S1 THEOLOGIA
STT ABDI SABDA MEDAN
MEDAN
2019
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Kehidupan Bahasa Daerah di Indonesia...................................................................... 3
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Bahasa Daerah Pada Kalangan Remaja . 4
2.3 Strategi Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Daerah Pada Kalangan Remaja ......... 5
2.4 Pemertahanan Bahasa Daerah dalam Pembelajaran di Sekolah.................................. 6
2.5 Pemertahanan Bahasa Daerah Sebagai Alat Komunikasi Wajib Pada Hari Tertentu . 7
2.6 Fungsi Pemertahanan Bahasa Daerah Melalui Pendidikan ......................................... 7
2.7 Peranan Bahasa Daerah Dalam perkembangan Gereja Di Indonesia ......................... 8
2.8 Upaya Penerjemahan Alkitab ...................................................................................... 9
2.9 Penggunaan Bahasa Daerah dalam Liturgi Gereja .................................................... 11
2.10 Penggunaan Bahasa Daerah dalam Ibadah Gereja .................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12
3.1 Usaha-usaha untuk Melestarikan Bahasa Daerah ..................................................... 12
3.2 Upaya pemertahanan bahasa daerah ......................................................................... 13
3.3 Kesimpulan................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I PENDAHULUAN
Bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting dalam eksistensinya. Bahasa daerah
pada dasarnya merupakan bahasa pertama (bahasa ibu). Eksistensi bahasa daerah tidak dapat
dilepaskan dari penutur bahasa daerah tersebut. Semakin banyak jumlah penutur yang
menggunakan bahasa daerah maka bahasa tersebut akan tetap bertahan. Bahasa daerah pun
memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat penuturnya. Eksistensi bahasa daerah
memenuhi 4 (empat) fungsi. Adapun fungsi bahasa daerah antara lain: (1) sebagai bahasa
untuk berinteraksi diintra etnik yang memiliki bahasa tersebut; (2) sebagai identitas etik (ciri
khas); (3) pemersatu antar individu yang terikat dalam suatu etnik tertentu dan (4) merupakan
aset kekayaan budaya suatu etnik dan bangsa.
Dewasa ini, sebagai dampak dari pengaruh perubahan dan perkembangan zaman yang
terjadi pada saat ini keberadaan bahasa daerah mulai terancam pudar/punah. Pada situasi
dewasa ini masyarakat tidak menggunakan bahasa daerah sebagai alat untuk berkomunikasi
sehari-hari. Di era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta persaingan antar negara telah menjadi faktor dasar yang mempengaruhi
terabaikannya bahasa daerah. Bahasa daerah yang seharusnya mengemban fungsi-fungsi ideal
justru fungsi-fungsi ini secara perlahan mengalami pengurangan dan penurunan nilai. Hal ini
berdampak pada krisis identitas budaya yang dimulai dari budaya etnik sampai dengan krisis
budaya kebangsaan [1].
Chaer dan Agustina [2] memberikan gambaran terjadinya pergeseran bahasa. Pergeseran
bahasa terjadi bila seorang atau lebih keluar dari daerahnya dan pergi kedaerah lain
(menetap) maka orang tersebut akan mengalami pergeseran bahasa pada dirinya. Hal ini
terjadi karena faktor adaptasi dengan masyarakat dimana orang tersebut akan menetap.
Berdasarkan hal tersebut, maka bahasa daerah sudah seyogyanya dipelihara oleh rakyatnya
dengan sebaik-baiknya dan dihormati, serta dipelihara juga oleh negara berdasarkan
anggapan bahwa bahasa daerah itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang
hidup, bukan sebaliknya bahasa lokal/bahasa daerah yang diabaikan dengan makin jarangnya
penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di kalangan masyarakat adat, khususnya
generasi muda, ini merupakan ancaman terhadap pudarnya keberadaan bahasa daerah.
1
Adapun faktor utama penyebab mulai pudarnya bahasa daerah dari generasi muda jaman
sekarang, yaitu kurangnya pembinaan dari orang tuanya sendiri terhadap anaknya sejak usia
dini untuk berbahasa daerah di lingkungan keluarganya, sebagai contoh daerah perkotaan dan
bahkan daerah pedesaan, sejak bayi lahir orang tuanya sudah langsung mengajarkannya
menggunakan bahasa Indonesia sampai anak tersebut tumbuh dewasa dan setiap
berkomunikasi dengan lingkungan keluarga dan orang tuanya selalu menggunakan bahasa
Indonesia, sehingga sejak usia dini anak tersebut tidak mengenal bahasa ibunya sendiri/
bahasa daerahnya.
2
BAB II PEMBAHASAN
Keadaan ini dapat terjadi sebagai konsekuansi logis dari globalisasi. Oleh karena itu,
dampak globalisasi harus segera diwaspadai karena dapat menimbulkan terjadinya pergeseran
bahasa (language shift) dan perubahan bahasa (language change). Hal ini pula yang
dikhawatirkan Comrie [8] bahwa sekitar 90% bahasabahasa di dunia sekarat atau punah
3
dalam kurun waktu seratus tahun. Sadar akan keadaan ini UNESCO mencanangkan hak
untuk berbahasa daerah (ibu) (linguistic human rights).
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Bahasa Daerah Pada Kalangan Remaja
Bahasa Daerah sebagai bahasa ibu bagi masyarakat Indonesia perlu dilestarikan karena
merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Selain itu bahasa Daerah juga memiliki
peranan yang teramat penting dalam kehidupan umat manusia. Bahasa Daerah mampu
menjadi identitas dan jati diri. Bahasa Daerah tidak hanya sebagai cermin atau refleksi dari
sebuah komunitas, tetapi juga sebagai cermin dari segala aspek kehidupan manusia.
Masyarakat Indonesia telah menyadari bahwa bahasa Daerah memiliki peranan yang amat
penting antara lain ; (1) sebagai lambang kebanggaan daerah dan masyarakat daerah. (2)
sebagai lambang identitas daerah, (3) sebagai alat penghubung dalam keluarga dan
masyarakat, (4) sebagai pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia, (5) sebagai sarana
pendukung budaya daerah dan budaya nasional Indonesia.Sehubungan dengan hal itu, bahasa
sebagai salah satu bagian dari kebudayaan itu sendiri, dan sekaligus pula berkedududukan
sebagai wahana ekspresi budaya, yang di dalamnya terekam pengalaman estetika, religi,
sosial, politik dan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan masyarakat daerah. Bahasa daerah
tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja, tetapi juga berfungsi sebagai alat
pemersatu antarkeluarga dan antaretnis. Karena itu dapat dikatakan bahwa kedudukan dan
fungsi bahasa daerah sangatlah penting, baik dalam situasi formal, maupun informal, dalam
keluarga maupun di luar keluarga.
Dalam upaya menuju pelestarian bahasa daerah memiliki peranan yang sangat penting
terutama bagi generasi muda sebagai penyangga terkikisnya bahsa daerah dari pengaruh
budaya modern yang berdampak kurang positif. Memperhatikan kondisi kebahasaan bahasa
Daerah belakangan ini cenderung menurun, bahkan sikap penuturnya cendrung ― negatif ―.
Proses pembalajaran bahasa Daerah tentu sangat sulit ditanamkan bagi remaja karena
kurangnya minat untuk mempelajari bahasa Daerah akibat kemajuan teknologi. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar bahasa daerah pada kalangan remaja adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Teknologi
Melihat dijaman sekarang kemajuan teknologi semakin meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai contoh misalnya dibidang telekomunikasi yaitu dengan
menjamurnya telepon genggam (HP) yang sudah merupakan kebutuhan pokok dari
manusia itu sendiri. Dibidang lain yang mengalami kemajuan adalah semakin
gampangnya akses internet yang memudahkan manusia untuk mencari
informasiinformasi terbaru yang berkembang. Dengan semakin mudahnya orang
membuka internet, menyebabkan pola pikir manuasia sudah semakin mengglobal
(mendunia). Selain faktor HP dan internet, teknologi lainnya yang mempengaruhi minat
belajar bahasa daerah kalangan remaja adalah televisi dan radio. Dimana dalam siaran
radio dan televisi masih kurang acara-acara seperti siaran berbahasa daerah, lagu-lagu
berbahasa daerah serta hiburan yang menggunakan bahasa daerah sebagai perngantarnya.
Selain itu, peranan media cetak seperti koran, majalah dan sejenisnya juga diaanggap
masih kurang memadai jika dikaitkan dengan bahasa daerah itu sendiri .
4
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana penutur bahasa itu tinggal dan
melakukan interaksi bahasa. Salah satu contohnya yakni seorang penutur bahasa daerah
yang tinggal di daerah perkotaan dan di lingkungan tempat tinggalnya terdapat banyak
perbedaan suku, dan asal. Sehingga untuk memperlancar komunikasi mau tidak mau
harus menggunakan bahasa Indonesia. Dengan keadaan ini maka seorang penutur bahasa
daerah secara tidak langsung sudah dipengaruhi oleh lingkungannya untuk tidak
menggunakan bahasa daerah. Jika dikaitkan dengan remaja yang sebagian besar sudah
mengenyam pendidikan di kota besar, secara otomatis juga dipengaruhi oleh
lingkungannya menggunakan bahasa Indonesia.
2.3 Strategi Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Daerah Pada Kalangan Remaja
5
2. Membimbing Remaja Agar Mencintai Kebudayaannya
Kebudayaan dan bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal ini dapat terlihat
dari fungsi bahasa yakni sebagai pengungkap, pelestari, dan pewaris budaya. Bahasa
sebagai suatu sistem komunikasi adalah bagian dari sistem kebudayaan. Bahasa terlibat
dalam semua aspek kebudayaan, karena kebudayaan manusia tidak akan dapat terjadi
tanpa adanya bahasa. Bahasa inilah memungkinkan terbentuknya suatu kebudayaan.
Inilah salah satu hubungan antara kebudayaan dan bahasa. Bahasa daerah sesungguhnya
bukan hanya merupakan infrastruktur dari kebudayaan Bali, tetapi juga sekaligus
merupakan suprastrukturnya. Bahasa daerah dengan segala kekurangannya dengan
adalah merupakan harta karun kekayaan budaya yang melimpah, yang membuat
siapapun pada pemahaman tingkat peradaban yang luar biasa. Bahasa daerah merupakan
identitas budaya Indonesia. Bahasa ini sudah ada sejak berabad-abad yang silam, dan
yang secara sadar telah digunakan untuk mengekspresikan, mengembangkan serta
mewariskan seluruh aspek kebudayaan. Bahasa daerah bukan hanya sekadar berfungsi
sebagai alat berkomunikasi dengan sesama manusia, tetapi juga sebagai sarana untuk
melakukan abstraksi pemikiran dalam bidang yang sangat luas. Oleh karena itu selain
mengajarkan remaja secara intensif para orang tua hendaknya membimbing anaknya
terhadap kebudayaan yang dimiliki sehingga bahasa daerah masih tetap eksis
dipergunakan oleh masyarakat Indonesia khususnya pada remaja.
6
2. Penggunaan Bahasa Daerah Secara Lebih Intensif
Penggunaan bahasa daerah dengan lebih intensif kepada remaja akan dapat
mempertahankan eksistensi bahasa tersebut. Apabila setiap rumah yang setiap anggota
keluarganya merupakan pengguna bahasa daerah aktif dan menggunakan bahasa secara
komunikatif, maka remaja yang ada dalam lingkungan rumah maupun lingkungan
keluarga tersebut akan meniru dan mengikuti apa yang di dengar. Sehingga minat belajar
bahasa daerah pada kalangan remaja akan berjalan dengan baik dan berkualitas.
Kelompok masyarakat mulai dari yang kecil yakni keluarga, merupakan kelompok yang
kuat yang dapat menjadi tempat untuk belajar oleh remaja sehingga apabila kelompok
masyarakat ini dikendalikan dengan baik maka hasil didikan dari sebuah keluarga juga
akan baik.
2.5 Pemertahanan Bahasa Daerah Sebagai Alat Komunikasi Wajib Pada Hari Tertentu
Bahasa daerah dapat digunakan sebagai alat komunikasi wajib pada hari tertentu di
sekolah. Kegiatan tersebut dapat dilakukan sebagai upaya pemertahanan bahasa daerah
melalui pendidikan. Kepala sekolah dan para guru di sekolah dapat mengondisikan peserta
didik untuk menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi. Pada hari tertentu, seluruh
masyarakat sekolah diwajibkan menggunakan bahasa daerah sebagai alat komunikasi.
Kewajiban tersebut bertujuan untuk membiasakan peserta didik dalam menggunakan bahasa
daerah. Hal ini kemudian dapat dijadikan sebagai pembelajaran bahasa daerah bagi peserta
didik secara aplikatif. Dengan demikian, peserta didik menjadi terbiasa dalam menggunakan
bahasa daerah.
7
2) Mempersiapkan Penutur Bahasa Daerah di Masa Depan
Pendidikan menjadi salah satu investasi jangka panjang suatu bangsa. Oleh sebab itu,
langkah strategis dalam mempertahankan suatu bahasa daerah dapat dilakukan melalui
pendidikan. Penutur bahasa daerah di masa depan dapat dipersiapkan melalui pendidikan
saat ini. Apabila sekolah mempersiapkan dengan baik penutur bahasa daerah di masa
depan, bahasa daerah tidak akan mengalami pergeseran. Dalam hal ini, penggunaan
bahasa daerah di sekolah dapat dilakukan secara proporsional. Ada pembagian yang jelas
antara penggunaan bahasa daerah, nasional, dan internasional/asing.
Penutur bahasa daerah di masa depan perlu dipersiapkan sejak dini. Apabila penutur
bahasa daerah tidak dipersiapkan dengan baik sejak dini, jumlah penutur bahasa daerah
akan berkurang. Padahal, untuk terus melestarikan suatu bahasa perlu dilestarikan
penuturnya. Kepunahan suatu bahasa tidak terjadi secara tibatiba. Akan tetapi, hal itu
terjadi akibat kepunahan penuturnya. Kepunahan tersebut terjadi akibat suatu bencana
yang mengakibatkan kerusakan besar pada suatu komunitas, atau pergeseran bahasa yang
berlangsung secara terus menerus dan guyub.
8
terutama kedaerahan mereka. Salah satu yang paling ditonjolkan dari unsur-unsur
nasionalisme dan kedaerahan adalah bahasa. Kebutuhan akan penguasaan terhadap bahasa
nasional dan bahasa daerah adalah kebutuhan primer dalam penginjilan yang tidak bisa
dihindari. Hal ini telah disadari oleh para zendeling sejak ketika mereka pertama kali
menginjakan kakinya di Indonesia
9
1877 S. Coolsma menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Sunda.
Dr. L.I. Nommensen menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Batak
1885 Toba.
Raden Ng. Djojo Soepono bekerjasama dengan P. Jansz dalam hal penerjemahan
1887 Alkitab ke dalam bahasa Jawa.
Dr. B.F. Matthes menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Makassar
1887 dan Bugis.
1890 P. Jansz menterjemahkan ke dalam Perjanjian Baru bahasa Jawa.
1891 S. Coolsma menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Sunda.
1893 P. Jansz menterjemahkan ke dalam Perjanjian Lama bahasa Jawa.
1897 Jansz menyelesaikan terjemahan Perjanjian Lama.
1900 Dr. B.F. Matthes menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Makassar
dan Bugis.
1906 Jansz menyelesaikan terjemahan Perjanjian Lama.
1913 Terjemahan seluruh Alkitab dalam bahasa Nias selesai dicetak oleh Sunderman,
dkk
1928 J.H. Neumann menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Karo.
1933 Dr. Adriani menggubah terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Bare
1948 Dr. P. Middlekoop menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Timor (Perjanjian
Baru 1948, Perjanjian Lama tidak terbit).
1950- J.L. Swellengrebel di Jakarta turut mengerjakan terjemahan Alkitab ke dalam
1959 bahasa Bali dan bahasa Indonesia.
H. van der Veen menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Toraja (Perjanjian
1951,1960 Baru 1951, Perjanjian Lama 1960).
1953 J.H. Neumann menerjemahkan sebagian besar Perjanjian Lama ke dalam bahasa
Karo.
1961 Perjanjian Baru dalam bahasa Kambera (Sumba Timur) diterbitkan oleh Alkitab
Indonesia.
1970 Perjanjian Baru dalam bahasa Wewewa (Sumba Barat) diterbitkan oleh Alkitab
Indonesia.
10
2.9 Penggunaan Bahasa Daerah dalam Liturgi Gereja
Inkulturasi dalam bahasa bukan sekedar mengadaptasikan ajaran Alkitab dalam bahasa
daerah, melainkan bagaimana mengajak audiens pendengar itu untuk bisa menghayati Firman
Tuhan sesuai dengan yang tertulis dalam Alkitab. Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa
daerah sudah sering dilakukan di dalam Gereja, hal ini sangat baik dilakukan untuk generasi
anak muda untuk mengenal Tuhan Yesus melalui bahasa daerah yang mereka pahami.
11
BAB III PENUTUP
Tidak bisa dipungkiri bahwa pelestarian bahasa daerah mutlak dilakukan. Apabila hal ini
tidak dilakukan, maka bahasa-bahasa daerah di Indonesia bakal mengalami kepunahan.
Terlebih lagi sudah ada indikasi adanya kepunahan bahasa daerah di Indonesia
Fenomena ini tentunya sangat memprihatinkan bila dikaitkan dengan proses kepunahan
bahasa daerah yang pada saatnya akan diikuti dengan kepunahan budaya daerah tertentu.
Padahal, dengan punahnya suatu bahasa berarti hilang pula salah satu alat pengembang serta
pendukung utama kebudayaan tersebut. Lebih dari itu, berarti hilang pula salah satu warisan
budaya dunia yang tak ternilai harganya dan berarti pula membunuh sejarah peradaban dan
eksistensi masyarakat pemakainya. Hal tersebut dikarenakan bahasa merupakan refleksi dan
identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya, bahasa menjadi alat pengikat yang sangat
kuat untuk mempertahankan eksistensi suatu budaya masyarakat yang menjadi tonggak
kekokohan bhineka tunggal ika.
Salah satu hal penting yang dapat dilakukan untuk melestarikan bahasa daerah di
Indonesia ialah dengan menumbuhkan kesadaran tiap warga etnik tertentu akan pentingnya
bahasa daerah mereka. Kesadaran akan bahaya kepunahan bila bahasa daerah mereka sudah
tidak digunakan dalam kehidupan mereka perlu dimunculkan. Punahnya bahasa mereka akan
menyebabkan hilangnya budaya yang mereka miliki. Kesadaran ini tidak hanya dibutuhkan
oleh warga etnik dengan jumlah penutur yang sedikit, tetapi juga penutur bahasa yang
jumlahnya banyak, seperti bahasa Jawa. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
kepunahan ini tidak hanya terjadi pada bahasa yang jumlah penuturnya sedikit, tetapi juga
pada bahasa dengan penutur yang banyak. Bila perlu kampanye pelestarian bahasa daerah
dapat dilakukan, tidak hanya kampanye politik saja
12
Pelestarian bahasa daerah ini juga dapat dilakukan melalui media cetak maupun elektronik.
Perlunya media cetak dan elektronik memunculkan berita, artikel, atau acara budaya dengan
bahasa daerah tertentu. Saat ini sebenarnya sudah banyak televisi lokal yang menampilkan
identitas budaya daerah dan juga menggunakan bahasa daerah dalam acara-acara tertentu.
Surat kabar tertentu juga sudah ada yang pada hari tertentu menggunakan beberapa halaman
untuk menampilkan berita-berita atau artikel dalam bahasa daerah.
Tentunya masih banyak lagi usaha yang bisa dilakukan untuk melestarikan bahasa
daerah di Indonesia. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan instansi
lain yang terkait dan masyarakat penutur bahasa daerah tersebut.
3.3 Kesimpulan
Ragam bahasa dalam Alkitab dapat dilihat sebagai sebuah kekayaan penggunaan bahasa.
Alkitab sangat jelas memberi gambaran bahwa semua ragam bahasa yang muncul dan yang
kita kenal saat ini tidaklah sebanding dengan kekayaan penggunaan bahasa dalam penulisan
kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Oleh karena itu, sikap kita terhadap ragam bahasa yang ada di Alkitab harus menyadari
bahwa adanya ragam bahasa yang dikenal saat ini bukanlah semata-mata hasil hasil kreasi
manusia, melainkan semuanya adalah bentuk anugerah Allah kepada kita sebagai ciptaanNya.
Allah sendiri sudah menubuatkan ragam bahasa akan terjadi. Allah sendiri menyadari bahwa
untuk berkomunikasi dengan ciptaanya, Allah harus menggunakan pendekatan bahasa yang
mudah dipahami oleh umatnya sehingga ia memilih penerapan bahasa-bahasa di dalam
Alkitab yang mampu diketahui manusia seperti lewat perumpamaan, lewat sastra, dan lewat
13
narasi-narasi yang mengisahkan pengajaran Kristus di dunia ini. Inilah yang disebut sebagai
genre bahasa di dalam Alkitab.
Sikap kita berikutnya ialah harus lebih menghormati Alkitab sebagaimana isi firman
Tuhan untuk memberi pedoman hidup akan kebenaran yang disampaikannya. Rasa hormat di
sini bukan berarti mengingat genre-genre yang ada di dalam Alkitab, melainkan lebih pada
menerapkan genre-genre Alkitab itu di dalam misi kita ada di dunia ini. Sebagai contoh, kita
boleh mengutip ayat-ayat Alkitab demi pengajaran, pemberi nasihat, pemberi semangat
sehingga Alkitab tidak digunakan untuk mengumpat orang lain atau menggunakan ayat-ayat
Alkitab untuk tujuan-tujuan yang tidak baik.
Terakhir kita harus sadari apa yang dikatakan oleh Poythress (2009, hal. 188) bahwa
Alkitab adalah genre yang unik, tidak seperti buku dari penulis yang semata-mata manusia.
Kita harus memperhitungkan siapa Allah itu setiap kali kita membaca buku apapun di dalam
perspektif Alkitab. Dengan kata lain, Poythrees sendiri hendak menekankan cara pandang
kita yang berlandaskan wawasan dunia Kristen pada setiap apa yang kita baca termasuk
dalam bentuk ragam bahasa apapun itu. Dengan demikian, kita akan memaknai bahwa
apapun jenis karya sastra atau genre sastra yang ada di dalam pandangan Ilmu Pengetahuan
sebaiknya dipandang dari kebesaran sumber utama atau induk dari karya sastra tersebut yaitu
kebenaran isi Alkitab.
14
DAFTAR PUSTAKA
[4] Yadnya, Ida Bagus Putra. 2003. “Revitalisasi Bahasa Daerah (Bali) di Tengah
Persaingan Bahasa Nasional, Bahasa Daerah dan Asing untuk Memperkukuh Ketahanan
Budaya”. Makalah Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta 14-17 Oktober 2003.
[5] Muhadjir dan Multamia R.M.T. Lauder. 1992. “Persebaran Pemakaian Bahasa Indonesia
dan Bahasa Daerah”. Trans-Formasi Budaya seperti Tercermin dalam Perkembangan
Bahasa-Bahasa di Indonesia. Lembaran Sastra 15, Depok: Fakultas Sastra Universitas
Indonesia.
[6] Masinambow, E.K.M. dan Paul Haenen (Ed.). 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa
Daerah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
[7] Sobarna, Cece dkk. 1997. Kehidupan Bahasa Sunda di Lingkungan Remaja Kodya
Bandung. Jakarta: Pusat Bahasa.
[8] Comrie, Bernard et al. 2003. The Atlas of Languages: The Origin and Development of
Languages Throughout the World. Singapore: Star Standard.
[9] http://www.sejarah.co/Sejarah_Alkitab_Indonesia
[10] Tabloid Tempo. 21 Februari 2007
[11] www.depkominfo.go.id
[12] www.Suarapembaharuan.com
15