Nama :MULUDDIN
NIM :A1B015096
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan Judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pengurus
Organisasi(Kasus KSR PMI Universitas Mataram)”. Salawat serta salam
senantiasa tercurah pada makhluk yang mulia dan tersucikan Rasulullah SAW.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini melibatkan banyak
pihak dalam memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung hingga penulisan proposal ini terselesaikan.
Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada L.Edy Herman
Mulyono,SE.,MM sebagai dosen mata kuliah methode penelitian.
Proposal ini membahas mengenai penerapan gaya kepemimpinan Ketua
Umum KSR PMI UNRAM yang diterapkan di berbagai kegiatan,
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan Ketua Umum, menelaah kinerja pengurus pada organisasi KSR
PMI UNRAM serta menganalisis pengaruh penerapan gaya kepemimpinan Ketua
Umum terhadap kinerja pengurus organisasi.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan
dunia pendidikan pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar belakang…………………………………………………………………. 4
Rumusan masalah……………………………………………………………… 5
Tujuan penelitian……………………………………………………………….. 6
Manfaat penelitia……………………………………………………………….. 6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 31
BAB I
PENDAHULUAN
bagi setiap individu diperlukan berbagai bantuan atau kerja sama dari individu
baik dalam bentuk kelompok kecil maupun besar. Pengaturan itu di satu pihak
digerakkan kearah yang sama. Dengan demikian berarti di dalam setiap organisasi
kegiatan kepemimpinan.
Pada sisi lain, organisasi dapat pula terbentuk karena kesamaan sejumlah
individu atau merasa memiliki kepentingan yang sama pula. Dengan berhimpun di
dalam suatu kelompok, kesamaan dan kepentingan yang sama itu akan lebih
mudah diwujudkan dibandingkan jika perwujudannya dilakukan secara individual
merupakan suatu kepribadian. Dalam keadaan seperti itu seorang pemimpin harus
Pemimpin sebagai suatu kepribadian memiliki motivasi yang mungkin tidak sama
anggota organisasi agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan
terarah pada pencapaian tujuannya. Tujuan itu mungkin saja sesuatu yang
kehendak pemimpin yang terintegrasi atau bersifat implisit di dalamnya. Hal ini
merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan
sebuah kepompong yang tidur (tidak aktif) sampai pimpinan bertindak untuk
tujuan.
Pemimpin yang efektif akan selalu berusaha agar kehendaknya diterima dan
sebagai berikut :
kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk memberikan suatu tugas,
tugasnya.
b. Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas (Social Maturity and
motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi. Mereka bekerja keras lebih
efektif.
fungsi yang berbeda yang harus dilaksanakan. Adanya perbedaan peranan atau
karena itu, pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor individu atau
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin adalah pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi
kegiatan mempengaruhi atau memberi motivasi orang lain atau bawahan agar
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti
merupakan tipe kepemimpinan. Hal ini antara lain dinyatakan oleh Siagian (2003)
dan gaya kepemimpinan dipandang sebagai sinonim. Secara relatif ada tiga
macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis, demokratis dan laissez-
a. Otokratis
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara
antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan
harus ditinggalkan.
b. Demokratis
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih, dan
antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya
rasa ikut memiliki serta terbinanya moral yang tinggi. Sedang kelemahan
c. Laissez-Faire
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada
membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
tugas.
yang bersifat umum setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan
para bawahan.
pekerjaan.
c. Hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana yang
organisasi.
bahwa ada perbedaan yang menyolok, selain terletak pada kemampuannya untuk
bekerja dan tergantung pada motivasinya, dalam penerapannya lebih lanjut sering
tidak ditemukan pemimpin yang murni memiliki salah satu gaya kepemimpinan
yang telah disebutkan di atas. Sebenarnya tidak ada gaya kepemimpinan yang
dan James R. Rozenweig menyatakan bahwa: Tidak ada satu jalan terbaik untuk
beda. Menurut Rivai (2008), untuk menentukan gaya kepemimpinan yang efektif
bekerja.
ke situasi yang lain. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin untuk mengadakan
diagnosa dengan baik tentang situasi, sehingga pemimpin yang baik harus mampu:
pekerjaannya.
manusia.
kepemimpinan adalah suatu cara atau pola tindakan, tingkah laku pimpinan secara
keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari teori-teori dan hal-hal lain yang
pimpinan.
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi
suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau
atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan serta target,
kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat diketahui karena tidak ada tolok
ukurnya. Menurut Dessler (1997), kinerja merupakan prosedur yang meliputi (1)
penetapan standar kinerja; (2) penilaian kinerja aktual pegawai dalam hubungan
dengan standar-standar ini; (3) memberi umpan balik kepada pegawai dengan
Selain itu kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan
yang bersangkutan. Dengan kata lain, kinerja perorangan dan kinerja kelompok
kinerja sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja
atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Pengertian kinerja tersebut menunjukkan
dapat disimpulkan, kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab
yang menantang akan menarik keinginan intrinsik yang dimiliki orang untuk
penilaian kinerja atau prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses suatu
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai. Kegiatan ini dapat
organisasi.
dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar akan dapat membantu meningkatkan
yang ada di dalamnya, dan apabila ini terjadi akan menguntungkan organisasi itu
sendiri. Oleh karena itu penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal dengan
yang perlu diperhatikan adalah adanya suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.
Agar hasil kerja yang dicapai oleh setiap pengurus sesuai dengan mutu yang
1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang
yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat
diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa
kerjasama.
Dari berbagai uraian tentang kinerja pengurus yang telah dijelaskan dapat
disimpulkan bahwa kinerja pengurus merupakan hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan
dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan
berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan
untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur dan bertanggungjawab penuh atas
baik. Hubungan pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja
untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak
cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai
minat yang besar terhadap pekerjaanya. Atas dasar inilah selama perhatian
orang-orang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan
dan disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh
hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
KSR PMI UNRAM. Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Situasi
Karakteristik
Pemimpin Gaya Kepemimpinan: Karakteristik pengurus
1. Gaya Direktif
2. Gaya Konsultatif
3. Gaya Partisipatif
4. Gaya Delegatif
Keterangan:
: Garis Pengaruh
: Pengaruh karakteristik pengurus terhadap kinerja pengurus, tidak
menjadi fokus penelitian
2.4 Hipotesis
Untuk kepentingan penelitian ini, sesuai dengan tujuannya diajukan
PMI UNRAM.
UNRAM.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
suatu metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa, dan sebagainya
pada masa sekarang, dengan tujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran
tentang suatu hal tersebut secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. (Natsir, 1999).
3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pemilihan metode penelitian akan menentukan teknik dan alat pengumpulan
data yang digunakan. Secara umum, dalam penelitian kualitatif alat pengumpulan
data yang paling sering digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Kuesioner yaitu
beberapa daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti dan
berhubungan dengan variabel yang akan diteliti. Kuesioner biasanya berisikan data-
data responden yang terpilih dan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara.
Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu ( Khan& Cannel dalam Samiaji Sarosa,2012:37).
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan wawancara, hal
tersebut dilakukan dengan menggunakan wawancara Semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur adalah kompromi antara wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur. Pewawancara sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan
pemandu wawancara sebelum aktivitas wawancara dilaksanakan (Samiaji Sarosa,
2012:47).
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai beberapa pengurus yang ada di
organisasi KSR PMI Universitas Mataram.
Teknik dan metode analisis data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
telaah dokumen dan observasi untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan
nyata. Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh
manusia ( Esterberg dalam Samiaji Sarosa:2012:61). Dalam penelitian ini tipe
dokumen yang digunakan adalah dokumen tertulis dan catatan, dokumen di internet.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).
3.4 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiono (2009) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh pengurus di KSR PMI Universitas Mataram yang
berjumlah 24 orang.
Sampel adalah bagian atau keseluruhan dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2009). Sampel yang akan diteliti terbagi
atas 7 divisi terdiri dari divisi DPO
kepalangmerahan,Litbang,kewirausahaan,Humas,Rumah Tangga,biro perpustakaan
dan biro perlengkapan . Dengan karakteristik kerja yang cukup berbeda, sehingga hal
ini akan berpengaruh pada pola kinerja pengurus. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah sampling jenuh agar diperoleh keterwakilan data yang kuat.
Menurut Sugiyono (2010:85) bahwa istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel. Alasan selain menjadi pertimbangan
karena jumlah setiap bagian tergolong kecil, dimana sumberdaya peneliti
memungkinkan untuk melibatkan seluruh anggota populasi yang berjumlah 39
responden.