Anda di halaman 1dari 24

[KIMIA FISIKA III]

A.
B.
C.
D.

JUDUL PERCOBAAN
HARI/ TANGGAL PERCOBAAN
HARI/ SELESAI PERCOBAAN
TUJUAN

: Inversi Gula
: Kamis, 1 April 2016
: Kamis, 1 April 2016
: Menentuka orde reaksi dan reaksi inversi
gula menggunakan polarimeter

E. DASAR TEORI

Laju reaksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Reaksi dapat dikendalikkan bila
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Orde reaksi adalah pangkat dari
konsentrasi dalam hukum laju (Achmad, 2001). Laju inversi gula adalah laju reaksi
hidrolisa sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Inversi gula ini terjadi saat sukrosa
dihidrolisis dengan bantuan asam (Sastrohamidjojo, 2001). Laju inversi gula adalah laju
reaksi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa dan memiliki orde reaksi yang
merupakan pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi kimia. Disakarida sukrosa adalah
berupa gula pasir biasa, Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi
glukosa dan fruktosa (Bird, 1991)
Gula invert merupakan hasil hidrolisis dari sukrosa yaitu -D-glukosa dan -D
fruktosa. Hidrolisis terjadi pada larutan dengan suasana asam atau dengan enszim invertase
atau dapat juga dengan menggunakan resin penukar ion (Dachlan, 1984).
Sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula tebu dapat terhidrolisis dengan bantuan
asam atau enzim menghasilkan fruktosa dan glukosa yang sama banyaknya jumlahnya.
Proses hidrolisis ini disebut inversi. Campuran fruktosa dan glukosa yang sama banyak
disebut gula inversi (Keenan, C.Kleinfelter, & JH.Wood, 1996). Jenis gula yang diinversi
menunjukkan hasil inversi yang berbeda, hal ini dikarenakan jumlah sukrosa yang terdapat
dalam gula berbeda-beda. Gula pasir memiliki tingkat inversi yang paling tinggi karena
gula pasir merupakan gula sukrosa murni yang diperoleh dari nira tebu. Dengan banyaknya
jumlah sukrosa maka akan menunjukkan tingkat inversi yang lebih tinggi. Untuk gula
kelapa dan gula aren yang memiliki tingkat inversi rendah kemungkinan diakibatkan
kandungan sukrosa yang tidak murni karena pada biasanya pembuatan gula kelapa dan gula
aren dilakukan secara tradisional yang menyebabkan banyak zat pengkotor yang ikut
didalamnya. Dilihat dari tingkat inversinya gula aren memiliki tingkat inversi lebih tinggi
dibandingkan dengan gula kelapa. Ini menunjukkan kadar sukrosa gula aren lebih tinggi
dibandingkan dengan gula kelapa (Herman & M. Yunus, 1984).

JURUSAN KIMIA UNESA

[KIMIA FISIKA III]


Faktor-faktor yang mempengaruhi laju inversi gula sangat beraagam, tergantung
dari reaksi yang terjadi. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi harga dari laju reaksi
kimia yang berlangsung. Adapun faktor-faktor tersebu, yaitu : (Pettrucci, 1993).
a.
b.
c.
d.
e.

Konsentrasi pelarut
Temperatur
Katalis
Tekanan
Luas permukaan
Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk

menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer.Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang
lebih berperan adalah elektron valensi (Sutopo, 2006).
Spektrototometri uv-vis merupakan alat yang umum digunakan pada laboratorium.
Spektrototometri uv-vis digunakan untuk analisa kimia kuantitatif, namun dapat digunakan
untuk analisa semi kuantitatif. Prinsip kerja spektrototometri uv-vis didasarkan pada
penyerapan sinar oleh pepsi kimi tertentu didaerah ultra lembayung dan sinar tampak
(Huda, 2001).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh

dengan

bantuan

alat

pengurai

cahaya

seperti

prisma.

Suatu

spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontiniu, monokromator, sel
pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan
absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Eka, 2007).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya
discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan
energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran
absorbansi dalam spektrofotometer (Sutopo, 2006).

Analisi Bahan :
JURUSAN KIMIA UNESA

[KIMIA FISIKA III]


1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut dengan konstanta dielektrik yang tinggi H2O memiliki
titik didih 100 dan titk leleh 0,0 . Akuades termasuk pelarut tanpa warna dan tidak
berbahaya (Kusuma, 1983).
2. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan padatan kristalinbersifat polar. HCl memiliki titik diddih
pada suhu 110 . Asam klorida juga memiliki massa jenis 1,18 gr/cm3 dan 36,46 gr /mol (Daintith,
1994).
3. Larutan Gula ( sukrosa ) (C12H22O11)
Larutan gula merupakan larutan yang berasal dari padatan gula. Sukrosa memiliki
kerapatan 1,587 gr/cm3 dan 342,30 gr /mol. Padatan gula dapat larut dalam pelarut akuades
(Daintith, 1994).
Polarimeter
Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik
yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Jadi
polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh
suatu senyawa optis aktif. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dpat memutar bidang
polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah getaran
(vibrasi) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain.

JURUSAN KIMIA UNESA

[KIMIA FISIKA III]


Untuk mengetahui besarnya polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka
beesarnya perputaran itu bergantung pada beberapa faktor yakni :

struktur molekul

temperatur

panjang gelombang

banyaknya molekul pada jalan cahaya, jenis zat, ketebalan, konsentrasi dan juga

pelarut
Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang datang dari sumber
cahaya (misalnya lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer),
kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi
kedua (analizer).
Macam macam polarisasi antara lain, polarisasi dengan absorpsi selektif, polarisasi
akibat pemantulan, dan polarisasi akibat pembiasan ganda.
1. Polarisasi dengan absorpsi selektif, dengan menggunakan bahan yang akan

melewatkan (meneruskan) gelombang yang vektor medan listriknya sejajar dengan


arah tertentu dan menyerap hampir semua arah polarisasi yang lain.
2. Polarisasi akibat pemantulan, yaitu jika berkas cahaya tak terpolarisasi dipantulkan
oleh suatu permukaan, berkas cahya terpanyul dapat berupa cahaya tak terpolarisasi,
terpolarisasi sebagian, atau bahkan terpolarisasi sempurna.
3. Polarisasi akibat pembiasan ganda, yaitu dimana cahaya yang melintasi medium
isotropik (misalnya air). Mempunyai kecepatan rambat sama kesegala arah. Sifat
bahan isotropik yang demikian dinyatakan oleh indeks biasnya yang berharga
tunggal untuk panjang gelombang tertentu. Pada kristal kristal tertentu misalnya
kalsit dan kuartz, kecepatan cahaya didalamnya tidak sama kesegala arah. Bahan
yang demikian disebut bahan anisotropik ( tidak isotropik). Sifat anisotropik ini
dinyatakan dengan indeks bias ganda untuk panjang gelombang tertentu. Sehingga
bahan anisotropik juga disebut bahan pembias ganda.

F. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat :
JURUSAN KIMIA UNESA

[KIMIA FISIKA III]


1.
2.
3.
4.

Polarimeter dan komponennya


Gelas ukur 25 mL
Gelas kimia
Stopwacth

1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

Bahan-bahan :
1. Larutan gula 10%
2. Aquades
3. Larutan HCl 2 N

G. ALUR PERCOBAAN
1. Persiapan alat
Aparatus Polarimeter

kan
arkan tabung dalam bak polarimeter
sebersih mungkin/ dibilas dengan pelarut yang akan dipakai sebagai pelarut optis aktif yang akan d

Alat siap digunakan

2. Penentuan titik nol pelarut


3.
Air
Dimasukkan kedalam kuvet
Dimasukkan kedalam bak polarimeter
Dibaca skala
3.

Pengukuran
sudut putar jenis sampel
Skala
Larutan Gula 10 %
Dimasukkan kedalam tabung (kuvet)
Dimasukkan kedalam bak polarimeter
Dibaca Skala
Dihitung sudut putar
Sudut putar
JURUSAN KIMIA UNESA

[KIMIA FISIKA III]

4. Pengukuran sudut putar sampel dari waktu ke waktu


25 mL larutan gula 10 % + 10 mL HCl 2N
Dimasukkan kedalam tabung (kuvet)
Dimasukkan kedalam bak polarimeter
Dibaca skala
Dihitung sudut putar dari waktu ke waktu (5,10,15,20,25,30,35,40,45,50,55,60 menit )

Skala

JURUSAN KIMIA UNESA

H. HASIL PENGAMATAN
No.
Percobaa
n
1.

Prosedur Percobaan
Persiapan alat
Aparatus Polarimeter

Hasil Pengamatan

Dugaan/ Reaksi

Sebelum :
- Air : larutan tidak
berwarna
- Gula : padatan kristal
kekuningan

abung dalam bak polarimeter


Sesudah :
ih mungkin/ dibilas dengan pelarut yang akan dipakai sebagai pelarut
optis
aktif yang akan dianalisis
- Air +gula
: larutan
berwarna kekuningan
larut

Alat siap digunakan

Kesimpulan

2.

Penentuan titik nol pelarut


Air

Dimasukkan kedalam kuvet


Dimasukkan kedalam bak polarimeter
Dibaca skala

Sebelum :
- Aquades : larutan tidak
berwarna
Setelah :
- semu semu (terang
semua) pada skala 77,05

Skala

3.

Pengukuran sudut putar jenis sampel


Larutan Gula 10 %

Dimasukkan kedalam tabung (kuvet)


Dimasukkan kedalam bak polarimeter
Dibaca Skala
Dihitung sudut putar
Sudut putar

Sebelum :
- larutan gula : larutan
berwarna keuningan
Sesudah :
- semu-semu (terang
semua) pada skala 90,15

Secara teori sudut putar:


Sukrosa = 66,5
Glukosa = 52,7
Freuktosa = -92,4

4.

Pengukuran sudut putar sampel dari waktu ke


waktu
25 mL larutan gula 10 % + 10 mL HCl 2N

Sebelum :
- larutan gula : larutan
berwarna kekuningan
- HCl 2N : larutan tidak
berwarna
Sesudah :
- larutan gula + HCl :
larutan berwarna
kekuningan

C12H22O6(s) + H2O(l)

H+

C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)

Hidrolisis sukrosa
menghasilkan glukosa
dan fruktosa

Merupakan reaksi berorde Sudut putar nilainya


semakin turun dengan
1
bertambahnya waktu
inversi gula merupakan
reaksi berorde 1

Dimasukkan kedalam tabung (kuvet)


Dimasukkan kedalam bak polarimeter
Dibaca skala
Sudut putar dari waktu
ke )
Dihitung sudut putar dari waktu ke waktu (5,10,15,20,25,30,35,40,45,50,55,60
menit
waktu :
Waktu menit (ke) = sudut
putar
5 = 123,1
10 = 119,05
15 = 112,1
20 = 107,9
25 = 99,05
Skala
30 = 93,1
45 = 78,1
50 = 73,05
55 = 70,00
60 = 68,1

I. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan inversi gula yang bertujuan untuk menentukan orde reaksi
dan reaksi inversi gula menggunakan polarimeter. Pertama-tama yaitu menyiapkan
satu set alat apparatus polarimeter dengan cara mengeluarkan tabung kuvet dalam
bak polarimeter. Dan mencucinya menggunakan pelarut yang akan digunakan
sebagai pelarut zat optis aktif dengan bersih. Pencucian yang dilakukan
menggunakan pelarut ini bertujuan untuk menghidari adanya sisa larutan lain yang
terdapat dalam tabung kuvet serta agar pembacaan skala yang diperoleh maksimal.
Penentuan titik nol pelarut
Dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya titik nol pelarut.
Pelarut yang digunakan adalah aquades. Aquades(tidak berwarna) dimasukkan
kedalam tabung kuvet (pada saat memasukkan aquades kedalam tabung kuvet
diusahakan tidak terjaddi gelembung, hal ini bertujuan agar hasil pengamatan atau
pembacaan skala yang dilakukan benar-benar valid). Tabung kuvet yang telah berisi
penuh dengan aquades selanjutnya dimasukkan kedalam bak polarimeter. Kemudian
dibaca skala yang ditunjukkan pada polarimeter pada keadaan terang-terang yait.u
sebesar 77,05.
Selanjutnya menyiapkan larutan gula 10%. Menimbang 10 gram

gula

pasir(kristal berwarna kekuningan) dan 90 gram aquades(larutan tidak berwarna),


kemudian gula yang telah ditimbang tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia yang
telah berisi 90 gram aquades, dan diaduk menggunakan kaca pengaduk hingga larut
menjadi larutan yang homogen(larutan berwarna kekuningan).
Penentuan sudut putar jenis sampel
Dalam percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya sudut putar jenis
sampel menggguanakan polarimeter. Pengukuran dengan polarimeter dapat
ditentukan sudut putaran dari sinar yang terpolarisasi. Sampel yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu sampel larutan gula 10% yang sebelumnya telah
disiapkan. Pertama-tama mengeluarkan tabung kuvet yang berisi aquades dari
dalam bak polarimeter dan mengosongkannya. Selanjutnya, tabung yang kososng
tersebut diisi kembali menggunakan larutan gula 10% yang telah disiapkan
sebelumnya kedalam tabung kuvet, pada pengisian diusahakan agar tidak terdapat
gelembung didalam tabung kuvet. Setelah dipastikan benar-benar tidak terdapat

gelembung maka tabung kuvet dimasukkan lagi kedalam bak polarimeter untuk
diukur besar sudut putarnya. Larutan gula diamati hinga mendapatkan keadaan
terang-terang dan dibaca skala yang diperoleh, yaitu sebesar 90,15.
Penentuan sudut putar dari waktu ke waktu
Dalam percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya sudut putar
sampel dari waktu ke waktu. Prosedur dalam percobaan ini sama seperti pada
percobaan penentuan sudut putar jenis sempel sebelumnya akna tetapi larutan yang
digunakan adalah 25 ml larutan gula yang ditambah dengan 10 ml HCl 2 N.
Penambahan HCl ini bertujuan untuk mempercepat reaksi hidrolisis gula, kemudian
sampel dimasukkan dalam kuvet dam dimasukkan dalam bak polarimeter untuk
didapatkan besar skala sudut putarnya dari waktu ke waktu yaitu dari menit ke 5,
10, 15, 20, 25, 30, 45 , 50, 55, 60. Setelah diperoleh data besar sudut putar maka
kemudian dilakukan perhitungan sudut putar jenis sampel dengan cara:

[ ]=

putaran yang diamati


panjang kuvet ( dm ) x kadar (

gram
)
mL

Dari pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut :

Data Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Waktu(menit)
5
10
15
20
25
30
45
50
55
60

Waktu(detik)
300
600
900
1200
1500
1800
2700
3000
3300
3600

skala
123,10
119,05
112,10
107,90
99,05
93,10
78,10
73,05
70,00
68,10

[]
419,09
418,64
381,82
318,64
280,45
200,00
145,91
9,55
-36,36
-64,09

Selanjutnya ditentukan reaksi yang terjadi termasuk kedalam orde 1,2,atau 3.


Orde 1
Data Ke-

Waktu(menit)

Waktu(detik)

a-x

ln(a-x)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

5
10
15
20
25
30
45
50
55
60

300
600
900
1200
1500
1800
2700
3000
3300
3600

418,64
381,82
318,64
280,45
200,00
145,91
9,55
-36,36
-64,09
-81,36

6,0370027
5,9449445
5,7640505
5,6364117
5,2983174
4,9829838
2,2560651

Grafik Orde 1
ln ([]-x) vs t
7

f(x) = - 0x + 7.72
R = 0.92

6
5
4
ln([]-x)

Linear ()

3
2
1
0
0

500

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000


t(sekon)

Orde 2
Data Ke1
2
3
4
5
6
7

Waktu(menit)
5
10
15
20
25
30
45

Waktu(detik)
300
600
900
1200
1500
1800
2700

a-x
418,64
381,82
318,64
280,45
200,00
145,91
9,55

1/(a-x)
0,002389
0,002619
0,003138
0,003566
0,005
0,006854
0,104762

8
9
10

50
55
60

3000
3300
3600

-36,36
-64,09
-81,36

-0,0275
-0,0156
-0,01229

Grafik Orde 2
([]-x) vs t
0.12
0.1
0.08
0.06
1/([]-x)

Linear ()

Linear ()

0.04
0.02
0
-0.02 0

f(x) = - 0x + 0.01
500
1500
R = 0 1000

2000

2500

3000

3500

4000

-0.04
t(sekon)

Berdasarkan grafik yang diperoleh didapatkan harga R 2 (slope atau


kemiringan) pada orde 1,2,dan 3 berturut-turut sebesar 0,915 dan 0,000 dari hasil
yang nilai R2 yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa orde reaksinya adalah orde 1
karena R2 nya paling mendekati satu yakni R 2 sebesar 0,915 berdasarkan grafik yang
diperoleh didapatkan persamaan dalam bentuk y, yaitu y = -0,002x + 7,721.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan data serta grafik yang diperoleh dari hasil percobaan, bahwa
penentuan sudut sudut putar dari waktu ke waktu menggunakan larutan gula 10%
ditambahkan dengan HCl 2N mengalami penurunan sudut putar terus menerus dari
waktu ke waktu, dengan kemiringan R2 = 0,915 sehingga dapat dinyatakan bahwa
kinetika reaksi inversi gula merupakan orde 1.
K. JAWABAN PERTANYAAN
1.
Apa fungsi penambahan larutan HCl ?
Jawab :
Untuk mempercepat laju dari inversi gula dengan memperbesar energy
aktivasi

2.

Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut putarnya

3.

berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?


Jawab:
Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan fruktosa
berdasarkan kajian pustaka anda?
Jawab:
Sudut putar larutan sukrosa : 67,390
Sudut putar larutan glukosa : 190
Sudut putar larutan fruktosa : 92.40

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Bird. 1991. Laju Reaksi dan Tetapan Laju. Jakarta: Erlangga.
Dachlan, M. 1984. Proses Pembuatan Gula Merah. Up Grading Tenaga Pembina Gula
Merah. Bogor: Balai penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen
Perindustrian.
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.
Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektofotomrtri. Jakarta: Gramedia.
Herman, A. S., & M. Yunus. 1984. Diversifikasi Produk Gula Merah. Up Grading Tenaga
Pembina Gula Merah. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri
Hasil Pertanian.

Huda, N. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer Uv-Vis, GBC 911A. Jakarta:


Erlangga.
Keenan, C., C.Kleinfelter, & JH.Wood. (1996). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Kusuma, S. 1983. Pengetahuan Bahan-Bahan. Jakarta: Erlangga.
Medical Analist. 2012. Polarimeter. (online).
(http://instrumentanalis.blogspot.co.id/2012/10/polarimeter_30.html) diakses pada 3 April
2016 pukul 17:30

Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.


Pettrucci, R. 1993. Kimia Dasar : Terapan Mode dan Prinsip. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM.
Sutopo. 2006. Kimia Analisa. Solo: Exacta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

LAMPIRAN
METODE NON GRAFIK
Orde 1
t=300 detik

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

1
419,09
ln
300 418,64

k = 0,00000565432

t=600 detik

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

1
418,64
ln
600 381,82

k =

t=900 detik

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

1
381,82
ln
900 318,64

k =

t=1200 detik

1
318,64
ln
1200 280,45

k =

t=1500 detik

0,0002009799

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

0,000153417

0,0001063815

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

1
280,45
ln
1500 200,00

k =

t=1800 detik

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

1
200,00
ln
1800 145,91

k =

t=2700 detik

1
145,91
ln
2700
9,55

k =

t=3000 detik

1
9,55
ln
3000 36,36

k =

t=3300 detik

1
36,36
ln
3300 64,09

k =

t=3600 detik

k=

0,000445598

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

0,0010097949

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

0,0001751956

1
a
k = ln
t ( ax )

k=

0,0002253966

- 0,0001717631616

1
a
k = ln
t ( ax )

1
64,09
ln
3600 81,36

k =

- 0,00006628180

Orde 2

t=300 detik
k=

k=

0,45
1
x
418,64( 418,640,45) (3000)
k =

t=600 detik
k=

x
1
x
a ( ax ) t

8,56709262 x 10-9

k=

x
1
x
a ( ax ) t

36,82
1
x
381,82(381,8236,82) (600300)
k =

t=900 detik

k=

9,316466363 x 10-7

k=

x
1
x
a(ax) t

63,18
1
x
318,64 (318,6463,18) (900600)

k = 2,586972035 x 10-6

t=1200 detik

k=

k=

x
1
x
a(ax) t

38,18
1
x
280,45(280,4538,18) (1200900)

k = 1,872906747 x 10-6

t=1500 detik

k=

k=

x
1
x
a(ax) t

80,45
1
x
200,00(200,0080,45) (15001200)

k = 1,160276287 x 10-5

t=1800 detik

k=

k=

x
1
x
a(ax) t

54,09
1
x
145,91(145,9154,09) (18001500)

k = 1,345643287 x 10-5

t=2700 detik

k=

k=

x
1
x
a(ax) t

136,36
1
x
9,55(9,55136,36) (27001800)

k = -1,250962172 x 10-4

t=3000 detik

k=

k=

x
1
x
a(ax) t

45,91
1
x
36,36((36,36)45,91) (30002700)

k = 5,115372149 x 10-5

t=3300 detik

k=

k=

x
1
x
a(ax) t

27,73
1
x
64,09((64,09)27,73) (33003000)

k = 1,570571178 x 10-5

t=3600 detik

k=

k=

x
1
x
a(ax) t

17,27
1
x
81,36((81,36)17,27) (36003300)

k = 7,1731131 x 10-6

Anda mungkin juga menyukai