Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA PADA


HOME INDUSTRY “PEMBUATAN TAHU DAN TEMPE” RW 19 DESA
HAURPANGGUNG KEC. TAROGONG KIDUL KAB. GARUT

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners XXXVI


Stase Keperawatan Komunitas

Disusun oleh:
KELOMPOK RW 19
Asri Nurkarimah 220112180077
Helpika Windiany 220112180041
Wiwin Yudiah 220112180139
Yulian Mutiara Agustin 220112180079

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
GARUT
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir
Keperawatan Kesehatan Kerja pada Industri Rumah Tangga “Pemotongan Ayam”
Wilayah RW 14 Desa Haurpanggung Kec Tarogong Kidul Kab. Garut. Penyusunan
laporan akhir ini adalah merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan
tugas pada Stase Keperawatan Komunitas Program Profesi Ners Angkatan XXXVI
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Dalam penyusunan laporan akhir ini penulis Ucapkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan akhir ini, terkhusus kepada:
1. Bapak Ahmad Yamin, S.Kp., M.Kes., Sp.Kom selaku koordinator mata kuliah
pada Stase Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Ibu nina sumarni, S.Sos, S.Kep, Ners, M.kes. selaku dosen pembimbing mata
kuliah pada Stase Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Ketua RW dan RT serta para ibu-ibu kader yang telah membantu kami dalam
proses pengumpulan data.
4. Pemilik dan pegawai Pemotongan Ayam, masyarakat RW 19 Desa
Haurpanggung, yang telah menyisihkan waktunya dan memberikan informasi
yang dibutuhkan.
5. Semua pihak yang terkait dalam proses penyelesaian tugas ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Dalam penyelesaian laporan akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Semoga laporan akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca.
Garut, April 2019

i
Kelompok RW 19
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Permasalahan ........................................................................ 4
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 6
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 6
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 7
1.3 Metode Penulisan .............................................................................................. 7
1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 7
BAB II ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN TEORITIS ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.1 konsep dasar ................................................................................................................. 9
BAB III ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN ............................... 15
3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 15
3.1.1 Data Demografi........................................................................................... 15
3.1.2 Kondisi Umum Home Industry ................................................................... 16
3.1.3 Aspek Kesehatan Kerja ............................................................................... 18
3.1.4 Aspek Kondisi Fisik Pekerja....................................................................... 20
3.1.5 Alat Pelindung Diri Pekerja ........................................................................ 21
3.1.6 Pengkajian Kesehatan Individu Pekerja ..................................................... 23
3.2 Analissa Data dan Diagnosa Keperawatan ................................................... 25
3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 26
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................................... 29
BAB IV ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 32

ii
BAB V......................................................................................................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 36
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 36
5.2 Saran ................................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 37
LAMPIRAN ...................................................................................................................
SAP PEREGANGAN SAAT BEKERJA ................................................................
SAP APD ....................................................................................................................
POSTER .....................................................................................................................
FOTO KEGIATAN IMPLEMENTASI ..................................................................
ABSENSI PENYULUHAN......................................................................................

HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN PARA PEKERJA...............................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Setiap orang melakukan aktivitas untuk melanjutkan keberlangsungan
kehidupannya. Salah satu aspek penting dalam kehidupan sesorang adalah
pekerjaan. Hal ini yang menyebabkan seseorang lebih banyak terlibat dan
menghabiskan waktunya di lingkungan kerja dalam kesehariannya. Pekerjaan
merupakan hubungan yang melibatkan dua pihak antara perusahaan dengan para
pekerja/karyawan, sehingga dibutuhkan kondisi kerja yang aman dan sehat antara
sesama pekerja, pekerja dengan atasan, serta lingkungan disekitarnya. Jika tempat
kerja dalam keadaan aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan
mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir
dan banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan,
mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas berkurang bagi
perusahaan.
Berdasarkan data International Labour Organization (2017), setiap tahun ada
lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja
menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Setiap 15 detik terdapat 1 pekerja di
dunia meninggal dikarenakan kecelakaan kerja. Sedangkan di Indonesia sepanjang
2017, menurut statistik terjadi peningkatan kecelakaan kerja sekira 20 persen
dibandingkan 2016 secara nasional. (Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan
Krishna Syarif, 2018). Menurut Infodatin (2018), sepanjang tahun 2018 sebanyak
26,74% penduduk yang bekerja memiliki keluhan kesehatan.
Kesehatan kerja merupakan suatu bentuk pemeliharaan fisik, mental dan
kesejahteraan sosial pekerja pada tingkat tertinggi pada setiap pekerjaan, yang
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja.
Keselamatan kerja sendiri merupakan suatu bentuk keadaan yang menghindarkan
kesalahan dan kerusakan kerja yang dilakukan oleh para pekerja/karyawan (Halajur,
2018). Sedangkan kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan hal yang
4
tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat
meningkatkan efisien dan produktivitas kerja (Irzal, 2016).
Kesehatan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Visi dari Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan
adalah Indonesia Sehat dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan pada 9 mei pekerja pada
home industry “Pembuatan tahu dan tempe RW 19” Desa Haurpanggung didapatkan
hasil kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya pemakaian APD, posisi
ergonomi, dan peregangan waktu kerja. seperti pemakaian sarung tangan yang
penting dalam mengurangi resiko jari ataupun tangan teriris. Higiene perseorangan
disebut juga dengan kebersihan diri yang merupakan usaha dari individu dengan
cara mengendalikan kondisi lingkungan terhadap kesehatan, upaya mencegah
timbulnya penyakit karena pengaruh faktor lingkungan yang merugikan serta
membuat kondisi lingkungan sedemikian sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.
Selain itu, pekerja di industri pembuatan tahu dan tempe masih tergolong belum
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja ataupun jaminan atas kesehatan seperti
yang diharapkan, apabila terjadi penyakit akibat kerja.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan pekerja
mendapatkan perhatian dari seluruh dunia dengan diprioritaskannya Occupational
Health/kesehatan kerja dalam kebijakan Healthy People 2000. Upaya yang
dilakukan berupa tindakan preventif primer, skunder, dan tersier. Preventif primer
tergolong dalam tindakan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan cedera.
Prevensi skunder dilakukan dengan tindakan pemeriksaan atau screening,
5
penatalaksanaan kasus, serta penanganan kegawatan. Prevensi tersier berupa bentuk
pencegahan terhadap penyebaran penyakit menular, pencegahan kekambuhan dan
komplikasi, serta rehabilitasi pekerja. Upaya yang harus dilakukan tersebut termasuk
dalam tugas dan peran perawat dalam proses kesehatan keselamatan kerja. Menurut
AAOHN (2004), keperawatan kesehatan kerja dan lingkungan adalah praktik
spesialisasi yang berfokus pada tindakan promosi, pencegahan, dan pembaharuan
kesehatan dalam konteks keselamatan dan kesehatan lingkungan. Keperawatan
kesehatan kerja nantinya akan memberikan pelayanan kesehatan kerja dan
lingkungan, pelayanan untuk keamanan pekerja, masyarakat pekerja, dan kelompok
komunitas.
Peningkatan angka kecelakaan kerja membuktikan belum optimalnya
penerapan K3 dalam lingkungan kerja. Sejauh ini, penerapan K3 hanya dilakukan
pada perusahaan besar dengan jumlah karyawan banyak. Namun, untuk jenis usaha
seperti industri rumah tangga pun harus tetap menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja. Industri rumah tangga yaitu perusahaan prosuksi kecil yang
dilakukan di lingkungan perumahan. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena
jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah (Efendi, F & Makhfudli., 2009).
Pelaksanaan program kesehatan kerja di industri rumah tangga saat ini masih sangat
kurang dengan ditandai oleh kurangnya pengetahuan para pemilik atau pekerja
industri rumah tangga mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Belum ada
program pemantauan, atau pendidikan kesehatan dari Puskesmas sebagai unit
layanan kesehatan terdekat mengenai K3 pada pekerja maupun pemilik industri
rumah tangga. Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada para pekerja mengenai kesehatan kerja di industri rumah tangga “pembuatan
tahu dan tempe” di RW 19 Desa Haurpanggung.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mampu memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada karyawan

6
industry rumah tangga “pembuatan tahu dan tempe” dalam mengkatkan derajat
kesehatan setiap karyawan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan pada para karyawan industri
rumah tangga “pembuatan tahu dan tempe”.
2. Mampu mengidentifikasi perencanaan keperawatan yang dapat diterapkan
pada para pekerja industri rumah tangga “pembuatan tahu dan tempe”.
3. Mampu mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat dalam
megatasi masalah kesehatan pada pekerja industri rumah tangga
“pembuatan tahu dan tempe”.
4. Mampu mengevaluasi hasil implementasi terhadap pekerja industri rumah
tangga “pembuatan tahu dan tempe”.
1.3 Metode Penulisan
Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan studi lapangan dan
studi kepustakaan.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB III LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
-.1 Pengkajian
-.2 Analisa Data
-.3 Perencanaan
-.4 Implementasi dan Evaluasi BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
7
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

8
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

a) Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri


Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di
tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Konsep dasar mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku yang tidak aman karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kondisi lingkungan yang tidak aman.

Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan


tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan (Malthis
dan Jackson, 2002). Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.

Menurut Mondy dan Noe, dalam (Pangabean Mutiara, 2012), Manajemen


Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja
sedangkan, kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik
maupun mental. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang dari keamanan
tenaga kerja. Kecelakaan kerja selain berakibat langsung bagi tenaga kerja, juga
menimbulkan kerugiankerugian secara tidak langsung yaitu kerusakan pada
lingkungan kerja. Tenaga kerja yang bekerja dalam suatu perusahaan perlu mendapat
perlindungan. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moral kerja serta perlakuan
yang sesuai dengan martabat manusia dan norma agama. Perlindungan tersebut
bertujuan agar tenaga kerja aman melakukan pekerjaan sehari-hari dan meningkatkan
produksi.

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat


keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
9
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja agar pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dalam perusahaan dapat berjalan efektif.
a. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan
atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas
pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak. Menurut
Shafiqah Adia (2010), jaminan keselamatan dan kesehatan dapat membuat para
tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga
dapat memperkecil atau bahkan mewujudkan kondisi nihil kecelakaan dan penyakit
kerja.
b. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil
yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. Pelatihan
K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja,
10
melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun
berbahaya dan penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri, melakukan
pencegahan dan pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian
keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto, 2010).
c. Alat Pelindung Diri Menurut Muhammad Sabir (2009), alat pelindung diri adalah
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat
tersebut terdiri dari:
1) Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
2) Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,
pesawat, alat berat, dan lain-lain)
3) Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek ataupun berlumpur.
4) Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal
yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dan sebagainya.
5) Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
6) Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di
ketinggian.
7) Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada
saat bekerja di tempat yang bising.
8) Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika
bekerja (misal mengelas).
9) Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun,
berasap, dan sebagainya).
10) Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari
percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
11) Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja
(misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
d. Beban Kerja Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu
tertentu (Adil Kurnia, 2010).
e. Jam Kerja Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya
adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka
11
adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Hampir satu abad
berlalu sejak standar internasional jam kerja diberlakukan, sebuah studi yang
dilakukan oleh Organisasi Buruh seDunia (ILO) memperkirakan bahwa satu dari 5
pekerja di berbagai penjuru bumi atau lebih dari 600 juta orang masih bekerja lebih
dari 48 jam per minggu (Bambang Paulus WS, 2007).

Penyakit Akibat Kerja


Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun
rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
berhubungan dengan pekerjaan. Beberapa kemungkinan penyakit yang dapat terjadi
dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu :
a. Fisik : Kebisingan, suhu dan kelembapan, kecepatan aliran udara/angina,
getaran/vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetik.
b. Kimia : Gas, uap, kabut, debu, asap, dan keracunan akibat zat kimia tersebut.
c. Biologis/infeksi : Bakteri, virus, kulit.
d. Fisiologis : Sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat.
e. Psikologis : Stress, suasana kerja, hubungan antara sesama pegawai atau dengan
pemilik.

Faktor – faktor yang cukup dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga kerja,
antara lain:
1. Penerangan yang kurang cukup intensitasnya adalah sebab kelelahan mata.
2. Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran dan akibat kelelahan
psikologis.
3. Gas – gas dan uap diserap lewat pernafasan dan mempengaruhi penggunaan
optimal alat pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara.
4. Debu – debu yang dihirup paru – paru mengurangi penggunaan optimal alat
pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara.
5. Parasit – parasit yang masuk tubuh akibat hygiene di tempat kerja yang buruk
menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerjanya.
6. Sifat badan yang salah mengurangi hasil kerja menyebabkan timbulnya kelelahan
atau kurangnya fungsi maksimal alat –alat tubuh tertentu.
7. Hubungan kerja yang tidak sesuai dapat menyebabkan bekerja lamban atau
setengah – setengahnya.
Beberapa contoh penyakit akibat kerja, yaitu:
a. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis,
antrak, osilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan
faktor utama penyebab cacat dan kematian.

12
b. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras, debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
c. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
d. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
e. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang
beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
f. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
g. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanis (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
h. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologis.
i. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
j. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
k. Sikap badan yang kurang baik bisa menyebabkan LBP (low back pain) dan HNP
(hernia nukleus pulposus)
l. Berdiri terus-menerus bisa menyebabkan varises, dan lain-lain.

Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Pencegahan adalah hal prinsip yang harus dilakukan untuk mengatasi
Penyakit Akibat Kerja. Pencegahan yang dilakukan harus berdasarkan 5 Level of
Pevention yang dibuat oleh Level and Clark (Efendi, F & Makhfudli., 2009). Saat ini
penggolongannya dimodifikasi menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder
dan pencegahan tersier. Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja,
diantaranya:
1. Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur
2. Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
3. Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh seperti berikut
ini:
1) Pencegahan Pimer – Healt Promotion
a) Perilaku kesehatan
b) Faktor bahaya di tempat kerja.
c) Perilaku kerja yang baik
d) Olahraga
e) Gizi
13
2) Pencegahan Skunder – Specifict Protectio
a) Pengendalian melalui perundang-undangan
b) Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja
c) Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)
d) Pengendalian jalur kesehatan imunisasi
3) Pencegahan Tersier
a) Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
b) Pemeriksaan kesehatan berkala
c) Pemeriksaan lingkungan secara berkala
d) Surveilans
e) Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
f) Pengendalian segera ditempat kerja.

14
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi
Pengkajian dilakukan di sebuah tempat pembuatan tahu yang berada di Desa
Haurpanggung RT 04 / RW 19 Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
Pengkajian dilakukan sejak tanggal 6 Mei hingga 8 Mei 2019. Pengkajian dilakukan
kepada 8 pegawai dari total seluruh pegawai sejumlah 10 pegawai yang tetap maupun
tidak tetap.

3.1.1.1 Demografi Pemilik

Nama : Tn. B
Usia : 45 tahun
Alamat : Kp.Bojong Sudika RT04/RW19 Desa Haurpanggung
Kec. Tarogong kidul Kab. Garut
Pendidikan terakhir : SMA
3.1.1.2 Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : Pabrik Tahu


Alamat : Kp.Bojong Sudika RT04/RW19 Desa Haurpanggung
Kec. Tarogong kidul Kab. Garut
No. Telp :-
Kepemilikan : Milik sendiri
Jumlah Pegawai : 10 orang
Omset Perbulan : Rp 70.000.000,-
Upah Karyawan : Rp.1.800.000,-

15
3.1.1.3 Usia
Dari 8 orang pegawai yang bekerja di pabrik tahu, sebagian besar berada pada
rentang usia dewasa yaitu, 19-44 tahun, hanya 1 pegawai yang masih berusia 18
tahun.
3.1.1.4 Jenis Kelamin
Seluruh pegawai yang bekerja berjenis kelamin laki-laki
3.1.1.5 Agama
Berdasarkan hasil pengkajian, seluruh pegawai di pabrik tahu beragama Islam
3.1.1.6 Suku
Berdasarkan hasil pengkajian, 7 pegawai pada pabrik tahu berasal dari suku
Sunda, 1 orang dari suku jawa .

3.1.1.7 Lama Bekerja


Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada 8 pegawai, ditemukan
sebanyak 3 orang yang bekerja selama kurang dari 1 tahun, 2 orang yang bekerja
dalam rentang waktu 1-2 tahun, serta 3 orang yang telah bekerja lebih dari 2 tahun.

Distribusi pekerja di rumah pembuatan


tahu berdasarkan lama bekerja

12%
<1 tahun
50% 1-2 tahun
38% >2 tahun

3.1.2 Kondisi Umum Home Industry


No. Data
1 LOKASI DAN BANGUNAN
Bangunan Bangunan tempat pabrik tahu merupakan
bangunan permanen yang terletak dipinggiran

16
sungai cimanuk. Bangunan terdiri dari tempat
penggilingan kacang, membersihkan kacang,
merebus kacang, mempres tahu, pemotongan
tahu.
Lantai Lantai bangunan yaitu semen dan tanah tidak
merata dengan kondisi lantai yang licin bila
aktivitas pembuatan tahu berjalan.
Dinding Dinding ruangan tampak tidak kedap air dan
tampak kotor
Ventilasi dan Pencahayaan Pada bangunan terdapat ventilasi yang berfungsi
dengan baik sehingga intensitas cahaya yang
masuk pun baik. pencahayaan merata di setiap
ruangan dan tidak menyilaukan
Atap dan Langit-langit Atap tidak bocor dan cukup landau dengan tinggi
mencapai 3 meter. Langit-langit tampak sedikit
kotor.
Pintu Tidak terdapat pintu pada bangunan
2 FASILITAS SANITASI
Air Bersih Air tampak bersih, tidak berwarna, berbau,
ataupun berasa. Jumlah air bersih tampak
mencukupi
Limbah Hasil Produksi Terdapat limbah hasil produksi berupa air bekas
cucian kacang, perebusan kacang, dan ampas
tahu. Tidak terdapat tempat pembuangan limbah
secara khusus, limbah langsung dialirkan ke
sungai cimanuk yang berada langsung di dekat
bangunan.
Toilet Toilet tampak bersih dan berada di dalam
bangunan yang menyatu dengan toilet pemilik.
Tempat Sampah Pada setiap ruangan penghasil sampah, terdapat
tempat sampah yang terbuat dari bahan kedap air
dan tertutup. Sampah tersebut dibakar di dekat
sungai cimanuk.
Tempat Cuci Tangan Tidak tersedia air cuci tangan yang mencukupi,
sabun dalam jumlah yang cukup di kamar mandi.
Tempat Mencuci Peralatan Tersedia tempat dan air yang cukup untuk
mencuci peralatan, namun bila peralatan yang
besar di bersihkan dengan cara dipanaskan dan

17
dibuang air kotornya.
3 PENGOLAHAN
Pengolahan tahu Pengolahan tahu dimulai dengan membersihkan
tahu dengan air bersih, merendam tahu,
menggiling tahu, merebus tahu, menyaring sari
kedelai, mencetak tahu. Selama proses
pengolahan, semua pegawai tidak menggunakan
alat pelindung diri seperti barak skort dan sarung
tangan, hanya menggunakan sepatu boot saja.

4 PERALATAN
Jenis Peralatan Peralatan yang digunakan di pabrik tahu
diantaranya adalah mesin giling, hawu, baskom,
wajan besar, drum.
Ketentuan Peralatan Semua peralatan yang digunakan tersedia dalam
keadaan baik dan utuh, serta sering dibersihkan.
Peralatan yang kontak langsung dengan bahan
makanan tidak mengandung racun atau zat
berbahaya lainnya.

3.1.3 Aspek Kesehatan Kerja


No. Aspek Kesehatan Hasil
Kerja
1. Tenaga Kerja Semua pegawai yang bekerja mendapatkan pelatihan
dari para seniornya atau pegawai yang sudah lama
bekerja dan berpengalaman, sebelum bertindak
langsung untuk membuat tahu.
2. Beban Kerja Pegawai memiliki beban kerja yang berbeda dalam
seminggu. Semua pegawai yang berjumlah 8 pegawai
(100%) bekerja selama 7 hari. Pabrik tidak memiliki
jam kerja yang menjadi peraturan khusus, semua
pegawai memiliki beban kerja lebih dari 8 jam.
3. Waktu Istirahat Perusahaan tidak menetapkan jam istirahat khusus
selama bekerja, sehingga pegawai dapat beristirahat
di sela-sela jam kerja saat kelelahan. Sebagian besar
pegawai hanya istirahat sebentar kurang lebih 1 jam
saja.

18
4. Aturan Kerja Perusahaan tidak menerapkan aturan khusus selama
bekerja. Aturan kerja yang diterapkan hanya semua
pegawai tidak boleh libur sembarangan dan harus
bekerja sesuai jadwalnya, dalam 1 bulan pegawai
dapat jatah libur 1 minggu.
5. Pemeriksaan Pemilik dan karyawan mengatakan tidak pernah
Kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan
sekali ataupun check up penyakit khusus, serta
apabila ada pegawai yang mengalami kecelakaan,
tidak ada rujukan rumah sakit khusus.
6. Kecelakaan Kerja Semua pegawai pernah mengalami kecelakaan kerja
seperti terkena percikan air panas dan percikan
minyak panas. Dan 1 diantaranya (12,5%) pernah
terkena pisau.
7. Ketersedian P3K Tidak tersedia kotak P3K di tempat pembuatan tahu.
Apabila ada yang terluka, biasanya langsung membeli
plester dan betadine di warung sekitar.
8. Gizi Kerja Berdasarkan hasil pengkajian, tidak terdapat kantin di
tempat kerja dan tidak ada yang menyediakan
makanan untuk para pekerja. Pekerja biasanya
mendapatkan makanan dari pemilik pabrik tahu.
Semua pekerja makan nasi, sayuran dan tersering
adalah ayam selama bekerja, pekerja hanya makan
gorengan, minum kopi, dan merokok saat bekerja.
9. Potensial Hazard 1. Fisik  Lantai licin
 Wajan besar dan panas
 Penggunaan APD :
Semua pegawai yang bekerja di
pabrik tahu hanya menggunakan
sepatu boot
 Konsumsi Rokok : Semua pegawai
merokok (100%)
2. Kimia --
3. Biologi  Terdapat tikus di area produksi
 Pemilik dan pegawai juga
mengatakan terkadang terdapat
tikus
4.  Posisi tubuh
19
Ergonomis Semua pegawai lebih sering
berdiri dalam bekerja (100%).
Sebagian besar pegawai
melakukan posisi tersebut selama
lebih dari >2 jam.
 Lifting
Empat orang pegawai (50%)
masing-masing mengangkat
kacang dengan beban lebih dari
25 Kg, 2 pegawai (25%)
mengangkat beban 5-10 kg, 2
pegawai (25%) mengangkat
beban 10-15 kg. Posisi yang biasa
digunakan pekerja ketika
mengangkat beban adalah sejajar
pundak 50%, sejajar
siku/pinggang 50%.

3.1.4 Aspek Kondisi Fisik Pekerja


Berikut merupakan hasil pengkajian pada aspek kondisi fisik pekerja
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Aspek Kondisi Fisik Pekerja (n=8)
Aspek Kondisi Fisik Pekerja Frekuensi Persentase
(n) (%)
Riwayat Penyakit Tertentu
ISPA 2 25
TBC 0 0
Hipertensi 0 0
Diabetes 0 0
Patah Tulang 0 0
Lainnya (gastritis) 1 12,5
Tidak Memiliki Riwayat penyakit tertentu 5 62,5
Masalah Kesehatan Selama Bekerja
Tidak Ada 4 50
Ada, dengan jenis masalah kesehatan: 4 50
Saluran Pernafasan (Batuk, pilek) 2 25
Sendi dan Tulang (reumatik, nyeri punggung, 1 12,5
pegal-pegal)
Sirkulasi Darah (Sakit kepala, pusingg, kram) 1 12,5
Absen Saat Bekerja Karena Sakit
20
Tidak 8 100%
Ya, dengan frekuensi dalam sebulan: 0 0
1 Hari 0 0
2 Hari 0 0
3 Hari 0 0
> 3 Hari 0 0

Merokok
Tidak 0 0
Ya, dengan jumlah rokok yang dikonsumsi perhari: 8 100
> 3 Batang 8 100
Masalah Sendi dan Tulang
Tidak Ada 0 0
Ada, dengan intensitas: 8 100
Sering 0 0
Kadang-kadang 8 100
Ada, pada bagian:
Leher/kepala 0 0
Punggung 4 50
Pundak/bahu 2 25
Tangan 1 12,5
Kaki 1 12,5

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa terdapat pekerja yang memiliki riwayat


penyakit tertentu seperti ISPA dan magh. Selain itu, pada tabel tersebut juga
menunjukkan bahwa seluruh mengalami masalah kesehatan selama bekerja. Sebagian
besar pegawai memiliki keluhan pada bagian sendi dan tulang, seperti pegal-pegal
dan nyeri punggung. Bagian sendi dan tulang yang sering mengalami masalaha
adalah pada bagian punggung (50%), pada bagian pundak/bahu (25%), pada bagian
kaki (12,5%), dan pada bagian tangan (12,5%). Sebanyak 8 pekerja (100%) belum
pernah absen saat bekerja karena sakit. Selain itu, semua pekerja (100%) pekerja
merokok.

3.1.5 Alat Pelindung Diri Pekerja


Tabel 3.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri (n=8)

Alat Pelindung Diri Frekuensi (n) Persentase (%)


21
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Tidak 0 0
Ya, dengan jenis alat pelindung diri yang digunakan: 8 100
Sarung tangan 0 29,4
Masker 0 0
Penutup kepala 0 0
Kacamata 0 0
Sepatu boot 8 100
Helm pelindung 0 0
Barak skort 0 0
Penutup telinga 0 0

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa 8 orang pekerja menggunakan alat pelindung


diri saat bekerja yaitu sepatu boot.

Tabel 3.3 Kebiasaan Hand Hygiene Pekerja (n=8)


Mencuci Tangan Menggunakan Sabun
Sebelum Bekerja Ya Tidak
Frekuensi Persentase Frekuensi (n) Persentase
(n) (%) (%)
Ya 3 50 3 50
Tidak 0 0 0 0

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa 8 pekerja (100%) mencuci tangan sebelum


bekerja dan empat diantarannya (50%) mencuci tangan dengan menggunakan sabun
dan 4 lainnya (50%) mencuci tangan dengan tidak menggunakan sabun.

Cara Mencuci Tangan Frekuensi (n) Persentase (%)


Dicelupkan ke ember berisi 4 50
air
Mencuci tangan di air 4 50
mengalir
Tabel 3.4 Cara Mencuci Tangan (n=8)

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa 4 pekerja (50%) mencuci tangan dengan air
mengalir, dan 4 pekerja (50%) mencuci tangan di ember.

22
3.1.6 Pengkajian Kesehatan Individu Pekerja
Nama Pekerjaan BP HR RR TB BB Keluhan
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (Cm) (Kg)
Tn. R Merebus 120/90 88 18 160 49 Pegal-pegal
kacang, daerah pinggang
memotong dan punggung
tahu,
menggiling
Tn. R Menggiling 110/80 90 16 163 53 Pegal-pegal
kacang, daerah pinggang
menggoreng, dan punggung
mencetak
Tn. T Menggoreng 120/80 76 18 165 65 Pegal-pegal di
tahu, pinggang
mencetak
tahu
Tn. S Mencetak 120/90 80 18 165 50 Pegal-pegal di
tahu, kaki
merebus
kacang
Tn. U Merebus 120/80 64 20 160 55 Pegal-pegal di
kacang, tangan
memotong
tahu,
menggiling
Tn. A Menggiling 130/80 82 18 170 60 pegal-pegal di
kacang, daerah pinggang
menggoreng, Magh
mencetak
Tn. M Menggiling 120/80 16 170 50 Pegal-pegal di
kacang, punggung
menggoreng,
mencetak
Tn. A Merebus 120/80 84 16 170 62 Pegal-pegal di
kacang, punggung
memotong
tahu,
menggiling

23
24
3.2 Analissa Data dan Diagnosa Keperawatan
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Pembuatan tahu Risiko Gangguan
 8 pegawai mengeluh pernah merasakan nyeri/ pegal di Muskuloskeletal
beberapa area tubuh :
- punggung (50%) Tindakan merebus, menggiling,
- pundak/bahu (25%) mencetak, memotong,
- kaki (12,5%) menggoreng
- tangan (12,5%). Sebanyak 8 pekerja (100%) belum
pernah absen saat bekerja karena sakit. Selain itu, semua
pekerja (100%) pekerja merokok. Keluhan dirasakan Karyawan memindahkan dan
dengan intensitas waktu yang kadang-kadang pada 8 mengangkat barang dengan
orang gerakan yang kurang ergonomis
DO:
 Pekerja selama bertugas ± 8 jam/ hari dengan jeda istirahat
yang hanya lebih dari 1 jam tanpa memiliki foot rest. Tidak melakukan peregangan
 Semua pegawai bekerja dalam posisi berdiri yaitu sebanyak
8 orang (100%). Sebagian besar pegawai melakukan posisi Pegal-pegal di punggung,
tersebut selama lebih dari 2 jam. pundak, kaki dan tangan
 Empat orang pegawai (50%) masing-masing mengangkat
kacang dengan beban lebih dari 25 Kg, 2 pegawai (25%) Resiko Gangguan
mengangkat beban 5-10 kg, 2 pegawai (25%) mengangkat Muskuloskeletal
beban 10-15 kg. Posisi yang biasa digunakan pekerja ketika
mengangkat beban adalah sejajar pundak 50%, sejajar
siku/pinggang 50%.Posisi yang biasa digunakan pekerja
ketika mengangkat beban adalah sejajar pundak 50%,
sejajar siku/pinggang 12,5%, dan sejajar betis 37,5%.

25
2 DS: Pembuatan tahu Resiko Cedera
 Semua pegawai pernah mengalami kecelakaan kerja seperti
terkena percikan air panas dan percikan minyak panas. Dan
1 diantaranya (12,5%) pernah terkena pisau. Terdapat alat-alat yang berisiko
 Pekerja mengatakan tidak tersedia kotak P3K di tempat menyebakan kecelakaan
pembuatan tahu. Apabila ada yang terluka, biasanya
langsung membeli plester dan betadine di warung sekitar. Pekerja tidak menggunakan APD
DO:
 Alat penggiling menggunakan mesin
 Menggunakan Hawu atau sumber kayu bakar untuk Resiko Cedera
merebus dan menggoreng
 Untuk memotongkayu menggunakan pisau
 Semua pegawai hanya menggunakan sepatu boot
 Lantai tempat kerja yang licin

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Gangguan Muskuloskeletal b.d kurang pengetahuan pemilik dan pekerja tentang peregangan dalam bekerja
2. Resiko cedera b.d kurang pengetahuan pemilik dan pekerja tentang standar K3 seperti pencegahan kecelakaan kerja,
lingkungan kerja yang aman, dan pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan kerja
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Umum Khusus
1. Resiko Gangguan Muskuloskeletal Setelah Pemilik dan 1. Pemilik dan 1. Pemilik dan Memberikan
b.d kurang pengetahuan pemilik dan diberikan pekerja pekerja dapat pekerja dapat pendidikan
pekerja tentang peregangan dalam pendidikan mengertahui mengetahui cara mengulangi kesehatan pada
26
bekerja, ditandai dengan: kesehatan 1 x 20 cara melakukan kembali Home Industry yang
DS: menit, pemilik melakukan peregangan yang jenis-jenis didalamnya terdapat
 8 pegawai mengeluh pernah dan pekerja peregangan baik peregangan materi tentang:
merasakan nyeri/ pegal di mengetahui cara ketika bekerja 2. Pemilik dan 2. Pemilik dan - Tujuan dan
beberapa area tubuh : menghindari pekerja dapat pekerja dapat manfaat
- punggung (50%) resiko gangguan mempraktekkan mengulangi peregangan
- pundak/bahu (25%) muskuloskeletal peregangan yang kembali - Gerakan-gerakan
- kaki (12,5%) baik saat bekerja gerakan yang peregangan
- tangan (12,5%). Sebanyak 8 3. Pemilik dan telah
pekerja (100%) belum pernah pekerja disampaikan.
absen saat bekerja karena termotivasi untuk 3. Pemilik dan
sakit. Selain itu, semua melakukan pekerja dapat
pekerja (100%) pekerja peregangan baik menerapkan
merokok. Keluhan dirasakan sebelum, saat, kegiatan
dengan intensitas waktu yang dan setelah peregangan
kadang-kadang pada 8 orang bekerja. setiap waktu.
DO:
 Pekerja selama bertugas ± 8 jam/
hari dengan jeda istirahat yang
hanya lebih dari 1 jam tanpa
memiliki foot rest.
 Semua pegawai bekerja dalam
posisi berdiri yaitu sebanyak 8
orang (100%). Sebagian besar
pegawai melakukan posisi
tersebut selama lebih dari 2 jam.
Empat orang pegawai (50%) masing-
masing mengangkat kacang dengan
27
beban lebih dari 25 Kg, 2 pegawai
(25%) mengangkat beban 5-10 kg, 2
pegawai (25%) mengangkat beban
10-15 kg. Posisi yang biasa
digunakan pekerja ketika
mengangkat beban adalah sejajar
pundak 50%, sejajar siku/pinggang
50%.Posisi yang biasa digunakan
pekerja ketika mengangkat beban
adalah sejajar pundak 50%, sejajar
siku/pinggang 12,5%, dan sejajar
betis 37,5%.
2. Risiko cedera pada pekerja pabrik Setelah Pemilik dan 1. Pemilik dan 1. Pemilik dan Memberikan
tahu b.d. kurang pengetahuan diberikan pekerja pekerja dapat pekerja dapat pendidikan
pemilik dan pekerja tentang standar intervensi mengetahui menjelaskan menjelaskan kesehatan tentang
K3 seperti pencegahan kecelakaan keperawatan standar K3. pontensi dan kembali 2 standar K3 pada
kerja, lingkungan kerja yang aman, selama 1 x 20 faktor bahaya poin dari Home Industry yang
dan pertolongan pertama saat terjadi menit, pekerja lingkungan masing- didalamnya terdapat
kecelakaan kerja yang ditandai tidak mengalami 2. Pemilik dan masing materi tentang:
dengan : cedera saat pekerja dapat pontensi dan - Faktor dan bahaya
DS: bekerja dengan menjelaskan faktor bahaya lingkungan kerja
 Semua pegawai pernah kriteria hasil: kembali cara lingkungan - Pencegahan
mengalami kecelakaan kerja - Pekerja untuk mencegah 2. Pemilik dan kecelakaan kerja
seperti terkena percikan air panas mengetahui kecelakaan kerja pekerja dapat dengan
dan percikan minyak panas. Dan bagaimana seperti: menjelaskan menggunakan
1 diantaranya (12,5%) pernah cara mencegah - Penggunaan kembali 2 APD
terkena pisau. / menghindari APD poin dari - Cara
 Pekerja mengatakan tidak cedera saat - Tidak masing- meningkatkan
28
tersedia kotak P3K di tempat bekerja merokok di masing cara konsentrasi kerja
pembuatan tahu. Apabila ada dalam mencegah
yang terluka, biasanya langsung pabrik kecelakaan
membeli plester dan betadine di 3. Pemilik dan kerja
warung sekitar. pekerja dapat 3. Pemilik dan
DO: mengetahui cara pekerja dapat
 Alat penggiling menggunakan meningkatkan menyebutkan
mesin konsentrasi kerja kembali 3
 Menggunakan Hawu atau sumber poin cara
kayu bakar untuk merebus dan meningkatkan
menggoreng konsentrasi
 Untuk memotongkayu kerja
menggunakan pisau
 Semua pegawai hanya
menggunakan sepatu boot
 Lantai tempat kerja yang licin

3.5 Implementasi Keperawatan

No. Komponen Masalah Waktu Pelaksanaan Implementasi Evaluasi


1 Resiko Gangguan Muskuloskeletal b.d Kamis/ 9 Mei 2019 1. Melakukan salam S:
kurang pengetahuan pemilik dan pekerja 15.00 WIB terapeutik dan bina  Pekerja mengatakan mengerti
tentang peregangan dalam bekerja hubungan saling percaya dengan materi pendidikan kesehatan
15.20 WIB 2. Memberikan pendidikan yang telah dijelasakan dan akan
kesehatan tentang mencoba menerapkannya sehari-hari
pentingnya peregangan O:
dalam bekerja  Pekerja dapat menjawab kembali
29
15.40 WIB 3. Mendemonstrasikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi
gerakan-gerakan yang telah disampaikan
peregangan  Pekerja tampak memperhatikan
16.20 WIB 4. Memotivasi selama proses penyuluhan
pekerja/pemilik  Pekerja tampak kooperatif dan
mempraktikkan gerakan- antusias dalam mempraktekkan
gerakan peregangan. gerakan
A : Pekerja mengetahui pentingnya
peregangan dalam bekerja
P : Menempelkan poster di dinding
tempat kerja agar gerakan peregangan
dapat dilaksanakan sehari-hari
2. Risiko cedera pada pekerja pabrik tahu Kamis/ 9 Mei 2019 1. Melakukan salam S :
b.d. kurang pengetahuan pemilik dan 15.20 WIB terapeutik dan bina  Pekerja mengatakan mengerti
pekerja tentang standar K3 seperti hubungan saling percaya dengan materi pendidikan kesehatan
pencegahan kecelakaan kerja, 15.35 WIB 2. Memberikan pendidikan yang telah dijelasakan dan akan
lingkungan kerja yang aman, dan kesehatan tentang tentang mencoba menerapkannya sehari-hari
pertolongan pertama saat terjadi standar K3 pada Home O :
kecelakaan kerja
Industry yang didalamnya  Pekerja dapat menjawab kembali
terdapat materi tentang: pertanyaan-pertanyaan terkait materi
- Faktor dan bahaya yang telah disampaikan
lingkungan kerja  Pekerja tampak memperhatikan
- Pencegahan selama proses penyuluhan
kecelakaan kerja A : Pekerja mengetahui pentingnya
dengan menggunakan standar keselamatan dilingkungan
APD kerja.
- Cara meningkatkan P : Menempelkan poster contoh
konsentrasi kerja perlengkapan APD di dinding tempat
kerja

30
31
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian kesehatan kerja di home industry pembuatan


tahu dan tempe di RW 19 RT 04 Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul
ditemukan beberapa masalah kesehatan yang dialami para pekerja. Para pekerja
pabrik tahu melaksanakan pekerjaannya selama >8 jam dengan kesempatan istirahat
1-2 jam. Menurut para pekerja yang telah dilakukan wawancara mengungkapkan
bahwa bekerja di pabrik tahu dan tempe ini walau memakan waktu banyak namun,
tidak melelahkan karena pekerjaannya santai dan tidak ada aturan baku untuk batasan
istirahat. Pemilik pabrik juga menyatakan bahwa tidak ada aturan baku yang
mewajibkan para pekerja untuk bekerja sepanjang waktu, yang terpenting bagi
pemilik adalah pekerjaan sesuai jumlah target tercapai. Selain itu, pemilik pabrik juga
menambahkan bahwa bagi setiap pekerja memiliki waktu libur 1 minggu setiap
bulan, sedangkan untuk 3 minggu waktu kerja, para pekerja diberikan rumah
penginapan dekat pabrik.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik pabrik home
industry dan pekerja, menyatakan bahwa didalam tempat kerjanya tidak terdapat
penyimpanan kotak P3K. Sehingga ketika ada anggota pekerja yang mengeluh sakit,
maka segera diijinkan untuk istirahat terlebih dahulu dan berobat ke pelayanan
kesehatan. Beberapa keluhan kesehatan yang pernah dialami para pekerja adalah
batuk dan flu. Sedangkan keluhan yang sering dirasakan sehari-hari setelah bekerja
diantaranya keluhan pegal-pegal pada area pundak, pinggang, dan resiko kecelakaan
pada saat bekerja. Oleh karena itu, dalam upaya mencegah masalah kesehatan yang
dialami oleh para pekerja, terdapat peran perawat yang dibutuhkan sebagai health
educator.
Health educator dimaksudkan sebagai pendidikan kesehatan atau penyuluhan
yang berkaitan dengan pencegahan resiko kecelakaan saat bekerja seperti dampak
yang ditimbulkan apabila tidak memperhatikan posisi ergonomis saat mengangkat
beban, dan manfaat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Upaya yang dilakukan
32
untuk mencegah atau meminimalisir masalah tersebut tetunya membutuhkan
kerjasama dan dukungan dari pemilik home industry dan pekerja itu sendiri, demi
terwujudnya kesejahteraan yang optimal bagi para pekerja di pabrik home industry.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan analisis data yang telah
dilaksanakan, maka terdapat 2 prioritas masalah yang diangkat, diantaranya :
1. Resiko Gangguan Muskuloskeletal berhubungan dengan kurang pengetahuan
pemilik dan pekerja tentang peregangan dalam bekerja
Implementasi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan
tentang ergonomi pengangkatan beban yang baik dan benar. Menurut Jurnal
Penelitian yang dilakukan oleh Gamaliel dkk (2018) dengan judul Pengaruh
Stretching terhadap perubahan skala nyeri punggung bawah pada karyawan di
Semarang dikemukakan bahwa gangguan musculoskeletal yang terjadi pada
pekerja suatu perusahaan biasanya terjadi karena kurangnya peregangan dan
posisi ergonomic tubuh yang kurang baik, pada penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa stretching dapat mengurangi skala nyeri punggung yang dialami
oleh pekerja. Peregangan yang dilakukan dalam posisi duduk bertujuan untuk
meregangkan otot punggung bagian bawah yang mengalami kelelahan akibat
aktivitas yang statis dan kurang gerak, peregangan juga bertujuan untuk
memperlancar aliran darah di area punggung (Anderson, 2010 dalam Gamaliel,
2018).
Keluhan yang dirasakan oleh sebagian pekerja merupakan akibat dari
duduk dengan posisi statis dengan waktu lebih dari 2 jam, hal tersebut tentu
menyebabkan kekakuan pada otot punggung serta menghambat peredaran darah
pada punggung hingga pinggang serta dapat meningkatkan tekanan pada tulang
vertebra sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat kemudian nyeri
dirasakan pada area punggung dan pinggang (Akbar,2012 Dalam Gamaliel
dkk,2018).

2. Risiko cedera pada pekerja pabrik tahu berhubungan dengan kurang pengetahuan
pemilik dan pekerja tentang standar K3 seperti pencegahan kecelakaan kerja,
33
lingkungan kerja yang aman, dan pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan
kerja
Implementasi yang dilakukan dalam menangani masalah tersebut yaitu
penyuluhan terkait pentingnya penggunaan APD. APD merupakan seperangkat
alat keselamatan yang digunakan untuk pekerja untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari kemungkinan yang terjadi akibat adanya paparan potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas pekerjaan maupun lingkungan pekerjaan
(Tarwaka,2008).
Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dalam dunia kesehatan kerja
merupakan salah satu upaya yang cukup sederhana dalam mengendalikan potensi
cedera baik pada kaki,tangan,mata,paru-paru dan kulit, sehingga penggunaan alat
pelindung diri sangat penting untuk meminimalisir resiko cedera yang terjadi
(Yangyang,2010). Mengingat pentingnya penggunaan alat pelindung diri dalam
dunia kesehatan kerja, maka dari itu dibutuhkan kesadaran dan perhatian pemilik
serta para pekerja home industry tersebut.
Saat dilakukan pengkajian kepada pekerja, tidak sedikit pekerja yang
tidak memakai alat pelindung diri saat bekerja dengan beberapa alasan tertentu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat perlu memberikan edukasi tentang alat
pelindung diri sebagai intervensi yang dapat diberikan oleh pekerja. Menurut
Notoatmodjo tahun 2013, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan
adalah pengetahuan, Maka apabila seorang pekerja memiliki pengetahuan
penggunaan APD yang baik maka pekerja tersebut akan menerapkan hal positif
dari pengetahuannya pada saat bekerja.
Penyuluhan penggunaan APD disambut dengan antusias oleh para
pekerja di Home Industry Pemotongan Ayam, para peserta penyuluhan
diantaranya para pekerja serta pemilik dari tempat kerja tersebut. Peserta
penyuluhan mendengarkan dengan baik serta memberikan respon yang aktif pada
saat bertanya ataupun diberikan pertanyaan seputar alat pelindung diri. Saat
dilakukan evaluasi, pekerja mengatakan mengerti pentingnya memakai alat
pelindung diri sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja, dan mengatakan akan
34
memakai masker atau sarung tangan, pemilik home industry juga mengatakan
akan mengupayakan pengadaan alat pelindung diri yang bermutu kedepannya.
Respon tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Alfarisi (2018) di Cikalong,Tasikmalaya tentang hubungan pengetahuan dan
sikap dengan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja peternakan sapi dan
kambing, hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap pemakaian APD, informasi
yang cukup dapat menimbulkan sikap yang positif terhadap penggunaan alat
pelindung diri di tempat kerja.
Penggunaan Alat Pelindung Diri sebaiknya memperhatikan cara dan
teknik pemakaian serta pemeliharaan alat diantaranya seperti pengujian mutu
yang memenuhi standar, ukuran yang tepat sampai cara dan tempat penyimpanan
alat pelindung diri tersebut sehingga dapat tetap berkualitas sampai batas waktu
pemakaian sehingga para pekerja dapat merasakan keuntungan penggunaan alat
pelindung diri tersebut ( Saputro,2015).

35
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Home industry “tahu dan tempe” milik Tn. B telah berjalan selama ±5 tahun.
Hasil pengkajian yang diperoleh dari proses wawancara, pabrik home industry tahu
dan tempe ini memiliki kepegawaian sebanyak 10 orang dengan bayaran perminggu,
dengan jenis kelamin pekerja adalah laki-laki remaja dan dewasa mulai dari lulusan
SD. Pengkajian kesehatan yang dilakukan pada 8 orang pekerja, ditemukan keluhan
yang hamper sama yakni terkadang pegal-pegal area pundak dan pinggang. Para
pekerja diakui belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan kerja. Oleh karena
itu, diagnose kesehatan kerja yang terdapat dalam asuhan keperawatan kesehatan
kerja ini adalah resiko gangguan musculoskeletal dan resiko cedera. Sehingga
implementasi yang dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah pendidikan
kesehatan terkait teknik posisi ergonomis saat akan mengangkat beban berat dan
penggunaan alat perlindungan diri.

5.2. Saran
Berikut saran yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kesehatan
pada pekerja home industry tahu dan tempe, diantaranya :
1. Menambahkan ketersediaan dan penggunaan alat perlindungan diri seperti
masker, sarung tangan sebagai upaya mencegah terjadinya gangguan kesehatan
seperti gangguan pernapasan dan luka akibat penggunaan alat-alat beresiko bagi
pekerja.
2. Penerapan posisi ergonomis dan peregangan saat bekerja agar terhindar dari
gangguan musculoskeletal.
3. Para pekerja disarankan untuk memeriksakan kesehatannya ke pelayanan
kesehatan rutin 3 bulan sekali.
4. Penerapan dilarang merokok didalam tempat kerja

36
DAFTAR PUSTAKA

Adil Kurnia, 2010,Workshop Workload Analysis Beban Kerja


http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/100155-beban-
kerja/#ixzz1IW4ZO2Mr.
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Di Unit Kerja Produksi Pengecoran
Logam. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Bambang Paulus WS. 2007, 22% Karyawan Masih Berkerja di Atas Standar Jam
Kerja. http://www.portalhr.com/.../lid675.html. Diakses 19.september
2016.
Buku Panduan Profesi Ners. (2018). Keperawatan Komunitas. Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Halajur, U. (2018). Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja. Malang: Wineka Media
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat
Kerja: Sarana untuk Produktivitas Pedoman pelatihan untuk manajer dan pekerja,
Modul Lima. International Labour Office. Jakarta: ILO.
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja: Sarana untuk Produktivitas Pedoman pelatihan untuk
manajer dan pekerja, Modul Lima. International Labour Office. Jakarta:
ILO.

37
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja: Sarana untuk Produktivitas Pedoman pelatihan untuk
manajer dan pekerja, Modul Lima. International Labour Office. Jakarta:
ILO.
Irzal. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana
KepmenTenaga Kerja nomorKep.463/1993 tentang Bulan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional.
Mubarak, Wahit Iqbal, 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV
Sagung seto.
Okananto, Adi (2014) Pengaruh pemberian peregangan (stretching) terhadap
Pengetahuan dan Sikap Dengan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja
peternakan sapid an kambing di Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Dunia Kesmas Volume 7. Nomor 4. Oktober 2018.
penurunan keluhan nyeri pinggang dan nyeri punggung bawah (low back
pain) pada pekerja bagian menjahit cv.vanilla production susukan
semarang. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Permatasari, H. (2010). Tinjauan Teori Keperawatan Kesehatan Kerja. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 13(2), 112-118.
Putut Hargiyarto. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pencegahan
Kecelakaan Kerja. http://www.eprints.uny.ac.id/1237/. Diakses 15 Maret
2019.
Ringgo Alfarisi, Nucky Nurhikmah Rahman, Tusy Triwahyuni. 2018. Hubungan
Sahab, Syukri. 1997. Manajemen Keselamatan Kerja. Jakarta
Saputro, V. A. 2015.Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan
Penggunaan
Sari, R.P.D. (2015). “Jurnal Ilmiah Teknik Industri”, Analisis Kecelakaan Kerja
dengan Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP)
(Study Kasus: PT. Mayatama Manunggal Sentosa). Vol. 14, No. 1, hal 24-
35.
Sayuti, Abdul Jalaludin. (2013). Manajemen Kantor Praktis. Bandung: Alfabeta.

38
Sedarmayanti. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (cetakan kelima). Bandung: PT
Refika Aditama.
Stanhope,M., & Lancaster, J. 2004. Community and Public Health Nursing. St.
Louis: The Mosby Year Book.
Suma’mur, 2009. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). Jakarta :
Sagung Seto
Swarjana, I.K. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: CV.
Andi Offset

39
LAMPIRAN

40
41
42
LAMPIRAN DOKUMENTASI

43
44

Anda mungkin juga menyukai