Anda di halaman 1dari 24

1 BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lokasi Industri adalah tempat dimana suatu industri melakukan kegiatan fisiknya. Pada
umumnya yang dimaksud dengan lokasi industri adalah pabrik/tempat memproduksi barang atau
jasa. Penentuan lokasi industri bertujuan untuk memperbesar keuntungan dengan jalan menekan
biaya masukan, dan transportasi. Pasar merupakan faktor penentu besar atau kecilnya jumlah
barang atau jasa yang terjual. Lokasi industri dalam pembangunan daerah ataupun pembangunan
wilayah harus diperhitungkan secara cermat dan ditentukan secara tepat, agar kegiatan
pembangunan industrinya dapat terlangsung efektif dan efisien. Proses penentuan lokasi industri
optimal sangat berkait dengan "faktor lokasi", karena "faktor lokasi" ini akan memberikan
persyaratan lokasi optimal bagi kelangsungan kegiatan industri pada suatu wilayah. Dengan
lokasi optimal tersebut dimungkinkan kegiatan indutri dapat berada pada suatu lokasi industri
yang tepat, dan dapat berkembang dengan baik (Arsyad, 1997).

Lokasi suatu industri berada, selain memperlihatkan karakteristik dari kegiatan


industrinya juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri tersebut. Banyak faktor
yang mempengaruhi keberadaan lokasi suatu industri. Karena itu, pengambilan keputusan dalam
merencanakan lokasi industri harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemilihan lokasi yang strategis merupakan kerangka
kerja yang presfektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil. Artinya, lokasi
tersebut harus memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah
akses yang ada. Semakin strategis suatu lokasi industri, berarti akan semakin besar peluang
keuntungan yang akan diperoleh. Dengan demikian, tujuan penentuan lokasi industri yaitu untuk
memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih pangsa pasar yang lebih
luas.

Kawasan Sektor industri di Kabupaten Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi
yang berdekatan dengan pusat bisnis kawasan Indonesia Timur (Surabaya), dekat dengan
Pelabuhan Laut Tanjung Perak maupun Bandar Udara Juanda, memiliki sumber daya manusia
yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan yang relatif stabil menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Sidoarjo.
Suatu lokasi industri/pabrik tentu harus mempertimbangkan dan memperhatikan faktor-
faktor dalam rencana lokasi, faktor-faktor mana saja yang lebih dominan mempengaruhi dalam
penentuan lokasi yang mendukung pada kelancaran operasi produksi perusahaan hendaknya
menjadi fokus utama. Maka dari itu laporan ini berusaha untuk menjabarkan lokasi-lokasi mana
saja yang dapat dijadikan sebagai lokasi industri yang sesuai dari faktor-faktor yang telah
ditentukan dengan menggunakan aplikasi GIS.

1.2 Rumusan Masalah


Pertumbuhan kawasan industri yang begitu pesat tanpa adanya penataan yang terarah dan
didukung tidak adanya pedoman yang mengatur secara spesifik lokasi dapat mengakibatkan
terjadinya penumpukan di titik-titik tertentu sehingga dapat menimbulkan persaingan yang tidak
sehat. Oleh karena itu dalam menentukan lokasi peletakan/pembangunan industri perlu
mempertimbangkan faktor-faktor dan kriteria penentuan lokasi industri sehingga didapatkan
keuntungan yang optimum bagi industri tersebut. Selain itu perlu adanya identifikasi faktor dan
kriteria utama apa saja yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi suatu industri.

1.3 Tujuan Dan Sasaran


Adapun tujuan dan sasaran yang akan dibahas dalam penelitian dapat dilihhat dalam sub
bab dibawah ini:

1.3.1 Tujuan
1. Melakukan kajian terhadap lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo

2. Menentukan faktor-faktor yang menjadi penetuan lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo

3. Menentukan Lokasi yang sesuai Industri Kecil Menengah di Kabupaten Sidoarjo

1.3.2 Sasaran
1. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi penentu lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo

2. Analisis penetuan lokasi industry di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan faktor-faktor yang telah
diidentifikasi
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kabupaten Sidoarjo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu
kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik
di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di
barat. Bersama dengan Gresik, Sidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya,
dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila. Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu
penyangga Ibu kota Provinsi Jawa Timur merupakan daerah yang mengalami perkembangan
pesat. Keberhasilan ini dicapai karena berbagai potensi yang ada di wilayahnya seperti industri
dan perdagangan, pariwisata, serta usaha kecil dan menengah dapat dikemas dengan baik dan
terarah. Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber daya manusia yang
memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah
strategis bagi pengembangan perekonomian regional, dengan terdiri atas 18 kecamatan, yang
dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kota kecamatan lain yang cukup besar di
Kabupaten Sidoarjo di antaranya Taman, Krian, Wonoayu, Candi, Porong, Gedangan, Tarik,
Sidoarjo dan Waru. Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112o5’ dan 112o9’ Bujur Timur dan
antara 7o3’ dan 7o5’ Lintang Selatan.

Kondisi fisik dasar dari Kabupaten Sidoarjo antara lain: topografi Kabupaten Sidoarjo
Dataran Delta dengan ketinggian antar 0 s/d 25 m, ketinggian 0-3m dengan luas 19.006 Ha,
meliputi 29,99%, merupakan daerah pertambakkan yang berada di wilayah bagian timur Wilayah
Bagian Tengah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut merupakan
daerah pemukiman, perdagangan dan pemerintahan. Meliputi 40,81 %. Wilayah Bagian Barat
dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut merupakan daerah pertanian. Meliputi
29,20%. Hidologi Kabupaten Sidoarjo Daerah air tanah, payau, dan air asin mencapai luas
16.312.69 Ha. Kedalaman air tanah rata-rata 0–5 m dari permukaan tanah, terletak di antara dua
aliran sungai yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas
yang berhulu di kabupaten Malang. Klimatologi Kabupaten Sidoarjo beriklim topis dengan dua
musim, musim kemarau pada bulan Juni sampai Bulan Oktober dan musim hujan pada bulan
Nopember sampai bulan Mei. Jenis tanah Alluvial kelabu seluas 6.236,37 Ha Assosiasi Alluvial
kelabu dan Alluvial Coklat seluas 4.970,23 Ha Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha
Gromosal kelabu Tua Seluas 870,70 Ha.
Perikanan, industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama Sidoarjo. Selat
Madura di sebelah Timur merupakan daerah penghasil perikanan, di antaranya Ikan, Udang, dan
Kepiting. Logo Kabupaten menunjukkan bahwa Udang dan Bandeng merupakan komoditi
perikanan yang utama kota ini. Sidoarjo dikenal pula dengan sebutan "Kota Petis". Sektor
industri di Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi yang berdekatan dengan pusat bisnis
Jawa Timur (Surabaya), dekat dengan Pelabuhan Tanjung Perak maupun Bandara Juanda,
memiliki sumber daya manusia yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan yang
relatif stabil menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Sidoarjo. Sektor industri
kecil juga berkembang cukup baik, di antaranya sentra industri kerajinan tas dan koper di
Tanggulangin, sentra industri sandal dan sepatu di Wedoro - Waru dan Tebel - Gedangan, sentra
industri kerupuk di Telasih - Tulangan.

1.4.2 Ruang Lingkup Materi


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah
jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Dalam Undang-Undang Perindustrian
Nomor 5 Tahun 1984, disebutkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancangan bangun dan
perekayasaan industri.

Pada prinsipnya lokasi industri dapat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi meski
pertimbangan non ekonomi juga dapat memengaruhi lokasi beberapa unit industri.
Memaksimalkan keuntungan adalah tujuan paling penting dalam menentukan lokasi untuk
mendirikan industri atau usaha.
1.5 Kerangka Teoritis Dan Sintesa Variabel
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.
Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Secara khusus, teori adalah
seperangkat konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan
sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.

Menurut Snelbecker ada tiga fungsi teori dalam penelitian. Pertama, sebagai pensistematiskan
temuan-temuan penelitian. Kedua, sebagai pendorong untuk menyusun hipotesis. Dan dengan
hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban serta membuat ramalan-ramalan atas
dasar penemuan. Ketiga, sebagai penyaji penjelasan dalam menjawab pertanyaan. Jika
dijabarkan ada tujuh fungsi teori dalam penelitian yaitu:

o Sebagai penyusun generalisasi atas fakta-fakta

o Menjadi kerangka orientasi untuk pengumpulan, pengolahan, dan analisa data

o Pembuat prediksi terhadap fenomena baru yang akan terjadi

o Pengawas lowongan dalam pengetahuan dengan cara deduksi

o Sebagai rujukan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian

o Sebagai kerangka penalaran logis

Sementara sintesis variable adaah kegiatan yang dilakukan dengan merujuk pada refrensi-
refrensi lain sebagai bahan untuk menentukan variable-variabel yang akan diteliti sehingga
penelitian dapat dilakukan. Dapat dilihat pada tabel berikut sintesa variabel:
No Jurnal Kriteria/Standar Teknis dari Jurnal Kriteria/Standar Teknis yang digunakan
1 Guspradana, F. 2014. Faktor-Faktor Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
Penentu Lokasi Sentra Industri Gula penentuan lokasi pada studi kasus di jurnal
Kelapa (Studi Kasus: Di Wilayah ini yaitu :
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar).  Biaya angkut hasil produksi
Universitas Brawijaya. Malang.  Ketersediaan tenaga kerja
 Kedekatan bahan baku
 Kedekatan pasar
 Aksesibilitas pasar
 Harga sewa tanah
2 Jurnal Teknik ITS Vol.7 No. 1 (2018), Kriteria pemilihan lokasi kawasan industry
2337-3520 (2301-928X Print) : Penentuan dari Permen Perindustrian no 30 tahun 2010
Lokasi Kawasan Industri Tekstil Terpadu memperhatikan :
di Kabupaten Majalengka  Kemiringan lereng
 Jringan jalan 1. Kemiringan Lereng
 Jaringan listrik 2. Jarak Terhadap Jalan
 Jaringan air bersih 3. Penggunaan Lahan
 Jaringan drainase 4. Jenis Tanah
 Kawasan bencana longsor 5. Jarak Terhadap Sungai
 Harga lahan
 Pengguna lahan
 Jenis tanah
3 Penentuan Lokasi Potensial Untuk Penelitian ini menggunsakan enam
Pengembangan Kawasan Industri parameter yang menunjang dalam
Menggunakan Sistem Informasi Geografis pengembangan kawasan industri, yaitu
Di Kabupaten Boyolali • kemiringan lereng,
Oleh: Wahyu Satya Nugraha, Sawitri • penggunaan lahan,
Subiyanto, Arwan Putra Wijaya • jenis tanah, jarak terhadap jalan,
Program Studi Teknik Geodesi Fakultas • jarak terhadap sungai,
Teknik Universitas Diponegoro • jarak pusat perdagangan dan
• infrastruktur.
No Jurnal Kriteria/Standar Teknis dari Jurnal Kriteria/Standar Teknis yang digunakan
4 Penentuan Alternatif Lokasi Industri Variabel yang digunakan pada penelitian
Pengolahan Sorgum di Kabupaten inin adalah sebagai berikut.
Lamongan .1. Bahan Baku Yaitu ketersediaan bahan
baku dan kontinuitas bahan baku yang ada
Oleh: Nanda Gayuk Candy, dan Adjie di wilayah penelitian.
Pamungkas Jurusan Perencanaan Wilayah 2. Kondisi Lahan Yaitu lahan yang sesuai
dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan untuk Industri dilihat dari kelerengan dan
Prencanaan, Institut Teknologi Sepuluh jenis tanah di wilayah penelitian
Nopember (ITS) 3. Tenaga Kerja
Penentuan Yaitu ketersediaan tenaga kerja
yang dapat mendukung kegiatan produksi
4. Pemasaran Yaitu besarnya permintaan
pasar terhadap hasil produksi dan juga jarak
antara lokasi produksi dengan lokasi
1. Kemiringan Lereng
pemasaran.
2. Jarak Terhadap Jalan
5. Rencana Tata Ruang Yaitu arahan
3. Penggunaan Lahan
wilayah pengembangan industri yang sesuai
4. Jenis Tanah
dengan RTRW Kabupaten Lamongan.
5. Jarak Terhadap Sungai
6. Fasilitas Penunjang Yaitu jumlah pasar
yang ada pada tiap-tiap kecamatan.
7. Kecukupan Infrastruktur Yaitu Kebutuhan
dan ketersediaan listrik, air, dan jalan untuk
proses produksi.
5 Kombinasi Sistem Pendukung Keputusan Dan Sistem pendukung keputusan terdiri dari 4
Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan komponen utama, yaitu:
Lokasi Industri Di Kudus
a. Subsistem manajemen data berfungsi
Oleh: Noor Yulita Dwi Setyaningsih Fakultas sebagai memasukkan suatu database yang
Teknik, Program Studi Teknik Elektro Universitas berisi data yang relevan untuk situasi dan
Muria Kudus dikelola oleh perangkat lunak yang disebut
sistem manajemen database (DBMS).
Knowledge Base berisi semua fakta, ide,
hubungan dan interakasi suatu domain
No Jurnal Kriteria/Standar Teknis dari Jurnal Kriteria/Standar Teknis yang digunakan
tertentu.
b. Subsistem manajemen basis pengetahuan
bertugas untuk mendukung semua subsistem
lain atau bertindak sebagai suatu komponen
independen dan memberikan intelegensi
untuk memperbesar pengetahuan pengambil
keputusan.
c. Subsistem manajemen model merupakan
paket perangkat lunak yang memasukkan
model keuangan statistik, ilmu manajemen
atau model kuantitatif lainnya yang
memberikan kapabilitas analitik dan
manajemen perangkat lunak yang tepat.
d. Subsistem antar muka pengguna (dialog)
untuk mengimplementasikan sistem
kedalam program aplikasi sehingga
pengguna atau pemakai dapat
berkomunikasi dengan sistem yang
dirancang.

Sistem Informasi Geografis dalam


penentuan lokasi industry di Kudus
memerlukan data-data sebagai berikut:
Kriteria jarak kota, luas lahan, kemiringan
lahan, , dan kepadatan penduduk yang
diproses menggunakan metode TOPSIS
(Similarity to Ideal Solution)
1.6 Sistematika Pembahasan
Berikut adalah sistematika pembahasan dalam laporan “Penentuan Lokasi Industri Kecil
dan Menengah di Kabupaten Sidoarjo”:

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, ruang lingkup, tinjauan
pusataka, kerangka teoritis dan sintesa variabel, serta sistematika pembahasan.

BAB II : KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

Berisi penjelasan nmengenai tinjauan pustaka dari laporan ini, diantaranya membahas
pengertian mengenai industry, refrensi terhadap teori industry yang diguanakan, penjelasan
mengenai faktor-faktor apa sajakah yang menentukan lokasi industry di Kabupaten Sidoarjo,
serta yang terakir adalah kriteria-kriteria dari penentuan lokasi industry apasajakah yang
digunakan.

BAB III: METODE PENELITIAN

Untuk melakukan suatu penelitian yang benar dan tepat, maka diperlukan sebuah metode
penelitian yang tersusun sistematis. Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, tahapan
pengumpulan data, penentuan sampel data, serta metode analisa data. Ini sebagai bentuk usaha
agar data yang diperoleh akan valid, sehingga penelitian ini layak dan bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya.

BAB IV: GAMBARAN UMUM

BAB V: ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUP
1.7 Kerangka Pemikiran

Latar Belakang

Suatu lokasi industri/pabrik harus mempertimbangkan dan memperhatikan faktor-faktor


dalam rencana lokasi, serta penentuan lokasi yang mendukung pada kelancaran operasi
produksi perusahaan hendaknya menjadi fokus utama.

Tujuan

1. Melakukan kajian terhadap lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo


2. Menentukan faktor-faktor yang menjadi penetuan lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo
3. Menentukan Lokasi yang sesuai Industri Kecil Menengah di Kabupaten Sidoarjo

Sasaran

1. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi penentu lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo


2. Analisis penetuan lokasi industry di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan faktor-faktor
yang telah diidentifikasi

Tinjauan Teori

IDENTIFIKASI WILAYAH STUDI

Analisis Penentual Lokasi Industri dengan mempertimbangkan: Kemiringan Lereng, Jarak


terhadap Jalan, Jarak terhadap Permukiman, Jenis Tanah, Jarak terhadap Sungai

Dari hasil analisis penentuan lokasi industri kecil dan menengah dapat diketahui mana
lokasi yang sanagat sesuai. cukup sesuai, dan tidak sesuai dalam menentukan lokasi
industri kecil dan menengah di Kabupaten Sidoarjo dan faktor-faktor apa saja dalam
menentukan lokasi industri kecil dan menengah di Kabupaten Sidoarjo
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Industri


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah
jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil
industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Contoh hasil industri yang
berbentuk jasa adalah pada asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi (pengiriman barang), dan
lain sebagainya. Dalam Undang-Undang Perindustrian Nomor 5 Tahun 1984, disebutkan bahwa
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya
termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri.

Tujuan-tujuan dari pembangunan industri antara lain untuk: Menciptakan dan


memperluas lapangan kerja, Memperkokoh struktur ekonomi nasional, Memberi dan
meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, Mengurangi ketergantungan pada
barang-barang impor, Menghasilkan dan menghemat devisa negara, Memenuhi kebutuhan
masyarakat akan bahan-bahan hasil industri baik barang pangan, sandang ataupun bahan
bangunan, Syarat-syarat pembanguan industry, Memiliki modal yang cukup, Ketersediaan bahan
mentah dan bahan setengah jadi yang melimpah, Tersedianya tenaga kerja baik tenaga ahli
maupun tenaga kerja terampil, Adanya permintaan dari pasar, Proses pengolahan dan pemasaran
yang baik, Transportasi yang lancar dan memadai, Situasi politik yang mendukung dan
keamanan yang terjamin.

Pada dasarnya penggolongan tempat industri sangat penting dilakukan guna untuk
menjaga keharmonisan suatu lingkungan yang akan dipengaruhi oleh adanya kegiatan industri.
Di bawah ini penggolongan lokasi industri berdasarkan pemilihan lokasi :

1. Market Oriented Industry

Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini
akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar
akan semakin menjadi lebih baik.
2. Man-power Oriented Industry

Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat permukiman penduduk karena biasanya jenis
industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.

3. Supply Oriented Industry

Adalah jenis industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau
memotong biaya transportasi yang besar.

Berdasarkan lokasinya, Industri dikelompokan menjadi 3 sebagai berikut :

Pengelompokan Lokasi Industri Besar dan Menengah

• Kompleks Industri

Lokasi industri yang berlokasi di luar kota dan jauh dari permukiman penduduk, terutama untuk
menampung industri-industri dasar dan lebih dikenal dengan istilah Kompleks Industri yang
menjadi inti Zona Industri.

Estat Industri (Industrial Estate)

Lahan yang dipersiapkan secara khusus guna menampung industri-industri yang bersifat
manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat, dengan luasan yang cukup memadai
bagi pengembangan sistem kegiatan industri yang terintegrasi yang lokasinya masih di dalam
radius pelayanan sarana dan prasarana perkotaan.

• Lahan Peruntukan Industri/Kawasan Industri (Umum)

Lokasi industri yang telah ditetapkan dalam Master Plan suatu daerah / kota yang biasanya
terletak pada jalur jalan regional di luar wilayah yang dapat bersifat pertumbuhan pita atau
plotting setempat dan masih berbaur dengan kegiatan lain secara lebih teratur.
• Kawasan Berikat

Lokasi industri yang berlokasi pada areal yang mempunyai tingkat aksesbilitas tinggi baik dari
dan ke pelabuhan maupun airport, mempunyai ketentuan-ketentuan pabean khusus dan
dimaksudkan untuk proses pengolahan manufaktur dan pergudangan berorientasi ekspor

Pengelompokan Lokasi Industri Kecil

• Permukiman Industri Kecil

Lokasi industri kecil yang biasanya berbaur dengan permukiman para pengusaha dan pengrajin
dalam tingkat aglomerasi yang cukup besar dari beraneka ragam jenis industri kecil terkait,
terletak di daerah pinggiran kota (daerah semi urban).

• Sentra Industri Kecil

Lokasi industri kecil, berbaur atau tidak berbaur dengan daerah permukiman para pengrajin
dalam jumlah relatif kecil atau industri-industri sejenis dan terletak di dalam kota atau di
pedesaan.

• Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK)

Tempat-tempat usaha industri kecil yang dikelompokkan dan disediakan oleh suatu badan
tertentu yang berupa los-los kerja. Sarana usaha industri kecil tersebut dimaksudkan untuk
menunjang dan bekerjasama secara langsung dengan industri besar, biasanya terletak di dalam
suatu estate industri.

2.2 Teori Lokasi Industri


Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumber-sumber yang
potensial serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam
usaha/kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006). Dibutuhkan adanya suatu
analisis mengenai konsep dasar teori lokasi dalam menentukan lokasi industri, dimana dengan
adanya konsep dasar tersebut dapat menjadi prinsip dalam pemilihan lokasi yang terbaik dan
menguntungkan secara ekonomi bagi industri itu sendiri. Berikut ini dijelaskan tentang teori
lokasi dalam penentuan lokasi industri yang dikemukakan oleh para Weber serta beberapa ahli.
Dalam penentuan lokasi industri, ada beberapa teori yang dapat digunakan salah satunya adalah
teori weber. Teori ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan penentuan lokasi industri atau
sebagai landasan. Namun pada penerapannya, teori tersebut harus disesuaikan dengan kondisi
eksisting wilayah penelitian. Alfred Weber (1929), seorang ekonom Jerman. Dalam bukunya
yang berjudul “Uber den Standort der Industrien” (About the location of industries) atau
mengenai Lokasi Industri. Weber mencetuskan teori yang berkaitan dengan least cost location,
yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya
yang paling minimal, yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja minimum,
yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip teori Weber adalah
bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya
paling murah atau minimal (least cost location)”.

Prinsip tersebut didasarkan pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu:

1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan penduduk
yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM)

2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah.

3. Upah tenaga kerja.

4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot bahan
mentah dan lokasi bahan mentah)

5. Persaingan antarkegiatan industri.

6. Manusia berpikir secara rasional

Weber mengemukakan teori lokasi industri dengan prinsip “penentuan lokasi industri
ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least
cost location)”. Pada konsepnya berupa segitiga lokasional, Weber menunjukkan bahwa fungsi
tujuan adalah meminimalkan biaya transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang
harus diangkut (input dan output). Jika muncul kondisi di mana pada proses produksi
menimbulkan penyusutan berat barang (weight loosing process), lokasi optimal akan berada pada
sumber bahan baku, sedangkan jika muncul kondisi di mana pada proses produksi menimbulkan
peningkatan berat barang (weight gainning process), lokasi optimal akan berada di dekat pasar.

Sehingga menurut Weber, penentuan lokasi industri optimal adalah dengan melihat letak
sumber bahan baku dan pasar dalam upaya menekan biaya transportasi dengan
mempertimbangkan berat bahan baku dan berat barang jadi, dengan tiga variable penentu, yaitu
titik material (bahan baku), titik konsumsi (pasar), dan titik tenaga kerja.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lokasi Industri


Pada dasarnya penentuan lokasi industri mendasarkan pada teori “tempatkanlah pada titik
geografis yang paling banyak memberikan kesempatan perusahaan untuk mencapai tujuannya”
(Sigit, 1987). Faktor Lokasi adalah kualitas suatu wilayah yang terkait dengan daya tarik wilayah
tersebut terhadap keputusan investasi dari calon investor yang sudah ada. Banyak faktor yang
digunakan ssebagai bahan pertimbangan untuk menentukan di manakah seharusnya lokasi yang
tepat, Menurut Sigit (1987) faktor-faktor yang digunakan sebagai dasar pertimbangan yaitu :

1. Pasar

Masalah pasar tidak boleh diabaikan sama sekali. Masalah pasar yang harus diteliti
terlebih dahulu, jauhu dekatnya dengan perusahaan, kualitas dan kuantitas barang yang dierlukan
oleh pasar dan ekuatan daya beli masyarakat akan jenis barang yang diproduksi.

2. Bahan Baku Bahan baku

Sangat erat kaitannya dengan faktor biaya prduksi. Lokasi perusahaan haruslah di tempat
yang biaya bahan baku relatif paling murah.

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja harus diperhatkan terutama bagi perusahaan yang padat karya atau
perusahaan yang biaya produksinya terdiri atas biaya tenaga kerja.
4. Transportasi

Letak perusahaan juga ditentukan oleh faktor transportasi yang menghubungkan lokasi
dengan pasar, lokasi dengan bahan baku dan lokasi dengan tenaga kerja.

5. Pelayanan Bisnis

Faktor-faktor sumber tenaga, listrik, air, keadaan, iklim, juga fasilitass komunikasi,
perbankan dan pelayanan teknis seperti reparasi juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan
lokasi.

6. Inducment setempat

seperti pemberian insentif dan disinsentif

7. Sifat perusahaan

seperti perusahaan yang menghasilkan barang mudah meledak dan polutan yang
berbahaya

8. Kemungkinan lain

sepperti bahaya alam misalanya banjir, tanah longsor dan bahaya sosial misalnya
tantangan dari masyarakat.

Pendapat lain mengenai penentuan lokasi industri dikemukakan oleh Weber, dalam
Tarigan (2005) bahwa lokasi industri didasarkan atas prinsip minimasi biaya. Terdapat 3 faktor
yang menjadi alasan perusahaan pada industri dalam menentukan lokasi, yaitu :

1. Biaya transportasi Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak, sehingga
titik terndah untuk biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk
angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Konsep titik minimum tersebut dinyatakan
seabagai segitiga lokasi atau locational triangel.
2. Biaya Upah Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang lebih
rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja cenderungmencari lokasi
dengan konsentrasi upah yang lebih tinggi.

3. Keuntungan dari konsentarasi industri secara spasial Konsentrasi spasial akan menciptakan
keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan enghematan urbanisasi. Penghematan
lokasi terjadi apabila biaya produksi total dari industri tersebut meningkat. Hal ini terjadi pada
perusahaan/industri yang berlokasi secara berdekatan. Penghematan urbanisasi terjadi bila biaya
produksi suatu perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan pada berbagai tingkat
aktivita ekonomi dalam wilayah yang sama meningkat. Penghematan karena berlokasi di wilayah
yang sama ini terjadi akibat skala perkonomian kota yang bear dan hukum akibat skala suatu
jenis industri.

2.4 Kriteria Lokasi Industri


Berdasarkan jurnal yang diperoleh terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam
menentukan lokasi Industri. Dalam penelitian ini telah ditentukan beberapa kriteria yang
berpengaruh pada penentuan lokasi kawasan industri berdasarkan literatur yang telah didapat
atas hasil sintesa variable seperti yang telah diidentifikasi pada bab I. Adapun kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan lokasi industri adalah kemiringan lereng, jarak jalan utama, jarak
pusat perdagangan dan fasilitas umum, penggunaan lahan, jenis tanah, untuk indikator,
parameter, dan skor dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemiringan Lereng

Pemilihan lokasi peruntukan kegiatan industri ini hendaknya pada areal lahan yang
memiliki topografi yang relatif datar. Kemiringan lereng pada industri berada pada topografi
(kelerengan lahan 0 – 30 %).

No. Kriteria Indikator Parameter Skor


Sangat Sesuai 0-8% 3
1 Kemiringan Lereng Cukup Sesuai 0-15% 2
Tidak Sesuai >15% 1
2. Jarak Terhadap Jalan

Jaringan jalan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam
rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian (aksesbilitas) baik dalam
penyedian bahan baku, pergerakan manusia dan pemasaran hasil-hasil produksi. Jaringan jalan
yang baik untuk kegiatan industri, harus memperhitungkan kapasitas dan jumlah kendaraan yang
akan melalui jalan tersebut sehingga dapat diantisipasi sejak awal kemungkinan terjadinya
kerusakan jalan dan kemacetan. Jalan utama dalam penelitian ini berdasarkan pada RTRW
Kabupaten Sidoarjo adalah jalan tol, jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor
primer, dan jalan lokal primer.

No. Kriteria Indikator Parameter Skor


Sangat Sesuai < 5 Km 3
2 Jarak Terhadap Jalan Cukup Sesuai 5 Km 2
Tidak Sesuai > 5 Km 1

3. Jarak Terhadap Permukiman

Keberadaan permukiman dalam penentuan lokasi industri sebagai pertimbangan hasil


produksi industri dipasarkan kemana, semakin dekat dengan permukiman semakin besar hasil
produksi yang dapat dipasarkan

No. Kriteria Indikator Parameter Skor


Sangat Sesuai < 2 Km 3
Jarak Terhadap
3 Cukup Sesuai 2 Km 2
Permukiman
Tidak Sesuai > 2 Km 1

4. Jenis Tanah

Komponen struktur tanah dapat mempengaruhi kesuburan suatu wilayah. Dengan struktur
tanah juga dapat digunakan untuk mengetahui kandungan galian yang ada dalam tanah. Wilayah
yang subur akan cocok digunakan untuk pertanian ataupun kawasan industri dengan bahan baku
dari hasil pertanian.

No. Kriteria Indikator Parameter Skor


Alluvial,
Sangat Sesuai gleiplanasol,hidomorf 3
kelabu, laterita, latosol
4 Jenis Tanah Brown forest soil. Non
Cukup Sesuai 2
calsic brown, mediteran
Regosol, litosol,
Tidak Sesuai 1
organosol, renzina

5. Jarak Terhadap Sungai

Dengan mengetahui jaringan sungai yang ada, maka pengembangan suatu kawasan
industri dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jarak kawasan terhadap sungai. Karena
sungai memiliki peranan penting untuk kegiatan industri yaitu sebagai sumber air dan tempat
pembuangan akhir limbah industri.

No. Kriteria Indikator Parameter Skor


Sangat Sesuai < 5 Km 3
5 Jarak Terhadap Sungai Cukup Sesuai 5 Km 2
Tidak Sesuai > 5 Km 1

Dalam penelitian ini pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi potensial


pengembangan kawasan dan permukiman dilakukan dengan menggunakan proses skoring /
memberikan nilai pada kriteria berdasarkan skor dari bobot yang dimiliki masing-masing
parameter.

Dengan dilakukannya analisa pembobotan faktor dan kriteria bisa lebih memudahkan
faktor dan kriteria apa yang lebih dominan dan harus diperhatikan agar pembanguan lokasi
industri bisa tepat sasaran. Setelah melakukan pembobotan kriteria bisa melakukan analisis lagi
menggunakan teknik overlay pada software SIG Arcgis untuk mengetahui luas, lokasi dan
klasifikasi wilayah yang sesuai untuk dijadikan sebagai wilayah industri.
3 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode kuantitatif ini dilakukan dengan pendekatan
spasial/keruangan yang bertujuan untuk memproses data berupa angka, yaitu kemiringan lereng,
jarak terhadap jalan, jarak terhadap permukiman, jenis tanah, serta jarak terhadap sungai, yang
didapat tidak langsung (data sekunder) selanjutnya dianalisa menjadi informasi tentang
situasi atau kondisi di Kabupaten Sidoarjo yang didasarkan pada fakta-fakta yang
diperoleh. Metode kuantitatif dengan pendekatan spasial ini digunakan karena bertujuan
dalam menentukan lokasi industri kecil menengah di Kabupaten Sidoarjo.

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentanghal tersebut, kemudian
ditarikkesimpulan (Sugiyono,2013: 38).Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat
diklasifikasikan menjadi:(1)variabel independen (bebas),yaitu variabel yang menjelaskan dan
memengaruhi variabel lain, dan (2)variabel dependen (terikat),yaitu variabel yang dijelaskan dan
dipengaruhi oleh variabel independen.

Adapun dalam menentukan lokasi industri kecil menengah di Kabupaten Sidoarjo,


variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

No. Variabel Indikator Parameter Skor

Sangat Sesuai 0-8% 3


1 Kemiringan Lereng Cukup Sesuai 9-15% 2
Tidak Sesuai >15% 1
Sangat Sesuai < 5 Km 3
2 Jarak Terhadap Jalan Cukup Sesuai 5 Km 2
Tidak Sesuai > 5 Km 1
Sangat Sesuai < 2 Km 3
3 Jarak Terhadap Permukiman Cukup Sesuai 2 Km 2
Tidak Sesuai > 2 Km 1
Alluvial,
Sangat Sesuai gleiplanasol,hidomorf
kelabu, laterita, latosol 3
4 Jenis Tanah Brown forest soil. Non
Cukup Sesuai
calsic brown, mediteran 2
Regosol, litosol,
Tidak Sesuai
organosol, renzina 1
Sangat Sesuai < 5 Km 3
5 Jarak Terhadap Sungai Cukup Sesuai 5 Km 2
Tidak Sesuai > 5 Km 1

3.3 Tahapan Pengumpulan Data


Pengumpulan data ditujukan untuk menentukan lokasi industri kecil menengah di
Kabupaten Sidoarjo. Adapun pengumpulan data meliputi:

1. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari dinas-dinas setempat yang terkait dengan data yang
diperlukan. Adapun data sekunder yang diperlukan untuk menentukan lokasi industri kecil
menengah di Kabupaten Sidoarjo meliputi:

- Data Kemiringan Lereng


- Data Jarak Lokasi Terhadap Jalan
- Data Jarak Terhadap Permukiman
- Data Jenis Tanah
- Data Jarak Terhadap Sungai

2. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer melalui survey langsung ke lokasi untuk mendapatkan


gambaran mengenai kondisi eksisting, serta wawancara langsung dengan masyarakat sekitar.
3.4 Alat Analisis Data
Basis Data Spasial merupakan basis data pada umumnya, namun yang menawarkan tipe
data spasial (spatial data type) pada model datanya dan bahasa permintaan Sedangkan dalam
implementasinya tipe data spasial ini menyediakan setidaknya pengindeksan spasial dan
algoritma yang efisien untuk penggabungan spasial. Dalam Basis Data Spasial disediakan
teknologi basis data yang dapat menggabungkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan
aplikasi lainnya. Adapun aplikasi basis data spasial yang dapat membawa perkembangan lebih
lanjut adalah Sistem Informasi Geografis. (SIG) (Gunting, 1994,p1).

Dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan software SIG atau Geographic


Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis
komputer yang berguna dalam melakukan pemetaan serta analisis berbagai hal dan peristiwa
yang terjadi di atas permukaan bumi (Bonham-Carter, 2002). Teknologi SIG mengintegrasikan
operasi basis data dan analisis statistik dengan visualisasi yang unik serta analisis spasial yang
ditawarkan melalui bentuk peta digital. Kemampuan tersebutlah yang membedakan SIG dengan
Sistem Informasi lain, sehingga membuat SIG lebih bermanfaat dalam memberikan informasi
yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil, dan untuk perencanaan strategis.

Demikian juga dalam menyimpulkan kesesuaian lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo telah
dimanfaatkan SIG untuk menghasilkan peta tematik (thematic map) dan peta akhir (final map)
berupa peta lokasi industry kecil menengah di Kabupaten Sidoarjo

3.5 Metode Analisa Data


Langkah-langkah penelitian dalam menentukan lokasi industri kecil menengah di
Kabupaten Sidoarjo adalah seperti tertera di bawah:

3.5.1 Teknik Analisi Delphi


Teknik Delphi adalah metode yang banyak digunakan dan diterima untuk
mengumpulkan data dari responden dalam domain penelitian mereka. Teknik ini dirancang
sebagai proses komunikasi kelompok yang bertujuan untuk mencapai konvergensi pendapat
tentang isu isu nyata. Proses Delphi telah digunakan di berbagai bidang studi seperti perencanaan
program, penilaian assesment, penetuan kebijakan, dan pemanfaatan sumber daya untuk
mengembangkan berbagai alternatif, menjelajahi atau mengekspos yang mendasari asumsi, serta
berkorelasi penilaian pada suatu topik yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Teknik Delphi
cocok sebagai metode untuk pembangunan konsensus dengan menggunakan serangkaian
kuesioner dikirimkan menggunakan beberapa iterasi untuk mengumpulkan data panel dari
subyek yang dipilih. Untuk laporan ini penggunaan metode analisa teknik Delphi digunakan
menentukan faktor-faktor yang menjadi penetuan lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo.

3.5.2 Weighted Overlay


Overlay merupakan salah satu tools yang dapat digunakan dalam menentukan bagaimana
skor suatu aspek jika di pengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Dalam hal ini metode yang baik
dalam menentukan bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang menjadi objek
pengukuran adalah dengan menggunakan bobot dan skoring. Pada aplikasi ArcMap terdapat
tools yang dapat mengakommodasi keperluan seperti ini yaitu weighted overlay

Metode weighted overlay merupakan analisis spasial dengan menggunakan teknik


overlay beberapa peta yang berkaitan dengan factor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian
kerentanan. Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Geographic Information
System (GIS) (Chandra dan Rima, 2013). Operasi spasial tersebut merupakan operasi tumpang
susun (overlay), dalam prosesnya operasi tumpang susun adalah adalah suatu proses penyatuan
data spasial dan merupakan salah satu fungsi efektif dalam SIG yang digunakan dalam analisa
keruangan. Sedangkan metode yang digunakan adalah weighted overlay (ESRI, 2007). Weighted
overlay merupakan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan
dan menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Weighted overlay
memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang ditentukan dalam sebuah proses
pemilihan kesesuaian (Sofyan, dkk., 2010).

Dalam penggunaan nya metode ini mengggunakan data raster yang memiliki satuan
terkecil berupa pixel sehingga dapal skoring dan pembobotan setiap pixel akan memiliki nilainya
masing-masing. Overlay beberapa raster menggunakan skala pengukuran umum dan bobot
masing-masing sesuai dengan kepentingannya. Penggunaan Weighted Overlay :

Semua raster input harus integer. Sebuah raster floating-point terlebih dahulu harus
dikonversi ke raster bilangan bulat sebelum dapat digunakan dalam Overlay tertimbang.
Perangkat Reklasifikasi menyediakan cara yang efektif untuk melakukan konversi.
Setiap kelas nilai dalam raster input diberi nilai baru didasarkan pada skala evaluasi.
Nilai-nilai baru reklasifikasi yang asli nilai raster input. Nilai yang terbatas digunakan untuk area
yang ingin Anda kecualikan dari analisis.

Setiap raster input tertimbang menurut kepentingan atau pengaruhnya persen nya. Berat
adalah persentase relatif, dan jumlah dari persen pengaruh bobot harus sama 100.

Mengubah skala evaluasi atau pengaruh persentase dapat mengubah hasil analisis overlay
tertimbang.

Anda mungkin juga menyukai