PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lokasi Industri adalah tempat dimana suatu industri melakukan kegiatan fisiknya. Pada
umumnya yang dimaksud dengan lokasi industri adalah pabrik/tempat memproduksi barang atau
jasa. Penentuan lokasi industri bertujuan untuk memperbesar keuntungan dengan jalan menekan
biaya masukan, dan transportasi. Pasar merupakan faktor penentu besar atau kecilnya jumlah
barang atau jasa yang terjual. Lokasi industri dalam pembangunan daerah ataupun pembangunan
wilayah harus diperhitungkan secara cermat dan ditentukan secara tepat, agar kegiatan
pembangunan industrinya dapat terlangsung efektif dan efisien. Proses penentuan lokasi industri
optimal sangat berkait dengan "faktor lokasi", karena "faktor lokasi" ini akan memberikan
persyaratan lokasi optimal bagi kelangsungan kegiatan industri pada suatu wilayah. Dengan
lokasi optimal tersebut dimungkinkan kegiatan indutri dapat berada pada suatu lokasi industri
yang tepat, dan dapat berkembang dengan baik (Arsyad, 1997).
Kawasan Sektor industri di Kabupaten Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi
yang berdekatan dengan pusat bisnis kawasan Indonesia Timur (Surabaya), dekat dengan
Pelabuhan Laut Tanjung Perak maupun Bandar Udara Juanda, memiliki sumber daya manusia
yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan yang relatif stabil menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Sidoarjo.
Suatu lokasi industri/pabrik tentu harus mempertimbangkan dan memperhatikan faktor-
faktor dalam rencana lokasi, faktor-faktor mana saja yang lebih dominan mempengaruhi dalam
penentuan lokasi yang mendukung pada kelancaran operasi produksi perusahaan hendaknya
menjadi fokus utama. Maka dari itu laporan ini berusaha untuk menjabarkan lokasi-lokasi mana
saja yang dapat dijadikan sebagai lokasi industri yang sesuai dari faktor-faktor yang telah
ditentukan dengan menggunakan aplikasi GIS.
1.3.1 Tujuan
1. Melakukan kajian terhadap lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo
1.3.2 Sasaran
1. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi penentu lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo
2. Analisis penetuan lokasi industry di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan faktor-faktor yang telah
diidentifikasi
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kabupaten Sidoarjo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu
kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik
di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di
barat. Bersama dengan Gresik, Sidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya,
dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila. Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu
penyangga Ibu kota Provinsi Jawa Timur merupakan daerah yang mengalami perkembangan
pesat. Keberhasilan ini dicapai karena berbagai potensi yang ada di wilayahnya seperti industri
dan perdagangan, pariwisata, serta usaha kecil dan menengah dapat dikemas dengan baik dan
terarah. Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber daya manusia yang
memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah
strategis bagi pengembangan perekonomian regional, dengan terdiri atas 18 kecamatan, yang
dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kota kecamatan lain yang cukup besar di
Kabupaten Sidoarjo di antaranya Taman, Krian, Wonoayu, Candi, Porong, Gedangan, Tarik,
Sidoarjo dan Waru. Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112o5’ dan 112o9’ Bujur Timur dan
antara 7o3’ dan 7o5’ Lintang Selatan.
Kondisi fisik dasar dari Kabupaten Sidoarjo antara lain: topografi Kabupaten Sidoarjo
Dataran Delta dengan ketinggian antar 0 s/d 25 m, ketinggian 0-3m dengan luas 19.006 Ha,
meliputi 29,99%, merupakan daerah pertambakkan yang berada di wilayah bagian timur Wilayah
Bagian Tengah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut merupakan
daerah pemukiman, perdagangan dan pemerintahan. Meliputi 40,81 %. Wilayah Bagian Barat
dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut merupakan daerah pertanian. Meliputi
29,20%. Hidologi Kabupaten Sidoarjo Daerah air tanah, payau, dan air asin mencapai luas
16.312.69 Ha. Kedalaman air tanah rata-rata 0–5 m dari permukaan tanah, terletak di antara dua
aliran sungai yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas
yang berhulu di kabupaten Malang. Klimatologi Kabupaten Sidoarjo beriklim topis dengan dua
musim, musim kemarau pada bulan Juni sampai Bulan Oktober dan musim hujan pada bulan
Nopember sampai bulan Mei. Jenis tanah Alluvial kelabu seluas 6.236,37 Ha Assosiasi Alluvial
kelabu dan Alluvial Coklat seluas 4.970,23 Ha Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha
Gromosal kelabu Tua Seluas 870,70 Ha.
Perikanan, industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama Sidoarjo. Selat
Madura di sebelah Timur merupakan daerah penghasil perikanan, di antaranya Ikan, Udang, dan
Kepiting. Logo Kabupaten menunjukkan bahwa Udang dan Bandeng merupakan komoditi
perikanan yang utama kota ini. Sidoarjo dikenal pula dengan sebutan "Kota Petis". Sektor
industri di Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi yang berdekatan dengan pusat bisnis
Jawa Timur (Surabaya), dekat dengan Pelabuhan Tanjung Perak maupun Bandara Juanda,
memiliki sumber daya manusia yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan yang
relatif stabil menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Sidoarjo. Sektor industri
kecil juga berkembang cukup baik, di antaranya sentra industri kerajinan tas dan koper di
Tanggulangin, sentra industri sandal dan sepatu di Wedoro - Waru dan Tebel - Gedangan, sentra
industri kerupuk di Telasih - Tulangan.
Pada prinsipnya lokasi industri dapat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi meski
pertimbangan non ekonomi juga dapat memengaruhi lokasi beberapa unit industri.
Memaksimalkan keuntungan adalah tujuan paling penting dalam menentukan lokasi untuk
mendirikan industri atau usaha.
1.5 Kerangka Teoritis Dan Sintesa Variabel
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.
Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Secara khusus, teori adalah
seperangkat konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan
sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.
Menurut Snelbecker ada tiga fungsi teori dalam penelitian. Pertama, sebagai pensistematiskan
temuan-temuan penelitian. Kedua, sebagai pendorong untuk menyusun hipotesis. Dan dengan
hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban serta membuat ramalan-ramalan atas
dasar penemuan. Ketiga, sebagai penyaji penjelasan dalam menjawab pertanyaan. Jika
dijabarkan ada tujuh fungsi teori dalam penelitian yaitu:
Sementara sintesis variable adaah kegiatan yang dilakukan dengan merujuk pada refrensi-
refrensi lain sebagai bahan untuk menentukan variable-variabel yang akan diteliti sehingga
penelitian dapat dilakukan. Dapat dilihat pada tabel berikut sintesa variabel:
No Jurnal Kriteria/Standar Teknis dari Jurnal Kriteria/Standar Teknis yang digunakan
1 Guspradana, F. 2014. Faktor-Faktor Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
Penentu Lokasi Sentra Industri Gula penentuan lokasi pada studi kasus di jurnal
Kelapa (Studi Kasus: Di Wilayah ini yaitu :
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar). Biaya angkut hasil produksi
Universitas Brawijaya. Malang. Ketersediaan tenaga kerja
Kedekatan bahan baku
Kedekatan pasar
Aksesibilitas pasar
Harga sewa tanah
2 Jurnal Teknik ITS Vol.7 No. 1 (2018), Kriteria pemilihan lokasi kawasan industry
2337-3520 (2301-928X Print) : Penentuan dari Permen Perindustrian no 30 tahun 2010
Lokasi Kawasan Industri Tekstil Terpadu memperhatikan :
di Kabupaten Majalengka Kemiringan lereng
Jringan jalan 1. Kemiringan Lereng
Jaringan listrik 2. Jarak Terhadap Jalan
Jaringan air bersih 3. Penggunaan Lahan
Jaringan drainase 4. Jenis Tanah
Kawasan bencana longsor 5. Jarak Terhadap Sungai
Harga lahan
Pengguna lahan
Jenis tanah
3 Penentuan Lokasi Potensial Untuk Penelitian ini menggunsakan enam
Pengembangan Kawasan Industri parameter yang menunjang dalam
Menggunakan Sistem Informasi Geografis pengembangan kawasan industri, yaitu
Di Kabupaten Boyolali • kemiringan lereng,
Oleh: Wahyu Satya Nugraha, Sawitri • penggunaan lahan,
Subiyanto, Arwan Putra Wijaya • jenis tanah, jarak terhadap jalan,
Program Studi Teknik Geodesi Fakultas • jarak terhadap sungai,
Teknik Universitas Diponegoro • jarak pusat perdagangan dan
• infrastruktur.
No Jurnal Kriteria/Standar Teknis dari Jurnal Kriteria/Standar Teknis yang digunakan
4 Penentuan Alternatif Lokasi Industri Variabel yang digunakan pada penelitian
Pengolahan Sorgum di Kabupaten inin adalah sebagai berikut.
Lamongan .1. Bahan Baku Yaitu ketersediaan bahan
baku dan kontinuitas bahan baku yang ada
Oleh: Nanda Gayuk Candy, dan Adjie di wilayah penelitian.
Pamungkas Jurusan Perencanaan Wilayah 2. Kondisi Lahan Yaitu lahan yang sesuai
dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan untuk Industri dilihat dari kelerengan dan
Prencanaan, Institut Teknologi Sepuluh jenis tanah di wilayah penelitian
Nopember (ITS) 3. Tenaga Kerja
Penentuan Yaitu ketersediaan tenaga kerja
yang dapat mendukung kegiatan produksi
4. Pemasaran Yaitu besarnya permintaan
pasar terhadap hasil produksi dan juga jarak
antara lokasi produksi dengan lokasi
1. Kemiringan Lereng
pemasaran.
2. Jarak Terhadap Jalan
5. Rencana Tata Ruang Yaitu arahan
3. Penggunaan Lahan
wilayah pengembangan industri yang sesuai
4. Jenis Tanah
dengan RTRW Kabupaten Lamongan.
5. Jarak Terhadap Sungai
6. Fasilitas Penunjang Yaitu jumlah pasar
yang ada pada tiap-tiap kecamatan.
7. Kecukupan Infrastruktur Yaitu Kebutuhan
dan ketersediaan listrik, air, dan jalan untuk
proses produksi.
5 Kombinasi Sistem Pendukung Keputusan Dan Sistem pendukung keputusan terdiri dari 4
Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan komponen utama, yaitu:
Lokasi Industri Di Kudus
a. Subsistem manajemen data berfungsi
Oleh: Noor Yulita Dwi Setyaningsih Fakultas sebagai memasukkan suatu database yang
Teknik, Program Studi Teknik Elektro Universitas berisi data yang relevan untuk situasi dan
Muria Kudus dikelola oleh perangkat lunak yang disebut
sistem manajemen database (DBMS).
Knowledge Base berisi semua fakta, ide,
hubungan dan interakasi suatu domain
No Jurnal Kriteria/Standar Teknis dari Jurnal Kriteria/Standar Teknis yang digunakan
tertentu.
b. Subsistem manajemen basis pengetahuan
bertugas untuk mendukung semua subsistem
lain atau bertindak sebagai suatu komponen
independen dan memberikan intelegensi
untuk memperbesar pengetahuan pengambil
keputusan.
c. Subsistem manajemen model merupakan
paket perangkat lunak yang memasukkan
model keuangan statistik, ilmu manajemen
atau model kuantitatif lainnya yang
memberikan kapabilitas analitik dan
manajemen perangkat lunak yang tepat.
d. Subsistem antar muka pengguna (dialog)
untuk mengimplementasikan sistem
kedalam program aplikasi sehingga
pengguna atau pemakai dapat
berkomunikasi dengan sistem yang
dirancang.
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, ruang lingkup, tinjauan
pusataka, kerangka teoritis dan sintesa variabel, serta sistematika pembahasan.
Berisi penjelasan nmengenai tinjauan pustaka dari laporan ini, diantaranya membahas
pengertian mengenai industry, refrensi terhadap teori industry yang diguanakan, penjelasan
mengenai faktor-faktor apa sajakah yang menentukan lokasi industry di Kabupaten Sidoarjo,
serta yang terakir adalah kriteria-kriteria dari penentuan lokasi industry apasajakah yang
digunakan.
Untuk melakukan suatu penelitian yang benar dan tepat, maka diperlukan sebuah metode
penelitian yang tersusun sistematis. Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, tahapan
pengumpulan data, penentuan sampel data, serta metode analisa data. Ini sebagai bentuk usaha
agar data yang diperoleh akan valid, sehingga penelitian ini layak dan bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
BAB VI PENUTUP
1.7 Kerangka Pemikiran
Latar Belakang
Tujuan
Sasaran
Tinjauan Teori
Dari hasil analisis penentuan lokasi industri kecil dan menengah dapat diketahui mana
lokasi yang sanagat sesuai. cukup sesuai, dan tidak sesuai dalam menentukan lokasi
industri kecil dan menengah di Kabupaten Sidoarjo dan faktor-faktor apa saja dalam
menentukan lokasi industri kecil dan menengah di Kabupaten Sidoarjo
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya penggolongan tempat industri sangat penting dilakukan guna untuk
menjaga keharmonisan suatu lingkungan yang akan dipengaruhi oleh adanya kegiatan industri.
Di bawah ini penggolongan lokasi industri berdasarkan pemilihan lokasi :
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini
akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar
akan semakin menjadi lebih baik.
2. Man-power Oriented Industry
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat permukiman penduduk karena biasanya jenis
industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau
memotong biaya transportasi yang besar.
• Kompleks Industri
Lokasi industri yang berlokasi di luar kota dan jauh dari permukiman penduduk, terutama untuk
menampung industri-industri dasar dan lebih dikenal dengan istilah Kompleks Industri yang
menjadi inti Zona Industri.
Lahan yang dipersiapkan secara khusus guna menampung industri-industri yang bersifat
manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat, dengan luasan yang cukup memadai
bagi pengembangan sistem kegiatan industri yang terintegrasi yang lokasinya masih di dalam
radius pelayanan sarana dan prasarana perkotaan.
Lokasi industri yang telah ditetapkan dalam Master Plan suatu daerah / kota yang biasanya
terletak pada jalur jalan regional di luar wilayah yang dapat bersifat pertumbuhan pita atau
plotting setempat dan masih berbaur dengan kegiatan lain secara lebih teratur.
• Kawasan Berikat
Lokasi industri yang berlokasi pada areal yang mempunyai tingkat aksesbilitas tinggi baik dari
dan ke pelabuhan maupun airport, mempunyai ketentuan-ketentuan pabean khusus dan
dimaksudkan untuk proses pengolahan manufaktur dan pergudangan berorientasi ekspor
Lokasi industri kecil yang biasanya berbaur dengan permukiman para pengusaha dan pengrajin
dalam tingkat aglomerasi yang cukup besar dari beraneka ragam jenis industri kecil terkait,
terletak di daerah pinggiran kota (daerah semi urban).
Lokasi industri kecil, berbaur atau tidak berbaur dengan daerah permukiman para pengrajin
dalam jumlah relatif kecil atau industri-industri sejenis dan terletak di dalam kota atau di
pedesaan.
Tempat-tempat usaha industri kecil yang dikelompokkan dan disediakan oleh suatu badan
tertentu yang berupa los-los kerja. Sarana usaha industri kecil tersebut dimaksudkan untuk
menunjang dan bekerjasama secara langsung dengan industri besar, biasanya terletak di dalam
suatu estate industri.
1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan penduduk
yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM)
4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot bahan
mentah dan lokasi bahan mentah)
Weber mengemukakan teori lokasi industri dengan prinsip “penentuan lokasi industri
ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least
cost location)”. Pada konsepnya berupa segitiga lokasional, Weber menunjukkan bahwa fungsi
tujuan adalah meminimalkan biaya transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang
harus diangkut (input dan output). Jika muncul kondisi di mana pada proses produksi
menimbulkan penyusutan berat barang (weight loosing process), lokasi optimal akan berada pada
sumber bahan baku, sedangkan jika muncul kondisi di mana pada proses produksi menimbulkan
peningkatan berat barang (weight gainning process), lokasi optimal akan berada di dekat pasar.
Sehingga menurut Weber, penentuan lokasi industri optimal adalah dengan melihat letak
sumber bahan baku dan pasar dalam upaya menekan biaya transportasi dengan
mempertimbangkan berat bahan baku dan berat barang jadi, dengan tiga variable penentu, yaitu
titik material (bahan baku), titik konsumsi (pasar), dan titik tenaga kerja.
1. Pasar
Masalah pasar tidak boleh diabaikan sama sekali. Masalah pasar yang harus diteliti
terlebih dahulu, jauhu dekatnya dengan perusahaan, kualitas dan kuantitas barang yang dierlukan
oleh pasar dan ekuatan daya beli masyarakat akan jenis barang yang diproduksi.
Sangat erat kaitannya dengan faktor biaya prduksi. Lokasi perusahaan haruslah di tempat
yang biaya bahan baku relatif paling murah.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus diperhatkan terutama bagi perusahaan yang padat karya atau
perusahaan yang biaya produksinya terdiri atas biaya tenaga kerja.
4. Transportasi
Letak perusahaan juga ditentukan oleh faktor transportasi yang menghubungkan lokasi
dengan pasar, lokasi dengan bahan baku dan lokasi dengan tenaga kerja.
5. Pelayanan Bisnis
Faktor-faktor sumber tenaga, listrik, air, keadaan, iklim, juga fasilitass komunikasi,
perbankan dan pelayanan teknis seperti reparasi juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan
lokasi.
6. Inducment setempat
7. Sifat perusahaan
seperti perusahaan yang menghasilkan barang mudah meledak dan polutan yang
berbahaya
8. Kemungkinan lain
sepperti bahaya alam misalanya banjir, tanah longsor dan bahaya sosial misalnya
tantangan dari masyarakat.
Pendapat lain mengenai penentuan lokasi industri dikemukakan oleh Weber, dalam
Tarigan (2005) bahwa lokasi industri didasarkan atas prinsip minimasi biaya. Terdapat 3 faktor
yang menjadi alasan perusahaan pada industri dalam menentukan lokasi, yaitu :
1. Biaya transportasi Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak, sehingga
titik terndah untuk biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk
angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Konsep titik minimum tersebut dinyatakan
seabagai segitiga lokasi atau locational triangel.
2. Biaya Upah Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang lebih
rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja cenderungmencari lokasi
dengan konsentrasi upah yang lebih tinggi.
3. Keuntungan dari konsentarasi industri secara spasial Konsentrasi spasial akan menciptakan
keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan enghematan urbanisasi. Penghematan
lokasi terjadi apabila biaya produksi total dari industri tersebut meningkat. Hal ini terjadi pada
perusahaan/industri yang berlokasi secara berdekatan. Penghematan urbanisasi terjadi bila biaya
produksi suatu perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan pada berbagai tingkat
aktivita ekonomi dalam wilayah yang sama meningkat. Penghematan karena berlokasi di wilayah
yang sama ini terjadi akibat skala perkonomian kota yang bear dan hukum akibat skala suatu
jenis industri.
1. Kemiringan Lereng
Pemilihan lokasi peruntukan kegiatan industri ini hendaknya pada areal lahan yang
memiliki topografi yang relatif datar. Kemiringan lereng pada industri berada pada topografi
(kelerengan lahan 0 – 30 %).
Jaringan jalan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam
rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian (aksesbilitas) baik dalam
penyedian bahan baku, pergerakan manusia dan pemasaran hasil-hasil produksi. Jaringan jalan
yang baik untuk kegiatan industri, harus memperhitungkan kapasitas dan jumlah kendaraan yang
akan melalui jalan tersebut sehingga dapat diantisipasi sejak awal kemungkinan terjadinya
kerusakan jalan dan kemacetan. Jalan utama dalam penelitian ini berdasarkan pada RTRW
Kabupaten Sidoarjo adalah jalan tol, jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor
primer, dan jalan lokal primer.
4. Jenis Tanah
Komponen struktur tanah dapat mempengaruhi kesuburan suatu wilayah. Dengan struktur
tanah juga dapat digunakan untuk mengetahui kandungan galian yang ada dalam tanah. Wilayah
yang subur akan cocok digunakan untuk pertanian ataupun kawasan industri dengan bahan baku
dari hasil pertanian.
Dengan mengetahui jaringan sungai yang ada, maka pengembangan suatu kawasan
industri dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jarak kawasan terhadap sungai. Karena
sungai memiliki peranan penting untuk kegiatan industri yaitu sebagai sumber air dan tempat
pembuangan akhir limbah industri.
Dengan dilakukannya analisa pembobotan faktor dan kriteria bisa lebih memudahkan
faktor dan kriteria apa yang lebih dominan dan harus diperhatikan agar pembanguan lokasi
industri bisa tepat sasaran. Setelah melakukan pembobotan kriteria bisa melakukan analisis lagi
menggunakan teknik overlay pada software SIG Arcgis untuk mengetahui luas, lokasi dan
klasifikasi wilayah yang sesuai untuk dijadikan sebagai wilayah industri.
3 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode kuantitatif ini dilakukan dengan pendekatan
spasial/keruangan yang bertujuan untuk memproses data berupa angka, yaitu kemiringan lereng,
jarak terhadap jalan, jarak terhadap permukiman, jenis tanah, serta jarak terhadap sungai, yang
didapat tidak langsung (data sekunder) selanjutnya dianalisa menjadi informasi tentang
situasi atau kondisi di Kabupaten Sidoarjo yang didasarkan pada fakta-fakta yang
diperoleh. Metode kuantitatif dengan pendekatan spasial ini digunakan karena bertujuan
dalam menentukan lokasi industri kecil menengah di Kabupaten Sidoarjo.
Data sekunder didapatkan dari dinas-dinas setempat yang terkait dengan data yang
diperlukan. Adapun data sekunder yang diperlukan untuk menentukan lokasi industri kecil
menengah di Kabupaten Sidoarjo meliputi:
Demikian juga dalam menyimpulkan kesesuaian lokasi industri di Kabupaten Sidoarjo telah
dimanfaatkan SIG untuk menghasilkan peta tematik (thematic map) dan peta akhir (final map)
berupa peta lokasi industry kecil menengah di Kabupaten Sidoarjo
Dalam penggunaan nya metode ini mengggunakan data raster yang memiliki satuan
terkecil berupa pixel sehingga dapal skoring dan pembobotan setiap pixel akan memiliki nilainya
masing-masing. Overlay beberapa raster menggunakan skala pengukuran umum dan bobot
masing-masing sesuai dengan kepentingannya. Penggunaan Weighted Overlay :
Semua raster input harus integer. Sebuah raster floating-point terlebih dahulu harus
dikonversi ke raster bilangan bulat sebelum dapat digunakan dalam Overlay tertimbang.
Perangkat Reklasifikasi menyediakan cara yang efektif untuk melakukan konversi.
Setiap kelas nilai dalam raster input diberi nilai baru didasarkan pada skala evaluasi.
Nilai-nilai baru reklasifikasi yang asli nilai raster input. Nilai yang terbatas digunakan untuk area
yang ingin Anda kecualikan dari analisis.
Setiap raster input tertimbang menurut kepentingan atau pengaruhnya persen nya. Berat
adalah persentase relatif, dan jumlah dari persen pengaruh bobot harus sama 100.
Mengubah skala evaluasi atau pengaruh persentase dapat mengubah hasil analisis overlay
tertimbang.