Sesuai Surat Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor : 08 Tahun 2006, PT. UMAS JAYA
FARM DAN PT. GREAT GIANT PINEAPPLE COMPANY memperoleh kuasa Perkebunan dan
pengolahan singkong dan nenas seluas 12.000 Ha. Areal dimaksud berada di Desa Bandar Sakti,
Kecamatan Bandar Jaya, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini merupakan bagian dari dokumen
AMDAL yang disusun untuk memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Sistematika
penyusunan dokumen ini mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Adapun identitas pemrakarsa dan konsultan penyusun dokumen ini adalah sebagai berikut :
Identitas pemrakarsa
Nama Perusahaan : PT. UMAS JAYA FARM & PT. GREAT GIANT
PINEAPPLE COMPANY
Direktur Utama : Bintang Timur
Alamat : Jl. Sultan Hasanuddin No. 56 Bandar Lampung.
Telp. (0721) 482631. Fax (0271) 481333 Provinsi
Lampung
Konsultan Penyusun
Nama Perusahaan : PT. Lestari Jaya Konsultan
Penanggung Jawab : Dr. Ir. Simanungkalit, MSc
Alamat Kantor : Jl. Jenderal Sudirman No. 36 Bogor 13220
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya dokumen
ini.
Jakarta, 15 November 2006
PT. Umas Jaya Farm
PT. Great Giant Pineapple Company
Bintang Timur
Direktur Utama
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Pernyataan, Maksud, dan Tujuan Pelaksanaan RKL-RPL....................................I-1
1.2. Pernyataan kebijakan lingkungan........................................................................I-2
LAMPIRAN .........................................................................................................................
a. Menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas alternatif,
tata letak (tata ruang mikro), lokasi dan rancang bangun proyek ;
b. Menanggulangi, meminimalisasi atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul pada
tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi ;
c. Meningkatkan dampak positif hingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada
pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut terkena dampak positif tersebut ;
d. Memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi
atas sumberdaya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi budaya dan
atau ekologis), sebagai akibat usaha dan atau kegiatan dimaksud.
Maksud pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah untuk memantau
seluruh komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak karena rencana kegiatan Pembangunan
Perkebunan Beserta Fasilitas Pendukung sehingga terjamin kelangsungan lingkungan hidup sesuai
standar hidup yang ditetapkan. Sedangkan tujuan dari pelaksanaan RPL adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui secara dini dan kontinyu perubahan kualitas lingkungan sebagai akibat dari
pelaksanaan kegiatan perkebunan singkong dan nenas, oleh PT. Umas Jaya Farm dan PT.
Great Giant Pineapple Company, sehingga dapat segera diambil langkah pengendaliannya
secara cepat dan tepat.
DOKUMEN AMDAL RKL-RPL
Rencana Kegiatan Pembukaan Lahan Perkebunan Singkong dan Nenas beserta Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan
Singkong Dan Nenas Di Kabupaten Lampung Jaya, Provinsi Lampung.
b. Sebagai sarana evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan.
c. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang terkait dalam rangka penyempurnaan
program pengelolaan lingkungan.
Manajemen dan seluruh karyawan PT. Umas Jaya Farm dan PT. Great Giant Pineapple
Company akan memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Semua kegiatan operasional hotel dan apartemen akan selalu berorientasi untuk perlindungan
lingkungan hidup yang nyaman dan sesuai standar yang telah ditetapkan. PT. Umas Jaya Farm dan PT.
Great Giant Pineapple Company berkomitmen untuk melaksanakan RKL dan RPL serta akan
bertanggung jawab untuk menanggulangi dampak-dampak yang berpotensi timbul karena rencana
kegiatan Pembangunan perkebunan Beserta Fasilitas Pendukung.
RKL merupakan upaya penanganan dampak lingkungan yang berpotensi muncul karena
rencana kegiatan. RKL merupakan pedoman praktis bagi manajemen Perkebunan singkong dan nenas
sekaligus pabrik pengelolaan singkong dan nenas untuk melaksanakan pengendalian, pengurangan,
dan pengelolaan dampak pada seluruh komponen lingkungan yang berpotensi terjadi karena kegiatan
Pembangunan perkebunan beserta fasilitas pendukung. RKL juga merupakan dasar bagi instansi
pengawas untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di
lingkungan perkebunan singkong dan nenas di kabupaten lampung.
Lampiran 1. (Lanjutan)
Rencana Pengelolaan Lingkungan Instansi
Ta Lokasi Mempertahankan Waktu dan
Pencegahan dan Pelaksanaan
ha Jenis Dampak Sumber Dampak Tolok Ukur Tujuan Upaya Pengelolaa dan Periode
Penanggulangan Pengelolaan Pengawas Pelapor
p Pengelolaan n Mengembangkan Pengelolaan
Dampak Negatif
Dampak Positif
-
informasi kawasan
lindung dan larangan
mengganggu vegetasi
dan satwa liar yang ada
di sempadan sungai.
Sosial Ekonomi :
- Pelatihan
konservasi tanah
dan air
- Penyuluhan
secara berkala
kepada para pekerja
- Penyuluhan
kepada masyarakat
dan karyawan
secara berkala
- Menyediakan
dana yang memadai
Institusi :
- Membentuk unit
pengelolaan
lingkungan
- Bekerjasama
dengan instansi
terkait
Institusi
- Bekerjasama
dengan instansi
terkait, tokoh agama,
Organisasi Pemuda
dan LSM
Sosekbud Peningkatan - Persaing Membuka - Desa - - insidentil PT. UJF dan - Dinas - Pemda
Peluang Kerja, an usaha Peluang dan Bandar sesuai PT GGPC Perkebunan Lampung
Peningkatan - Tindaka Kesempatan Agung kebutuhan Lampung Tengah
Pendapatan, n kriminal Kerja - Desa
Peningkatan - Perubah Lempuya Tengah - Kandep
Peluang Berusaha, an pranata ng Bandar - Dinas Koperasi
Persepsi sosial - Desa Lingkungan - Kandep
Masyarakat - Konflik Bandar Hidup naker
Sakti Lampung - Muspika
- Desa Tengah
Tanjung
Anom
- Desa
Kijung
- Desa
Bandar
Raja
2.1.1. Penanganan Dampak Erosi Tanah dan Penurunan Debit Air Tanah.
Dampak negatif ini merupakan dampak dari kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan, dan
penebangan pohon-pohon yang berada dalam areal kebun.. Terbukanya lahan dari penutupan vegetasi
(hutan rawang/hutan sekunder, semak belukar dan padang alang-alang) sebagai akibat kegiatan
pembukaan areal perkebunan akan menyebabkan menurunnya resapan tanah terhadap air hujan karena
hilangnya perakaran yang dapat meningkatkan resapan tanah terhadap air hujan. Menurunnya resapan
tanah ini akan menyebabkan meningkatnya aliran permukaan.
Peningkatan aliran permukaan yang terjadi akan mengalir masuk ke badan Sungai Pangubuan
dan anak-anak sungainya, beserta sungai Jorohitung. Pada puncak musim hujan peningkatan aliran
permukaan ini akan meningkatkan debit puncak sungai yang berada di areal pembangunan perkebunan
singkong dan nenas ini. Namun demikian karena akan ditanami singkong dan nenas maka
diprakirakan jumlah manusia dan makhluk hidup lainnya yang terkena dampak, luas pesebarannya,
lamanya dampak berlangsung, dan intensitasnya, relatif kecil sampai sedang, selama berlangsungnya
kegiatan perkebunan.
Erosi tanah dapat terjadi pada waktu musim penghujan (dalam kurun waktu ± 5 bulan).
Sebab waktu musim penghujan tanaman singkong dan nenas baru mulai tumbuh, sehingga
kemampuan untuk mengikat air permukaan tanah relatif kecil. Pada awal-awal penanaman ini areal
kebun sangat rentang terhadap laju erosi. Untuk itu upaya meminimalisir laju erosi perlu dilakukan.
Setelah kegiatan perkebunan ini berjalan setahun, kondisi lahan sudah mulai toleransi terhadap
laju erosi. Karena pada saat itu, tanaman nenas sudah difungsikan untuk mengendalikan laju
permukaan air tanah.
Hal yang perlu diantisipasi terhadap erosi tanah adalah pada areal-areal kebun singkong.
Dengan mempertimbangkan keadaan iklim, karakteristik tanaman perkebunan, keadaan kelerengan
tanah, dan kondisi lahan pasca penebangan, pihak manejemen dalam membangun perkebunan, akan
mempertimbangkan keseimbangan lingkungan. Bila upaya-upaya meminimalisir laju erosi tanah, akan
dapat mengendalikan penurunan kualitas air sungai, penurunan keanekaragaman satwa liar, dan
penurunan keanekaragaman habitat perairan.
2.1.2. Penanganan Dampak Pembuangan Limbah Cair dan Erosi terhadap Penurunan Kualitas
Air.
Pengelolaan dampak penurunan kualitas air Sungai Pangubuan dan anak-anak sungai (DAS
dan sub DAS) akibat limbah cair dari proses pengolahan singkong dan buangan limbah akibat erosi
dirancang dua fase, yaitu fase pencegahan dan fase penanganan limbah. Pendekatan teknologi dalam
pengelolaan lingkungannya adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan unit pengolahan singkong dilakukan secara cermat dengan mengacu kepada
Standar Operation Procedure (SOP), yang meliputi tata letak (lay out) dan sanitasi pabrik
pengolahan ;
2) Pencegahan dampak melalui penerapan teknologi protektif, yaitu dengan menggunakan teknik
inhouse keeping. Tindakan Inhouse Keeping terhadap dampak pencemaran air ini merupakan
upaya mengurangi debit air buangan yang tercemar, menekan intensitas pencemaran,
pengendalian operasi pabrik dan kehilangan bahan baku dapat ditekan seminimal mungkin, serta
menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat ;
3) Pembuatan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk menetralkan limbah cair yang berasal
dari pengolahan singkong, sebelum dibuang ke sungai .
Pada umumnya limbah tapioka terdiri dari dua jenis bahan buangan yaitu yang terbentuk padat
dan cair. Limbah padat yang dihasilkan antara lain ampas, kulit luar, kulit sub-periderm, dan pecahan-
pecahan singkong (chips) yang lolos dari alat pengupas dan pencuci. Dalam kapasitas penuh
diperkirakan menghasilkan limbah padat singkong 500 ton/hari. Sedangkan limbah nenas terdiri dari
dua jenis bahan buangan yaitu yang berbentuk padat dan cair. Limbah padat yang dihasilkan antara
lain kulit luar dan bonggol. Dengan kapasitas produksi buah segar 1.200 ton/hari, maka dihasilkan
limbah padat sejumlah kurang lebih 400 ton/hari.
Penanganan terhadap limbah-limbah padat tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
1) Limbah padat berupa ampas dan potongan-potongan yang dihasilkan dikelola dengan cara
pengeringan. Penjemuran dilakukan diatas lantai semen berukuran 1230 x 115 m 2. dalam satu hari
ampas yang dihasilkan kira-kira 440 ton/hari (kadar air 75%). Penjemuran ampas biasanya diatur
pada ketebalan 2,5-3,5 cm sehingga dalam waktu 10 s/d 12 jam dengan beberapa kali pengadukan
DOKUMEN AMDAL RKL-RPL
Rencana Kegiatan Pembukaan Lahan Perkebunan Singkong dan Nenas beserta Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan
Singkong Dan Nenas Di Kabupaten Lampung Jaya, Provinsi Lampung.
kadar air yang rendah ini kemudian dikirim ke pabrik asam sitrat yang digunakan sebagai bahan
baku substrat. Sedangkan campuran sub periderm dan chips yang telah dikeringkan akan menjadi
gaplek berkualitas rendah.
2) Kulit luar dan tanah limbah singkong, dikumpulkan dan untuk sementara dimanfaatkan
untuk menimbun jalan (road filling) di areal.
3) Limbah padat dari nenas diolah untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak (sapi).
Dengan demikian, limbah padat yang dihasilkan tidak merupakan masalah, dan sebaiknya
dapat dimanfaatkan sebagai komoditi yang menghasilkan nilai tambah.
1) Tetap mempertahankan keutuhan vegetasi pada sempadan sungai yang melewati areal
perkebunan singkong dan nenas, yaitu 100 m kanan-kiri sungai sebagai areal konservasi flora dan
fauna sebagai green belt dan perlindungan sempadan sungai yang berfungsi sebagai pencegah
erosi dan habitat tumbuhan serta satwa liar yang terdegradasi akibat kegiatan proyek (kantong
satwa).
3) Pemasangan papan informasi tentang larangan merusak tumbuhan dan larangan berburu di
sekitar sempadan sungai.
1) Memberikan prioritas kepada tenaga kerja lokal (seputar wilayah proyek) sesuai bidang
keahlian yang dimiliki, serta membuka kesempatan kepada tenaga kerja lokal (seputar wilayah
proyek maupun provinsi Lampung umumnya) sebagai pegawai, dengan terlebih dahulu mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan ;
2) Penerimaan tenaga kerja dilakukan secara terbuka, baik melalui koran lokal maupun
pengumuman-pengumuman yang disebar di tempat-tempat umum ;
4) Memberikan kesempatan, terutama pada penduduk lokal untuk membuka usaha-usaha rumah
makan dan atau usaha-usaha lainnya, di dalam areal proyek yang difasilitasi oleh pihak perusahaan
melalui Koperasi Karyawan yang akan dibentuk ;
5) Membantu mengembangkan usaha-usaha masyarakat yang telah ada dengan cara memberikan
modal stimulan dan pembinaan ;
Disamping itu, dengan adanya proyek pembangunan perkebunan singkong dan nenas,
diprakirakan akan terjadi mobilitas sosial dari daerah lain. Mobilisasi ini akan memberikan dampak
positif (perekonomian), dan dampak negatif, yaitu kemungkinan terjadinya tekanan penduduk,
kriminalitas, dan prostitusi, sehingga dikhawatirkan akan perubahan nilai-nilai sosial budaya yang
mendasar. Untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya dampak-dampak negatif tersebut, pihak
perusahaan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Meminta bantuan instansi-instasi terkait dan tokoh masyarakat (Tokoh Adat dan
Tokoh Agama), untuk mengontrolnya ;
2) Membangun suasana kehidupan beragama di lokasi proyek & lingkungan sekitarnya ;
3) Menindak dengan tegas, para pegawai yang melanggar ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan kriminalitas dan permasalahan sosial lainnya.
2) Kerjasama dalam meningkatkan dampak positif komponen sosial ekonomi, dilakukan dengan
instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Dinas Koperasi dan UKM, Perbankan, dan LSM yang bergerak dalam bidang konsultan usaha-
usaha kecil menengah ;
4) Pengawasan terhadap hasil kerja pengelolaan lingkungan oleh Dinas Perkebunan Lampung
Tengah dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.
Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) merupakan upaya penanganan dampak penting
terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan dari rencana kegiatan. Pemantauan merupakan kegiatan
yang berlangsung terus-menerus, sistematis dan terencana. Pemantauan dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan digunakan sebagai indikator mengevaluasi (compliance), kecenderungan dan
tingkat kritis dari rencana pengelolaan lingkungan hidup.
Uraian Rencana Pemantuan Lingkungan (RPL) perkebunan singkong dan nenas beserta pabrik
pengolahan tepung tapioka dan pengalengan nenas PT. Umas Jaya Farm dan PT. Great Giant
Pineapple Company pada masing-masing dampak penting dapat dirinci secara spesifik meliputi :
dampak penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan hidup yang dipantau, tujuan
rencana pemantauan lingkungan hidup, metode pemantauan lingkungan hidup, lokasi pemantauan
lingkungan hidup, jangka waktu dan frekuensi pemantauan serta institusi pemantauan lingkungan
hidup. Dampak penting yang dipantau dampak yang dikelola berdasarkan dampak yang ditimbulkan
dari kegiatan pembangunan perkebunan.
3.1.2 Kegunaaan
Kegunaan RPL bagi pemrakarsa, pemerintah, dan masyarakat dan instansi lain yaitu:
a. Bagi Pemrakarsa Kegiatan
Sebagai petunjuk kerja dalam rangka monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan
pengelolaan lingkungan.
3.2.4. Peningkatan Peluang Kerja, Peningkatan Pendapatan, Peluang Berusaha dan Persepsi
Masyarakat
3.2.4.1. Sumber Dampak
Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha merupakan dampak positif yang perlu
dikembangkan dan dipantau pengelolaannya. Dampak tersebut diakibatkan oleh pengerahan tenaga
kerja kebun, pembukaan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan
tanaman menghasilkan, serta program pemberdayaan masyarakat.
3.2.4.2. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter yang perlu dipantau berkaitan dengan terbukanya kesempatan dan berusaha antara
lain :
Peluang usaha yang dapat dimanfaatkan penduduk lokal.
Tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
Jumlah penduduk lokal yang terserap sebagai tenaga kerja tetap dan harian, serta
jumlah mitra kerja yang berasal dari masyarakat lokal.
Jabatan tertinggi tenaga kerja lokal
D. Keslingmas
- Ba - Ba
pedalda pedalda
Kabupaten Kab.
- P
- A Lampung Lampung
erairan - PT
- Peng - 6 nalisis Tengah Tengah
Sungai . Umas
Kesehatan - Limb amatan Bulan Deskriptif - Ba - Ba
Lingkunga ah Industri
- Mema
Langsung
Yang
Dan
Jaya Farm
pedalda pedalda
Sekali
ntau Melalui Dan PT.
1 n - Lim Di
Pemukima
Selama Tabulasi
Great
Provinsi Prov.
Kesehatan
Masyaraka bah Lapangan Pengusah Silang Lampung Lampung
Masyarakat n Dan Giant
t Pengelolaan - Waw Pemukima
aan - Pe Pineapple - Di - Di
ancara Kebun nilaian nas nas
n Sekitar Company
Ahli Kesehatan Kesehatan
Kab. Kab.
Lampung Lampung
Tengah. Tengah.
Seperti yang telah disebutkan dalam dokumen ANDAL, bahwa Pembukaan lahan perkebunan
beserta Fasilitas Pendukung berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan fisik-
kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, kesehatan masyarakat serta transportasi. Dan dalam rangka
menghindari, mencegah, meminimalisasi dan/atau mengendalikan dampak negatif dan meningkatkan
dampak positif, dilakukan dengan pengelolaan lingkungan, dan dalam melihat optimalisasi bentuk
pengelolaan tersebut dilakukanlah pemantauan lingkungan. Berdasarkan hasil rencana pengelolaan
lingkungan hidup terhadap dampak yang ditimbulkan dari rencana kegiatan pembangunan apartment.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun, Pasal 12 ayat 1 menyebutkan setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib
melakukan Penyimpanan Limbah B3. Selanjutnya dalam Pasal 12 ayat 3 disebutkan bahwa untuk
dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, setiap Orang wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
Untuk dapat memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 pada pasal 4 mensyaratkan untuk
kegiatan Penyimpanan Limbah B3, Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib memiliki Izin
Lingkungan dan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada walikota dan melampirkan
persyaratan izin. Pada studi AMDAL Pembukaan lahan serta pembangunan pabrik pengolahan
singkong dan nenas, telah diidentifikasi beberapa jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang dibutuhkan berdasarkan rencana pengelolaan lingkungan hidup. Adapun jenis izin tersebut
secara rinci dijelaskan pada Tabel 4.1.
Izin Pemanfaatan Air Setiap orang/perusahaan yang menghasilkan air limbah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Limbah Kabupaten Indragiri Hilir
Izin Incinerator Setiap orang/perusahaan yang menghasilkan limbah B3 Pelayanan Terpadu Kantor Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini merupakan bagian dari dokumen
AMDAL yang disusun untuk memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Sistematika
penyusunan dokumen ini mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Adapun identitas pemrakarsa dan konsultan penyusun dokumen ini adalah sebagai berikut :
Identitas pemrakarsa
Nama Perusahaan : PT. UMAS JAYA FARM & PT. GREAT GIANT
PINEAPPLE COMPANY
Direktur Utama : Bintang Timur
Alamat : Jl. Sultan Hasanuddin No. 56 Bandar Lampung.
Telp. (0721) 482631. Fax (0271) 481333 Provinsi
Lampung
Konsultan Penyusun
Nama Perusahaan : PT. Lestari Jaya Konsultan
Penanggung Jawab : Dr. Ir. Simanungkalit, MSc
Alamat Kantor : Jl. Jenderal Sudirman No. 36 Bogor 13220
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya dokumen
ini.
Jakarta, November 2006
PT. Umas Jaya Farm
PT. Great Giant Pineapple Company
Bintang Timur
Direktur Utama
Adiwibowo, S. 1990. Metode Evaluasi Dampak Makalah Khusus Penyusunan AMDAL. Fakultas
Pertanian IPB, Bogor.
Alikodra, H.S. 1980. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Anderson, S.H. 1985. Managing Our Wildlife Resources. Charles E. Merril Publishing Company. A.
Bell and Howell Company. Colombus, Ohio 43216
Animous. 1993. Journal of Tropical Forest Science. Vol. 6 number 2. Forest Research Institute
Malaysia, Kula Lumpur.
Arsjad, S. 1980. Pengawetan Tanah dan Air. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
__________ Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Pelestarian Alam. Komisi Pusat AMDAL.
Himpunan Peraturan Perundangan Dibidang AMDAL Kehutanan.
__________ 1980. Deskripsi Burung di Indonesia, Jilid II. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan
Alam. Bogor.
__________ 1985. Dasar-dasar Demografi. Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
__________ 1986. Metodologi Ilmu Sosial Dalam Andal Sosial dalam Temu Kaji Dampak Sosial
Pembangunan. Jakarta
__________ 1986. Kriteria Penentuan Tingkat Bahaya Erosi (TBE), Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan
Reboisasi Lahan, Departemen Kehutanan RI. Jakarta
Alikodra, H.S. 1980. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I Fakultas Kehutanan IPB.
Bauni, S. 1989. Teknuk-teknik Imobilisasi Satwa Liar (Wild Animal Imobilization Techniques). Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Berryman, A.A. 1987. The Theory and Classification of Outbreak in Barbosa, P and J.C. Schultz
(Eds.): Insect Outbreaks Academic Press, Inc. N.Y. Pp. 3-29
Kartasapoetra, A.G, dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta
Koesoebiono. 1990. Metode dan Teknik Analisis Biologi Perairan BKLH-MISETA IPB. Bogor.
Krebs, C.J. 1972. Ecology the Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper and Row
Publisher. New York.
Lovett, Donald L. 1981. Aguide to the Shrimps, Praws, Labsters and Crabs of Malaysia and
Singapore. Fac. of Fish. & Marine Sci. Univ. Pertanian Malaysia. Accasional Publ. No. 2.
Mendenhall, William and Ferry. Sincick, 1986. A Second Cource in Business Statistics; Regression
Analysis.
Needham, I.G & P.R. Needham. 1962. A guide to Study Freshwater Biology (5 sted) Holden Day
Inc. San Fransisco.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology (3 sthed) Toppan Co. Ltd. Tokyo.
PPT. 1982. Term of Reference. Survey Kapabilitas Tanah. Pusat Penelitian Tanah, Proyek Penelitian
Pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT) Nor. 22.
PPT. 1983. Term of Reference. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survey
dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Pusat Penelitian Tanah, Proyek Penelitian Pertanian
Menunjang Transmigrasi (P3MT). No. 59a/1983.
Sinukaban, N. 1988. Konservasi Tanah Dan Air. Jurusan Tanah - Faperta IPB.Bogor.
Soemarwoto, O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soeratmo, F. G. 1990. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soerianegara dan Indrawan. 1985. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1977. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Paradnya Paramitra. Jakarta.
Sugandhy, A. 1990. Baku Mutu Lingkungan sebagai Indikator Dampak Lingkungan Fisik. Makalah
Simposium Nasional AMDAL - I. PPLH-IPB, Februari 1990, Bogor.
Sumarjan, S. 1986. Dampak Sosial dari Pembangunan Nasional, dalam Temu Kaji Dampak Sosial
Pembangunan, Jakarta : KLH (manuskrift).