gula dan rasa permen karet. Jumlah saliva yang
Sum meningkat menguntungkan karena membantu
Mean
Variabel Frek of Sig. memelihara kesehatan mulut melalui berbagai
Rank
Rank proses. Saliva yang dikeluarkan dalam keadaan
Sebelum tidak terangsang berjumlah sekitar 0,4
dan setelah mL/menit dan akan dapat meningkat 10 – 12
mengunyah kali lipat bila dirangsang dnegan mengunyah
17 5,00 45,00 0,006
permen permen karet (Dodds, 2007, dalam Yahrini,
karet 2009, hlm.21).
rendah gula
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Tingkat rasa haus sebelum dan setelah
bahwa rerata tingkat rasa haus pada kelompok diberikan intervensi mengulum es batu
mengunyah permen karet rendah gula sebelum Tabel 8.
intervensi adalah 5,08 (haus sedang), Tingkat rasa haus sebelum dan setelah
sedangkan setelah diberikan intervensi rata- diberikan intervensi mengulum es batu
rata tingkat rasa haus turun menjadi 4,08 (haus Frek Mean Sum of
Variabel Sig.
. Rank Rank
sedang), sehingga terjadi penurunan tingkat
Sebelum
rasa haus sebesar 20%. Berdasarkan hasil uji
dan setelah
Wilcoxson didapatkan p value 0,006 (<0,05) 17 6,50 78,00 0,002
mengulum
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
es batu
yang signifikan tingkat rasa haus sebelum dan
setelah diberikan intervensi mengunyah Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
permen karet rendah gula pada pasien penyakit bahwa rerata tingkat rasa haus pada kelompok
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di mengulum es batu sebelum intervensi adalah
RSUD Tugurejo Semarang. 5,00 (haus sedang), sedangkan setelah
diberikan intervensi rerata tingkat rasa haus
turun menjadi 2,83 (haus ringan), sehingga
Perbandingan tingkat efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu
terhadap penurunan rasa haus
Tabel 9.
Perbandingan tingkat efektifitas mengunyah permen karet rendah gula
dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus
Mean Sum of
Variabel Frek. Sig.
Rank Rank
Kelompok mengunyah permen
17 8,62 103,50
karet rendah gula 0,005
Kelompok mengulum es batu 17 16,38 196,50
Karakteristik responden pasien PGK di RSUD
Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai Tugurejo Semarang berdasarkan jenis kelamin
mean rank pada kelompok mengunyah permen yang paling banyak adalah laki-laki 16 orang
karet rendah gula sebesar 8,62, dan pada (66,7%). Berdasarkan usia, sebagian besar
kelompok mengulum es batu sebesar 16,38.
berada pada kategori usia dewasa tengah
Ada perbedaan yang signifikan antara selisih dengan jumlah 16 orang (66,7%). Sebagian
rata-rata penurunan intensitas haus pada besar tingkat pendidikan responden pada
kelompok mengunyah permen karet rendah penelitian ini adalah pendidikan menengah
gula dan mengulum es batu, dimana selisih
(SMP dan SMA) yaitu 17 orang (70,8%), dan
rata-rata penurunan rasa haus pada kelompok
mengulum es batu lebih besar dibandingkan 15 orang (62,5%) berstatus sebagai tidak
dengan kelompok mengunyah permen karet bekerja. Jenis kelamin perempuan mengalami
rendah gula. Hasil uji Mann Whitney juga penurunan tingkat rasa haus lebih besar
menunjukkan p value 0,006 (p < 0,05), dapat dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki,
disimpulkan bahwa ada perbedaan efektifitas usia lansia/dewasa akhir (> 65 tahun) juga
mengunyah permen karet rendah gula dan mengalami penurunan rasa haus lebih besar
mengulum es batu terhadap penurunan rasa dibandingkan dengan usia lebih muda (dewasa
haus pada pasien Penyakit Ginjal Kronis yang awal dan dewasa akhir).
menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang. Tingkat rasa haus sebelum diberikan intervensi
mengunyah permen karet rendah gula
Simpulan dan Saran menunjukkan nilai rerata 5,08, setelah
Dari hasil analisis dan pembahasan hasil diberikan intervensi rerata tingkat rasa haus
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat turun menjadi 4,08 sehingga terjadi penurunan
disimpukan sebagai berikut : tingkat rasa haus sebesar 20%.
Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 7
Tingkat rasa haus sebelum diberikan intervensi DAFTAR PUSTAKA
mengulum es batu menunjukkan nilai rerata
5,00, setelah diberikan intervensi nilai rerata Darmawan, S. 2012. Dialife Sudut Gizi :
turun menjadi 2,83 sehingga terjadi penurunan Membatasi Asupan Cairan. Edisi
tingkat rasa haus sebesar 56%. Januari – Februari 2012. Buletin
informasi kesehatan dan gizi.
Ada perbedaan efektifitas mengunyah permen http://www.burungmanyar.nl
karet rendah gula dan mengulum es batu diunduh tanggal 21 Desember 2013
terhadap penurunan rasa haus, mengulum es
batu lebih efektif dibandingkan dengan Fatmah. 2010. Gizi lanjut usia. Jakarta :
mengunyah permen karet rendah gula untuk Erlangga
mengurangi rasa haus pada pasien penyakit
Grace, P, A., Borley, N,. R. 2005. At a Glance
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Ilmu Bedah. Edisi ke 3. Jakarta :
RSUD Tugurejo Semarang. Salemba Medika
Adapun saran dari penelitian ini yang dapat Guyton, A, C., Hall, J E. 2007. Buku Ajar
diberikan bagi pelayanan kesehatan adalah Fisiologi Kedokteran. Edisi II.
Jakarta :EGC
diharapkan Hasil penelitian ini dapat dijadikan
dasar untuk penyusunan Standar Prosedur
Operasional (SPO) manajemen rasa haus Pray, H. 2005. Pembatasan cairan pada pasien
hemodialisa. Dibuka pada website
dengan intervensi mengulum es batu dan
http://www.ingentaconnect.com/pada
mengunyah permen karet rendah gula pada tanggal 4 Desember 2013
pasien penyakit ginjal kronik yang menalani
hemodialisis khususnya didaerah tropis Price, S.A., & Wilson, L.M.C. 2005.
sepertin Indonesia. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses
– Proses Penyakit. Edisi 6, vol 2.
Alih bahasa Brahm U. Jakarta : EGC
Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bukti nyata dan efek terapi manajeman Salemihardja, N. 2010. Disiplin Ketat. Dibuka
rasa haus sehingga dapat dijadikan suatu pada website http://www.mail-
intervensi keperawatan untuk menurunkan rasa archive.com pada tanggal 10
haus yang dialami pasien PGK yang menjalani Desember 2014
hemodialisis.
Septiwi, Cahyu. 2010. Hubungan Antara
Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan Adekuadi Hemodialisis Dengan
penelitian lanjutan dengan memodifikasi Kualitas Hidup Pasien
intervensi yang diberikan untuk mengurangi Hemodialisis di Unit
rasa haus pada pasien PGK yang menjalani Hemodialisis RS Prof. Dr.
hemodialisis, misalnya dengan menggunakan Margono Soekarjo Purwokerto.
froozen grapes, obat kumur atau yang lainnya. Diunduh pada website
Selain itu bagi penelitian selanjutnya juga www.lontar.ui.ac.id pada tanggal
harus menghomogenkan responden 2 Mei 2015
berdasarkan variabel perancu untuk melihat
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., 2008.
apakah penurunan rasa haus yang dirasakan Buku Ajar Keperawatan Medikal
oleh responden terjadi karena intervensi yang Bedah, Brunner & Suddarth. Jakarta
diberikan atau karena faktor perancu. : EGC
Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 9