REFERAT
REFERAT
COATS’ DISEASE
Pembimbing :
Disusun oleh :
406162073
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata, dengan judul Coats’ Disease.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pembimbing penulis, dr. Hj. Nanik Sri Mulyani, Sp.M atas bimbingannya
selama ini, serta kepada seluruh dokter pengajar yang telah bersedia
memberikan kesempatan dan waktunya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih untuk teman –
teman dan keluarga yang selalu memberikan support kepada penulis.
Referat ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti kepaniteraan di
RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. Penulis sadar dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Semarang, 2018
406162073
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………….......
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 4
1.1 Anatomi dan Fisiologi Mata ............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
2.1. Anatomi
2.2 Coat’s disease
A. Definisi………………………………………………………… 8
B. Epidemiologi……………………………………………….... 8
C. Etiopatologi……………....………………………………….... 8
D. Manifestasi klinis……………………………………………... 9
E. Klasifikasi…………………………………………………..... 10
F. Diagnosa……………………………………………………....... 11
G. Diagnosa Banding…………………………………………... 12
H. Penatalaksanaan………………………………………………... 12
I. Prognosis………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Coats atau Coats’ disease adalah suatu penyakit yang ditandai
oleh adanya telangiektasis dan aneurisma pembuluh darah retina disertai
dengan eksudat intraretina maupun subretina pada satu mata. Awalnya
penyakit Coats yang diperkenalkan pertama kali oleh George Coats pada
tahun 1908 mempunyai menifestasi klinik yang hampir sama dengan
aneurisma Leber yaitu berupa abnormalitas pembuluh darah retina. Reese
kemudian berpendapat bahwa telengiektasis pembuluh darah retina
(Aneurisma Leber) yang dapat menyebabkan eksudasi retina progresif dan
ablasio retina disebut dengan penyakit Coats. 1,2
Prevalensi penyakit Coats belum pernah dilaporkan hingga saat ini
karena termasuk penyakit yang jarang terjadi. Di Wills Eye Hospital, Amerika
sebesar 150 kasus dengan rata-rata usia 5 - 11 tahun, lebih banyak pada laki-
laki dengan perbandingan 3:1. Penyakit Coats terjadi pada salah satu mata
atau unilateral dengan persentase sebesar 95 %. Penyakit Coats tidak
dipengaruhi oleh ras maupun faktor herediter. 2,3
Penyebab pasti penyakit Coats belum diketahui hingga saat ini namun
terdapat dugaan bahwa penyebabnya adalah kelainan primer dari vaskuler
retina terutama di perifer. Manifestasi klinis penyakit Coats dibagi menjadi
dua yaitu onset dini atau anak usia < 20 tahun dan dewasa ≥ 20 tahun.
Keluhan pada anak-anak biasanya berupa penurunan tajam penglihatan,
strabismus dan leukokoria. Pemeriksaan segmen anterior sebagian besar tidak
memperlihatkan adanya kelainan. Shields1 mengklasifikasikan kelainan
segmen posterior menjadi lima stadium yaitu stadium pertama hanya berupa
telangiektasis pembuluh darah retina, stadium kedua terdapat telangiektasis
dan eksudat, stadium ketiga terdapat ablasio retina eksudatif, stadium
keempat terjadi ablasio retina total dan glukoma sekunder, stadium kelima
merupakan stadium paling akhir dari penyakit Coats. 5
Diagnosis penyakit Coats ditegakkan berdasarkan anamnesis,
manifestasi klinis, pemeriksaan dengan biomikroskopi, oftalmoskop direk dan
indirek. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis adalah angiografi fluoresen fundus (FFA), ultrasonografi dan CT-
scan.6,7 Diagnosis banding penyakit Coats yang paling penting adalah
retinoblastoma. Penatalaksaan penyakit Coats berdasarkan stadiumnya dapat
berupa observasi, fotokoagulasi, krioterapi, drainase cairan subretina dan
enukleasi.8 Prognosis bervariasi tergantung pada tiap stadiumnya.9
Penderita dengan penyakit Coats sering didiagnosis dengan
retinoblastoma padahal penatalaksanaan kedua penyakit tersebut sangat
berbeda. Oleh karena itu, pengetahun tentang gambaran klinik, penegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit Coats harus dapat lebih dipahami
untuk menghindari kesalahan diagnosis dan terapi dengan penyakit lain
terutama retinoblastoma.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Retina merupakan lapisan tipis, yang melapisi 2/3 bagian dalam dinding
posterior bola mata. Retina membentang dari saraf optik di bagian posterior
hingga ora serrata di bagian anterior, yang kemudian akan berlanjut menjadi
epitel badan siliar. Retina terbagi dua secara garis besar yaitu lapisan epitel
pigmen dan lapisan sensoris. Lapisan epitel pigmen retina (Retinal Pigment
Epithelium / RPE) adalah selapis sel epitel kuboid yang tersusun heksagonal.
Sel-sel epitel ini mendukung dan mempertahankan fungsi segmen luar sel
fotoreseptor, selain itu juga berperan dalam menjaga Blood-Retinal Barrier
dari koriokapilaris. Sedangkan lapisan sensoris retina terdiri dari beberapa
lapisan yang terbagi menjadi beberapa kelompok sel dengan fungsi masing-
masing. Sel fotoreseptor terbagi menjadi segmen luar, segmen dalam dan
sinapsis. 1,4
Gambar 1 : Anatomi Retina
G. Diagnosa Banding
Diagnosis banding penyakit Coats berdasarkan gejala klinis yang
hampir sama yaitu penurunan tajam penglihatan dan lekokoria adalah
terbanyak retinoblastoma, dan yang lainnya antara lain persistent hiperplastic
primary vitreous (PHPV), retinopathy of prematurity (ROP), katarak
kongenital dan penyakit Norrie. Sedangkan diagnosis banding lain
berdasarkan gambaran fundus yaitu oklusi pembuluh vena retina, diabetik
retinopati, penyakit Eales, idiopathic juxtafoveal telangiectasia. Anamnesis
penyakit Coats tidak didapatkan adanya riwayat penyakit seperti ini pada
keluarga, sedangkan pada retinoblastoma terdapat riwayat penyakit keluarga.
Pemeriksaan segmen anterior pada umumnya memberikan gambaran yang
normal pada penyakit Coats dan retinoblastoma namun beberapa kasus
penyakit Coats menunjukkan gambaran kolesterolosis segmen anterior. 7,8
Manifestasi klinis segmen posterior merupakan gambaran yang penting
dalam membedakan kedua penyakit tersebut. Pada retinoblastoma terdapat
bentukan sel-sel inflamasi berwarna putih dan berkelompok membentuk
snowballs, sedangkan vitreus jernih pada penyakit Coats. Eksudasi retina
berwarna kekuningan yang kadang disertai dengan kristal kolesterol terdapat
pada penyakit Coats. 7,8
Pemeriksaan penunjang seperti USG, CT scan dan MRI sangat
membantu dalam membedakan penyakit Coats dengan retinoblastoma. Pada
retinoblastoma, USG akan memberi gambaran adanya massa intraokuler di
bawah ablasio retina dan kemungkinan adanya hiperkalsifikasi. CT scan juga
memberikan gambaran hiperkalsifikasi pada area intraokuler tumor. MRI
menunjukkan hiperintesitas T1 dan hipointensitas T2 pada retinoblastoma,
sedangkan proses eksudatif seperti penyakit Coats gambaran intensitas TI dan
T2 adalah sama.7,8
H. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penyakit Coats adalah mencegah progresifitas
penyakit dan mempertahankan tajam penglihatan dengan terapi agresif
terhadap kebocoran kapiler retina untuk mencegah eksudasi daerah makula.
Shields lebih lanjut menguraikan penatalaksanaan penyakit Coats berdasarkan
stadiumnya. Penatalaksaan penyakit Coats terdiri dari observasi, laser
fotokoagulasi, krioterapi dan tindakan bedah.9,10
Observasi dilakukan pada stadium 1 dan 5 karena pada stadium 1 hanya
terjadi kelainan telangiektasia saja dan stadium 5 merupakan stadium akhir
penyakit Coats dimana sudah terjadi kebutaan. Tindakan laser fotokoagulasi
dan krioterapi efektif untuk menghancurkan telangiektasia vaskuler retina.
Shields5 berpendapat bahwa laser fotokoagulasi terbatas hanya dilakukan
pada stadium 2 dan 3A, sedangkan krioterapi dapat dilakukan pada stadium
2A, 2B, 3A dan 3B. 9,10
Penatalaksanaan bedah untuk melekatkan kembali lapisan retina pada
RPE, dapat dilakukan dengan drainase cairan subretina, pemasangan sabuk
sklera atau scleral buckle, vitrektomi dan silicon oil. Pada kasus-kasus lanjut
dan berat Yoshizumi14 dkk menyarankan tindakan vitrektomi disertai drainase
cairan subretina dan kolesterol, diatermi intraokuler dengan laser
fotokoagulasi dan injeksi silicon oil untuk melisis telengiektasis vaskuler.
Sedangkan Kranias dan Krebs21 lebih agresif dalam penanganan stadium
lanjut penyakit Coats yaitu dengan melakukan vitrektomi, drainase cairan
subretina, membrane peeling dan retinopeksi pneumatik. Enukleasi dilakukan
atas indikasi gejala nyeri akut pada mata baik oleh karena glaukoma
neovaskuler maupun dugaan adanya retinoblastoma. Pada umumnya
enukleasi ini dilakukan pada stadium 4. 9,10
I. Prognosis
Prognosis penyakit Coats tergantung pada stadiumnya.4-5 Stadium 1
dan 2 pada umumnya baik bila eksudasi tidak terlalu meluas meskipun pada
stadium 2B terdapat eksudat di daerah fovea. Stadium 3 hingga stadium 5
mempunyai prognosis yang buruk karena sudah terjadi ablasio retina dan
komplikasi lain seperti glaukoma sekunder. Budning dkk 11 menyatakan
bahwa prognosis visual penderita penyakit Coats tergantung pada luasnya
jaringan retina perifer yang terlibat dan ada tidaknya ablasio retina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Halter JA. Coats’ disease. In : Ryan SJ, editor. Retina 3rd ed. St Louis : CV Mosby
; 2001. p. 1441-7
2. Shields JA, Shields CL, Honavar SG, Demirci H. Clinical variations and
complications of Coats disease in 150 cases : the 2000 Sanford Gifford Memorial
Lecture. Am J Ophthalmol. 2001;131:561- 71
3. Shields JA, Shields CL, Honavar SG, Demirci H, Cater J. Classification and
management of Coats disease : the 2000 Proctor Lecture. Am J Ophthalmol.
2001;131:572-83
4. Ilyas SH. Anatomi dan Fisiologi Mata dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI. 2005. Hal. 1-12
5. Black GC, Perveen R, Bonshek R, Cahill M, Clayton-Smith J, Lloyd IC, et al.
Coats’ disease of the retina ( unilaterla retinal telangiectasia ). Hum Mol Genet
1999;8(11):2031-5
6. Smithen LM, Brown GC, Brucker AJ, Yannuzi LA, Klais CM, Spaide RF. Coats’
disease diagnosed in adulthood. Ophthalmology 2005;112:1072-8
7. Shields JA, Shields CL. Differentation of Coats’ disease and retinoblastoma. J
Pediatric Ophthalmol Starbismus. 2001;38:262-6
8. Jonas JB, Holbach LM. Clinical-pathologic correlation in Coats’ disease. Graefe’s
Arch Clin Exp Ophthalmol 2001;239:544-5
9. Kranias G, Krebs TP. Advanced Coats’ disease succesfully managed with vitreo-
retinal surgery. Eye 2002;16:500-1
10. Khurana RN, Samuel MA, Murphree AL, Loo RH, Tawansy KA. Subfoveal
nodule in Coats’ disease. Clin Exp Ophthalmol 2005;33:301-2
11. Budning, Silodor SW, Augsburger JJ, Shields JA, Tasman W. Natural history and
management of advanced Coats’ disease. Ophthalmic Surg 1988; :89-93