UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
Larutan buffer atau biasa disebut larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan,
misalnya dalam analisis biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam
bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap
perubahan pH. Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH pada kisarannya. Jika pada suatu larutan penyangga ditambah sedikit
asam atau ditambahkan sedikit basa atau diencerkan, maka pH larutan tidak berubah.
Ada beberapa fungsi dari larutan penyangga, salah satunya dalam bidang kesehatan.
Dalam bidang farmasi (obat-obatan), banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH
stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama
sekali.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan praktikum mengenai pembuatan larutan
buffer agar praktikan mengerti cara membuat larutan. Dalam praktikum ini pula, dapat
diketahui cara-cara ataupun prosedur untuk membuat larutan buffer.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara membuat beberapa larutan
buffer yaitu buffer asetat, buffer sitrat dan buffer fosfat.
II. Tinjauan Pustaka
II.1 Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat
berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula
dalam air, dan lain-lain (Faizal, 2011).
Larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, molekul atau dari suatu zat semuanya
terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut solute dan
pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang
lebih besar sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat terlarut
(Baroroh, 2004).
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari tentang pencampuran 2 bahan antara
cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan
atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada
tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan
kepekaan larutan adalah molaritas. Molalitas, persen berat, persen volume, atau sebagainya
(Faizal, 2013).
Prosedur untuk menyiapkan suatu larutan yang molaritasnya diketahui adalah sebagai
berikut, zat terlarut ditimbang secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu
volumeterik melalui corong, selanjutnya air ditambahkan secara perlahan kedalam labu ukur
kemudian labu ukur digoyang perlahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan
melarut, air di tambahkan kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan tepat mencapai
tanda volume. Dengan mengetahui volume larutan dan kuantitasnya senyawa yang terlarut,
kita dapat menghitung molaritas larutan dengan persamaan mol zat terlarut dibagi dengan liter
larutan (Chang, 2004).
Molaritas (M)
Menurut Tim Dosen Kimia UB (2014), molaritas (M) adalah jumlah zat terlarut dalam
setiap liter larutan. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan
volume larutan.
Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan perhitungan dalam
stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan jumlah
partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam
pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga
molaritas larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu,
pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari
konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidak linear (Wikipedia, 2014).
Molaritas dapat di ketahui dengan menggunakan rumus:
𝑛 𝑚 1000
𝑀= 𝑎𝑡𝑎𝑢 ×
𝑣 𝑀𝑟 𝑣
Dimana:
M = Molaritas (M)
n = Mol (n)
m = Massa (g)
v = Volume (L/ml)
Mr = Massa Relatif
Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya.
Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar
yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000)
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
2. Larutan Buffer yang bersifat Basa Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam
konjugasinya maka akan terbentuk suatu larutan buffer basa. Larutan ini akan
mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya larutan campuran NH3 dengan
ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari campuran suatu basa
lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih. Jika ke dalam
larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu akan
mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan larutan
menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan atau
dengan kata lain pH larutan stabil atau dapat bertahan. Demikian juga pada penambahan
suatu basa kuat, jumlah ion OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion
OH- dapat dipertahankan dan pH larutan tidak berubah.
III. METODE PRAKTIKUM
IV.1 Hasil
IV.2 Pembahasan
Buffer adalah suatu larutan yang apabila ditambahkan asam dan basa pada jumlah
tertentu maka pH dalam sistem tersebut tidak akan mengalami perubahan yang berarti
begitupun saat dilakukan pengenceran pada titik tertentu. Pembuatan buffer dapat dilakukan
dengan cara mencampurkan berbagai jenis asam lemah dan basa konjugasinya maupun basa
lemah dan asam kojugasinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (2012) larutan
penyangga secara sederhana dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa
konjungatnya atau pun dibuat dengan basa lemah dengan asam konjugatnya.
Buffer asetat termasuk kedalam buffer asam. Buffer asetat terdiri asam lemah yakni
asam asetat dan natrium hidroksida sebagai basa konjugasinya. asam asetat diencerkan dengan
aquadest sampai 200 mL. lalu 32 mL asam asetat di campurkan dengan 68 mL natrium
hidroksida. Dari hasil pencampuran ini didapat pH sekitar 3.5. pH 3.5 termasuk kedalam pH
asam. Hal ini sesuai pernyataan dengan Delloy (2000) yang menyatakan bahwa natrium
hidroksida merupakan buffer asam.
Buffer sitrat termasuk kedalam golongan buffer lemah karena berasal dari asam lemah
asam sitrat dan basa kuat atau basa konjugasinya NaHCO3. Asam sitrat diencerkan sampai
200 mL. selanjutnya 91 mL Asam sitrat dicampurkan dengan 8 mL NaHCO3 dan didapat pH
sekitar 3. pH 3 termasuk dalam pH asam. Delloy (2000) yang menyatakan bahwa buffer sitrat
termasuk buffer asam.
Buffer fosfat termasuk kedalam buffer basa, karena. 30 mL asam fosfat dicampurkan
dengan 70 mL natrium hidroksida akan membentuk pH sekitar 8. pH 8 merupakan pH basa.
Hal ini sesuai dengan pernyataan delloy (200) yang menyatakan bahwa .
Buffer fosfat dlam ilmu pangan diguanakan sebagai bubuk pengembang, agen
pengemulsi dan pemberi rasa untuk minuman bersoda tertentu. Sedangkan buffer asetat
banyak dipergunakan sebagai penambahan rasa juga sebagai asam cuka. Buffer sitrat
berfungsi untuk menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak tidak mudah rusak atau
teroksidasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan hannato (2014) yang menyatakan bahwa
umumnya larutan penyangga berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH pada suatu produk
pangan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan buffer ini proses pembuatan larutan buffer pada
praktikum ini dengan mencampurkan suatu asam lemah atau basa lemah dengan basa kuat
atau asam kuat. Adapun jenis larutan buffer yang dibuat pada praktikum ini yaitu buffer sitrat
pH 6, cara membuatnya mencampurkan secara homogen larutan natrium sitrat dan asam sitrat
yang sudah dibuat sesuai dengan volumenya.
V.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya setiap hasil pada praktikum
selanjutnya dilakukan pengujian pH agar data hasil praktikum dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Gunadarma, 2011. Larutan. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-
program-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar-2/larutan. Diakses pada tanggal 25
September 2014, Makassar.
Riyanto. 2006. Produksi Asam Asetat dari Etanol dengan Cara Elektrolisis. Jurnal Logika,
ISSN: 1410-2315 Vol. 3, No. 2, Juli 2006. Hal 61-69. Yogyakarta.
Smith, Janice Gorzynski. 2011. Organic Chemistry: Third Edition. MC Graw Hill. Hawai
Suyatno et al. 2004. Kimia. Grasindo. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2010. Kimia Dasar. Universitas Hasanuddin:
Makassar.
Utami, Budi. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
LAMPIRAN
Dit:
Massa CH₃COOH = ?
Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
60 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 2400
𝑚 = 2,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, massa CH₃COOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan CH₃COOH 0,2 M
sebanyak 200 ml adalah 2,4 gram.
Dit:
Massa CH₃COONa =?
Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
82 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 3280
𝑚 = 3,28 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, massa CH₃COONa yang dibutuhkan untuk membuat larutan CH₃COONa 0,2 M
sebanyak 200 ml adalah 3,28 gram.
Dit:
Massa C₆H₈O₇ =?
Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,05 = ×
192 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 1920
𝑚 = 1,92 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, massa C₆H₈O₇ yang dibutuhkan untuk membuat larutan C₆H₈O₇ 0,05 M sebanyak
200 ml adalah 1,92 gram.
Dit:
Massa C6H5O7Na5 =?
Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,05 = ×
258 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 2580
𝑚 = 2,58 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, massa C6H5O7Na5 yang dibutuhkan untuk membuat larutan C6H5O7Na5 0,05 M
sebanyak 200 ml adalah 2,58 gram.
Dit:
Massa NaH2PO4 =?
Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
120 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 4800
𝑚 = 4,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, massa NaH2PO4 yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaH2PO4 0,2 M sebanyak
200 ml adalah 4,8 gram.
Dit:
Massa NaOH =?
Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
40 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 1600
𝑚 = 1,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, massa NaOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaOH 0,2 M sebanyak 200 ml
adalah 1,6 gram.
pH 5 volume 32 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,2 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + (100 − 𝑥 𝑚𝑙) 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 32 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + (100 − 32)𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 32 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + 68 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 100 𝑔𝑟 Buffer Asetat 0,2 M pH 5
b. Buffer Sitrat 0,05 M
pH 3 volume 91 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 𝑥 𝑚𝑙) 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 91 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 91)𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 91 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + 9 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 100 𝑔𝑟 Buffer Sitrat 0,05 M pH 3
pH 4 volume 65 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 𝑥 𝑚𝑙) 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 65 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 65)𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 65 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + 35 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 100 𝑔𝑟 Buffer Sitrat 0,05 M pH 4
pH 8 volume 47 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + (50 − 𝑥 𝑚𝑙) 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 47 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + (50 − 47 𝑚𝑙) 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 47 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + 8 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 100 𝑔𝑟 Buffer fosfat 0,2 M pH 8