Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI BIOKIMIA PASCAPANEN

PEMBUATAN LARUTAN BUFFER

ERVAN TOGATOROP G31113302

SARAH FAHMIYAH G31113002

NURUL WAKIAH G31113503

FRATIWI HAMSIOHAN G31113501

IRDHAN WAHYUDI G31113314

NABILA M JIBRIL G31113314

LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Larutan buffer atau biasa disebut larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan,
misalnya dalam analisis biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam
bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap
perubahan pH. Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH pada kisarannya. Jika pada suatu larutan penyangga ditambah sedikit
asam atau ditambahkan sedikit basa atau diencerkan, maka pH larutan tidak berubah.
Ada beberapa fungsi dari larutan penyangga, salah satunya dalam bidang kesehatan.
Dalam bidang farmasi (obat-obatan), banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH
stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama
sekali.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan praktikum mengenai pembuatan larutan
buffer agar praktikan mengerti cara membuat larutan. Dalam praktikum ini pula, dapat
diketahui cara-cara ataupun prosedur untuk membuat larutan buffer.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara membuat beberapa larutan
buffer yaitu buffer asetat, buffer sitrat dan buffer fosfat.
II. Tinjauan Pustaka

II.1 Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat
berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula
dalam air, dan lain-lain (Faizal, 2011).
Larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, molekul atau dari suatu zat semuanya
terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut solute dan
pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang
lebih besar sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat terlarut
(Baroroh, 2004).
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari tentang pencampuran 2 bahan antara
cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan
atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada
tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan
kepekaan larutan adalah molaritas. Molalitas, persen berat, persen volume, atau sebagainya
(Faizal, 2013).
Prosedur untuk menyiapkan suatu larutan yang molaritasnya diketahui adalah sebagai
berikut, zat terlarut ditimbang secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu
volumeterik melalui corong, selanjutnya air ditambahkan secara perlahan kedalam labu ukur
kemudian labu ukur digoyang perlahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan
melarut, air di tambahkan kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan tepat mencapai
tanda volume. Dengan mengetahui volume larutan dan kuantitasnya senyawa yang terlarut,
kita dapat menghitung molaritas larutan dengan persamaan mol zat terlarut dibagi dengan liter
larutan (Chang, 2004).
Molaritas (M)
Menurut Tim Dosen Kimia UB (2014), molaritas (M) adalah jumlah zat terlarut dalam
setiap liter larutan. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan
volume larutan.
Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan perhitungan dalam
stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan jumlah
partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam
pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga
molaritas larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu,
pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari
konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidak linear (Wikipedia, 2014).
Molaritas dapat di ketahui dengan menggunakan rumus:
𝑛 𝑚 1000
𝑀= 𝑎𝑡𝑎𝑢 ×
𝑣 𝑀𝑟 𝑣
Dimana:
M = Molaritas (M)
n = Mol (n)
m = Massa (g)
v = Volume (L/ml)
Mr = Massa Relatif
Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya.
Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar
yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000)

Rumus sederhana pengenceran menurut Lansida (2010), adalah sebagai berikut :

M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

II.5 Larutan Buffer

Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika


ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan
campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam
konjugasinya. Nilai pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah
asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa
dari luar (Utami, 2009).
Larutan buffer bisa dibuat bukan dari campuran antara basa lemah dengan garamnya
saja.Larutan buffer dapat juga berupa campuran hasil reaksi dari basa lemah dan asam kuat
asalkan banyaknya basa lemah lebih banyak dari pada asam kuat yang dicampurkan. Cara ini
lebih umum dilakukan untuk larutan buffer (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).
Larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat
dengan cara mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa konyugasinya
secara langsung. Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat dengan mencampurkan
sejumlah larutan basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih.Setelah reaksi selesai,
campuran dari larutan basa konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk
larutan buffer asam. Cara yang serupa, larutan buffer basa juga dapat dibuat melalui dua cara.
Pertama, mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan larutan asam konjugasinya
secara langsung. Cara kedua, mencampurkan sejumlah larutan asam kuat dengan larutan basa
lemah berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran dari larutan asam konjugasi yang terbentuk
dan sisa larutan basa lemah membentuk larutan buffer basa (Andy, 2009).
Jenis-jenis larutan buffer berdasarkan Chyntia (2014), yaitu:
1. Larutan Buffer yang Bersifat Asam Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam
(pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu
asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah
berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari
asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium,
kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Contoh yang biasa merupakan campuran asam
etanoat dan natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini, jika larutan mengandung
konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan
memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya
memiliki konsentrasi yang sama. Kita dapat mengubah pH larutan penyangga dengan
mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang berbeda dan salah
satu garamnya.

2. Larutan Buffer yang bersifat Basa Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam
konjugasinya maka akan terbentuk suatu larutan buffer basa. Larutan ini akan
mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya larutan campuran NH3 dengan
ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari campuran suatu basa
lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih. Jika ke dalam
larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari asam itu akan
mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan larutan
menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan atau
dengan kata lain pH larutan stabil atau dapat bertahan. Demikian juga pada penambahan
suatu basa kuat, jumlah ion OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion
OH- dapat dipertahankan dan pH larutan tidak berubah.
III. METODE PRAKTIKUM

III. 1 Waktu dan Tempat


Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen mengenai pembuatan buffer yang
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 09 Februari 2015, pada pukul 08.30-11.00 WITA,
bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
III. 2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- labu takar - erlenmeyer
- pipet volume - vorteks
- bulp - timbangan analitik
- pengaduk
Bahan yang digunaka dalam praktikum ini adalah :
- asam asetat - larutan NaOH 0,2 M
- natrium asetat - natrium fosfat
- asam sitrat - natrium sitrat
- alumunium foil - aquades
III. 3 Prosedur kerja
Prosedur praktikum yang dilakukan dalam percobaan pembuatan buffer asetat adalah 2,4
mL asam asetat di masukkan kedalam gelas kimia kemuadian di tambah aquadest sampai 200
mL. 3.28 gr Larutan natrium asetat di timbang diasukkan kedalam gelas kimia dan di tambah
aquades hingga 200 mL. Asam asetat 32 mL dan Natrium asetat 68 mL di campurkan hingga
membentuk pH sekitar 3.5.
Prosedur praktikum yang dilakukan dalam percobaan pembuatan buffer sitrat adalah
1,92 mL asam sitrat di masukkan kedalam gelas kimia kemudian di tambah aquadest sampai
200 mL. 2.58 gr Larutan natrium sitrat di timbang dimasukkan ke dalam gelas kimia dan di
tambah aquades hingga 200 mL. Asam sitrat 91 mL dan Natrium sitrat 9 mL di campurkan
hingga membentuk pH sekitar 3.
Prosedur praktikum yang dilakukan dalam percobaan pembuatan buffer fosfat adalah 4.8
mL asam fosfat di masukkan kedalam gelas kimia kemudian di tambah aquadest sampai 200
mL. 1.6 gr Larutan natrium fosfat di timbang dimasukkan ke dalam gelas kimia dan di tambah
aquades hingga 200 mL. Asam fosfat 30 mL dan Natrium fosfat 70 mL di campurkan hingga
membentuk pH sekitar 7.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Adapun hasil praktikum dari Pembuatan Larutan Buffer ini adalah:


Tabel 01. Hasil dari praktikum pembuatan larutan buffer
Jenis Buffer Asam/Basa Lemah Asam/Basa pH
Konjugasi
Buffer asetat CH3COOH NaOH 5 3.5
Buffer sitrat C6H8O7 NaHCO3 3 4
Buffer Fosfat NaH2PO4 NaHPO4 7 8
Sumber : Data primer praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Pane, 2015

IV.2 Pembahasan

Buffer adalah suatu larutan yang apabila ditambahkan asam dan basa pada jumlah
tertentu maka pH dalam sistem tersebut tidak akan mengalami perubahan yang berarti
begitupun saat dilakukan pengenceran pada titik tertentu. Pembuatan buffer dapat dilakukan
dengan cara mencampurkan berbagai jenis asam lemah dan basa konjugasinya maupun basa
lemah dan asam kojugasinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (2012) larutan
penyangga secara sederhana dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa
konjungatnya atau pun dibuat dengan basa lemah dengan asam konjugatnya.
Buffer asetat termasuk kedalam buffer asam. Buffer asetat terdiri asam lemah yakni
asam asetat dan natrium hidroksida sebagai basa konjugasinya. asam asetat diencerkan dengan
aquadest sampai 200 mL. lalu 32 mL asam asetat di campurkan dengan 68 mL natrium
hidroksida. Dari hasil pencampuran ini didapat pH sekitar 3.5. pH 3.5 termasuk kedalam pH
asam. Hal ini sesuai pernyataan dengan Delloy (2000) yang menyatakan bahwa natrium
hidroksida merupakan buffer asam.
Buffer sitrat termasuk kedalam golongan buffer lemah karena berasal dari asam lemah
asam sitrat dan basa kuat atau basa konjugasinya NaHCO3. Asam sitrat diencerkan sampai
200 mL. selanjutnya 91 mL Asam sitrat dicampurkan dengan 8 mL NaHCO3 dan didapat pH
sekitar 3. pH 3 termasuk dalam pH asam. Delloy (2000) yang menyatakan bahwa buffer sitrat
termasuk buffer asam.
Buffer fosfat termasuk kedalam buffer basa, karena. 30 mL asam fosfat dicampurkan
dengan 70 mL natrium hidroksida akan membentuk pH sekitar 8. pH 8 merupakan pH basa.
Hal ini sesuai dengan pernyataan delloy (200) yang menyatakan bahwa .
Buffer fosfat dlam ilmu pangan diguanakan sebagai bubuk pengembang, agen
pengemulsi dan pemberi rasa untuk minuman bersoda tertentu. Sedangkan buffer asetat
banyak dipergunakan sebagai penambahan rasa juga sebagai asam cuka. Buffer sitrat
berfungsi untuk menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak tidak mudah rusak atau
teroksidasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan hannato (2014) yang menyatakan bahwa
umumnya larutan penyangga berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH pada suatu produk
pangan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum pembuatan buffer ini proses pembuatan larutan buffer pada
praktikum ini dengan mencampurkan suatu asam lemah atau basa lemah dengan basa kuat
atau asam kuat. Adapun jenis larutan buffer yang dibuat pada praktikum ini yaitu buffer sitrat
pH 6, cara membuatnya mencampurkan secara homogen larutan natrium sitrat dan asam sitrat
yang sudah dibuat sesuai dengan volumenya.

V.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya setiap hasil pada praktikum
selanjutnya dilakukan pengujian pH agar data hasil praktikum dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Gunadarma, 2011. Larutan. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-
program-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar-2/larutan. Diakses pada tanggal 25
September 2014, Makassar.
Riyanto. 2006. Produksi Asam Asetat dari Etanol dengan Cara Elektrolisis. Jurnal Logika,
ISSN: 1410-2315 Vol. 3, No. 2, Juli 2006. Hal 61-69. Yogyakarta.
Smith, Janice Gorzynski. 2011. Organic Chemistry: Third Edition. MC Graw Hill. Hawai
Suyatno et al. 2004. Kimia. Grasindo. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2010. Kimia Dasar. Universitas Hasanuddin:
Makassar.
Utami, Budi. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 01. Massa yang digunakan dalam pembuatan buffer


a. Massa CH₃COOH 0,2 M dalam 200 ml aquades
Dik:
M CH₃COOH = 0,2 M
Mr CH₃COOH = 60
V CH₃COOH = 200 ml

Dit:
Massa CH₃COOH = ?

Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
60 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 2400
𝑚 = 2,4 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa CH₃COOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan CH₃COOH 0,2 M
sebanyak 200 ml adalah 2,4 gram.

b. Massa CH₃COONa 0,2 M dalam 200 ml aquades


Dik:
M CH₃COONa = 0,2 M
Mr CH₃COONa = 82
V CH₃COONa = 200 ml

Dit:
Massa CH₃COONa =?

Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
82 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 3280
𝑚 = 3,28 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa CH₃COONa yang dibutuhkan untuk membuat larutan CH₃COONa 0,2 M
sebanyak 200 ml adalah 3,28 gram.

c. C₆H₈O₇ 0,05 M dalam 200 ml aquades


Dik:
M C₆H₈O₇ = 0,05 M
Mr C₆H₈O₇ = 192
V C₆H₈O₇ = 200 ml

Dit:
Massa C₆H₈O₇ =?

Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,05 = ×
192 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 1920
𝑚 = 1,92 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa C₆H₈O₇ yang dibutuhkan untuk membuat larutan C₆H₈O₇ 0,05 M sebanyak
200 ml adalah 1,92 gram.

d. C6H5O7Na5 0,05 M dalam 200 ml aquades


Dik:
M C6H5O7Na5 = 0,05 M
Mr C6H5O7Na5 = 258
V C6H5O7Na5 = 200 ml

Dit:
Massa C6H5O7Na5 =?

Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,05 = ×
258 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 2580
𝑚 = 2,58 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa C6H5O7Na5 yang dibutuhkan untuk membuat larutan C6H5O7Na5 0,05 M
sebanyak 200 ml adalah 2,58 gram.

e. Massa NaH2PO4 0,2 M dalam 200 ml aquades


Dik:
M NaH2PO4 = 0,2 M
Mr NaH2PO4 = 120
V NaH2PO4= 200 ml

Dit:
Massa NaH2PO4 =?

Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
120 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 4800
𝑚 = 4,8 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa NaH2PO4 yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaH2PO4 0,2 M sebanyak
200 ml adalah 4,8 gram.

f. Massa NaOH 0,2 M dalam 200 ml aquadest


Dik:
M NaOH = 0,2 M
Mr NaOH = 40
V NaOH = 200 ml

Dit:
Massa NaOH =?

Peny:
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚 1000
0,2 = ×
40 200 𝑚𝑙
1000𝑚 = 1600
𝑚 = 1,6 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi, massa NaOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaOH 0,2 M sebanyak 200 ml
adalah 1,6 gram.

Lampiran 02. Pembuatan buffer


a. Buffer Asetat 0,2 M
pH 3,5 volume 92 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + (100 − 𝑥 𝑚𝑙) 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 92 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + (100 − 92)𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 92 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + 8 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 100 𝑔𝑟 Buffer Asetat 0,2 M pH 3,5

pH 5 volume 32 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,2 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + (100 − 𝑥 𝑚𝑙) 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 32 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + (100 − 32)𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 32 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + 68 𝑔𝑟 0,2 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
= 100 𝑔𝑟 Buffer Asetat 0,2 M pH 5
b. Buffer Sitrat 0,05 M
pH 3 volume 91 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 𝑥 𝑚𝑙) 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 91 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 91)𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 91 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + 9 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 100 𝑔𝑟 Buffer Sitrat 0,05 M pH 3

pH 4 volume 65 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 𝑥 𝑚𝑙) 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 65 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + (100 − 65)𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 65 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C₆H₈O₇ + 35 𝑔𝑟 0,05 𝑀 C6 H5 O7 Na5
= 100 𝑔𝑟 Buffer Sitrat 0,05 M pH 4

c. Buffer Fosfat 0,2 M


pH 7 volume 30 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + (50 − 𝑥 𝑚𝑙) 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 30 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + (50 − 30 𝑚𝑙) 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 30 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + 20 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 100 𝑔𝑟 Buffer fosfat 0,2 M pH 7

pH 8 volume 47 gram
𝑥 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + (50 − 𝑥 𝑚𝑙) 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 47 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + (50 − 47 𝑚𝑙) 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 47 𝑚𝑙 0,2 𝑀 NaOH + 50 𝑚𝑙 0,2 NaH2 PO4 + 8 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 100 𝑔𝑟 Buffer fosfat 0,2 M pH 8

Anda mungkin juga menyukai