Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II

LAJU INVERSI GULA

Disusun oleh:
Nama : Edi Siswanto
NIM : H13112071
Kelompok : 5 (Lima)
Tgl Praktikum : 18 Maret 2014
Asisten : Septami Setiawati dan Sony Fajar Jayadi
Prodi : Kimia
Anggota kelompok : 1. Alpius Suriadi
2. Gloria Sindora
3. Indri Puspa Ningrum
4. Mai Nurhayati
5. Muhammad Arief
6. Susi Linda Sari
7. Tiara Handayani

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan tentang laju inversi gula (sukrosa) dengan


tujuan untuk menentukan tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari
katalisa ion hidrogen (H+). Laju inversi gula diketahui sebagai hidrolisis sukrosa
menjadi fruktosa dan glukosa. Inversi gula tersebut dapat dipercepat dengan
penambahan katalis ion hidrogen (H+) dari asam klorida (HCl) dan penghentian
reaksi katalis oleh basa kalium hidroksida (KOH). Reagen selliwanof spesifik
digunakan untukmenghentikan reaksi dan mendeteksi fruktosa di dalam larutan,
dimana dihasilkan larutan berwarna setelah penambahan reagen tesebut yang
menandakan terdeteksinya fruktosa. Kemudian, dari larutan berwarna samar
yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer nilai absorbansi
yang diperoleh yaitu (t=0 menit) adalah sebesar 1,103A, (t=15 menit) adalah
sebesar 1,927A, (t=30 menit) adalah sebesar 2,447A, (t=45 menit) adalah
sebesar 2,462A dan (t=60 menit) adalah sebesar 2,027A. Berdasarkan grafik
diperoleh persamaan y=0,0047x – 0,0513 dengan nilai K adalah sebesar -0,0047
m-1 s-1.

Kata kunci: Laju Inversi, Katalis, Absorbansi


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glukosa merupakan salah satu aldoheksosa berisomer yang merupakan
suatu yang penting di alam karena perannya yang sangat penting dalam proses
biologi dan proses kimia. Glukosa termasuk hasil perubahan dari semua
karbohidrat dalam tubuh sebelum proses oksidasi. Fruktosa merupakan salah satu
ketoheksosa yang berisomer suatu gula kristal yang terdapat bersama glukosa
dalam madu dan buah-buahan.

Pengetahuan tentang laju inversi gula sangat penting dalam dunia


kedokteran untuk sebagai media menangani penyakit-penyakit tertentu seperti
diabetes. Pengetahuan tentang laju inversi gula memiliki peranan penting untuk
kesehatan. Mengetahui alasan-alasan di atas, maka perlu untuk dilakukan
percobaan tentang laju inversi gula untuk mempermudahkan mempelajarinya.

1.2 Tujuan Percobaan


Menentukan tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalisa ion
hidrogen (H+).

1.3 Prinsip Percobaan


Proses penentuan tetapan laju reaksi orde pertama inversi gula sukrosa
menghasilkan glukosa dan fruktosa dapat dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri, dimana nilai adsorbansi dari larutan gula tersebut dapat diukur
dengan spektrofotometer. Penembahan suatu katalisa ion hidrogen (H+) dari suatu
larutan asam diharapkan dapat mempercepat reaksi yang terjadi, sehingga reaksi
berlangsung secara singkat.
H+
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Laju Reaksi dan Orde Reaksi


Laju reaksi merupakan proses perubanhan konsentrasi pereaksi atau
produk dalam satuan waktu tertentu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu reaktan atau bertambahnya konsentrasi produk
dalam waktu tertentu. Besarnya laju reaksi yang terjadi di dalam kinetika kimia
laju reaksi dapat di nyatakan dalam persamaan berikut (Sastrohamidjojo, 2001;
Petrucci, 1993):
V = K [A]m [B]n

Faktor-faktor yang mempengaruhi sangat beragam, tergantung dari reaksi


yang terjadi. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi harga dari laju reaksi
kimia yang berlangsung. Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu (Petrucci, 1993):
a. Konsentrasi pelarut
b. Temperatur
c. Katalis
d. Tekanan
e. Luas permukaan

Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan
glukosa dan memiliki orde reaksi yang merupakan pangkat-pangkat dalam
persamaan laju reaksi kimia. Disakarida sukrosa adalah berupa gula pasir biasa,
Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa (Bird, 199; Fassenden dan Fassenden, 1992).

2.2. Spektrofometri UV-Vis dan Hukum Lambert- Beer


Spektrototometri uv-vis merupakan alat yang umum digunakan pada
laboratorium. Spektrototometri uv-vis digunakan untuk analisa kimia kuantitatif,
namun dapat digunakan untuk analisa semi kuantitatif. Prinsip kerja
spektrototometri uv-vis didasarkan pada penyerapan sinar oleh pepsi kimi tertentu
didaerah ultra lembayung dan sinar tampak (Huda, 2001).
Hukum Lambert-Beer menytakan berkurangnya intensitas cahaya
monokromatis melewati lantai yang menyerap cahaya kromatis tersebut akan
sebanding dengan konsentrasi larutan. Berdasarkan hukum Lambert- Beer dapat
diketahui bahwa terapat hubungan erat antara tebat cuplikan dan konsentrasi.
Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut (Huda,
2001):
𝐼𝑜
Log = k.c.b = A
𝐼

2.3. Analisi Bahan


2.3.1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut dengan konstanta dielektrik yang tinggi H2O
memiliki titik didih 100 dan titk leleh 0,0 . Akuades termasuk pelarut tanpa
warna dan tidak berbahaya (Kusuma, 1983).

2.3.2. Asam Klorida (HCl)


Asam klorida merupakan padatan kristalinbersifat polar. HCl memiliki
titik diddih pada suhu 110 . Asam klorida juga memiliki massa jenis 1,18 gr/cm3
dan 36,46 gr /mol (Daintith, 1994).

2.3.3. Larutan Gula ( sukrosa ) (C12H22O11)


Larutan gula merupakan larutan yang berasal dari padatan gula. Sukrosa
memiliki kerapatan 1,587 gr/cm3 dan 342,30 gr
/mol. Padatan gula dapat larut dalam
pelarut akuades (Daintith, 1994).

2.3.4. Natrium Hidroksida (NaOH)


Natrium hidroksida merupakan padatan kristalain bewarna putih. NaOH
memiliki titik didih 1390 dan titik lebur 318 . NaOH dapat larut dalam
akuades dengan kerapatan 2,1 gr/cm3 (Daintith,1994 ).

2.3.5. Reagen Seliwanof


Reagen seliwanof merupakan reagen pereaksi terhadap inversi gula.
Reagen seliwanof dapat bereaksi dalam larutan asam maupun basa. Reagen
seliwanof dapat membantu memperjelas adsorbansi larutan ( Daintith,1994 ).
BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat –alat yang digunakan dalam percobaan laju inversi gula adalah batang
pengaduk, botol semprot, gelas ukur, labu erlenmeyer, labu ukur, pipet volume,
stopwatch dan spektrototometer uv-vis.

3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan laju inversi gula adalah
akuades, asam klorida, larutan gula, natrium hidroksida dan reagen seliwanof.

3.2 Prosedur kerja


Padatan gula (sukrosa) ditimbang sebanyak 20 gr, kemudian dilarutkan
dalam gelas ukur dengan air suling sebanyak 100 ml sambil diaduk. Larutan
sukrosa sebanyak 10 ml direaksikan dengan larutan asam klorida sebanyak 10 ml
dan dijalankan stopwach sambil dilakukan pengadukan hingga merata. Reaksi
tersebut dilakukan dengan variasi waktu (0,15,30,45 dan 60) menit dengan
stopwach, setelah sampai pada waktu yang diinginkan lalu hentikan stopwachnya
dan tambahkan larutan KOH sebanyak 10 ml lalu reagen seliwanof. Sedangkan
khusus perlakukan untuk waktu yang selama 60 menit harus dilakukan pemenasan
selama waktu tertentu. Setelah semua selesai, larutan-larutan tersebut diukur
adsorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometer agar dapat diperoleh
hasil adsorbansinya dalam bentuk angka-angka untuk membuat tabel dan
memasukan dalam bentuk grafik agar nilai K dari reaksi tersebut akan dapat
dihitung.
3.3 Rangkaian Alat

Gambar 3.3.1 Larutan hasil reaksi

Gambar 3.3.2 Spektrofotometri

Keterangan gambar:

1. Tempat kuvet 7. Tombol untuk mencetak

2. Display digital 8. pengatur panjang gelombang

3. mode indikator 9. pengatur transmitan/absorbansi

4. Mode pilihan 10. Tombol power/ pengator nol

5. Tombol pengurangan 11. pengatur filter

6. Tombol untuk scaning


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Sukrosa HCl (ml) KOH (ml) Waktu Warna Absorbansi
(ml) (menit)
10 10 10 0 Kuning 2,103
10 10 10 15 Kuning 1,297
10 10 10 30 Kuning 2,447
10 10 10 45 Kuning 2,462
10 10 10 60 Kuning 2,027

4.2 Pembahasan
Spektrofometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang
mempelajari metode pengukuran mengenai penyerapan suatu sampel sebagai
fungsi panjang geleombang. Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisis sukrosa
menjadi fruktosa dan glukosa. Laju reaksi adalah banyaknya reaksi yang
berkurang persatuan waktu, banyaknya produk yang terbentuk per satuan waktu
(Fassenden dan fassenden, 1992; Huda, 2001).

Terdahulu padatan gula (sukrosa) ditimbang sebanyak 20 gr agar mudah


menentukan berapa banyak untuk membuat larutan sukrosa, kemudian dilarutkan
dalam gelas ukur dengan air suling sebanyak 100 ml karena gula dapat larut
dalam pelarut air dan sambil diaduk untuk mempercepat pelarutan terhadap gula
tersebut. Perlakuan untuk menentukan laju reaksi suatu larutan sukrosa dilakukan
dengan cara mereaksikan sebanyak 10 ml dengan larutan asam klorida sebanyak
10 ml agar reaksi bertambah cepat dan dijalankan stopwach untuk menghitung
lamanya reaksi yang berlangsung dan sambil dilakukan pengadukan hingga
merata agar homogen.
H+
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O5

Reaksi tersebut dilakukan dengan variasi waktu (0,15,30,45 dan 60) menit
dengan stopwach untuk melihat pengaruh terhadap gula inversinya, setelah
sampai pada waktu yang diinginkan lalu hentikan stopwachnya dan tambahkan
larutan KOH sebanyak 10 ml untuk menghentikan reaksi yang berlangsung
tersebut dan reagen seliwanof untuk mengidentifikasi fruktosa tersebut.
Digunakan KOH bukan NaOH karena NaOH bersifat hidroskopis sedangkan
KOH tidak demikian.

H2O

(Sukrosa) (Fruktosa) (Glukosa)

Khusus perlakukan untuk waktu yang selama 60 menit harus dilakukan


pemenasan selama waktu tertentu karena untuk mempercepat reaksi saat
mengkatalis reaksi, sehingga dapat dianggap hasilnya pada suhu maksimum.
Setelah semua selesai, larutan-larutan tersebut diukur adsorbansinya dengan
menggunakan alat spektrofotometer agar dapat diperoleh hasil adsorbansinya
dalam bentuk angka-angka untuk membuat tabel dan memasukan dalam bentuk
grafik agar nilai K dari reaksi tersebut akan dapat dihitung.

Berdasarkan hukum laju di atas, maka seharusnya inversi sukrosa merupakan reaksi
orde tiga. Namun, karena konsentrasi ion H+ dan H2O tetap selama reaksi berlangsung, maka
nilai k, [H+], dan [H2O] dapat menjadi sebuah konstanta yang baru sehingga hukum laju
menjadi mengikuti hukum laju orde pertama. Oleh karena itu, reaksi ini menjadi reaksi orde
pertama semu, yaitu reaksi yang berasal dari orde kedua atau lebih (dalam hal inireaksi orde 3)
tetapi mengikuti reaksi orde pertama.

Bedasarkan hasil dari percobaan yang sudah dilakukan diperoleh nilai


adsorbansi untuk variasi waktu tersebut (t=0 menit) adalah sebesar 1,103A, (t=15
menit) adalah sebesar 1,927A, (t=30 menit) adalah sebesar 2,447A, (t=45 menit)
adalah sebesar 2,462A dan (t=60 menit) adalah sebesar 2,027A dengan melihat
hasil yang diberikan, maka hal tersebut berbeda dengan seharusnya. Banyak
faktor kesalahan yang menyebabkan hasilnya seperti itu, misalnya kesalahan
intrument atau kesalahan human itu sendiri. Berdasarkan grafik diperoleh
persamaan y=0,0047x – 0,0513 dengan nilai K adalah sebesar -0,0047 m-1 s-1.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan laju inversi gula dan berdasarkan data yang
diperoleh dari percobaan, maka disimpulkan bahwa ion H+ dari HCl berfungsi
sebagai katalis dapat mempercepat perputaran bidang polarisasi larutan sukrosa
mengurangi kemampuan dextrorotary larutan sukrosa, sehingga terjadi inversi dan
terhidrolisis membentuk glukosa dan fruktosa. Berdasarkan grafik diperoleh
persamaan y =0,0047x – 0,0513 dengan nilai K adalah sebesar -0,0047 m-1 s-1.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan penentuan volume molar
parsial berikutnya adalah membuat larutan HCl dalam berbagai konsentrasi yang
beragam untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap nilai adsorbansi.
DAFTAR PUSTAKA

Bird. 1991. “Laju Reaksi dan Tetapan Laju”. Erlangga. Jakarta.

Daintith, J. 1994. “Kamus Lengkap Kimia: Oxport”. Erlangga. Jakarta.

Fessenden. R. J dan Fessenden, J.S. 1992. “Kimia Anorganik”. Erlangga. Jakarta.

Huda, N. 2001. “Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer Uv-Vis, GBC 911A


Menggunakan Pewarna Tartrazine Cl 19140”. Sigma Epsilon: issn
08539013. No. 20-21.

Kusuma, S. 1983. “Pengetahuan Bahan-Bahan”. Erlangga. Jakarta.

Petrucci, R. H. 1993. “Kimia Dasar: Terapan Mode dan Prinsip”. Erlangga.


Jakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2001. “Kimia Fisika”. Renika Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai