Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan
demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Sesuai dengan amanat Undang-
Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, mulai dari tahap pra bencana, saat
bencana sampai dengan pasca bencana.
Penanganan bencana perlu didukung oleh ketersediaan data dan
informasi yang akurat. Saat ini, data bencana yang tersedia di
kementerian/lembaga, institusi, pemerintah daerah dan organisasi lainnya
belum terintegrasi dengan baik, dimana format data dan informasi bencana
masih beragam. Untuk itu diperlukan acuan sebagai pedoman dalam
pengelolaan data dan informasi bencana. BNPB telah menyediakan sebuah
sarana penyimpanan data dan informasi kebencanaan berupa perangkat lunak
aplikasi Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dapat digunakan
sebagai alat analisis kejadian dan dampak bencana.rAda sejumlah cara yang
dapat dipilih untuk menampilkan data hasil pengukuran dalam kerja
penelitian. Penyajian data yang mana yang sebaiknya dipilih tergantung jenis
data, selera peneliti, dan tujuan penampilan data itu sendiri. ( Burhan
Nurgiyantoro dkk, 2004:31 )
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyajian data statistik kebencanaan?
1.2.2 Apa saja macam – macam penyajian data statistic kebencanaan ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1.3.1 Untuk mengetahui penyajian data statistik kebencanaan
1.3.2 Untuk mengetahui macam – macam penyajian data statistic kebencanaan?

BAB II

PEMBAHASAN

1
2.1 Penyajian Data Dalam Kebencanaan
Penanganan bencana merupakan tanggung jawab dari pemerintah dan
pemerintah daerah. Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana antara lain
adalah cepat dan tepat, prioritas koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan
berhasil guna. Tujuan utama penanggulangan bencana adalah memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana dan menjamin
terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh (UU No. 24, 2007). Pelaksana penanggulangan
bencana menurut UU nomor 24 tahun 2007 adalah Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB membutuhkan data yang akurat
pada saat bencana terjadi agar bisa melakukan penanggulanan bencana yang
cepat dan tepat serta terkoordinasi dan menyeluruh dengan instansi-instansi
pemerintah yang terkait. Maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat membantu
proses pengumpulan data bencana dan korban bencana.
Kegiatan pengumpulan data di lapangan akan menghasilkan data
angka-angka yang disebut ‘data kasar’ (raw data) yang menunjukkan bahwa
data tersebut belum diolah dengan teknik statistik tertentu. Jadi data tersebut
masih berwujud sebagaimana data itu diperoleh yang bisanya berupa skor dan
relative banyak tidak beraturan. Agar dapat memberikan gambaran yang
bermakna, data-data itu haruslah disajikan ke dalam tampilan yang sistematis
dan untuk keperluan penganalisisan biasanya data itu disusun dalam sebuah
tabel. Penyajian data ini bertujuan memudahkan pengolahan data dan pembaca
memahami data.
Penyajian data bencana dapat berupa tabel, diagram dan peta.
Informasi yang disajikan antara lain pola sebaran kejadian bencana, korban
bencana dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana, serta data rinci
tentang kejadian bencana di suatu wilayah tertentu. Penyebaran informasi
dapat dilakukan secara ‘online’ melalui ‘website’.

2.2 Macam-macam Penyajian Data


2.2.1 Tabel
Tabel menurut KBBI ialah daftar yang berisi ikhtisar sejumlah (besar)
data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun
secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan
garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Menyajikan hasil

2
pengolahan data dengan menggunakan tabel dari sederhana-kompleks.
Penyajian Informasi dalam bentuk angka dengan menggunakan format
baris kolom. Cara penyajian tabel yang baik adalah tabel harus mudah
dipahami pembaca, buat sesederhana mungkin, dua/tiga tabel lebih baik
daripada satu variabel besar dengan banyak variabel. Syarat tabel adalah
terdiri : judul tabel, badan/isi tabel, catatan kaki
 Judul tabel: singkat, jelas, relevan, menjelaskan apa yang
disajikan, dimana, kapan
 Badan tabel: lajur baris-kolom, tiap lajur diberi label, titik temu
baris nilai variabel, ada lajur berisi jumlah
 Catatan kaki: penjelasan label, sumber informasi dari isi tabel.

2.2.2 Diagram Batang


Hasan (2009:24) menyatakan grafik batang atau balok adalah grafik
data berbentuk persegi panjang yang lebarnya sama dan dilengkapi
dengan skala atau ukuran sesuai dengan data yang bersangkutan. Menurut
Riduwan (2003:84) diagram batang digunakan untuk menyajikan data
yang bersifat kategori atau data distribusi. Menurut Furqon (1999:25)
diagram
batang

digunakan untuk data yang berbentuk kategori. Jadi diagram batang


adalah diagram yang berbentuk persegi panjang dengan lebar yang sama
dan digunakan untuk data yang berbentuk kategori.
Grafik batang yang digunakan untuk menunjukan perbandingan
frekuensi absolut maupun relatif antar variabel yang dikategorikan/
klasifikasikan dengan skala nominal dan ordinal. Jenis klasifikasi,

3
misalnya: Jenis penyakit, jenis akseptor Kb, dan sebagainya. Besarnya
perbedaan frekuensi absolut maupun relatif ditunjukan dengan tinggi atau
panjang batang proporsional terhadap nilai yang ditampilkan. Sumbu
vertikal (Y) digunakan untuk menampilkan frekuensi absolut (jumlah)
atau relatif (%), sedangkan sumbu horizontal (X) digunkan untuk
menampilkan kategori atau klasifikasi. Variabel nominal dan ordinal
merupakan variabel diskrit, oleh karena itu batang yang menunjukan
klasifikasi berbeda dari satu variabel dipisahkan. Jarak antar batang tidak
melebihi setengah lebar bantang.

2.2.3 Diagram
Diagram GarisBatang
Hasan (2009:27) menyatakan grafik garis adalah grafik data berupa
garis, diperoleh dari beberapa ruas garis yang menghubungkan titik-titik
pada bidang bilangan (sistem salib sumbu). Menurut Riduwan (2003:87),
diagram garis digunakan untuk menggambarkan keadaan yang serba terus
atau berkesinambungan. Seperti diagram batang, di sini pun diperlukan
sistem sumbu datar dan sumbu tegak yang saling tegak lurus. Sumbu datar
menyatakan waktu sedangkan sumbu tegaknya melukiskan kuantum data
tiap waktu. Jadi diagram garis adalah grafik data berupa garis, diperoleh
dari beberapa ruas garis yang menghubungkan titik-titik pada bidang
bilangan (sistem salib sumbu) dan digunakan untuk menggambarkan
keadaan yang berkesinambungan. Dalam diagram garis kita dapat
melukiskan dua sampai tiga kurve dengan keterangan yang berbeda untuk
tiap garis. Diagram ini misalnya digunkan untuk menampilkan

4
kecenderungan perubahan suhu tubuh berdasarkan waktu, peristiwa
kematian/kelahiran masyarakat, penyakit dll.

Diagram Garis
2.2.4 Diagram Lingkaran
Riduwan (2003:91) mengatakan diagram lingkaran digunakan untuk
penyajian data berbentuk kategori dinyatakan dalam persentase. Somantri
(2006:115) mengatakan bahwa “penyajian data dalam bentuk diagram
lingkaran didasarkan pada sebuah lingkaran yang dibagi menjadi beberapa
bagian sesuai dengan banyaknya kelas penyusunan”.

Menurut Hasan (2009:28) grafik lingkaran adalah grafik data berupa


lingkaran yang telah dibagi menjadi juring-juring sesuai dengan data
tersebut. Sedangkan menurut Gasperz (1989:40) “Grafik berbentuk

5
lingkaran digambarkan sebagai suatu lingkaran, di mana luas lingkaran
merupakan komponen dari beberapa nilai. Ini sejalan dengan pendapat
Sudjana (2005:35) yang mengatakan bahwa “Untuk membuat diagram
lingkaran, gambarkan sebuah lingkaran, lalu dibagi-bagi menjadi beberapa
sektor. Tiap sektor melukiskan kategori data yang terlebih dahulu diubah
kedalam derajat.
Jadi diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan
menggunakan gambar berbentuk lingkaran yang dibagi menjadi sudut-
sudut sektor (juring). Setiap sector melukiskan kategori data yang terlebih
dahulu diubah ke dalam derajat dengan menggunakan busur derajat.
Diagram lingkaran sangat cocok untuk menyajikan data yang berbentuk
kategori atau atribut dalam persentase.

2.2.5 Histogram
Data yang telah disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dapat
disajikan dalam bentuk diagram yang disebut histogram, berikut adalah
beberapa pengertian histogram. Histogram yaitu merupakan grafik dari
distribusi frekuensi suatu variabel. Tampilan histogram berupa petak-petak
empat persegi panjang. Sebagai sumbu horizontal (absis, sumbu x) boleh
memakai tepi-tepi kelas, batas-batas kelas atau nilai-nilai variabel yang
diobservasi, sedang sumbu vertical (ordinat,sumbu y) menunjukan
frekuensi. Untuk distribusi bergolong/ kelompok yang menjadi absis
adalah nilai tengah dari masing-masing kelas (Somantri, 2006:113).
Riduwan (2003:76) menyatakan histogram adalah grafik yang
menggambarkan suatu distribusi frekuensi dengan bentuk beberapa segi
empat. Menurut Hasan (2009:47), histogram merupakan grafik batang dari
distribusi frekuensi. Sedangakan menurut Furqon (1999:25), histogram
adalah suatu bentuk grafik yang menggambarkan sebaran (distribusi)
frekuensi suatu perangkat data dalam bentuk batang.
Histogram digunakan untuk menggambarkan secara visual frekuensi
data yang bersifat kontinu. Jadi histogram adalah diagram kotak yang
lebarnya menunjukkan interval kelas, sedangkan batas-batas tepi kotak
merupakan tepi bawah dan tepi atas kelas, dan tingginya menunjukkan
frekuensi pada kelas tersebut.

6
2.2.6 Box Plot
Pengguna juga dapat memasukkan data berkaitan dengan pendataan
posko, seperti: nama posko, lokasi posko, kapasitas posko, jumlah fasilitas
yang ada di posko (fasilitas dapur, kesehatan, MCK), jumlah pengungsi
(pria, wanita, balita).
Box Plot digunakan untuk melihat perbandingan distribusi/variasi
antara kelompok variabel data dan mengidentifikasi terjadinya Outliers
data. Outliers adalah suatu individu data yang nilainya menyimpang jauh
dari penyebaran data pengamatan.

2.2.7 Penyajian Data menggunakan Peta

7
Penyajian data menggunakan Peta digunakan untuk koordinasi
penanggulangan bencana. Pada dasarnya dapat memasukkan data
berkaitan dengan bencana, baik dalam bentuk laporan awal maupun
laporan perkembangan. Data yang dimasukkan sesuai dengan format
laporan awal maupun perkembangan dari BPBD, meliputi: jenis bencana,
lokasi bencana, penyebab bencana, jumlah korban, jumlah pengungsi,
jumlah kerusakan, dampak bencana, upaya penanganan apa saja yang
telah dilakukan. Tampilan pada peta untuk memudahkan
petugas/relawan/aparat dalam melakukan koordinasi penanganan bencana

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Penyajian data bencana dapat berupa tabel, diagram dan peta.
Informasi yang disajikan antara lain pola sebaran kejadian bencana,
korban bencana dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana, serta
data rinci tentang kejadian bencana di suatu wilayah tertentu. Tabel
menurut KBBI ialah daftar yang berisi ikhtisar sejumlah (besar) data
informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara
bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis
pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak.
Hasan (2009:24) menyatakan grafik batang atau balok adalah
grafik data berbentuk persegi panjang yang lebarnya sama dan
dilengkapi dengan skala atau ukuran sesuai dengan data yang
bersangkutan. Hasan (2009:27) menyatakan grafik garis adalah grafik
data berupa garis, diperoleh dari beberapa ruas garis yang
menghubungkan titik-titik pada bidang bilangan (sistem salib sumbu).
Riduwan (2003:91) mengatakan diagram lingkaran digunakan untuk
penyajian data berbentuk kategori dinyatakan dalam persentase.
Sedangakan menurut Furqon (1999:25), histogram adalah suatu bentuk
grafik yang menggambarkan sebaran (distribusi) frekuensi suatu
perangkat data dalam bentuk batang. Box Plot digunakan untuk melihat
perbandingan distribusi/variasi antara kelompok variabel data dan
mengidentifikasi terjadinya Outliers data. Penyajian data menggunakan
Peta digunakan untuk koordinasi penanggulangan bencana.

3.2 Saran
Sebaiknya kita dapat memahami cara penyajian data statistic
kebencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Careem, M.; De Silva, C.; De Silva, R.; Raschid, L.;


Weerawarana, S.; Lanka Software Found., Colombo, 2006,
Sahana: Overview of a Disaster Management System, Information
9
and Automation, ICIA 2006, International Conference 15-17 Des
2006, pp. 361-366

Akbar, Purnomo Setiady dan Husaini Usman. 2006. Pengantar Statistika Edisi
Kedua. Jakarta

Hamid, H.M. Akib dan Nar Herrhyanto. 2008. Statistika Dasar. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Herrhyanto, Nar. 2008. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pasaribu, Amudi. 1975. Pengantar Statistik. Gahlia Indonesia : Jakarta

Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Supranto, 1994. “Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 2”. Jakarta : Erlangga.

Usman, Husaini & Setiady Akbar, Purnomo.2006. PENGANTAR STATISTIKA.


Yogyakarta:

Anita. 2015. Penyajian Data. (Online). Available at


https://www.slideshare.net/nur_anita92/penyajian-data-43177653

Indriasari. Analisis dan Perancagan Pengumpulan Data Bencana Alam. (Online)


available at https://media.neliti.com/media/publications/77617-ID-
analisis-dan-perancangan-sistem-pengumpu.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai