Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN 1


“KOMUNIKASI DALAM KONTEKS SOSIAL DAN LATAR
BELAKANG BUDAYA SERTA KEYAKINAN”

Disusun oleh kelompok 2 :


1. Juandreas Wuntu
2. Elsaday A. Kowal
3. Friadina Rampalimbo
4. Vanda V. Wulur

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………...…….… ….i


Daftar Isi……………………………………………………………...…………ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….………..… 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi dalam Konteks Social………………………………...3
B. Fungsi Komunikasi Social…………………………………………………..….5
C. Komunikasi Budaya ……………………………………………………...……6
D. Fungsi-fungsi Komunikasi antar Budaya…………………………… ………..7
E. Komunikasi Keyakinan………………………………………… …….. ……..9
F. Peran Pemerintah dan Mahasiswa dalam Menjaga Keanekaragaman Budaya…9

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...………………………………………………………….…..… 13
B. Saran…….…………………………………………………………………… 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia merupakan
sebuah potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya.
Oleh karena itu, potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga
mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan
melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan
nasional. Untuk itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan
pembangunan karakter bangsa (national and character building) yang sudah dimulai
sejak awal kemerdekaan perlu terus diperkuat sehingga memperkuat jati diri bangsa
dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter, maju, dan berdaya saing. Seiring
dengan menguatnya persaingan arus lokal dan global dalam internalisasi nilai-nilai
baru, ketahanan budaya juga perlu semakin diperkuat sehingga memiliki
kemampuan untuk menumbuhsuburkan internalisasi berbagai nilai lokal dan global
yang positif dan produktif. Oleh sebab itu, upaya pengembangan kebudayaan
diarahkan pada tujuan universal peradaban.
Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari makhluk- makhluk yang lain. Dari dulu di sadari bahwa
bahasa adalah kunci utama pengetahuan, memegang kunci utama berarti memegang
kunci jendela dunia. Sebab sejuta pengetahuan, seribu peradaban semuanya tercipta
dan terbahasakan, bahkan sejarah tidak akan terwujud jika tidak ada bahasa didunia.
Begitu juga dengan sosiolingistik yang merupakan studi atau pembahasan dari
bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat, maka
kami merasa sangat penting membahas bahasa dalam konteks sosial. Karena kita
ketahui bahwa, ada dua aspek yang mendasar dalam pengertian masyarakat. Yang
pertama ialah bahwa anggota-anggota suatu masyarakat hidup dan berusaha
bersama secara berkelompok-kelompok. Aspek yang kedua ialah bahwa anggota-
anggota dan kelompok-kelompok masyarakat dapat hidup bersama karena ada
suatu perangkat hukum dan adat kebiasaan yang mengatur kegiatan dan tindak laku
mereka, termasuk tindak laku berbahasa.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian komunikasi dalam konteks sosial?


2. Apa pengertian komunikasi budaya?
3. Apa fungsi komunikasi social dan komunikasi budaya?
4. Bagaimana cara menjaga keanekaragaman budaya?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian komunikasi dalam koneks social.
2. Mengetahui pengertian komunikasi budaya.
3. Mengetahui fungsi komunikasi social dan komunikasi budaya.
4. Mengetahui cara menjaga keanekaragaman budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi dalam konteks sosial
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala
dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia
sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir
dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja melahirkannya
karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya
seperti hewan, ia tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa
induk, mampu mencari makan sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan
mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup
sendiri.
Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan
yang utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan
hidupnya untuk berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial
sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya
berinteraksi dengan sesama, karena manusia tercipta sebagai mahluk
sosial.
Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat
diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam
masyarakat secara lebih mendalam dan terorganisir

Bahasa Dalam Konteks Sosial (Peristiwa Tutur Dan Tindak Tutur )


Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa
lainnya.
Hubungan antara bahasa dengan konteks sosial tersebut dipelajari dalam
bidang Sosiolinguistik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Trudgill bahwa
“Sosiolinguistik adalah bagian linguistik yang berhubung kaitan dengan bahasa,
fenomena bahasa dan budaya. Bidang ini juga mengkaji fenomena masyarakat dan
berhubung kaitan dengan bidang sain sosial seperti Antropologi seperti sistem
kerabat. Antropologi bisa juga melibatkan geografi dan sosiologi serta psikologi
sosial”.
Manakala, Fishman menyatakan bahwa Sosiolinguistik memiliki
komponen utama yaitu ciri-ciri bahasa dan fungsi bahasa. Fungsi bahasa dimaksud
adalah fungsi sosial (regulatory) yaitu untuk membentuk arahan dan fungsi
interpersonal yaitu menjaga hubungan baik serta fungsi imajinatif yaitu untuk
menirukan alam fantasi serta fungsi emosi seperti untuk mengungkapkan suasana
hati seperti marah, sedih, gembira dan apresiasi.
Konteks sosial bahasa mempunyai kelas sosial (sosial class) yang mengacu
kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang
kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan
sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga
berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri , dia juga masuk ke
dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial
golongan “terdidik”.
Kita melihat di Indonesia kelas sekelompok pejabat yang mempunyai
kedudukan tinggi. Tetapi ragam bahasanya justru nonbaku. Ragam bahasa mereka
dapat dikenali dari segi lafal mereka, yaitu akhiran - kan yang dilafalkan - ken. Jadi
perbedaan atau penggolongan kelompok masyarakat manusia tercermin dalam
ragam bahasa golongan masyarakat itu.
Tahun 1966, William Labov menerbitkan hasil penelitiannya yang luas
tentang tutur kota New York, berjudul The Social Stratification of English in New
York City (lapisan sosial Bahasa Inggris di Kota New York). Ia mengadakan
wawancara yang direkam, tidak dengan sejumlah kecil informan, hanya terdiri dari
340 orang. Dengan ini Lobov memasukkan metode sosiologi ke dalam
penelitiannya. Sosiologi menggunakan metode pngukuran kuantitatif dengan
jumlah besar, dan dengan metode sampling.
Ada kaidah yang baku dalam bahasa Inggris. Jika subjek adalah kata ganti
orang ke tiga tunggal (she, he, it), predikat kata kerjanya harus menggunakan sifiks.
Kemudian diadakan penelitian apakah ada hubungan antara kelompok sosial
dengan gejala bahasa ini. Penelitian diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit (AS)
dan di Norwich (Inggris). Informannya meliputi berbagai tingkat kelas sosial, yaitu:
 Kelas Menengah Tinggi (KMT)
 Kelas Menengah Atas (KMA)
Tidak diikuti Tanya jawab. Dalam komunikasi dua arah, secara berganti-
ganti si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima menjadi pangirim.
Komunikasi dua arah ini terjadi dalam rapat, perundingan, diskusi dan sebagainya.
Sebagai alat komunikasi, bahasa itu terdiri dari dua aspek yaitu:
a) Aspek linguistic.
b) Aspek nonlinguistik atau paralinguistik.
Kedua aspek itu bekerjasama dalam membangun komunikasi bahasa.
Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Ketiga
tataran ini mendukung terbentuknya yang akan disampaikan, yaitu semantik (yang
di dalamnya terdapat makna, gagasan, idea atau konsep). Aspek paralinguistik
mencakup: Kualitas ujaran, yaitu pola ujaran seseorang seperti falsetto (suara
tinggi), staccato (suara terputus-putus), dan sebagainya. Aspek linguistic dan
paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks
situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi.
Bahasa dalam konteks sosial mempunyai unsur supra segimental, yaitu
tekanan (stress), nada (pitch), dan intonasi, Jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti
gerakan tangan, anggukan kepala, rabaan dan sebagainya. Rabaan, yakni yang
berkenaan dengan indera perasa (pada kulit).
B. Fungsi komunikasi sosial
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan
akan tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial.
Komunikasi yang memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan
menggunakannya sebagai pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia
hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan
strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki.
Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana
makan, minum, berbicar sebagai manusia dan memperlakukan manusi lain secara
beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan
kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Implasif
adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan
sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal
balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku
komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari
dalam: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk
kelangsungan hidup, memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan
C. Komunikasi budaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-
orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L.
Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang
berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio
ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh
sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Hamid Mowlana
menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national
boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana
bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi
tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among
people of diverse culture.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi
antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang
membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan
fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan
antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol)
yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna
tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu
dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan
antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk
berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun
bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan
diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
D. Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
a. Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui
perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
Pendeta Budha Jepang menyatakan identitas melalui baju yang dikenakan
 Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi
individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan
melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku
berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat
diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
 Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh
setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah
memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan
komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan
budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan
tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan
komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya
kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan
integrasi sosial atas relasi mereka.
 Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan
bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
 Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau
mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi
seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang
komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai
perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku
komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara
dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua
orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin
pada perilaku yang lainnya.
b. Fungsi Sosial
 Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi
antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan
berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi
ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan.
Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara
rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu
terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
 Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas
perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui
pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan
tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini
dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
 Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
 Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi
antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota
yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk
dalam kategori hiburan antarbudaya.
E. Komunikasi Keyakinan
Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari
keyakinan budaya seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien mengenai
penyebab penyakit, praktek penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi
perawatan kesehatan. Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber
kekuatan dan kenyamanan bagi klien.
Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya cenderung
lebih mudah memahami dan mengambil tindakan untuk menangani kliennya.
Perawat professional harus bisa memahami,mengantisipasi dan mengambil
tindakan yangtepat terhadap klien yang berbeda keyakinanterhadap perawat
tersebut.Contoh : Klien yang menolak memakan dagingdikarenakan oleh keyakinan
yang dimiliki olehagamanya.Perawat harus mengambil tindakan yang
tepatbagaimana cara membujuk pasien tersebut untukmemakan daging
tersebut.Misalnya diberikan penjelasan yang kuatmengenai alasan kenapa pasien
tersebut harusmakan daging.
F. Peran pemerintah dan mahasiswa dalam menjaga
keanekaragaman budaya
 Peran pemerintah menjaga keanekaragaman budaya
Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman
kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi sebagai
pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus sebagai penjaga tata hubungan
interaksi antar kelompok-kelompok kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun
sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan pelindung, dilain
sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup bagi semua
kelompok-kelompok yang hidup di Indonesia. Misalnya bagaimana pemerintah
dulunya tidak memberikan ruang bagi kelompok-kelompok sukubangsa asli
minoritas untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya. Kebudayaan-
kebudayaan yang berkembang sesuai dengan sukubangsa ternyata tidak dianggap
serius oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok sukubangsa minoritas
tersebut telah tergantikan oleh kebudayaan daerah dominant setempat, sehingga
membuat kebudayaan kelompok sukubangsa asli minoritas menjadi tersingkir.
Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya karya-karya seni
hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif kepentingan pemerintah.
Pemerintah menentukan baik buruknya suatu produk kebudayaan berdasarkan
kepentingannya. Implikasi yang kuat dari politik kebudayaan yang dilakukan pada
masa lalu (masa Orde Baru) adalah penyeragaman kebudayaan untuk menjadi
“Indonesia”. Dalam artian bukan menghargai perbedaan yang tumbuh dan
berkembang secara natural, namun dimatikan sedemikian rupa untuk menjadi sama
dengan identitas kebudayaan yang disebut sebagai ”kebudayaan nasional
Indonesia”. Dalam konteks ini proses penyeragaman kebudayaan kemudian
menyebabkan kebudayaan yang berkembang di masyarakat, termasuk didalamnya
kebudayaan kelompok sukubangsa asli dan kelompok marginal, menjadi
terbelakang dan tersudut. Seperti misalnya dengan penyeragaman bentuk birokrasi
yang ada ditingkat desa untuk semua daerah di Indonesia sesuai dengan bentuk desa
yang ada di Jawa sehingga menyebabkan hilangnya otoritas adat yang ada dalam
kebudayaan daerah.
Tidak dipungkiri proses peminggiran kebudayaan kelompok yang terjadi
diatas tidak lepas dengan konsep yang disebut sebagai kebudayaan nasional,
dimana ini juga berkaitan dengan arah politik kebudayaan nasional ketika itu.
Keberadaan kebudayaan nasional sesungguhnya adalah suatu konsep yang sifatnya
umum dan biasa ada dalam konteks sejarah negara modern dimana ia digunakan
oleh negara untuk memperkuat rasa kebersamaan masyarakatnya yang beragam dan
berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akan tetapi dalam
perjalanannya, pemerintah kemudian memperkuat batas-batas kebudayaan
nasionalnya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan militer
yang dimilikinya. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan gagasan yang melihat
bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu kebudayaan nasional adalah juga suatu
upaya untuk mencari letigimasi ideologi demi memantapkan peran pemerintah
dihadapan warganya. Tidak mengherankan kemudian, jika yang nampak
dipermukaan adalah gejala bagaimana pemerintah menggunakan segala daya upaya
kekuatan politik dan pendekatan kekuasaannya untuk ”mematikan” kebudayaan-
kebudayaan local yang ada didaerah atau kelompok-kelompok pinggiran, dimana
kebudayaan-kebudayaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Setelah reformasi 1998, muncul kesadaran baru tentang bagaimana
menyikapi perbedaan dan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Yaitu kesadaran untuk membangun masyarakat Indonesia yang sifatnya
multibudaya, dimana acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
multibudaya adalah multibudayaisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun
secara kebudayaan (Suparlan,1999). Dalam model multikultural ini, sebuah
masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai
mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut
yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua
kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk
terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang
seperti sebuah mosaik tersebut. Model multibudayaisme ini sebenarnya telah
digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa
yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam
penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia)
adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem
infrastuktur demokrasi yang kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus
pemerintah yang mumpuni karena kunci multibudayaisme adalah kesamaan di
depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator sekaligus penjaga
pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara kepentingan
pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada keseimbangan
antara dua titik ekstrim lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya kasus Papua
dimana oleh pemerintah dibiarkan menjadi berkembang dengan kebudayaan
Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian kue ekonomi yang adil.
Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat dalam 2 prespekif
yaitu kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan tinggalan atau produk kebudayaan
pada masa lampau.
 Peran mahasiswa dalam kebudayaan
Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin
kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-budaya
luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni
dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa merupakan anak
bangsa yang menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-
pemimpin bangsa, pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural
sehingga keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan.
Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan
pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah
dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Jalur
Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah sebagai
substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui
pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian dan keikutsertaan
mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh
berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala
dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia
sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir
dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja melahirkannya
karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa
lainnya.
B. SARAN
Komunikasi sangatlah penting dalam setiap konteks kehidupan manusia.
Sebagai perawat,kita sudah semestinya mempelajari dan memahami berbagai
macam komunikasi dalam konteks-konteks yang berbeda sehingga memudahkan
kita dalam melakukan tindakan keperawatan yang benar dan tepat terhadap pasien.
Dengan telah mengetahui peran komunikasi secara tidak langsung melalui
pembelajaran ini yaitu konsep komunikasi dalam konteks sosial,dan budaya, serta
keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_sosial
Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2009
King Larry dan Gilbert Bill. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja,
Dimana Saja. Jakarta: gramedia Pustaka Utama. 2000
Jallaludi Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya, 1985
 http://www.slideshare.net/theshizuka11/komunikasi-14456357
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. “Sosiolinguisitik Perkenalan Awal”.
 http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-
ketahanan-budaya-bangsa-2/
 http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-
pembelajaran-sejarah-dan/
 http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-
eksistensi-kebudayaan-daerah/
/Keragaman Budaya Indonesia « Tijok’s Weblog isbde.htm
file:///G:/isbdti.htm
file:///G:/artikel.phpisbd.htm

Anda mungkin juga menyukai