JURNAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
1
2
ABSTRAK
Oleh:
Nur Azizah Ilhamiah, Ida Bagus Kade Gunayasa, Itsna Oktaviyanti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Nurazizah.ilhamiah@yahoo.com
3
ABSTRACT
Nurazizah.ilhamiah@yahoo.com
4
A. PENDAHULUAN
Belajar bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu cara strategis dan
efektif dalam mencapai tujuan semua mata pelajaran. Hal ini karena bahasa
Indonesia merupakan penghela semua mata pelajaran. Salah satu tujuan
belajar bahasa Indonesia adalah agar peserta didik mampu menguasai aspek
keterampilan berbicara secara efektif, karena keterampilan berbicara sangat
menunjang keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan berbicara sangat
urgen dikuasai oleh siswa sekolah dasar (SD) sebagai modal awal belajar ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan adalah sektor yang dianggap paling bertanggung jawab
untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depannya. Pendidikan
merupakan sarana strategis untuk membekali siswa SD agar memiliki
berbagai keterampilan, termasuk keterampilan berkomunikasi dalam bentuk
verbal. Kurangnya pembelajaran berbicara bahasa Indonesia yang menuntut
pada dialog dan komunikasi bagi setiap siswa SD menjadi salah satu
permasalahan di dunia pendidikan SD. Salah satu indikasi penyebab
kurangnya keterampilan siswa dalam berbicara yaitu karena pembelajaran
masih terpusat pada guru yang menerangkan materi yang diajarkan, sementara
siswa hanya mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang terbiasa menyampaikan gagasannya di depan
banyak orang. Ketika siswa ditanya sebuah permasalahan yang sebenarnya
siswa mengerti, namun belum dapat menjelaskannya dengan baik, maka pesan
dari siswa belum dapat tersampaikan kepada lawan bicara. Jika berbicara
secara efektif tidak dimulai sejak menempuh pendidikan dasar, maka akan
menjadi kebiasaan berbicara yang buruk pada jenjang kelas yang lebih tinggi
dan terus berkembang sampai dewasa. Hal ini tentu akan berdampak pada
kualitas interaksi seseorang dalam kesehariannya.
Dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari, tidak dapat
dihindari bahwa sebagian besar waktu masyarakat digunakan untuk berbicara
dalam berbagai konteks dan situasi. Saat ini, dengan adanya pengaruh
maraknya kemajuan teknologi, perkembangan dunia begitu cepat, bahkan
sudah sampai pada era yang biasa disebut dengan era revolusi industri 4.0.
Prasetyo (2016:2) berargumentasi bahwa manusia dapat bertahan di era 4.0
setidaknya harus memiliki 3 literasi utama, yaitu literasi data, literasi
teknologi, dan literasi manusia. Dari tiga literasi ini, terdapat literasi manusia
yang menyangkut keterampilan memimpin, bekerja dalam tim, dan menjalin
hubungan dengan manusia lintas budaya. Semua literasi tersebut sangat erat
kaitannya dengan keterampilan berbicara. Oleh karena itu, di era revolusi
industri 4.0 ini, keterampilan berbicara sangat urgen dikuasai oleh guru dan
mulai dipelajari oleh siswa.
Selanjutnya, sejalan dengan Badan Nasional Standar Pendidikan
(BNSP), pada tahun 2010 mempublikasikan elemen-elemen dalam kerangka
pembelajaran global dalam kurikulum di Indonesia yang disebut 4K, salah
satunya keterampilan berkomunikasi (BNSP, 2010). Kebijakan BNSP ini
menandakan bahwa praktik pendidikan dan pembelajaran di Indonesia pada
5
tahun-tahun berikutnya akan mengutamakan dan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi untuk siswa.
Dalam standar proses pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang
termuat dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 dijelaskan bahwa
pembelajaran harus bersifat interaktif. Pemberlakuan Kurikulum 2013 dengan
ciri utamanya “saintific approach” dan pengalaman belajar 5M, terdapat
salah satu langkah 1 M yaitu “mengkomunikasikan” yang menandakan bahwa
terdapat ruang cukup luas untuk mengembangkan keterampilan
berkomunikasi siswa dalam pembelajaran. Siswa dimotivasi dan didorong
untuk aktif dalam menyampaikan pertanyaan, pandangan serta ide-ide terkait
permasalahan yang sedang dipecahkan dalam pembelajaran.
Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah
Dasar juga dinyatakan oleh Farris (dalam Supriyadi, 2005:179) bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu
mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.
Kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar perlahan akan terlatih ketika
mereka belajar mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan,
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Tarigan (2008: 16) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara
adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Keterampilan berbicara siswa yang cukup baik, akan berpengaruh
baik terhadap keterampilan menyampaikan gagasan dan baik dalam
berinteraksi dengan keluarga, guru, siswa, dan warga sekolah. Ketika pesan
yang disampaikan baik dan cara penyampaiannya juga sesuai, maka tidak
akan terjadi kesalahan komunikasi. Saat siswa sudah duduk di SD kelas V,
keterampilan berbicara siswa sudah dapat diukur berdasarkan aspek
kebahasaan yang meliputi lafal, kosakata, serta struktur dan aspek non
kebahasaan yang terdiri dari materi, kelancaran, dan gaya berbicara,
contohnya dengan memberikan siswa tugas bercerita berdasarkan
pengalamannya, berpidato, presentasi di depan kelas, dan lain-lain.
Dalam perkembangan praktik berbicara siswa kelas tinggi, terdapat
perbedaan penguasaan keterampilan berbicara. Salah satu indikasi
penyebabnya adalah karena perbedaan lokasi lingkungan. Perbedaan letak
geografis juga mempengaruhi keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat
ditinjau dari ciri-ciri umum masyarakat kota dan desa. Masyarakat kota
umumnya bersifat individual, dimana setiap kepentingan individu lebih
menonjol dibandingkan dengan sikap solidaritas dan gotong royong. Sistem
pembagian kerja di kota memiliki kejelasan target pencapaian kerja menurut
keterampilan dan keahlian masing-masing. Masyarakat kota lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial yang disebabkan oleh adanya
pengaruh keterbukaannya terhadap pembaharuan.
Sementara, masyarakat di desa diasumsikan memiliki sistem
kehidupan yang masih berkelompok dengan asas kekeluargaan, homogen
seperti dalam hal pekerjaan, agama, tata pengaturan sosial, dan adat istiadat.
Hubungan antarwarga terjalin lebih mendalam dibandingkan dengan
6
hubungan mereka dengan masyarakat lainnya di kota. Dari segi penggunaan
bahasa Indonesia di kota lebih dominan daripada di desa, karena di kota
terdapat berbagai macam latar belakang bahasa daerah, sehingga bahasa
Indonesia menjadi pemersatu bahasa masyarakat. Sementara di desa,
masyarakat masih menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang sosial yang berbeda, jika ditinjau dari
lembaga pendidikan, maka hal ini dapat berpengaruh pada keterampilan
berbicara siswa. Adanya pengaruh tingkah laku dan kebiasaan sosial
masyarakat di desa dan di kota menjadi penyebab perbedaan keterampilan
berbicara. Siswa yang berlatar belakang di kota, cenderung lebih terampil
dalam berbicara dalam bahasa Indonesia karena siswa banyak berinteraksi
menggunakan bahasa Indonesia dengan teman-temannya, sehingga kosakata
dalam bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak dari siswa di desa.
Sementara, asumsi tentang keterampilan berbicara siswa di desa masih
kurang, salah satunya karena siswa biasanya masih menggunakan bahasa
daerah, sehingga kosakata dalam bahasa Indonesia yang dikuasai lebih sedikit
dari siswa di kota.
Dari dua wilayah yang berbeda di desa dengan kota, terdapat
perbedaan terutama pada latar belakang masyarakat, baik secara sosial
maupun aspek lainnya, hampir dapat dipastikan akan mempengaruhi kegiatan
pembelajaran di sekolah, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Pembelajaran bahasa
Indonesia mengarahkan siswa agar memiliki empat keterampilan berbahasa,
yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca serta pengetahuan dan
apresiasi pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara salah satu guru kelas V
SD di SDN Gugus I yang berada di kota dan salah satu guru kelas V (lima) SD
di Gugus IV di desa, Kecamatan Praya Timur, didapatkan tentang asumsi
keterampilan berbicara secara umum dari 2 gugus tersebut. Pada Kelas V SDN
di dua gugus ini, sama-sama membelajarkan keterampilan berbicara dalam
muatan mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan kurikulum
2013, memiliki guru kelas V yang sama-sama sudah sertifikasi, namun
keterampilan berbicara siswanya sangat berbeda jika diperhatikan dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pelajaran bahasa Indonesia pada salah satu SDN di
SDN Gugus IV yang berada di desa, mulai terlihat bahwa siswa antusias
belajar dalam materi keterampilan berbicara, namun guru kelas kurang
memperhatikan siswa secara penuh, sehingga siswa kurang optimal dalam
pembelajaran. Sementara pelaksanaan pelajaran bahasa Indonesia pada salah
satu SDN di SDN gugus I yang berada di kota, terlihat antusias dari siswa dan
guru selama proses keterampilan berbicara. Kesenjangan ini menarik untuk
diteliti lebih lanjut, karena masing-masing guru dan siswa di kota dengan di
desa seharusnya memiliki keterampilan berbicara yang tidak jauh berbeda
dengan dasar bahwa kedua gugus menerapkan kurikulum 2013 serta dipandu
oleh guru-guru yang sudah mendapat sertifikasi guru.
7
Berdasarkan permasalahan tersebut, akan diteliti lebih lanjut
tentang “Perbandingan Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar
Negeri Kelas V di Kota (Gugus I) dengan di Desa (Gugus IV) Kecamatan
Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Tahun Pelajaran 2018/2019”
dengan dasar pentingnya keterampilan berbicara untuk siswa dalam
menghadapai era revolusi industri empat koma nol. Selain itu, belum
pernah dilaksanakan penelitian sejenis di SDN gugus I dan gugus IV
Kecamatan Praya Timur.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di Kota Kecamatan Praya
Timur Tahun Pelajaran 2018/2019?. (2) Bagaimana keterampilan
berbicara siswa SDN kelas V di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun
Pelajaran 2018/2019?. (3) Adakah perbedaan keterampilan berbicara siswa
SDN kelas V di Kota dengan di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun
Pelajaran 2018/2019?.
Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di Kota Kecamatan Praya
Timur Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Untuk mengetahui keterampilan
berbicara siswa SDN kelas V di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun
Pelajaran 2018/2019.(3) Untuk mengetahui perbedaan keterampilan
berbicara siswa SDN kelas V di Kota dengan di Desa Kecamatan Praya
Timur Tahun Pelajaran 2018/2019.
8
Tujuan pembelajaran berbicara dapat dirumuskan sebagai
berikut: (1) Untuk menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain,
yakni mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bentuk
bahasa lisan. (2) Menyampaikan pesan kepada orang lain yang
secara sosial dapat diterima, tidak menyinggung, tidak
merendahkan, tidak mengandung SARA dan lain sebagainya.
Pembelajaran keterampilan berbicara: (1) membuat siswa berbicara
dengan mudah dan lancar (2) siswa belajar berbicara jelas (3) siswa
berlatih bertanggung jawab (4) membentuk siswa agar berpikir
kritis.
Metode atau teknik pengajaran berbicara yaitu dengan
teknik dialog sederhana, teknik dialog dengan gambar, dramatisasi
suatu tindakan, menyelesaikan kalimat, paragraf atau cerita
pendek, pengucapan ulang, lihat-ucapkan, menjawab pertanyaan,
melanjutkan, reka gambar, belajar secara berkelompok, bermain
peran, wawancara, parafrase, formula sosial dan dialog-dialog,
tugas-tugas yang berorientasi pada masyarakat. Teknik penilaian
dalam pengajaran berbicara yaitu respon terbimbing, bercerita
singkat, dan bercerita bebas. Pembelajaran berbicara dalam bahasa
Indonesia perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
2. Siswa SDN di Kota
Siswa SDN di Kota adalah siswa yang sedang menempuh
pendidikan dasar yang berlatar belakang sosial tempat tinggal atau
sekolah di daerah industri dengan kehidupan yang dinamis,
mobilitas tinggi, dan fasilitas belajar cukup memadai.
3. Siswa SDN di Desa
Siswa SDN di desa adalah siswa yang sedang menempuh
pendidikan dasar yang berlatar belakang sosial tempat tinggal atau
sekolah di daerah pedesaan, kadang relatif terbatas dalam fasilitas
belajar. Masyarakat desa biasanya berkelompok atas dasar
kekeluargaan, lebih bersifat homogen seperti dalam hal mata
pencaharian, agama, tata pengaturan sosial, dan adat istiadat.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif-kualitatif (campuran),
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif, yaitu
pendekatan yang bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua variabel
atau lebih. Pendekatan ini akan membuat peneliti dapat mengetahui
deskripsi tentang perbedaan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN di
Kota dengan di Desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019.
Adapun variabel dalam penelitian ada dua yaitu variabel bebas
(Independen) dan variabel terikat (Dependen). Variabel Independen (X)
dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas V SDN di kota (Gugus I)
Kecamatan Praya Timur (X1) dan Siswa Kelas V SDN di desa (Gugus
9
IV) Kecamatan Praya Timur (X2). Variabel Dependen (Y) yaitu
Keterampilan Berbicara Siswa.
Penelitian ini telah dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu
dengan 6 hari efektif penelitian karena libur pada hari Rabu, 1 Mei 2019
(hari buruh Nasional). Kemudian libur pada hari Senin, 6 Mei 2019 dan
Selasa, 7 Mei 2019 karena libur awal puasa Ramadhan 1440H. Semua
SDN di Praya Timur menerapkan sistem full day school atau 5 hari aktif
masuk sekolah, sehingga dalam 1 hari peneliti dapat menjangkau hingga 3
SDN dari 13 SDN dengan strategi mewawancarai guru kelas V saat
mengantar surat penelitian ke SDN. Selain itu peneliti akan membuat form
jadwal penelitian untuk semua sekolah, sehingga terdapat konfirmasi dari
pihak sekolah dan peneliti secara sistematis, untuk menghindari
penundaan pelaksanaan penelitian.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN
Gugus I dan siswa kelas V SDN Gugus IV yang berjumlah 359 orang.
Adapun jumlah rinciannya untuk masing-masing Gugus, jumlah seluruh
siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019 adalah 192 orang dan jumlah seluruh siswa kelas V SDN
Gugus IV Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019 adalah 167
orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik proporsional area sampling (sampel wilayah). Sampel untuk siswa
kelas V SDN di Kota berjumlah 43 orang siswa, sementara sampel untuk
siswa kelas V SDN di Desa berjumlah 35 orang siswa.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan
wawancara. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui
performa siswa dalam bercerita pengalaman pribadinya dalam mengisi
kemerdekaan. Sementara metode wawancara digunakan untuk
mendapatkan informasi dari guru kelas V SDN di Kota dengan di Desa
tentang keterampilan berbicara siswanya.
Adapun uji instrumen penelitian yang digunakan untuk menguji
kelayakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterampilan
berbicara siswa, yaitu:
1. Uji Validitas (r product moment)
rxy =
10
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini aterdiri
atas data kualitatif dan kuantitatif, maka pengolahan menggunakan 2 jenis
perhitungan, yaitu perhitungan kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data: Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
2. Penyajian Data (Data Display): Setelah dilakukan reduksi data, maka
langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data: Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas,
Analisis Kuantitatif dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Deskriptif: Analisis deskriptif dilakukan untuk
menggambarkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN di kota
(Gugus I) dan desa (Gugus IV) Kecamatan Praya Timur, Tahun
Pelajaran 2018/2019. Analisis deskriptif dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis Deskriptif Statistics.
2. Uji Normalitas Data: Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui
kondisi data apakah berdistrisbusi normal atau tidak. Kondisi data
berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis
menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas data pada penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah data keterampilan berbicara
siswa yang didapatkan terdistribusi normal atau tidak. Pengujian dapat
dilakukan dengan rumus Chi-Square, kriteria pengujian jika
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data keterampilan berbicara
siswa dikatakan terdistribusi normal. Rumus uji statistik Chi-Square
sebagai berikut :
(x2) =
3. Uji Homogenitas Data: Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
homogenitas data yang akan dianalisis. Homogenitas varian di uji
berdasarkan rumus :
F=
11
4. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, teknis analisis data yang digunakan
yaitu uji t komparatif 2 sampel independen karena dalam penelitian ini
terdapat 2 kelompok sampel independen (siswa di kota dan siswa di
desa). Rumus:
-
t=
12
3. Hasil Penelitian
a. Hasil Wawancara
Tabel 4.4. Tabel Kesimpulan Wawancara
Wilayah Faktor Penyebab Perbedaan
Keterampilan Berbicara Siswa
Kota Suksesnya pembelajaran keterampilan berbicara
tergantung dari stimulus dari guru.
Faktor lingkungan dan teman bermain
Isi buku yang dibaca
Motivasi dan antusiasme dari siswa, guru, orang
tua dan teman-temannya.
13
Tabel 4.6
Analisis Deskriptif Keterampilan Berbicara Siswa di Desa*
Nilai X1 (Siswa Kota)
Maximum 71
Minimum 25
Range 46
Mean 50,43
Standard Deviation 127,58
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata siswa desa sebesar 50,43 dengan nilai terendah 25 sedangkan
nilai tertinggi 71. Sehingga range atau jarak nilai terendah dengan
nilai tertinggi sebesar 46. Adapun penyebaran datanya dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
14
Nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa di kota yaitu
62,18 sehingga kategori keterampilan berbicara siswa kota cukup,
begitu juga keterampilan berbicara siswa di desa, nilai rata-rata
keterampilan berbicara siswa 50,43 sehingga kategori keterampilan
berbicara siswa perkotaan cukup.
2) Hasil Uji Normalitas Data
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berbicara Siswa Desa
Variabel N Α Keputusa Kesimpulan
n
Hitung Tabel
Siswa Kota (X1) 43 0,05 1,843 11,070 H0 Normal
Siswa Desa (X2) 35 0,05 9,664 11,070 diterima Normal
H0
diterima
Nilai X1 Nilai X2
(Siswa Kota) (Siswa Desa)
Mean 62,18 50,43
Df 44 44
Varians 30.918,26 13,611
F 2,271
Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan F test pada taraf
signifikansi 0,05 Fhitung = 2,271 < Ftabel (ts 5%) (df 78) = 2,73. Jadi
dapat disimpulkan data keterampilan berbicara siswa tersebut
homogen.
4) Hasil Uji Hipotesis
15
sampel independen karena dalam penelitian ini terdapat dua
kelompok sampel independen (siswa kota dan siswa desa). Dengan
menggunakan pengujian hipotesis dapat diketahui mengenai ada
atau tidak ada perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN kelas
V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019. Sebelum menggunkan uji hipotesis, hipotesis alternatif
(Ha) “Ada perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di
kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019” yang diajukan diubah menjadi Hipotesis nihil (Ho)
“Tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN
kelas V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019” karena yang diuji dalam statistik adalah hipotesis nihil.
Hipotesis yang diuji adalah: Ho: Tidak ada perbedaan
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di kota dan desa
Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis
Nilai X1 Nilai X2
Mean 62,18 50,43
Variance 30.918,26 13,611
Observations 43 35
Df 78
t Stat 3,36
thitung= 3,36 dan ttabel = 1,99
Kriteria Pengujian:
H0 diterima = thitung < ttabel dan H0 ditolak = thitung > ttabel
Dengan membandingkan besarnya nilai thitung data keterampilan
berbicara siswa dengan ttabel (0,05) maka dapat diketahui bahwa thitung lebih
besar daripada ttabel (0,05) sebesar 3,36 maka hal ini menunjukkan bahwa
(Ho) “Tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara siswa SDN kelas
V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019”
ditolak. Sedangkan (Ha) “Ada perbedaan keterampilan berbicara siswa
SDN kelas V di kota dan desa Kecamatan Praya Timur Tahun Pelajaran
2018/2019” diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima. Bisa di ambil kesimpulan bahwa ada perbedaan
keterampilan berbicara siswa SDN kelas V di kota dan desa Kecamatan
Praya Timur Tahun Pelajaran 2018/2019.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2011. KBBI Edisi ke-3. Jakarta: Pusat Bahasa
Prasetyo. 2016. Public Speaking for Public Speaker Pdf. Surabaya. Diakses dari
http://eprint.ums.ac.id/40840 pada tanggal 25 Desember 2018
Soelaeman, M. Munandar. 1992. Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: Eresco
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Cetakan ke-27
Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta
Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara