Ketika pusat laba dalam suatu perusahaan saling membeli dan menjual
produknya, maka terdapat 2 keputusan yang harus diambil untuk setiap produk,
yaitu:
a. Keputusan sourcing Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri
produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar?
b. Keputusan harga transfer Jika diproduksi secara internal, pada tingkat
harga berapakah produk tersebut akan ditransfer antarpusat laba?
c. Harga Pasar
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari
produk identik yang sedang ditransfer – maksudnya, harga pasar mencerminkan
kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk
yang dikenakan harga transfer.
e. Informasi Penuh
Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya, dan pendapatan
yang relevan dari masing – masing alternatif tersebut.
f. Negosiasi
Mekanisme kerja yang berjalan lancar harus ada untuk melakukan negosiasi
“kontrak” antar-unit usaha.
6.3.3 Hambatan – Hambatan dalam Mencari Sumber Daya
6.3.3.1 Pasar yang Terbatas
Di hampir semua perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli
dapat saja sangat terbatas dengan berbagai alasan sebagai berikut:
Selisih antara harga kompetitif dan biaya perusahaan (inside cost) sama
dengan jumlah penghematan dari memproduksi sendiri daripada membeli.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar perusahaan
dapat mengetahui tingkat harga kompetitif apabila perusahaan tersebut tidak
membeli atau menjual produknya ke pasar bebas:
4. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar
luar/bebas, maka pusat laba tersebut dapat meniru harga kompetitif
untuk produk-produk eksklusifnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menghitung biaya dari perbedaan dalam desain dan kondisi
penjualan lain antara produk kompetitif dan produk eksklusif.
Ingat, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan, maka harga pasar
tersebut merupakan harga transfer yang baik.
Untuk menentukan harga transfer, perusahaan biasanya mengeliminasi
unsur iklan, pendanaan, atau pengeluaran lain yang tidak dikeluarkan oleh
pihak penjual dalam suatu transaksi internal. Pihak pembeli tidak akan
membayar komponen biaya yang tidak ada dalam kontrak tersebut.
a. Dasar Biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar, namun dibutuhkan insentif untuk
meningkatkan standar tersebut. Biaya aktual tidak digunakan karena factor
inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian.
b. Markup Laba
Untuk menghitung markup laba, terdapat dua keputusan: (1) apa dasar
markup laba, dan (2) tingkat laba yang diperbolehkan.
1) Pembebanan biaya untuk tiap unit yang terjual dilakukan dalam jumlah
yang sama dengan biaya variabel standar produksi.
Salah satu atau kedua komponen tersebut harus memasukkan margin laba.
Sebagai contohnya, asumsikan kondisi pada Tampilan 6.2.
Satu cara untuk mentransfer produk A ke Unit Usaha Y adalah pada harga per unit, yang
dihitung sebagai berikut:
Ditambah laba per unit (10% dari investasi bulanan per unit) $ 2
($1.200.000:12:5000) x 0,10
Pada contoh kasus di atas, penyisihan laba dihitung sebagai jumlah yang
tetap setiap bulannya. Dalam kondisi tertentu, akan lebih tepat jika investasi
dibagi ke dalam komponen variabel (seperti piutang dan persediaan) dan tetap
(seperti pabrik). Kemudian, penyisihan laba berdasarkan tingkat pengembalian
atas aktiva variabel (return on variable assets) akan ditambahkan ke biaya
variabel standar untuk setiap unit yang terjual.
Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus
negosiasikan secara berkala.
Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi
dan biaya.
Dengan sistem penentuan harga ini, kinerja laba dari unit produksi tidak
dipengaruhi volume penjualan dari unit final.
Mungkin terdapat konflik kepentingan antara unit produksi dengan
perusahaan.
Metode ini mirip dengan penentuan harga “ambil atau bayar” yang sering
digunakan oleh perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan
tambang batu bara.
c. Pembagian Laba
Kadang kala sistem penentuan harga dua langkah tidak dapat digunakan,
sehingga sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk
memastikan keselarasan kepentingan antara unit usaha dan perusahaan. Sistem
tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut:
1) Jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara
keseluruhan. Pihak manajemen senior harus menyadari situasi ini ketika
menyetujui anggaran untuk unit-unit usaha dan harus mengadakan
evaluasi secara berkala atas kinerja anggaran tersebut.
5) Fakta bahwa konflik di antara unit bisnis akan berkurang dalam sistem.
1) Teori yang menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya
variabel standar dari jasa yang diberikan.
2) Teori yang menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel standar
ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar –yaitu, biaya penuh
(full cost).
3) Teori yang menyarankan harga yang sama dengan harga pasar, atau
biaya penuh standar (standard full cost) ditambah dengan margin
labanya.
6.5.1 Negosiasi
Hampir semua perusahaan, unit usahanya menegosiasikan harga transfer satu
sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf
pusat. Satu alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa
dengan menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang
paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini (line
management). Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan
manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Di
samping itu, banyak harga transfer yang harus melibatkan penilaian subyektif pada
tingkat tertentu. Akibatnya, satu harga transfer yang telah dinegosiasikan seringkali
merupakan hasil kompromi antara pihak pembeli dan penjual. Jika kantor pusat
sudah menentukan harga transfer, maka para manajer unit usaha dapat
berargumentasi bahwa mereka menghasilkan laba yang kecil sehingga akibat harga
transfer yang telah ditentukan secara arbitrer tersebut. Alasan lain bagi unit usaha
untuk menegosiasikan harga transfernya adalah bahwa unit bisnis biasanya memiliki
informasi yang paling baik mengenai pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga
merupakan pihak yang paling tepat untuk mencapai harga yang pantas.
Unit-unit usaha juga harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan
dalam melakukan negosiasi harga tersebut. Di sebagian kecil perusahaan, kantor
pusat menginformasikan kepada unit-unit usaha bahwa unit usaha tersebut bebas
bertransaksi satu sama lain atau dengan perusahaan luar yang ditemui, dengan
persyaratan bahwa jika impas, maka bisnis tersebut harus tetap di dalam perusahaan.
Jika hal ini dilaksanakan dan terdapat sumber luar dan pasar luar, maka tidak ada lagi
prosedur administrative yang harus dipenuhi. Harga ditentukan di pasar luar, dan jika
unit usaha tidak dapat menyetujui harga tersebut, maka unit bisnis tersebut dengan
mudah membeli atau menjual ke pihak luar. Akan tetapi, di sebagian besar
perusahaan, unit-unit usaha harus saling bertransaksi satu sama lain. Jika unit usaha
tersebut tidak memiliki ancaman dari pesaing lain yang tidak dijadikan kekuatan
tawar-menawar dalam proses negosiasi, maka staf kantor pusat harus menetapkan
peraturan yang mengatur penentuan harga dan perolehan sumber daya dari produk
dalam perusahaan.
Dalam negosiasi harga transfer, para manajer lini tidak boleh banyak
menghabiskan waktu mereka hanya untuk melakukan negosiasi harga. Oleh karena
itu, aturan tersebut harus benar-benar dapat mengatur sedemikian rupa supaya
penentuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian individu dalam
bernegosiasi. Tanpa adanya peraturan semacam ini, manajer yang paling keras kepala
sekalipun akan melakukan negosiasi dengan harga yang paling pantas.