Anda di halaman 1dari 20

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V

SDN DI KOTA DENGAN DI DESA KECAMATAN PRAYA TIMUR


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

JURNAL SKRIPSI

Disusun Oleh:

Nur Azizah Ilhamiah


NIM. E1E015079

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan


Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019

1
2
ABSTRAK

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V


SDN DI KOTA DENGAN DI DESA KECAMATAN PRAYA TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh:
Nur Azizah Ilhamiah, Ida Bagus Kade Gunayasa, Itsna Oktaviyanti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan,

FKIP, Universitas Mataram

Nurazizah.ilhamiah@yahoo.com

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya siswa SD terampil berbicara dalam


bahasa Indonesia untuk mengembangkan keterampilannya dalam berpikir,
membaca, menulis, dan menyimak. Keterampilan berbicara siswa di Kota dengan
di Desa bisa berbeda berdasarkan asumsi bahwa siswa menguasai kosakata yang
berbeda sesuai wilayah tempat tinggalnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN di Kota
dengan di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun 2018/2019. Manfaat penelitian ini
sebagai penelitian rintisan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif komparatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
78 orang siswa kelas V SDN Gugus I dan SDN Gugus IV Kecamatan Praya
Timur Tahun 2018/2019, yang diambil dengan teknik propotional area sampling.
Teknik pengambilan data yaitu wawancara dan observasi. Metode observasi
performa siswa dalam bercerita digunakan untuk memperoleh nilai keterampilan
berbicara siswa. Data wawancara diolah dengan reduksi data, penyajian data, dan
kesimpulan. Data observasi diolah dengan teknik analisi uji t-test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor internal penyebab perbedaan keterampilan berbicara
siswa yaitu perbedaan motivasi dan minat siswa serta faktor eksternal yaitu
perbedaan tempat tinggal siswa yang berdampak pada kebiasaan berbicara dalam
bahasa Indonesia dan kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai. Nilai rata rata
keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN di Kota Kecamatan Praya Timur
tahun 2018/2019 yaitu 62 dan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa Kelas V
SDN di Desa di Kecamatan Praya Timur yaitu 50,4. Hasil uji t-test diperoleh thitung
3,36 > ttabel (db 78) (ts 5%) 1,99, sehingga, Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN di
Kota dengan di Desa berdasarkan lingkungan tempat tinggal siswa di Kecamatan
Praya Timur Tahun 2018/2019.

Kata Kunci : keterampilan berbicara siswa, siswa di kota, siswa di desa.

3
ABSTRACT

THE COMPARATIVE OF STUDENT BAHASA SPEAKING SKILL OF 5th


GRADERS IN ELEMENTARY SCHOOL AT CITY WITH VILLAGE
SUB-DISTRICT EAST PRAYA ACADEMIC YEAR 2018/2019
By:
Nur Azizah Ilhamiah, Ida Bagus Kade Gunayasa, Itsna Oktaviyanti
Elementary School Teacher Education
Departement of Science Education, FKIP, Mataram University

Nurazizah.ilhamiah@yahoo.com

The background of this research is urgency of bahasa speaking skill for


elementary school students to develop their skill in thinking, reading, writing, and
listening. Students bahasa speaking skill in elementary school in the city and in
the village can be the different based on assumption that students will master
bahasa vocabularies that depends on their live area. This research aims to
determine the differences of student bahasa speaking skill of 5th graders in
elementary school at city with village sub-district East Praya academic year
2018/2019. The benefit of this research is based research. The approach used in
this research is comparative descriptive approach. The sample in this study
amounted to 78 grade V students of Elementary School of Group I and Group IV
sub-district East Praya Academic Year 2018/2019, taken by propotional area
sampling technique. The collection data used are an interview and observation.
Observation method are used to obtain students' grades in bahasa speaking skill.
An interview was analysis by data reduction, display data, and verification. The
observation data obtained, processed by t-test analysis techniques. Based on the
research show that internal factor that can cause differences of student bahasa
speaking skill is the differences of students motivation and interest and external
factor is the differences of students live that can effect to students habit to
speaking in bahasa and bahasa vocabularies which students mastered. The results
showed that the average value of students in the city, sub-district East Praya
amounted 62 and the average value of students in the village, sub-district East
Praya amounted 50,4. After being analyzed using the t-test obtained t count
3.36>ttable (db 78) (ts 5%) 1.99. So that it can be concluded that Ho is rejected and
Ha accepted. It can be concluded that there are differences of student bahasa
speaking skill of 5th graders in elementary school at city and village, sub-district
East Praya academic year 2018/2019.
Keywords: students bahasa speaking skill, village students, city students

4
A. PENDAHULUAN

Belajar bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu cara strategis dan
efektif dalam mencapai tujuan semua mata pelajaran. Hal ini karena bahasa
Indonesia merupakan penghela semua mata pelajaran. Salah satu tujuan
belajar bahasa Indonesia adalah agar peserta didik mampu menguasai aspek
keterampilan berbicara secara efektif, karena keterampilan berbicara sangat
menunjang keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan berbicara sangat
urgen dikuasai oleh siswa sekolah dasar (SD) sebagai modal awal belajar ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan adalah sektor yang dianggap paling bertanggung jawab
untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depannya. Pendidikan
merupakan sarana strategis untuk membekali siswa SD agar memiliki
berbagai keterampilan, termasuk keterampilan berkomunikasi dalam bentuk
verbal. Kurangnya pembelajaran berbicara bahasa Indonesia yang menuntut
pada dialog dan komunikasi bagi setiap siswa SD menjadi salah satu
permasalahan di dunia pendidikan SD. Salah satu indikasi penyebab
kurangnya keterampilan siswa dalam berbicara yaitu karena pembelajaran
masih terpusat pada guru yang menerangkan materi yang diajarkan, sementara
siswa hanya mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang terbiasa menyampaikan gagasannya di depan
banyak orang. Ketika siswa ditanya sebuah permasalahan yang sebenarnya
siswa mengerti, namun belum dapat menjelaskannya dengan baik, maka pesan
dari siswa belum dapat tersampaikan kepada lawan bicara. Jika berbicara
secara efektif tidak dimulai sejak menempuh pendidikan dasar, maka akan
menjadi kebiasaan berbicara yang buruk pada jenjang kelas yang lebih tinggi
dan terus berkembang sampai dewasa. Hal ini tentu akan berdampak pada
kualitas interaksi seseorang dalam kesehariannya.
Dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari, tidak dapat
dihindari bahwa sebagian besar waktu masyarakat digunakan untuk berbicara
dalam berbagai konteks dan situasi. Saat ini, dengan adanya pengaruh
maraknya kemajuan teknologi, perkembangan dunia begitu cepat, bahkan
sudah sampai pada era yang biasa disebut dengan era revolusi industri 4.0.
Prasetyo (2016:2) berargumentasi bahwa manusia dapat bertahan di era 4.0
setidaknya harus memiliki 3 literasi utama, yaitu literasi data, literasi
teknologi, dan literasi manusia. Dari tiga literasi ini, terdapat literasi manusia
yang menyangkut keterampilan memimpin, bekerja dalam tim, dan menjalin
hubungan dengan manusia lintas budaya. Semua literasi tersebut sangat erat
kaitannya dengan keterampilan berbicara. Oleh karena itu, di era revolusi
industri 4.0 ini, keterampilan berbicara sangat urgen dikuasai oleh guru dan
mulai dipelajari oleh siswa.
Selanjutnya, sejalan dengan Badan Nasional Standar Pendidikan
(BNSP), pada tahun 2010 mempublikasikan elemen-elemen dalam kerangka
pembelajaran global dalam kurikulum di Indonesia yang disebut 4K, salah
satunya keterampilan berkomunikasi (BNSP, 2010). Kebijakan BNSP ini
menandakan bahwa praktik pendidikan dan pembelajaran di Indonesia pada
5
tahun-tahun berikutnya akan mengutamakan dan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi untuk siswa.
Dalam standar proses pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang
termuat dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 dijelaskan bahwa
pembelajaran harus bersifat interaktif. Pemberlakuan Kurikulum 2013 dengan
ciri utamanya “saintific approach” dan pengalaman belajar 5M, terdapat
salah satu langkah 1 M yaitu “mengkomunikasikan” yang menandakan bahwa
terdapat ruang cukup luas untuk mengembangkan keterampilan
berkomunikasi siswa dalam pembelajaran. Siswa dimotivasi dan didorong
untuk aktif dalam menyampaikan pertanyaan, pandangan serta ide-ide terkait
permasalahan yang sedang dipecahkan dalam pembelajaran.
Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah
Dasar juga dinyatakan oleh Farris (dalam Supriyadi, 2005:179) bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu
mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.
Kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar perlahan akan terlatih ketika
mereka belajar mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan,
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Tarigan (2008: 16) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara
adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Keterampilan berbicara siswa yang cukup baik, akan berpengaruh
baik terhadap keterampilan menyampaikan gagasan dan baik dalam
berinteraksi dengan keluarga, guru, siswa, dan warga sekolah. Ketika pesan
yang disampaikan baik dan cara penyampaiannya juga sesuai, maka tidak
akan terjadi kesalahan komunikasi. Saat siswa sudah duduk di SD kelas V,
keterampilan berbicara siswa sudah dapat diukur berdasarkan aspek
kebahasaan yang meliputi lafal, kosakata, serta struktur dan aspek non
kebahasaan yang terdiri dari materi, kelancaran, dan gaya berbicara,
contohnya dengan memberikan siswa tugas bercerita berdasarkan
pengalamannya, berpidato, presentasi di depan kelas, dan lain-lain.
Dalam perkembangan praktik berbicara siswa kelas tinggi, terdapat
perbedaan penguasaan keterampilan berbicara. Salah satu indikasi
penyebabnya adalah karena perbedaan lokasi lingkungan. Perbedaan letak
geografis juga mempengaruhi keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat
ditinjau dari ciri-ciri umum masyarakat kota dan desa. Masyarakat kota
umumnya bersifat individual, dimana setiap kepentingan individu lebih
menonjol dibandingkan dengan sikap solidaritas dan gotong royong. Sistem
pembagian kerja di kota memiliki kejelasan target pencapaian kerja menurut
keterampilan dan keahlian masing-masing. Masyarakat kota lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial yang disebabkan oleh adanya
pengaruh keterbukaannya terhadap pembaharuan.
Sementara, masyarakat di desa diasumsikan memiliki sistem
kehidupan yang masih berkelompok dengan asas kekeluargaan, homogen
seperti dalam hal pekerjaan, agama, tata pengaturan sosial, dan adat istiadat.
Hubungan antarwarga terjalin lebih mendalam dibandingkan dengan
6
hubungan mereka dengan masyarakat lainnya di kota. Dari segi penggunaan
bahasa Indonesia di kota lebih dominan daripada di desa, karena di kota
terdapat berbagai macam latar belakang bahasa daerah, sehingga bahasa
Indonesia menjadi pemersatu bahasa masyarakat. Sementara di desa,
masyarakat masih menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang sosial yang berbeda, jika ditinjau dari
lembaga pendidikan, maka hal ini dapat berpengaruh pada keterampilan
berbicara siswa. Adanya pengaruh tingkah laku dan kebiasaan sosial
masyarakat di desa dan di kota menjadi penyebab perbedaan keterampilan
berbicara. Siswa yang berlatar belakang di kota, cenderung lebih terampil
dalam berbicara dalam bahasa Indonesia karena siswa banyak berinteraksi
menggunakan bahasa Indonesia dengan teman-temannya, sehingga kosakata
dalam bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak dari siswa di desa.
Sementara, asumsi tentang keterampilan berbicara siswa di desa masih
kurang, salah satunya karena siswa biasanya masih menggunakan bahasa
daerah, sehingga kosakata dalam bahasa Indonesia yang dikuasai lebih sedikit
dari siswa di kota.
Dari dua wilayah yang berbeda di desa dengan kota, terdapat
perbedaan terutama pada latar belakang masyarakat, baik secara sosial
maupun aspek lainnya, hampir dapat dipastikan akan mempengaruhi kegiatan
pembelajaran di sekolah, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Pembelajaran bahasa
Indonesia mengarahkan siswa agar memiliki empat keterampilan berbahasa,
yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca serta pengetahuan dan
apresiasi pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara salah satu guru kelas V
SD di SDN Gugus I yang berada di kota dan salah satu guru kelas V (lima) SD
di Gugus IV di desa, Kecamatan Praya Timur, didapatkan tentang asumsi
keterampilan berbicara secara umum dari 2 gugus tersebut. Pada Kelas V SDN
di dua gugus ini, sama-sama membelajarkan keterampilan berbicara dalam
muatan mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan kurikulum
2013, memiliki guru kelas V yang sama-sama sudah sertifikasi, namun
keterampilan berbicara siswanya sangat berbeda jika diperhatikan dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pelajaran bahasa Indonesia pada salah satu SDN di
SDN Gugus IV yang berada di desa, mulai terlihat bahwa siswa antusias
belajar dalam materi keterampilan berbicara, namun guru kelas kurang
memperhatikan siswa secara penuh, sehingga siswa kurang optimal dalam
pembelajaran. Sementara pelaksanaan pelajaran bahasa Indonesia pada salah
satu SDN di SDN gugus I yang berada di kota, terlihat antusias dari siswa dan
guru selama proses keterampilan berbicara. Kesenjangan ini menarik untuk
diteliti lebih lanjut, karena masing-masing guru dan siswa di kota dengan di
desa seharusnya memiliki keterampilan berbicara yang tidak jauh berbeda
dengan dasar bahwa kedua gugus menerapkan kurikulum 2013 serta dipandu
oleh guru-guru yang sudah mendapat sertifikasi guru.

7
Berdasarkan permasalahan tersebut, akan diteliti lebih lanjut
tentang “Perbandingan Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar
Negeri Kelas V di Kota (Gugus I) dengan di Desa (Gugus IV) Kecamatan
Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Tahun Pelajaran 2018/2019”
dengan dasar pentingnya keterampilan berbicara untuk siswa dalam
menghadapai era revolusi industri empat koma nol. Selain itu, belum
pernah dilaksanakan penelitian sejenis di SDN gugus I dan gugus IV
Kecamatan Praya Timur.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di Kota Kecamatan Praya
Timur Tahun Pelajaran 2018/2019?. (2) Bagaimana keterampilan
berbicara siswa SDN kelas V di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun
Pelajaran 2018/2019?. (3) Adakah perbedaan keterampilan berbicara siswa
SDN kelas V di Kota dengan di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun
Pelajaran 2018/2019?.
Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di Kota Kecamatan Praya
Timur Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Untuk mengetahui keterampilan
berbicara siswa SDN kelas V di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun
Pelajaran 2018/2019.(3) Untuk mengetahui perbedaan keterampilan
berbicara siswa SDN kelas V di Kota dengan di Desa Kecamatan Praya
Timur Tahun Pelajaran 2018/2019.

B. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS


Teori yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan Berbicara
Manusia sebagai makhluk sosial saling membutuhkan
antarsesama untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk
menyampaikan pesan keperluannya harus dilakukan dengan cara
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Media yang
diperlukan untuk menyampaikan pesan tersebut adalah bahasa.
Keberhasilan berkomunikasi sangat ditentukan oleh keterampilan
seseorang dalam berbicara. Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan seseorang dalam menyampaikan pesan lisan akibat
dari aktivitas mendengarkan dalam berinteraksi dengan banyak
orang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara
adalah faktor kebahasaan (linguistik) berupa pelafalan, kosakata,
dan struktur. Faktor nonkebahasaan (nonlinguistic) meliputi
kelengkapan isi cerita, kelancaran, dan gaya berbicara. Seorang
guru yang berniat untuk membuat siswa-siswanya memiliki
keterampilan berbicara secara mumpuni dapat membuat atau
menggunakan instrumen berdasarkan 2 aspek faktor penunjang
pada kegiatan berbicara.

8
Tujuan pembelajaran berbicara dapat dirumuskan sebagai
berikut: (1) Untuk menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain,
yakni mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bentuk
bahasa lisan. (2) Menyampaikan pesan kepada orang lain yang
secara sosial dapat diterima, tidak menyinggung, tidak
merendahkan, tidak mengandung SARA dan lain sebagainya.
Pembelajaran keterampilan berbicara: (1) membuat siswa berbicara
dengan mudah dan lancar (2) siswa belajar berbicara jelas (3) siswa
berlatih bertanggung jawab (4) membentuk siswa agar berpikir
kritis.
Metode atau teknik pengajaran berbicara yaitu dengan
teknik dialog sederhana, teknik dialog dengan gambar, dramatisasi
suatu tindakan, menyelesaikan kalimat, paragraf atau cerita
pendek, pengucapan ulang, lihat-ucapkan, menjawab pertanyaan,
melanjutkan, reka gambar, belajar secara berkelompok, bermain
peran, wawancara, parafrase, formula sosial dan dialog-dialog,
tugas-tugas yang berorientasi pada masyarakat. Teknik penilaian
dalam pengajaran berbicara yaitu respon terbimbing, bercerita
singkat, dan bercerita bebas. Pembelajaran berbicara dalam bahasa
Indonesia perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
2. Siswa SDN di Kota
Siswa SDN di Kota adalah siswa yang sedang menempuh
pendidikan dasar yang berlatar belakang sosial tempat tinggal atau
sekolah di daerah industri dengan kehidupan yang dinamis,
mobilitas tinggi, dan fasilitas belajar cukup memadai.
3. Siswa SDN di Desa
Siswa SDN di desa adalah siswa yang sedang menempuh
pendidikan dasar yang berlatar belakang sosial tempat tinggal atau
sekolah di daerah pedesaan, kadang relatif terbatas dalam fasilitas
belajar. Masyarakat desa biasanya berkelompok atas dasar
kekeluargaan, lebih bersifat homogen seperti dalam hal mata
pencaharian, agama, tata pengaturan sosial, dan adat istiadat.

C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif-kualitatif (campuran),
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif, yaitu
pendekatan yang bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua variabel
atau lebih. Pendekatan ini akan membuat peneliti dapat mengetahui
deskripsi tentang perbedaan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN di
Kota dengan di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019.
Adapun variabel dalam penelitian ada dua yaitu variabel bebas
(Independen) dan variabel terikat (Dependen). Variabel Independen (X)
dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas V SDN di kota (Gugus I)
Kecamatan Praya Timur (X1) dan Siswa Kelas V SDN di desa (Gugus

9
IV) Kecamatan Praya Timur (X2). Variabel Dependen (Y) yaitu
Keterampilan Berbicara Siswa.
Penelitian ini telah dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu
dengan 6 hari efektif penelitian karena libur pada hari Rabu, 1 Mei 2019
(hari buruh Nasional). Kemudian libur pada hari Senin, 6 Mei 2019 dan
Selasa, 7 Mei 2019 karena libur awal puasa Ramadhan 1440H. Semua
SDN di Praya Timur menerapkan sistem full day school atau 5 hari aktif
masuk sekolah, sehingga dalam 1 hari peneliti dapat menjangkau hingga 3
SDN dari 13 SDN dengan strategi mewawancarai guru kelas V saat
mengantar surat penelitian ke SDN. Selain itu peneliti akan membuat form
jadwal penelitian untuk semua sekolah, sehingga terdapat konfirmasi dari
pihak sekolah dan peneliti secara sistematis, untuk menghindari
penundaan pelaksanaan penelitian.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN
Gugus I dan siswa kelas V SDN Gugus IV yang berjumlah 359 orang.
Adapun jumlah rinciannya untuk masing-masing Gugus, jumlah seluruh
siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019 adalah 192 orang dan jumlah seluruh siswa kelas V SDN
Gugus IV Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019 adalah 167
orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik proporsional area sampling (sampel wilayah). Sampel untuk siswa
kelas V SDN di Kota berjumlah 43 orang siswa, sementara sampel untuk
siswa kelas V SDN di Desa berjumlah 35 orang siswa.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan
wawancara. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui
performa siswa dalam bercerita pengalaman pribadinya dalam mengisi
kemerdekaan. Sementara metode wawancara digunakan untuk
mendapatkan informasi dari guru kelas V SDN di Kota dengan di Desa
tentang keterampilan berbicara siswanya.
Adapun uji instrumen penelitian yang digunakan untuk menguji
kelayakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterampilan
berbicara siswa, yaitu:
1. Uji Validitas (r product moment)
rxy =

Jika rxy ≥ rtabel, maka butir item instrumen dikatakan valid


Jika rxy ≤ rtabel, maka butir item instrumen dikatakan tidak valid

2. Uji Reliabilitas (Alfa Cronbach)


ri =
Jika ri > rtabel, maka item reliabel
Jika ri < rtabel, maka item tidak reliabel

10
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini aterdiri
atas data kualitatif dan kuantitatif, maka pengolahan menggunakan 2 jenis
perhitungan, yaitu perhitungan kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data: Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
2. Penyajian Data (Data Display): Setelah dilakukan reduksi data, maka
langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data: Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas,
Analisis Kuantitatif dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Deskriptif: Analisis deskriptif dilakukan untuk
menggambarkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN di kota
(Gugus I) dan desa (Gugus IV) Kecamatan Praya Timur, Tahun
Pelajaran 2018/2019. Analisis deskriptif dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis Deskriptif Statistics.
2. Uji Normalitas Data: Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui
kondisi data apakah berdistrisbusi normal atau tidak. Kondisi data
berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis
menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas data pada penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah data keterampilan berbicara
siswa yang didapatkan terdistribusi normal atau tidak. Pengujian dapat
dilakukan dengan rumus Chi-Square, kriteria pengujian jika
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data keterampilan berbicara
siswa dikatakan terdistribusi normal. Rumus uji statistik Chi-Square
sebagai berikut :
(x2) =
3. Uji Homogenitas Data: Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
homogenitas data yang akan dianalisis. Homogenitas varian di uji
berdasarkan rumus :

F=

Nilai varian S2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus


seperti berikut:

11
4. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, teknis analisis data yang digunakan
yaitu uji t komparatif 2 sampel independen karena dalam penelitian ini
terdapat 2 kelompok sampel independen (siswa di kota dan siswa di
desa). Rumus:
-
t=

Jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima


Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Analisis Validitas Instrumen


Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
Aspek rhitung rtabel Keputusan
1 0,399 0,339 Valid
2 0,669 0,339 Valid
3 0,703 0,339 Valid
4 0,487 0,339 Valid
5 0,353 0,339 Valid
6 0,619 0,339 Valid
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa semua butir
aaiaspek penilaian termasuk valid. Karena keseluruhan hasil analisis
aaibutir aspek penilaian rhitung > rtabel sehingga dapat dikatakan aspek
aaipenilaian dalam instrumen tersebut valid.

2. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen


Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas
Hasil hitung ri
(Realibilitas Kriteria Interpretasi
Instrumen)
0,504 0,00 – 0,20 = sangat rendah cukup
0,21 – 0,40 = rendah
0,41 – 0,60 = cukup
0,61 – 0,80 = tinggi
0,81 – 1,00 = sangat tinggi
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa instrumen
observasi keterampilan berbicara tersebut dapat dikatakan reliabel
karena hasil analisis ri sebesar 0,41 yang termasuk dalam kategori
cukup.

12
3. Hasil Penelitian

a. Hasil Wawancara
Tabel 4.4. Tabel Kesimpulan Wawancara
Wilayah Faktor Penyebab Perbedaan
Keterampilan Berbicara Siswa
Kota  Suksesnya pembelajaran keterampilan berbicara
tergantung dari stimulus dari guru.
 Faktor lingkungan dan teman bermain
 Isi buku yang dibaca
 Motivasi dan antusiasme dari siswa, guru, orang
tua dan teman-temannya.

Desa  Faktor kebiasaan, motivasi, minat, dan


lingkungannya.
 Faktor teman dan gurunya.

Berdasarkan wawancara, dapat disimpulkan bahwa faktor


penyebab perbedaan keterampilan berbicara siswa di kota yaitu
tergantung dari suksesnya pembelajaran keterampilan berbicara
tergantung dari stimulus dari guru, faktor lingkungan dan teman
bermain, isi buku yang dibaca, motivasi dan antusiasme dari siswa,
guru, orang tua dan teman-temannya. Sementara itu, faktor
penyebab perbedaan keterampilan berbicara siswa di desa yaitu
faktor kebiasaan, motivasi, minat, lingkungannya, faktor teman dan
gurunya.
b. Hasil Observasi Performa Siswa
1) Analisis Deskriptif
Tabel 4.5
Analisis Deskriptif Keterampilan Berbicara Siswa di Kota
Nilai X1 (Siswa Kota)
Maximum 87
Minimum 38
Range 49
Mean 62,18
Standard Deviation 175,96
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata siswa kota sebesar 62,18 dengan nilai terendah 38
sedangkan nilai tertinggi 87. Sehingga range atau jarak
nilai terendah dengan nilai tertinggi sebesar 49.

13
Tabel 4.6
Analisis Deskriptif Keterampilan Berbicara Siswa di Desa*
Nilai X1 (Siswa Kota)
Maximum 71
Minimum 25
Range 46
Mean 50,43
Standard Deviation 127,58
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata siswa desa sebesar 50,43 dengan nilai terendah 25 sedangkan
nilai tertinggi 71. Sehingga range atau jarak nilai terendah dengan
nilai tertinggi sebesar 46. Adapun penyebaran datanya dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.

4.1 Grafik Keterampilan Berbicara Siswa SDN Kelas V di Kota dengan


di Desa Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah.

4.7 Kriteria Keterampilan Berbicara Siswa di Kota


Pedoman Konversi Interval Kategori
M + 2SD s/d M + 3SD 79-87 Sangat Baik
M + 1SD s/d M + 2SD 70-79 Baik
M ± 1SD 60-69 Cukup
M – 2SD s/d M – 1SD 48-59 Kurang Baik
M – 3SD s/d M – 2SD 38-47 Tidak Baik

4.8 Kriteria Keterampilan Berbicara Siswa di Desa


Pedoman Konversi Interval Kategori
M + 2SD s/d M + 3SD 65-73 Sangat Baik
M + 1SD s/d M + 2SD 55-64 Baik
M ± 1SD 45-54 Cukup
M – 2SD s/d M – 1SD 35-44 Kurang Baik
M – 3SD s/d M – 2SD 25-34 Tidak Baik

14
Nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa di kota yaitu
62,18 sehingga kategori keterampilan berbicara siswa kota cukup,
begitu juga keterampilan berbicara siswa di desa, nilai rata-rata
keterampilan berbicara siswa 50,43 sehingga kategori keterampilan
berbicara siswa perkotaan cukup.
2) Hasil Uji Normalitas Data

Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berbicara Siswa Desa
Variabel N Α Keputusa Kesimpulan
n
Hitung Tabel
Siswa Kota (X1) 43 0,05 1,843 11,070 H0 Normal
Siswa Desa (X2) 35 0,05 9,664 11,070 diterima Normal
H0
diterima

Dari hasil perhitungan uji normalitas pada tabel 4.7 tersebut


diatas, dapat disimpulkan data variabel X1 siswa kota memiliki
hitung lebih kecil dari tabel, yaitu 1,843. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa data siswa kota berdistribusi normal. Sama
halnya dengan variabel X2 siswa di desa, memiliki hitung lebih
kecil dari tabel, yaitu 9,664 sehingga data pada siswa di desa
berdistribusi normal.
3) Uji F (Homogenitas Varians)

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas

F-Test Two-Sample for Variances

Nilai X1 Nilai X2
(Siswa Kota) (Siswa Desa)
Mean 62,18 50,43
Df 44 44
Varians 30.918,26 13,611
F 2,271
Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan F test pada taraf
signifikansi 0,05 Fhitung = 2,271 < Ftabel (ts 5%) (df 78) = 2,73. Jadi
dapat disimpulkan data keterampilan berbicara siswa tersebut
homogen.
4) Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan deskripsi data dan uji prasyarat analisis data,


menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka
pengujian hipotesis dapat dilaksanakan dengan statistik parametris.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji-t dua

15
sampel independen karena dalam penelitian ini terdapat dua
kelompok sampel independen (siswa kota dan siswa desa). Dengan
menggunakan pengujian hipotesis dapat diketahui mengenai ada
atau tidak ada perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN kelas
V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019. Sebelum menggunkan uji hipotesis, hipotesis alternatif
(Ha) “Ada perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di
kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019” yang diajukan diubah menjadi Hipotesis nihil (Ho)
“Tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN
kelas V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019” karena yang diuji dalam statistik adalah hipotesis nihil.
Hipotesis yang diuji adalah: Ho: Tidak ada perbedaan
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di kota dan desa
Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis

Nilai X1 Nilai X2
Mean 62,18 50,43
Variance 30.918,26 13,611
Observations 43 35
Df 78
t Stat 3,36
thitung= 3,36 dan ttabel = 1,99

Kriteria Pengujian:
H0 diterima = thitung < ttabel dan H0 ditolak = thitung > ttabel
Dengan membandingkan besarnya nilai thitung data keterampilan
berbicara siswa dengan ttabel (0,05) maka dapat diketahui bahwa thitung lebih
besar daripada ttabel (0,05) sebesar 3,36 maka hal ini menunjukkan bahwa
(Ho) “Tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN kelas
V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019”
ditolak. Sedangkan (Ha) “Ada perbedaan keterampilan berbicara siswa
SDN kelas V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019” diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima. Bisa di ambil kesimpulan bahwa ada perbedaan
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di kota dan desa Kecamatan
Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang
perbedaan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN di Gugus I dan di
Gugus IV Kecamatan Praya Timur yang sudah dibahas sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (a) faktor perbedaan
keterampilan berbicara siswa di SDN Kota dan di Desa yaitu suksesnya
16
pembelajaran keterampilan berbicara tergantung dari stimulus dari guru,
faktor lingkungan dan teman bermain, isi buku yang dibaca, motivasi,
minat, dan antusiasme dari siswa, guru, orang tua dan teman-temannya,
dan kebiasaan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia. (b)
eterampilan berbicara siswa kelas V SDN di kota kecamatan Praya Timur
Tahun Pelajaran 2018/2019 memiliki nilai rata-rata 62 dengan nilai
tertinggi 87 dan nilai terendah 38. (c) Keterampilan berbicara siswa kelas
V SDN di desa kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019
memiliki nilai rata-rata 50,43 dengan nilai tertinggi 71 dan nilai terendah
25. (d) Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata keterampilan
berbicara siswa SDN Kelas V di kota dengan siswa desa kecamatan Praya
Timur Tahun Pelajaran 2018/2019. Siswa kelas V SDN di Kota
mendapatkan nilai sebesar 62 dengan kategori cukup dan siswa desa
sebesar 50,43 dengan kategori cukup juga. (e) Terdapat perbedaan
signifikansi antara dua kelompok sampel (Siswa Kota dan Siswa Desa)
berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menggunakan t-test. Dengan
hasil analisis data yakni nilai thitung yang diperoleh sebesar 3,36
sedangkan ttabel 1,99 pada taraf signifikansi 0,05 sehingga thitung lebih
besar dari ttabel (3,36 > 1,99) pada taraf signifikansi 5% sehingga
penelitian ini dapat dinyatakan “signifikan”. Hal ini menunjukkan bahwa
Hipotesis nihil (HO) “Tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara
siswa SDN kelas V di Kota dengan Desa kecamatan Praya Timur Tahun
Pelajaran 2018/2019” ditolak, sedangkan Hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan “Ada perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di
Kota dengan Desa kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019”
diterima.
Saran-saran setelah penelitian ini adalah bagi: (a) guru hendaknya
selalu memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa lebih
semangat dalam belajar terutama pada pelajaran keterampilan berbicara
atau bahasa Indonesia dengan memberikan stimulus dan kesempatan bagi
siswa. (2) bagi siswa, agar lebih meningkatkan minat belajarnya dan
banyak berlatih menggunakan bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia
adalah pemersatu semua bahasa daerah di Indonesia. Siswa perlu
mengutamakan bahasa Indonesia, mempelajari bahasa asing, dan
melestarikan budaya daerah. (c) bagi peneliti selanjutnya, yang akan
melakukan penelitian dengan tema yang sama dengan penelitian ini,
disarankan untuk lebih teliti lagi menentukan lokasi penelitian, karena
dalam penelitian ini sudah terlihat perbandingannya namun mungkin tidak
begitu besar karena lokasi penelitian yang berdekatan. Untuk melihat
perbandingan selanjutnya disarankan menggunakan lokasi yang jauh dari
17
variabel lain agar terlihat jelas perbandingannya. Namun hasil
perbandingannya tidak selalu siswa SDN di kota yang lebih rendah dari
iswa SDN di desa, bisa saja yang SDN di desa lebih tinggi nilai
keterampilan berbicaranya karena berbagai faktor lainnya. Pada penelitian
ini juga peneliti tidak melihat dari semua aspek atau faktor yang
mempengaruhi keterampilan berbicara siswa, ada beberapa aspek yang
tidak diteliti seperti dari segi emosional, bakat, faktor jasmaniah, sikap dan
lingkungan keluarga, karena keterbatasan peneliti. Sehingga penelitan
kedepannya diharapkan melihat semua aspek agar hasilnya lebih menjamin
dalam generalisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar Mengajar, Keterampilan Berbahasa &


Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang

Al-Hakim, Suparlan. 2015. Pengantar Studi Masyarakat Indonesia. Malang:


Madani

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Astini, Rukmana. 2017. Studi Komparatif Prestasi Belajar Siswa Kota di


Kecamatan Sandubaya dengan Prestasi Belajar Siswa di Desa Kecamatan
aaaaa Narmada Tahun Pelajaran 2016/2017. Mataram: Jurnal Universitas
aaaaa Mataram

Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP). 2010. Elemen dalam Kerangka


Pembelajaran Global dalam Kurikulum di Indonesia. Jakarta

Basrowi. 2014. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia

Bintarto. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia


Indonesia

Bukian, Putu Ardana. 2018. Pengembangan Instrumen Penilaian Kinerja


Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Diakses
dari https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ika/article/view pada tanggal
09 April 2019

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2011. KBBI Edisi ke-3. Jakarta: Pusat Bahasa

Maufu, Syibli. 2014. Konsep Pembelajaran Berbicara di Madrasah Ibtidaiyah


(Suatu Pendekatan dan Praktik dalam Pembelajaran) Jurnal Al Ibtida’
Pendidikan Guru MI Vol.1 No.1. Diakses dari
http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal diakses pada tanggal 9 April 2019

Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Cetakan V.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyati. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas


Terbuka

Nababan, Sri Utari. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia. Yogyakarta: BPFE
19
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. 2016. Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud

Prasetyo. 2016. Public Speaking for Public Speaker Pdf. Surabaya. Diakses dari
http://eprint.ums.ac.id/40840 pada tanggal 25 Desember 2018

Ridwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:


Alfabeta

Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Pada Proses


Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sadiman, A. S., dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Jakarta: Rajagrafindo

Safitri, Risnia. 2018. Studi Deskriptif-Komparatif Prestasi Belajar Matematika


Siswa Kelas III Kota dan Desa di SDN Kecamatan Ampenan Tahun
2017/2018. Mataram: Jurnal Universitas Mataram

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo


Persada

Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Soelaeman, M. Munandar. 1992. Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: Eresco

Sudiana. 2011. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Bermain


Peran Terhadap Kemampuan Berbicara ditinjau dari Bakat Verbal Siswa
Kelas XI SMA N 2 Bangli. Bandung: Jurnal UPI

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Cetakan ke-27
Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Rineka Cipta

Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara

Tambunan, Pandapotan. 2018. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Sekolah Dasar


Jurnal FKIP Universitas Quality. Diakses dari
http://www.portaluniversitasquality.ac.id:5388/ojssystem pada tanggal 08
April 2019

Tarigan. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa Bandung
Widyantoro. 2011. Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Pendekatan
Pengalaman Berbahasa di Sekolah Dasar. Diakses dari http//www.staf.uny.ac.id
pada tanggal 15 Februari 2019
20

Anda mungkin juga menyukai