Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIFITAS MENGUNYAH PERMEN KARET RENDAH GULA DAN

MENGULUM ES BATU TERHADAP PENURUNAN RASA HAUS PADA PASIEN


PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD
TUGUREJO SEMARANG

Noorman Wahyu Arfany*), Yunie Armiyati**). Muslim Argo Bayu Kusuma***)

*)
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Kperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang
***)
Dokter Rumah Sakit Tentara Wira Tamtama Semarang

ABSTRAK

Pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani hemodialisis harus menjaga diet cairan
dibatasi untuk mencegah kelebihan cairan antara sesi dialisis. Konsekuensi pembatasan cairan adalah
timbulnya keluhan rasa haus. Beberapa cara untuk mengurangi rasa haus pada pasien yang menjalani
hemodialisis diantaranya dengan mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas mengunyah permen karet rendah gula
dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian menggunakan quasy
eksperiment dengan rancangan penelitian two group pra-post test design. Teknik sampling
menggunakan non probability sampling pada 17 responden kelompok mengunyah permen karet
rendah gula dan 17 responden pada kelompok mengulum es batu. Hasil penelitian dengan Mann
Whitney menunjukkan terdapat perbedaan efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan
mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus dimana mengulum es batu lebih efektif dibandingkan
dengan mengunyah permen karet rendah gula dengan p value 0,000. Rekomendasi dari penelitian ini
diharapkan mengulum es batu dapat digunakan untuk terapi menejeman rasa haus pada pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Kata kunci : Penyakit ginjal kronis, rasa haus, mengunyah permen karet rendah gula dan
mengulum es batu

ABSTRACT

Patients with end-stage kidney disease who is going through a period of hemodialysis should keep
solvent diet limitiedly for preventing over solvent between dialysis session. The consequence of
limitation solvent was on thirst grip for patients. Some of ways to decrease thirst for hemodialysis
patients were by digesting low sugar gum and sucking ice cube. Digesting low sugar gum was
alternative therapy and could be given to stimulate salivary gland, on the other hand by sucking ice
cube it seemed effective to decrease thirst in patients because of cold sensation when patients sucking
the ice cube. This observation intended to discover the difference of effectiveness digesting low sugar
gum and sucking ice cube toward thirst reduction in patients with chronic kidney disease who
undergoing hemodialysis in RSUD Tugurejo Semarang. This research design used quasy experiment,
with two group pra – post test design. Sampling technique used non probability sampling (17
respondents for group of digesting low sugar gum and 17 respondents for group of sucking ice cube).
The result of Mann Whitney test showed that there was difference of effectiveness between digesting

Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 1
low sugar gum and sucking ice cube toward thirst reduction where sucking ice cube was more
effective than digesting low sugar gum, with value p 0,000. This recomendation of observation result
could be used to manage thirst therapy in patients with chronic kidney disease that undergoing
hemodialysis.

Keyword : chronic kidney disease, thirst, digest low sugar gum and suck ice cube

Pendahuluan konsentrasi dialisat. Osmosis adalah


perpindahan air dari tekanan tinggi (darah) ke
Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Chronic
tekanan yang lebih rendah (dialisat) (Price &
Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses
Wilson, 2005, hlm.772). Hemodialisis tidak
patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
dapat menyembuhkan atau memulihkan
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
penyakit ginjal karena tidak mampu
irreversibel dan progresif dimana kemampuan
mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik
tubuh gagal untuk mempertahankan
penyakit ginjal atau endokrin yang
metabolisme dan keseimbangan cairan dan
dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari
elektrolit sehingga menyebabkan uremia
gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup
(Smeltzer, Bare & Hinkle, 2008, hlm.1449).
pasien. Oleh karena itu pada pasien yang
Angka kejadian penyakit ginjal kronik ini
menderita penyakit ginjal kronik harus
meningkat setiap tahunnya. Angka kejadian
menjalani dialisa sepanjang hidupnya
penyakit ginjal kronik tahun 2010, pasien
(Smeltzer, Bare & Hinkle. 2008. Hlm.1449).
dengan penyakit ginjal kronik di seluruh dunia
yang menjalani penggantian ginjal atau
Kebanyakan pasien dengan stadium akhir
hemodialisis berjumlah sekitar dua juta orang.
penyakit ginjal (End Stage Renal
Insiden PGK di Indonesia diperkirakan
Disease/ESRD) yang menjalani hemodialisis
berkisar 100 – 150 per 1 juta penduduk dan
(HD) harus menjaga diet cairan dibatasi untuk
prevalensinya mencapai 200 – 250 per juta
mencegah kelebihan cairan antara sesi dialisis.
penduduk (Firmansyah, 2010, ¶ 2). Data dari
Kelebihan cairan beresiko menyebabkan
RSUD Tugurejo Semarang didapatkan bahwa
pasien mengalami penambahan berat badan,
jumlah kunjungan pasien yang menjalani
edema, peningkatan tekanan darah, sesak nafas
hemodialisis selama tahun 2013 berjumlah
serta gangguan jantung (Pray, 2005, ¶ 6).
6567 pasien, sedangkan rata-rata jumlah pasien
Konsekuensi pembatasan cairan yang harus
setiap bulan pada tahun 2013 berjumlah 68
dijalani pasien PGK yang menjalani
pasien (Rekam Medik RSUD Tugurejo
hemodialisis adalah timbulnya keluhan rasa
Semarang, 2014).
haus dan mulut kering (xerostomia). Menurut
Solomon (2006, hlm.185) ada beberapa cara
Hemodialisis merupakan salah satu cara untuk
untuk mengurangi haus pada pasien yang
mengerluarkan produk sisa metabolisme
menjalani hemodialisis, diantaranya dengan
berupa larutan dan air yang ada pada darah
frozen grapes, menyikat gigi, bilas mulut
melalui membran semipermeabel atau yang
dengan obat kumur dingin (tidak ditelan),
disebut dengan dialyzer. Prinsip kerja
mengunyah permen karet atau permen mint
perpindahan cairan pada hemodialisis adalah
atau permen bebas gula, dan menghisap es
difusi, osmosis, ultrafiltrasi dan konveksi.
batu.
Melalui proses difusi molekul dalam darah
dapat berpindah ke dialisat. Proses
Penelitian Yahrini (2009, hlm.67) yang
perpindahan ini terjadi karena adanya
melibatkan 40 pasien yang menjalani
perbedaan konsentrasi larutan, dimana
hemodialisis di RSUD Kota Langsa tahun
konsentrasi darah lebih tinggi daripada

2 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)


2009 menujukkan bahwa permen karet dapat diobservasi adalah yang diberikan intervensi
meningkatkan jumlah sekresi saliva untuk mengunyah permen karet rendah gula dan
mengurangi rasa haus dan xerostomia dengan kelompok subjek yang kedua adalah yang
jumlah rata – rata 2,7 mL per menit dan 2,8 diberikan intervensi mengulum es batu.
mL per menit. Estimasi yang sama juga
dikemukakan oleh Veerman, dkk (2005, Hasil dan Pembahasan
hlm.9) bahwa mengunyah permen karet Hasil penelitian ini menguraikan tentang
merupakan terapi alternatif yang dapat intensitas rasa haus sebelum dan sesudah
diberikan untuk merangsang kelenjar ludah diberikan intervensi mengunyah permen karet
atau terapi paliatif pada pasien yang menjalani rendah gula dan mengulum es batu.
hemodialisis. Pasien yang mengeluh Data Karakteristik Responden Berdasarkan
mengalami haus, mulut kering dan Jenis Kelamin
mengunyah permen karet ditemukan lebih Tabel 1.
banyak mengalami pengurangan rasa haus Distribusi Frekuensi Responden
(60%) dibandingkan yang mendapat terapi Berdasarkan Jenis Kelamin
saliva pengganti (15%). Jenis kelamin Frekuensi Presentase
(f) (%)
Penggunaan es batu dengan cara dikulum juga Laki-laki 16 66,7
efektif untuk perawatan mulut dan mengatasi Perempuan 8 33,3
mulut kering (xerostomia) (Grace & Borley. Total 24 100
2005. hal 349). Mengulum es batu dinilai
efektif untuk mengurangi rasa haus yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien
dialami oleh pasien yang mengalami dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis. Pada hasil penelitian yang hemodialisis di RSUD Tugurejo 16 orang
dilakukan oleh Nanny pada pasien penyakit (66,7%) berjenis kelamin laki-laki, sisanya 8
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis orang (33,3%) berjenis kelamin perempuan.
dengan diberikan intervensi berupa mengulum Hasil wawancara dengan responden selama
es batu dinilai efektif untuk mengurangi rasa penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar
haus yang dirasakan pada pasien penyebab pasien mengalami penyakit ginjal
(Salemihardja, 2010, ¶ 24). kronis dan harus menjalani terapi hemodialisis
adalah adanya obstruksi berupa batu ginjal dan
Melihat kedua hasil riset terdahulu tentang saluran kemih yang tidak mendapatkan
efektivitas pemberian permen karet rendah penanganan yang cepat dan tepat. Jika melihat
gula dan mengulum es batu untuk mengurangi angka kejadian yang lebih banyak pada laki-
rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis laki dengan etiologi penyakit ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis, maka perlu berupa adanya obstruksi saluran kemih atau
dilakukan penelitian lanjutan untuk batu ginjal tampak ada hubungan antara
membuktikan tindakan mana yang lebuh keduanya.
efektif antara mengunyah permen karet rendah
gula dan mengulum es batu untuk mengurangi Huether & McCance (2006, hlm.127)
rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis menyatakan bahwa anatomi saluran kemih
yang menjalani hemodialisis. laki-laki jauh lebih panjang dari perempuan.
Saluran kemih yang panjang pada laki-laki
Rancangan Penelitian memungkinkan terjadinya pengendapan zat-zat
Metode penelitian yang digunakan dalam yang terkandung dalam urin lebih banyak
penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan dibandingkan dnegan perempuan. Melalui
rancangan penelitian Two group pra-post test proses yang lama, pengendapan ini akan
design dimana Kelompok subjek pertama yang membentuk batu baik pada saluran kemih

Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 3
maupun pada ginjal. Apabila penanganan yang menjalani hemodialisis di RSUD Tabanan Bali
tidak tepat dan cepat dapat mengakibatkan lebih banyak didominasi oleh laki-laki
terjadinya gangguan fungsi ginjal. Bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
gangguan fungsi ginjal ini berlangsung terjadi karena perempuan memiliki pola hidup
progresif dapat menimbulkan penyakit tahap yang lebih sehat dan teratur dibandingkan
akhir yang akhirnya memerlukan terapi dengan laki-laki, misalnya perempuan jarang
hemodialisis. merokok dan mengkonsumsi minuman
alkohol.
Dewi (2010, hlm.66) dalam penelitiannya juga
mengemukakan bahwa jumlah pasien yang

Tabel 2.
Analisis variabel perancu antara jenis kelamin
dengan penurunan rasa haus
Variabel Jenis Kelamin N Mean SD SE Sig.
Penurunan Laki-laki 24 1,33 0,907 0,214
0,049
rasa haus Perempuan 10 2,17 0,753 0,307
Tabel 3.
Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan
Distribusi Frekuensi Responden
penurunan rasa haus juga menunjukkan bahwa
Berdasarkan Usia
ada perbedaan yang signifikan antara jenis
Frekuensi Presentase
kelamin laki-laki dan perempuan terhadap Variabel
(f) (%)
penurunan rasa haus pada pasien penyakit
Dewasa Awal 5 20,8
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis,
dimana pada jenis kelamin perempuan
Dewasa Tengah 16 66,7
mengalami penurunan intensitas rasa haus
Dewasa Akhir 3 12,5
lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.
Total 24 100
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
yang mengatakan bahwa laki-laki sebagian besar responden dalam penelitian ini
membutuhkan lebih banyak cairan daripada berada pada rentang usia 41-60 tahun (dewasa
perempuan. Hal ini terjai karena laki-laki tengah) dengan jumlah 16 orang (66,7%).
memproduksi keringat yang lebih banyak Selanjutnya responden dengan rentang usia 21-
dibandingkan dengan wanita. Selain itu massa 40 tahun (dewasa awal) menempati urutan
otot pada laki-laki lebih besar serta kedua dengan jumlah 5 orang (20,8%).
metabolisme yang lebih tinggi juga merupakan Responden dengan usia > 65 tahun (dewasa
alaasn mengapa laki-laki membutuhkan asupan akhir/lansia) berjumlah 3 orang (12,5%). Hasil
cairan yang lebih besar daripada perempuan penelitian yang dilakukan Dewi (2010, hlm.64)
(Hidayat, 2013, ¶ 5). Kebutuhan asupan cairan di ruang hemodialisa RSUD Tabanan Bali
yang lebih besar pada laki-laki menyebabkan didapatkan bahwa rata-rata usia pasien
penurunan rasa haus pada laki-laki menjadi penyakit ginjal kronis yang menjalani
lebih kecil dibandingkan perempuan dengan hemodialisis adalah 46 tahun dengan usia
intervensi yang sama. termuda yaitu 22 tahun dan usia tertua 82
tahun.
Data Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia Menurut Smeltzer, Bare & Hinkle (2008,
hlm.1451) pada kasus penyakit ginjal kronis
cenderung meningkat pada usia dewasa karena

4 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)


proses perjalanan penyakitnya yang bersifat Tabel 5.
kronis dan progresif. Semakin bertambahnya Distribusi Frekuensi Responden
usia secara bersamaan fungsi renal dan traktus Berdasarkan Pendidikan
urinarius serta fungsi tubulus termasuk Frekuensi Presentasi
Variabel
kemampuan reabsorbsi akan berkurang. (f) (%)
Setelah usia 40 tahun laju filtrasi glomerulus Pendidikan dasar 5 20,8
akan mengalami penurunan secara progresif Pendidikan
17 70,8
kurang dari 50% dari normalnya hingga usia menengah
70 tahun. Pendidikan tinggi 2 8,3
Total 24 100
Tabel 4.
Analisis variabel perancu antara usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
dengan penurunan rasa haus besar tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini adalah pendidikan menengah
Variabel Penurunan Rasa Haus (SMP dan SMA) yaitu 17 orang (70,8%).
Pearson Selanjutnya responden dengan tingkat
Usia N Sig. pendidikan dasar berjumlah 5 orang (20,8%),
Correlation
Responden dan responden dengan tingkat pendidikan
34 0,407 0,049
tinggi berjumlah 2 orang (8,3%). Hasil yang
Hasil analisis hubungan usia dengan sama juga didapatkan dalam penelitian Septiwi
penurunan rasa haus menunjukkan ada (2010, hlm 78) yang menyebutkan bahwa
hubungan antara usia dengan penurunan 56,4% pasien yang menjalani hemodialisis di
intensitas haus dengan kekuatan korelasi RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
sedang dan arah korelasi positif. Hal ini mempunyai tingkat pendidikan tinggi (SMA
menunjukkan semakin tua usia responden dan PT), sedangkan 43,6% pasien
maka semakin besar penurunan rasa haus yang berpendidikan rendah (SD dan SMP). Menurut
dirasakan setelah diberikan intervensi teori, makin tinggi tingkat pendidikan akan
mengunyah permen karet rendah gula maupun makin meningkatkan kualitas terhadap
mengulum es batu. kesehatannya, hal ini dimungkinkan karena
pendidikan merupakan faktor penting sebagai
Kebutuhan asupan cairan pada lansia dasar untuk dapat mengerti tentang penyakit
menurun seiring dengan proses menua. Hal dan pengelolaannya (Azwar, 1995 dalam
ini disebabkan oleh terjadinya perubahan Septiwi, 2010, hlm.78).
komposisi tubuh, yaitu menurunnya sel-sel Data Karakteristik Responden Berdasarkan
otot dan meningkatnya sel-sel lemak yang Pekrjaan
Tabel 6.
menyebabkan menurunnya kebutuhan
Distribusi Frekuensi Responden
cairan untuk menjalankan fungsi tubuh.
Berdasarkan Pekerjaan
Selain itu peningkatan jumlah lemak pada Frekuensi Presentase
lansia, penurunan fungsi ginjal dan Variabel
(f) (%)
penurunan sensitivitas osmoreseptor Bekerja 9 37,6
menyebabkan lansia sering kali tidak Tidak bekerja 15 62,5
merasa haus (Fatmah, 2010, hlm.119). Total 24 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Data Karakteristik Responden Berdasarkan responden dalam penelitian ini lebih banyak
Pendidikan yang tidak bekerja 15 orang (62,5%)
dibandingkan dengan yang masih aktif bekerja

Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . . (N. W. Arfany, 2014) 5
9 orang (37,6%), Hasil observasi peneliti Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan
menunjukkan bahwa responden yang masih dari Yahrini (2009, hlm.53) yang menyatakan
aktif bekerja adalah adalah pegawai negeri bahwa dengan mengunyah permen karet
sipil, sedangkan responden yang bekerja rendah gula selama 5 menit pada pasien
dibidang swasta sebagian besar mengundurkan penyakit ginjal kronis yang menjalani
diri dari pekerjaannya setelah didiagnosa hemodialisis sekresi saliva meningkat dengan
panyakit ginjal kronis dan harus menjalani jumlah rata-rata 2,7 mL/menit. Peningkatan
hemodialisis secara rutin. Kegagalan fungsi produksi saliva ini secara tidak langsung juga
organ pada pasien yang menjalani hemodialisis akan menurunkan rasa haus pada responden.
mengakibatkan perubahan fisik berupa Setelah diberikan intervensi mengunyah
ketidakmampuan melakukan pekerjaan seperti permen karet rendah gula selama lima menit,
sediakala dan ketergantungan terhadap orang responden mengatakan air liur yang keluar
lain akibat keterbatasan dan kelemahan fisik semakin banyak dan terdapat rasa mint yang
(Septiwi, 2010, hlm.79). membuat mulut menjadi lebih segar, sehingga
Tingkat rasa haus sebelum dan setelah perasaan haus yang dirasakan terasa
diberikan intervensi mengunyah permen berkurang.
karet rendah gula
Tabel 7. Peningkatan produksi saliva merupakan
Tingkat rasa haus sebelum dan setelah keuntungan utama mengunyah permen karet
diberikan intervensi mengunyah permen karet rendah gula yang terjadi dari proses mastikasi
rendah gula dan rasa permen karet. Jumlah saliva yang
Sum meningkat menguntungkan karena membantu
Mean
Variabel Frek of Sig. memelihara kesehatan mulut melalui berbagai
Rank
Rank proses. Saliva yang dikeluarkan dalam keadaan
Sebelum tidak terangsang berjumlah sekitar 0,4
dan setelah mL/menit dan akan dapat meningkat 10 – 12
mengunyah kali lipat bila dirangsang dnegan mengunyah
17 5,00 45,00 0,006
permen permen karet (Dodds, 2007, dalam Yahrini,
karet 2009, hlm.21).
rendah gula

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Tingkat rasa haus sebelum dan setelah
bahwa rerata tingkat rasa haus pada kelompok diberikan intervensi mengulum es batu
mengunyah permen karet rendah gula sebelum Tabel 8.
intervensi adalah 5,08 (haus sedang), Tingkat rasa haus sebelum dan setelah
sedangkan setelah diberikan intervensi rata- diberikan intervensi mengulum es batu
rata tingkat rasa haus turun menjadi 4,08 (haus Frek Mean Sum of
Variabel Sig.
. Rank Rank
sedang), sehingga terjadi penurunan tingkat
Sebelum
rasa haus sebesar 20%. Berdasarkan hasil uji
dan setelah
Wilcoxson didapatkan p value 0,006 (<0,05) 17 6,50 78,00 0,002
mengulum
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
es batu
yang signifikan tingkat rasa haus sebelum dan
setelah diberikan intervensi mengunyah Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
permen karet rendah gula pada pasien penyakit bahwa rerata tingkat rasa haus pada kelompok
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di mengulum es batu sebelum intervensi adalah
RSUD Tugurejo Semarang. 5,00 (haus sedang), sedangkan setelah
diberikan intervensi rerata tingkat rasa haus
turun menjadi 2,83 (haus ringan), sehingga

6 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)


terjadi penurunan tingkat rasa haus sebesar menyebabkan perasaan haus yang dirasakan
56%. Berdasarkan hasil uji Wilcoxson terasa berkurang.
didapatkan p value 0,002 (<0,05) artinya ada Mayus (2013, ¶4) mengatakan bahwa dengan
perbedaan yang signifikan tingkat rasa haus mengulum es batu sangat bermanfaat untuk
sebelum dan setelah diberikan intervensi mengurangi rasa haus pada pasien yang
mengulum es batu pada pasien penyakit ginjal menjalani pembatasan asupan cairan.
kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Kandungan air yang ada didalam es batu juga
Tugurejo Semarang. Setelah diberikan sangat membantu memberikan efek dingin dan
intervensi mengulum es batu selama lima menyegarkan serta mampu mengatasi rasa
menit, responden mengatakan rasa dingin haus pada pasien yang menjalani hemodialisa.
didalam mulut dan air es yang mencair

Perbandingan tingkat efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu
terhadap penurunan rasa haus
Tabel 9.
Perbandingan tingkat efektifitas mengunyah permen karet rendah gula
dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus
Mean Sum of
Variabel Frek. Sig.
Rank Rank
Kelompok mengunyah permen
17 8,62 103,50
karet rendah gula 0,005
Kelompok mengulum es batu 17 16,38 196,50
Karakteristik responden pasien PGK di RSUD
Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai Tugurejo Semarang berdasarkan jenis kelamin
mean rank pada kelompok mengunyah permen yang paling banyak adalah laki-laki 16 orang
karet rendah gula sebesar 8,62, dan pada (66,7%). Berdasarkan usia, sebagian besar
kelompok mengulum es batu sebesar 16,38.
berada pada kategori usia dewasa tengah
Ada perbedaan yang signifikan antara selisih dengan jumlah 16 orang (66,7%). Sebagian
rata-rata penurunan intensitas haus pada besar tingkat pendidikan responden pada
kelompok mengunyah permen karet rendah penelitian ini adalah pendidikan menengah
gula dan mengulum es batu, dimana selisih
(SMP dan SMA) yaitu 17 orang (70,8%), dan
rata-rata penurunan rasa haus pada kelompok
mengulum es batu lebih besar dibandingkan 15 orang (62,5%) berstatus sebagai tidak
dengan kelompok mengunyah permen karet bekerja. Jenis kelamin perempuan mengalami
rendah gula. Hasil uji Mann Whitney juga penurunan tingkat rasa haus lebih besar
menunjukkan p value 0,006 (p < 0,05), dapat dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki,
disimpulkan bahwa ada perbedaan efektifitas usia lansia/dewasa akhir (> 65 tahun) juga
mengunyah permen karet rendah gula dan mengalami penurunan rasa haus lebih besar
mengulum es batu terhadap penurunan rasa dibandingkan dengan usia lebih muda (dewasa
haus pada pasien Penyakit Ginjal Kronis yang awal dan dewasa akhir).
menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang. Tingkat rasa haus sebelum diberikan intervensi
mengunyah permen karet rendah gula
Simpulan dan Saran menunjukkan nilai rerata 5,08, setelah
Dari hasil analisis dan pembahasan hasil diberikan intervensi rerata tingkat rasa haus
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat turun menjadi 4,08 sehingga terjadi penurunan
disimpukan sebagai berikut : tingkat rasa haus sebesar 20%.

Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 7
Tingkat rasa haus sebelum diberikan intervensi DAFTAR PUSTAKA
mengulum es batu menunjukkan nilai rerata
5,00, setelah diberikan intervensi nilai rerata Darmawan, S. 2012. Dialife Sudut Gizi :
turun menjadi 2,83 sehingga terjadi penurunan Membatasi Asupan Cairan. Edisi
tingkat rasa haus sebesar 56%. Januari – Februari 2012. Buletin
informasi kesehatan dan gizi.
Ada perbedaan efektifitas mengunyah permen http://www.burungmanyar.nl
karet rendah gula dan mengulum es batu diunduh tanggal 21 Desember 2013
terhadap penurunan rasa haus, mengulum es
batu lebih efektif dibandingkan dengan Fatmah. 2010. Gizi lanjut usia. Jakarta :
mengunyah permen karet rendah gula untuk Erlangga
mengurangi rasa haus pada pasien penyakit
Grace, P, A., Borley, N,. R. 2005. At a Glance
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Ilmu Bedah. Edisi ke 3. Jakarta :
RSUD Tugurejo Semarang. Salemba Medika

Adapun saran dari penelitian ini yang dapat Guyton, A, C., Hall, J E. 2007. Buku Ajar
diberikan bagi pelayanan kesehatan adalah Fisiologi Kedokteran. Edisi II.
Jakarta :EGC
diharapkan Hasil penelitian ini dapat dijadikan
dasar untuk penyusunan Standar Prosedur
Operasional (SPO) manajemen rasa haus Pray, H. 2005. Pembatasan cairan pada pasien
hemodialisa. Dibuka pada website
dengan intervensi mengulum es batu dan
http://www.ingentaconnect.com/pada
mengunyah permen karet rendah gula pada tanggal 4 Desember 2013
pasien penyakit ginjal kronik yang menalani
hemodialisis khususnya didaerah tropis Price, S.A., & Wilson, L.M.C. 2005.
sepertin Indonesia. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses
– Proses Penyakit. Edisi 6, vol 2.
Alih bahasa Brahm U. Jakarta : EGC
Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bukti nyata dan efek terapi manajeman Salemihardja, N. 2010. Disiplin Ketat. Dibuka
rasa haus sehingga dapat dijadikan suatu pada website http://www.mail-
intervensi keperawatan untuk menurunkan rasa archive.com pada tanggal 10
haus yang dialami pasien PGK yang menjalani Desember 2014
hemodialisis.
Septiwi, Cahyu. 2010. Hubungan Antara
Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan Adekuadi Hemodialisis Dengan
penelitian lanjutan dengan memodifikasi Kualitas Hidup Pasien
intervensi yang diberikan untuk mengurangi Hemodialisis di Unit
rasa haus pada pasien PGK yang menjalani Hemodialisis RS Prof. Dr.
hemodialisis, misalnya dengan menggunakan Margono Soekarjo Purwokerto.
froozen grapes, obat kumur atau yang lainnya. Diunduh pada website
Selain itu bagi penelitian selanjutnya juga www.lontar.ui.ac.id pada tanggal
harus menghomogenkan responden 2 Mei 2015
berdasarkan variabel perancu untuk melihat
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., 2008.
apakah penurunan rasa haus yang dirasakan Buku Ajar Keperawatan Medikal
oleh responden terjadi karena intervensi yang Bedah, Brunner & Suddarth. Jakarta
diberikan atau karena faktor perancu. : EGC

8 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)


Solomon. 2006. Gagal Ginjal dan
Penanganannya. Jakarta : Reneka
Cipta

Yahrini. 2009. Pengaruh Permen Karet


Rendah Gula Terhadap Peningkatan
Sekresi Saliva Pada Pasien Yang
Menjalani Hemodialisa. Medan : FK
USU

Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan . . .(N. W. Arfany, 2014) 9

Anda mungkin juga menyukai