Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

DALAM PERUBAHAN IDENTITAS RADIO PRFM

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen
Etika & Komunikasi Bisnis

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Rini Rinawati, M.Si.

Oleh:
Faiza Sintia Mutmainna | 20080019003
Lina Wiyarsih | 20080019010
Rifqi Abdul Aziz | 2008001918
Tantri Trisahajani | 20080019

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ANALISIS KEPEMIMPINAN


TRANSFORMASIONAL DALAM PERUBAHAN IDENTITAS RADIO
PRFM”. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada bawahannya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. PRFM
selaku radio berita di kota Bandung melakukan terobosan dengan merombak
seluruh struktur organisasi untuk mencapai target sebagai radio berita no. 1 di
Kota Bandung.
Tujuan dari penelitian ini sebagai nilai tugas mata kuliah Manajemen Etika
& Komunikasi Bisnis Program Pacscasarjana, Universitas Islam Bandung dan
tujuan lain penelitian ini yaitu Mengetahui strategi RPFM dalam perubahan
segmentasi Radio PRFM Bandung Mengetahui gaya kepemimpinan dalam
perubahan segmentasi Radio PRFM Bandung.
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian kualitatif
yang mengutamakan pada penelitian yang mendalam, serta menggunakan teori
Path Goal agar bisa mengetahui dan menganalisis strategi yang digunakan oleh
pemimpin PRFM
Hasil dari penelitian ini yang berjudul “ANALISIS KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL DALAM PERUBAHAN IDENTITAS RADIO PRFM”
ini begitu banyak makna dan pesan di dalamnya. Hasil dari penelitian ini yaitu
kepemimpinan dan strategi yang digunakan mampu megubah segementasi dan
tujuan dengan cepat, hal tesebut dapat terjadi tentunya dengan koordinasi dan
konsistensi yang sesuai antara pemimpin dan karyawan.
Saran dari penulis disini adalah sebaiknya lebih intens dalam menjalin
hubungan dengan pendengar, tidak dengan melalui udara. Selanjutnya PRFM
harus memperkaya konten dalam strategi yang dilakukan agar khalayak tidak
jenuh dengan konten yang ada, sehingga PRFM dapat dinimati khalayak.

Kata Kunci : Kepemimpinan Transformasional, Radio, PRFM

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian.......................................................................................1
1.2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian................................................4
1.2.1. Fokus Penelitian...............................................................................4
1.2.2. Pertanyaan Penelitian.......................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
1.4. Kegunaan Penelitian.....................................................................................5
1.4.1. Kegunaan Teoritis............................................................................5
1.4.2. Kegunaan Praktis..............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. State of The Art.............................................................................................6
2.2. Roadmap Penelitian.....................................................................................8
2.3. Kerangka Konseptual...................................................................................9
2.3.1. Kepemimpinan.................................................................................9
2.3.2. Kepemimpinan Tranformasional....................................................11
2.3.3. Radio Siaran...................................................................................15
2.3.4. Radio Berita....................................................................................16
2.3.5. Path Goal Theory...........................................................................17

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode Penelitian.......................................................................................21
3.2. Objek Penelitian.........................................................................................21
3.3. Subjek Penelitian........................................................................................22

ii
3.4. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................22
3.5. Teknik Analisis Data..................................................................................23
3.6. Lokasi Penelitian........................................................................................25

BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Perjalanan PRFM.......................................................................................26
4.2. Kepemimpinan Transformasional PRFM..................................................27
4.3. Struktur Organisasi PRFM.........................................................................31
4.3.1. Job Description..............................................................................31
4.5. Visi dan Misi PRFM Bandung...................................................................33
4.5.1. Visi.................................................................................................33
4.5.2. Misi.................................................................................................34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan................................................................................................35
5.2. Saran...........................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
LAMPIRAN..........................................................................................................39

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Miles dan Huberman..............24


Gambar 4.1 Grafik Persaingan Radio Berdasarkan Genre Wilayah Kota
Bandung..........................................................................................29
Gambar 4.2 Waktu Khalayak Dalam Mendegarkan Radio Wilayah Kota
Bandung..........................................................................................30
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PRFM...........................................................31

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian


Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada bawahannya dalam upaya mencapai tujuan organisasi
(Handoko, 2011). Untuk mencapai kinerja maksimal, maka perusahaan harus
mampu menciptakan kondisi yang dapat mendorong dan memungkinkan
karyawan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta
keterampilan yang dimiliki secara optimal. Menurut Slamet (2007) kepemimpinan
adalah kekuatan, semangat, kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain yang mengikuti hasil pemikirannya atau mengerjakan
apa yang diharapkan sebagaimana yang telah ditentukan. Pemimpin perlu
dilibatkan dalam komunikasi dua arah, sehingga berdampak baik kepada
penyaluran aspirasi pegawai, menyediakan dukungan dan dorongan kepada
karyawan, memudahkan karyawan berinteraksi dan melibatkan para karyawan
dalam pengambilan keputusan.
Saskhin and Morris (1984:272) menyatakan bahwa perilaku organisasi
menyarikan tiga pendekatan studi kepemimpinan, yaitu sifat (trait), perilaku
(behavior), dan kontingensi (contingency). Hughes (Hughes, Ginnett, & G.J,
2002) menegaskan bahwa kepemimpinan bukanlah suatu posisi tertentu,
melainkan suatu proses kompleks yang melibatkan interaksi antara pemimpin,
lingkungan eksternal, dan bawahan. Berdasarkan pandangan ini, kepemimpinan
didefinisikan sebagai proses mempengaruhi kelompok terorganisasi yang
mengarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Beberapa studi empiris
pada organisasi bisnis dan nonbisnis menemukan bahwa efektivitas
kepemimpinan berdampak positif terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi.
Nowack (2004) menyimpulkan bahwa pegawai yang menilai atasannya memiliki
praktik kepemimpinan buruk (poor) menyebabkan pegawai memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk keluar dari organisasi, kepuasan kerja rendah,
dan stres kerja tinggi. Hasil studi ini mendukung hipotesis bahwa efektifitas

1
2

kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, stres, dan


komitmen organisasi.
Selain aspek kepemimpinan, untuk memperkuat kepuasan kerja dan
membangun komitmen pegawai, aspek komunikasi dalam kelompok juga
merupakan faktor yang penting. Komunikasi organisasi memegang peran penting
untuk mendukung efektifitas operasional organisasi. Aspek penting dari
komunikasi organisasi adalah potensi dari komunikasi itu sendiri sebagai alat
(tool) yang dapat dirancang manajemen untuk pencapaian tujuan organisasi.
Pentingnya komunikasi juga dapat dilihat dari manfaat bagi organisasi meliputi
fungsi pengendalian (kontrol dan pengawasan), motivasi, pengungkapan
emosional dan penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan. (Robbins,
2001)
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang berhasil mengarahkan dan
menggerakkan seseorang dan kelompok untuk melaksanakan seluruh kegiatan
yang telah direncanakan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Griffin, 2004). Pimpinan yang kurang memperhatikan bawahan
bahkan cenderung lebih bersikap otokratis, yaitu mengarahkan dan mengawasi
pegawai secara ketat untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
diinginkannya serta pimpinan lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan
daripada pengembangan para karyawan. Maka hal ini akan menyebabkan
ketidakpuasan para pegawai yang mempunyai keinginan untuk berkembang.
Keadaan ini akan menimbulkan turunnya kinerja yang mengakibatkan tidak
tercapainya target yang sudah direncanakan sebelumnya. Apabila keaadaan
tersebut tidak segera diambil tindakan, maka tujuan instansi untuk meningkatkan
kinerja karyawan dan kinerja instansi tidak dapat dicapai, serta akan menghambat
kelangsungan hidup instansi di masa yang akan datang.
Persaingan industri penyiaran semakin pesat. Salah satu media massa yang
tetap bertahan di tengah maraknya persaingan dan perkembangan adalah radio.
Survei Nielsen membuktikan bahwa radio tetap berada di hati para pendengarnya.
Ini terbukti durasi orang mendengarkan radio di tahun 2016 ini meningkat. Hasil
temuan Nielsen Radio Audience Measurement, seperti yang dirilis di
3

www.swa.co.id, menyebutkan, pada kuartal III/2016 menunjukkan 57% dari total


pendengar radio berasal dari generasi Z dan millenials. Meskipun internet tumbuh
pesat pada kuartal ini, tidak berarti bahwa jangkauan kependengaran radio
menjadi rendah. Kendati penetrasi media televisi (96%), media luar ruang (52%)
5 dan internet (40%) masih tinggi, namun media radio masih terbilang cukup baik
di angka (38%) pada kuartal ini. Angka penetrasi mingguan ini, menunjukkan
bahwa media radio masih didengarkan oleh sekitar 20 juta orang konsumen di
Indonesia.
Faktor sumber daya manusia memegang peranan penting agar dapat
memenangkan persaingan global. Keberhasilan perusahaan tidak lepas dari sosok
pemimpin yang mampu menggerakan dan mendorong karyawan untuk mencapai
visi dari perusahaan. Hal ini diperkuat jurnal Herminingsih (2011) studi terdahulu
melaporkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih efektif, produktif,
inovatif dan memuaskan untuk pengikut, kedua belah pihak bekerja menuju
organisasi yang baik didorong oleh visi dan nilai-nilai serta rasa saling percaya
dan menghormati.
Kepemimpinan dengan pendekatan baru sangat dibutuhkan untuk
menghadapi perubahan yang sangat cepat, baik internal maupun eksternal.
Dengan demikian dibutuhkan kepemimpinan yang bersifat transformatif, yaitu
kepemimpinan yang mampu mengembangkan gerakan inovatif, mampu
memberdayakan staf dan organisasi ke dalam suatu perubahan cara berpikir,
pengembangan visi, pengertian dan pemahaman tentang tujuan organisasi serta
membawa ke perubahan yang tidak henti hentinya atau terus menerus dengan
pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat, keahlian, kemampuan ide
dan pengalaman sehingga setiap pegawai merasa terlibat dan bertanggung jawab
dalam menyelesaikan pekerjaan. (Mujiasih & Hadi, 2003)
Dalam hal ini, kepemimpinan menjadi aspek penting dalam proses
kehidupan organisasi, Salah satunya kepemimpinan memiliki andil dan pengaruh
besar terhadap proses tranformasi Radio PRFM Bandung, dimana sebelumnya
merupakan radio wanita dengan format lifestyle berubah menjadi radio dengan
segmentasi multi segmen atau all segment dengan format news. Banyak proses
4

yang dilakukan oleh radio PRFM 107,5 Bandung dalam melakukan perubahan
identitas perusahaan, beberapa fase yang dilakukan hingga radio PRFM sampai
pada posisi radio news. Dalam mencapai tujuan, semua pihak bekerja sama hingga
mereka dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Transformasi adalah seluruh proses perubahan yang diperlukan untuk
memposisikan diri agar lebih baik dalam menyikapi dan menjawab tantangan-
tantangan bisnis baru, lingkungan usaha yang berubah secara cepat maupun
keinginan-keinginan baru yang muncul dari dalam. Awal mulanya radio PRFM
ini adalah radio hiburan dan berita dengan brand “Parahyangan” parahyangan ini
adalah perusahaan radio yang sudah cukup lama berdiri di tanah sunda, awal
berdiri radio ini adalah pada tahun 1989. Radio parahyangan sempat merubah
brand nya menjadi radio Mustika Parahyangan, menambahkan kata Mustika di
awal, yang membuat radio tersebut berubah dari radio hiburan menjadi radio
wanita, Radio yang sempat sangat di kenal di daerah Bandung ini tiba tiba
menghilang, dan saat ini tidak ada lagi terdengar nama parahyangan. Seiring
dengan perkembangan zaman, apakah radio tersebut bertahan mengikuti
perkembangan zaman, hingga saat ini akhirnya radio Parahyangan menjadi radio
PRFM dengan format news.
Transformasi atau perubahan pada organisasi merupakan salah satu kunci
dalam mencapai pengembangan organisasi. Organisasi terus berubah karena ia
adalah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan
yang direncanakan membutuhkan perhatian yang eksplisit terhadap masalah-
masalah dan kesempatan-kesempatan, perubahan ini juga terbantu oleh beberapa
pengalaman yang di dapatkan oleh suatu organisasi.

1.2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian


1.2.1. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah dipaparkan, peneliti
memfokuskan penelitian ini pada “Kepemimpinan Transformasional Dalam
Perubahan Identitas Radio PRFM?”.
5

1.2.2. Pertanyaan Penelitian


Bertolak dari latar belakang masalah yang sudah di jelaskan, maka
rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana transformasi RPFM dalam perubahan segmentasi Radio PRFM
Bandung?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan dalam perubahan segmentasi Radio
PRFM Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan konteks penelitian, maka tujuan dari penulisan penelitian ini,
yaitu :
1. Mengetahui strategi RPFM dalam perubahan segmentasi Radio PRFM
Bandung
2. Mengetahui gaya kepemimpinan dalam perubahan segmentasi Radio
PRFM Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian


1.4.1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
keilmuan bagi ilmu komunikasi khususnya mengenai pentingnya mempelajari
komunikasi bisnis dalam konteks kepemimpinan dalam sebuah organisasi.
Hasilnya juga dapat memberikan informasi ilmiah untuk mengembangkan ilmu
yang dapat dijadikan dalam penelitian lebih lanjut.

1.4.2. Kegunaan Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi yang terlibat secara
langsung dengan strategi radio dan strategi kepemimpinan untuk dapat lebih
memahami sehingga meminimalisir kesalahpahaman yang terjadi. Disamping itu
juga dapat memberi gambaran, pembelajaran dan masukan mengenai strategi
dalam memimpin radio.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. State of The Art


Beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain
tentang tema yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada penelitian-
penelitian di bawah ini :
1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Komunikasi
Terhadap Organizational Citizenship Behavior Di Hotel Inna Grand
Bali Beach, penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Sekar, A.A
Sagung Kartika Dewi, Komang Ardana ini berupaya mengetahui pengaruh
dari kepemimpinan transformasional dan komunikasi terhadap OCB.
Penelitian ini dilakukan di Hotel Inna Grand Bali Beach. Adapun jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 80 orang
karyawan dengan teknik proportionate stratified random sampling. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil
analisis menunjukan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap OCB di Hotel Inna Grand Bali Beach dan
komunikasi juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB di
Hotel Inna Grand Bali Beach. Seorang pemimpin dan komunikasi
memiliki peranan penting bagi berjalanya suatu perusahaan karena jika
dalam suatu perusahaan tidak memiliki seorang pemimpin yang dan
komunikasi yang baik maka tujuan yang diinginkan oleh perusahaan tidak
dapat tercapai dengan baik.
2. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Motivasi, Dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Kjks Bmt Tamzis Bandung,
penelitian ini dilakukan oleh Ujang Wawan Sam Adinata. Tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana
kepemimpinan transformasional, motivasi dan budaya organisasi dan (2)
Untuk mengidentifikasi pengaruh kepemimpinan transformasional,

6
7

motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja. Populasi penelitian


adalah pegawai KJKS BMT TAMZIS BANDUNG. Analisis data
menggunakan Path Analysis. Berdasarkan pada hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional, motivasi,
budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja Pegawai KJKS
BMT TAMZIS Bandung. Adapun pengaruh yang paling dominan adalah
budaya organisasi sedangkan pengaruh terendah adalah kepemimpinan
transformasional. Semua variabel penelitian berpengaruh secara simultan
terhadap kinerja Pegawai KJKS BMT TAMZIS Bandung dimana besarnya
pengaruh simultan sebesar 78% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Dengan demikian pihak
perusahaan dalam hal ini KJKS BMT TAMZIS Bandung perlu
meningkatkan peranan budaya organisasi yang kuat sehingga dapat
meningkatkan kinerja pegawainya.
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi Terhadap Motivasi
Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Studi Pada Pegawai Rumah
Sakit Jiwa Ghrasia Yogyakarta, penelitian ini dilakukan oleh Ryan
Perdana. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Efektivitas Komunikasi terhadap Motivasi dalam
meningkatkan Kinerja Karyawan. Penggunaan variabel-variabel ini
berdasarkan penelitian terdahulu antara lain, Bass & Avolio (1994),
DeVito (2007), Herzberg (1966) dan Robbins (2002). Penelitian ini
dilakukan di Rumah Sakit Ghrasia Yogyakarta dengan jumlah responden
yang digunakan adalah sebesar 176 karyawan. Perhitungan olah data
dilakukan dengan metode Path Analysis menggunakan Regresi Linier
melalui program statistika SPSS. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi
dan Gaya Kepemimpinan secara langsung berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Kemudian, pengaruh Efektivitas
Komunikasi terhadap Motivasi ialah positif dan signifikan, dan
pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan ditemukan positif dan signifikan.
8

Ditemukan pula bahwa Motivasi memediasi pengaruh Gaya


Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan. Sekaligus, Motivasi juga
memediasi Efektivitas Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan. Gaya
Kepemimpinan dan Efektivitas Kepemimpinan secara simultan
memberikan pengaruh terhadap Motivasi sebesar 49,8% sementara 50,2%
dipengaruhi variabel lain. Sementara Gaya Kepemimpinan, Efektivitas
Komunikasi, dan Motivasi secara simultan mempunyai pengaruh sebesar
60% dan sisanya 40% dipengaruhi variabel lain.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dikemukakan dalam uraian di atas,
menunjukkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya,
penelitian sebelumnya membahas pengaruh kepemimpinan transformasional
dengan kinerja karyawan. Oleh karena itu peneliti berargumen bahwa penelitian
memiliki originalitas yang memadai karena lebih banyak mengupas tentang
kepemimpinan transformasional dalam melakukan perpidahan segmentasi
pendengar dan konten radio PRFM dan upaya yang dilakukan oleh pimpinan
PRFM dalam koordinasi dengan karyawan.

2.2. Roadmap Penelitian


Jalur penelitian ini diawali dari segmentasi radio PRFM yang semula radio
wanita dan musik hingga bertranformasi menjadi radio berita nomor satu di kota
bandung yang digambarkan sebagai berikut :

RADIO MUSTIKA PARAHYANGAN PRFM (RADIO


PERUBAHAN
PARAHYANGAN RADIO (RADIO
(RADIO WANITA) MUSIK)
KEPEMIMPINAN BERITA NO 1)

PATH GOAL THEORY

GAMBAR 2.1 Roadmap Penelitian


9

2.3. Kerangka Konseptual


2.3.1. Kepemimpinan
Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan
juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung
jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari
yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap
orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan (Mintorogo, 1997) dapat di artikan proses mempengaruhi
dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan
kepada pegawainya. Kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang
pemimpin, karena seorang pemimpin harus berperan sebagai organisator
kelompoknya untuk mencapai yang telah ditetapkan. Kepemimpinan bisa
didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berhubungan dengan penugasan karyawan perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan. (Pudjiyogyanti, 1991)
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa
arab disebut Zi’amah atau Imamah . dalam terminologi yang dikemukakan oleh
Marifield dan Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi,
memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-
orang yang terlibat dalam usaha bersama. (Zakub, 1984)
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai target dan tujuannya, tidak
hanya dipengaruhi oleh prosedur, peraturan, standar operasi, sumber daya
manusia atau infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan. Namun, model
kepemimpinan yang dijalankan seorang pemimpin juga akan menentukan kinerja
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Berapa banyak perusahaan yang bangkit,
setelah memiliki manajemen kepemimpinan yang handal, dan berapa banyak
perusahaan yang tumbang, karena ditinggalkan oleh seorang pemimpin. (Abu Sin,
2008)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
10

untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Seorang pemimpin diharapkan


memiliki kemampuan mengarahkan dan memimpin perusahaan atau organisasi
untuk maju dalam meraih tujuan kolektif yang diimpikan bersama.
Kepemimpinan dipahami dalam pengertian sebagai kekuatan untuk menggerakan
dan mempengaruhi orang dan sebagai alat, sarana atau proses untuk membujuk
orang agar bersedia melakukan sesuatu dengan ikhlas.
Hal ini tidak mungkin diwujudkan pemimpin tanpa adanya interaksi sosial
yang baik dengan para pengikutnya. Sehingga, mereka akan bekerja sama
layaknya sebuah tim yang solid guna mewujudkan impian bersama. Seorang
pemimpin atau manajer adalah bagian dari perusahaan atau organisasi dan tidak
bisa dipisahkan dari mereka. Oleh karena itu kepemimpinan pada hakekatnya
adalah:
a) Proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b) Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara
kepatuhan,kepercayaan, kehormatan dan kerja sama yang bersemangat
dalam mencapai tujuan bersama.
c) Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan tindakan seseorang
atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d) Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai
tujuan.
Menurut Vietzal Rivai dan Boy Raffi Amar dalam buku pemimpin dan
kepemimpinan dalam organisasi (Rivai, Bachtiar, & Amar, 2013), mengatakan
Seorang pemimpin dalam suatu organisasi harus memiliki kriteria tertentu
layaknya seorang pemimpin yang sejati kriteria tersebut, yaitu;
a) Pengaruh ; seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang– orang
yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.
Pengaruh itu menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang ain
tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin.
b) Kekuasaan/power ; seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain
karena ia memiliki kekuasaan yang membuat orang lain menghargai
11

keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang


pemimpin tentunya tidak ada orang yang mau menjadi pendukungnya.
Kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin ini menjadikan
orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki seorang pemimpin,
tanpa itu ia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan
hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak
merasa saling diuntungkan.
c) Wewenang ; wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam
melaksanakan suatu hal/ kebijakan. Wewenang disini juga dapat dialihkan
kepada karyawan oleh pimpinan apabila pemimpin percaya bahwa
karyawan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dengan baik, sehingga karyawan diberi kepercayaan untuk melaksanakan
tanpa perlu campur tangan dari segi sang pemimpin.
d) Pengikut ; seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan / power
dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak
memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan
mengikuti apa yang dikatakan pemimpin.
Menurut Usman Effendi (Effendi, 2011), Fungsi kepemimpinan ialah
memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi motivasi kerja,
mengarahkan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan
pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang
ingin dicapai sesuai dengan target dan perencanaan. Agar kelompok berjalan
dengan efektif, pemimpin harus melaksanakan fungsi utama, yaitu;
a) Fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah yaitu
menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.
b) Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial yaitu segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar persetujuan dengan
kelompok lain, penengahan perbedaan kelompok dan sebagainya.
12

2.3.2. Kepemimpinan Tranformasional


Kepemimpinan transformasional berpusat pada asumsi bahwa para
pemimpin dapat mengubah keyakinan, asumsi dan perilaku karyawan dengan
menarik pentingnya kolektif atau hasil organisasi. Secara konseptual,
kepemimpinan transformasional pada awalnya dibedakan dari model
kepemimpinan transaksional yang mengandalkan kepentingan pribadi sebagai
dasar memotivasi para karyawan.
Awalnya, konsep kepemimpinan transformasional diperkenalkan oleh
Burns pada tahun 1978 yang menyatakan bahwa pemimpin yang transformasional
meningkatkan kebutuhan dan motivasi bawahan dan mempromosikan perubahan
dramatis dalam individual, grup, dan organisasi.
Bass (Bass & Riggio, 2006) mendefinisikan bahwa pemimpin
transformasional adalah seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual
maupun grup, membangkitkan kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan
organisasi, dan mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk
pencapaian dan pengembangan eksistensi.
Awalnya kepemimpinan transformasional ditunjukkan melalui tiga
perilaku, yaitu karisma, konsiderasi individual, dan stimulasi intelektual. Namun
pada perkembangannya, perilaku karisma kemudian dibagi menjadi dua, yaitu
karisma atau idealisasi pengaruh dan motivasi inspirasional. Pada dasarnya
karismatik dan motivasi inspirasional tidak dapat dibedakan secara empiris tetapi
perbedaan konsep antara kedua perilaku tersebut membuat kedua faktor di atas
dapat dipandang sebagai dua hal yang berbeda. Oleh karena itu, pada
perkembangan berikutnya, kepemimpinan transformasional diuraikan dalam
empat ciri utama, yaitu: idealisasi pengaruh, motivasi inspirasional, konsiderasi
individual, dan stimulasi intelektual.
Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap pengikut adalah
dengan mengajak mereka untuk melampaui kepentingan diri mereka demi
kebaikan kelompok, organisasi, atau masyarakat, sementara juga meningkatkan
harapan dan kemampuan pengikut, dan kesediaan mereka untuk mengambil
risiko.
13

Munawaroh (Munawaroh, 2013), mengemukakan bahwa kepemimpinan


transformasional digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat
membangkitkan atau memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang dan
mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi dari apa yang mereka
perkirakan sebelumnya. Pengikut seorang pemimpin transformasional merasa
adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin
tersebut, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya
diharapkan terhadap mereka. Adapun yang mempengaruhi kepemimpinan
transformasional adalah:
a) Idealisasi Pengaruh (Idealized Influence)
Idealisasi pengaruh adalah perilaku yang menghasilkan standar perilaku
yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan visi, menunjukkan
keyakinan, menimbulkan rasa hormat, bangga dan percaya, menumbuhkan
komitmen dan unjuk kerja melebihi ekspektasi, dan menegakkan perilaku
moral yang etis. Pemimpin yang memiliki idealisasi pengaruh akan
menunjukkan perilaku antara lain: mengembangkan kepercayaan bawahan
kepada atasan, membuat bawahan berusaha meniru perilaku dan
mengidentifikasi diri dengan pemimpinnya, menginspirasikan bawahan
untuk menerima nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip bersama,
mengembangkan visi bersama, menginspirasikan bawahan untuk
mewujudkan standar perilaku secara konsisten, mengembangkan budaya
dan ideology organisasi yang sejalan dengan masyarakat pada umumnya,
dan menunjukkan rasa tanggung jawab social dan jiwa melayani yang
sejati.
b) Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)
Motivasi inspirasional adalah sikap yang senantiasa menumbuhkan
tantangan, mampu mencapai ekspektasi yang tinggi, mampu
membangkitkan antusiasme dan motivasi orang lain, serta mendorong
intuisi dan kebaikan pada diri orang lain. Pemimpin mampu
membangkitkan semangat anggota tim melalui antusiasme dan optimisme.
Pemimpin juga memanfaatkan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha
14

dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang


sederhana. Pemimpin yang memiliki motivasi inspirasional mampu
meningkatkan motivasi dan antusiasme bawahan, membangun
kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan
mencapai sasaran kelompok. Bass menyatakan bahwa pemimpin yang
memiliki motivasi inspirasional akan menunjukkan perilaku
membangkitkan gairah bawahan untuk mencapai prestasi terbaik dalam
performasi dan dalam pengembangan dirinya, menginspirasikan bawahan
untuk mencapai masa depan yang lebih baik, membimbing bawahan untuk
mencapai masa depan yang lebih baik, membimbing bawahan mencapai
sasaran melalui usaha, pengembangan diri, dan unjuk kerja maksimal,
menginspirasikan bawahan untuk mengerahkan potensinya secara total,
dan mendorong bawahan untuk bekerja lebih dari biasanya.
c) Konsiderasi Individual (Individualized Consideration)
Konsiderasi individual adalah perilaku yang selalu mendengarkan dengan
penuh kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan, semangat,
dan usaha pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan anggotanya.
Pemimpin transformasional memiliki perhatian khusus terhadap kebutuhan
individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan yang mereka harapkan
dengan berperilaku sebagai pelatih atau mentor. Bawahan dan rekan kerja
dikembangkan secara suksesif dalam meningkatkan potensi yang mereka
miliki. Konsiderasi ini sangat mempengaruhi kepuasan bawahan terhadap
atasannya dan dapat meningkatkan produktivitas bawahan. Konsiderasi ini
memunculkan antara lain dalam bentuk memperlakukan bawahan secara
individu dan mengekspresikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang
baik.
d) Stimulasi Intelektual (Intelectual Stimulation)
Stimulasi intelektual adalah proses meningkatkan pemahaman dan
merangsang timbulnya cara pandang baru dalam melihat permasalahan,
berpikir, dan berimajinasi, serta dalam menetapkan nilai- nilai
kepercayaan. Dalam melakukan kontribusi intelektual melalui logika,
15

analisa, dan rasionalitas, pemimpin menggunakan simbol sebagai media


sederhana yang dapat diterima oleh pengikutnya. Melalui stimulasi
intelektual pemimpin dapat merangsang tumbuhnya inovasi dan cara-cara
baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui proses stimulasi ini
akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam memahami dan
memecahkan masalah, berpikir, dan berimajinasi, juga perubahan dalam
nilai-nilai dan kepercayaan mereka. Perubahan ini bukan saja dapat dilihat
secara langsung, tetapi juga perubahan jangka panjang yang merupakan
lompatan kemampuan konseptual, pemahaman dan ketajaman dalam
menilai dan memecahkan masalah.
Maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional
adalah gaya kepemimpinan yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan
memotivasi pengikut untuk melakukan sesuatu melebihi harapan yang mungkin
demi kebaikan kelompok.

2.3.3. Radio Siaran


Radio merupakan suatu medium komunikasi, dimana pesan berupa suara
diubah menjadi sinyal suara, dipancarkan dari suatu sumber (a sender) dengan
antene pemancar, tanpa perangkat kabel, melalui gelombang elektromagnetik,
kemudian diterima oleh antene penerima, pada pesawat penerima (a receiver),
yang mengubah sinyal suara menjadi berupa suara kembali. (Fred, 2012)
Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan radio ke
khalayak, suara juga menjadi karakteristik radio yang membedakannya dengan
media penyiaran lainnya. Radio merupakan alat komunikasi massa yang
menggunakan lambang komunikasi yang berbunyi, suatu pemancar radio yang
sedang in operation tidak membawa pengaruh apa – apa pada audiens atau
pendengar kalau gelombang – gelombangnya tidak dimuati sesuatu yang berarti,
entah itu berupa sinyal, kata – kata terucapkan maupun nada – nada, atau sesuatu
yang berirama. Radio terlahir dari kebutuhan informasi publik. Dalam hal ini
radio memiliki beban tuntutan publik sebagai saluran informasi dalam hubungan
16

sosial, yang lebih berkecenderungan mengembangkan dan memajukan


kebudayaan. (Masduki, 2003)
Radio siaran sebagai media massa, mengemban kewajiban menjadikan
msyarakat well – informed akan lingkungan sosialnya. Itulah sebabnya radio
sebagai institusi masyarakat harus seimbang menjalankan fungsinya. Meskipun
sebagai medium, radio siaran juga menyiarkan dan persuasi komersial, namun
tetap saja memiliki kewajiban sebagai pengemban informasi bagi masyarakat.
Radio sebagai media massa komunikasi elektronik tentunya ada beberapa
kekuatan yang dimiliki oleh radio itu sendiri diantaranya:
1) Menjaga mobilitas, radio berusaha agar mobilitas pendengar tetap tinggi.
Radio dapat didengarkan di berbagai aktifitas dan keberadaannya tidak
mengganggu.
2) Informasi tercepat, dibandingkan media lain, informasi yang disiarkan
melalui radio dapat menyebar seketika dan lebih murah dalam
operasionalnya.
3) Auditif, meskipun hanya memproduksi suara bukan visual, tetapi
komunikasi suara mempunyai kelebihan dalam pendekatan kepada
pendengar. Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong
masyarakat lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang cepat
digemari dengan kemudahan penerimaan tanpa memerlukan keahlian
khusus.
4) Menciptakan theatre of mind, produksi radio hanya berupa suara tanpa
gambar, justru mampu menciptakan imajinasi yang membuat penasaran
pendengar.
5) Komunikasi personal, sifat radio dengan komunikasi personalnya sangat
menguntungkan untuk menciptakan keakraban antara radio dan pendengar
sehingga ikatan kebutuhan dan saling menguntungkan menjadi kuat.
6) Murah, murah karena pendengar tidak perlu membayar untuk
mendengarkan radio. Beda dengan media cetak yang harus dibeli
17

2.3.4. Radio Berita


Radio berita merupakan radio yang menyajikan fakta berupa peristiwa atau
pendapat yang penting atau menarik bagi sebanyak mungkin pendengar. Dua
bentuk popular berita radio adalah siaran langsung dan siaran tunda. Siaran
langsung adalah reporter menggali fakta di lapangan dan pada saat bersamaan
melaporkannya dari lapangan pula, sedangkan siaran tunda adalah reporter
menggali fakta di lapangan, kemudian kembali ke studio untuk mengolahnya
terlebih dahulu sebelum disiarkan. Siaran berita dibedakan dengan siaran
informasi. Siaran berita berarti sajian fakta yang diolah kembali menurut kaidah
jurnalistik radio, sementara siaran informasi tidak selalu bersumber dari fakta di
lapangan namun tetap dikerjakan menurut kaidah jurnalistik. Salah satu bentuk
siaran informasi di radio adalah informasi aktual yang diambil dari surat kabar
atau internet.
Berita yang disajikan radio tersaji secara langsung, masih menjadi
primadona karena aktualitasnya dan obyektivitasnya, tanpa rekayasa ulang dari
redaktur atau reporter lapangan. Berita Radio Dalam proses penyiaran radio,
berita merupakan salah satu bagian penting didalamnya. Sebagai sumber
informasi khalayak luas, berita menjadi sebuah sajian yang sering dinanti oleh
para pendengar. Berita radio merupakan suatu sajian laporan berupa fakta dan
opini yang mempunyai nilai berita, penting, dan menarik bagi banyak orang, dan
disiarkan melalui media radio secara berkala. Ada tiga jenis berita yang disajikan
melalui radio yaitu :
1) Berita Langsung (straight news).
Berita yang penting dan harus segera disampaikan kepada khalayak luas.
Materinya berupa laporan langsung wartawan sesuai dengan apa yang dia
saksikan.
2) Berita Ringan (soft news).
Berita yang menampilkan sesuatu yang menarik, penting dan bersifat
informatif.
3) Berita Kisah (feature).
18

Berita yang berkaitan dengan kejadian yang dapat menggugah perasaan


dan menambah pengetahuan bagi khalayak. (Djuraid, 2007)

2.3.5. Path Goal Theory


Path goal theory leadership adalah sebuah teori yang dikembangkan
oleh House dalam Robbibs dan Judge (2009) yang menyatakan bahwa
terdapat dua variabel kontinjensi yang menghubungkan prilaku
kepemimpinan dengan hasil berupa kepuasan kerja dan kinerja yaitu
variabel-variabel dalam lingkungan yang berada di luar kendali karyawan
(struktur tugas, sistem otoritas formal dan kelompok kerja) serta variabel
variabel yang merupakan bagian dari karakteristik personal karyawan
(locus of control, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki). Teori path-
goal menjelaskan dampak perilaku pemimpin pada motivasi bawahan, kepuasan
dan kinerjanya

Path Goal Theory Leadership Model Robbins

SUMBER : Robbins and Judge (2009)


19

Robbins dan Judge (2009) menyatakan bahwa inti dari path goal theory
adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk memberikan informasi dan
dukungan yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai
berbagai tujuan. Istilah path goal berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin
yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan guna membantu pengikut-
pengikutnya mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan demi pencapaian tujuan kerja
dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangannya.
Gibson menyajikan model path goal theory leadership yang sedikit
berbeda dengan yang digambarkan Robbins dan Judge. Path goal theory adalah
taori yang menganjurkan seorang pemimpin perlu mempengaruhi persepsi
pengikut terhadap tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur untuk
mencapai tujuan. Berdasarkan model ini, pemimpin efektif karena pengaruh
positif mereka terhadap motivasi bawahan, kemampuan untuk melakukan
pekerjaan, dan kepuasan.

Path Goal Theory Leadership Model Gibson

SUMBER : Gibson (2004)

Menurut Gibson, path goal theory telah mengarahkan kepada


pengembangan dua preposisi:
20

1. Perilaku pemimpin efektif apabila bawahan mempersepsikan perilaku


atasan sebagai sumber yang dekat dengan kepuasan jangka pendek atau
sebagai instrumen untuk mencapai kepuasan yang akan datang.
2. Perilaku pemimpin memberikan motivasi apabila perilaku tersebut
memuaskan kebutuhan anak buah tergantung kepada kinerja efektif dan
melengkapi lingkungan bawahan dengan memberikan panduan, kejelasan
arah, dan imbalan yang perlu untuk kinerja yang efektif.

Pada intinya, teori path-goal menjelaskan empat perilaku pemimpin, yaitu


(Wahjono, 2010) :
a) Pemimpin direktif, mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan
bagaimana caranya, menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar
kinerja, dan memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok.
b) Pemimpin suportif, melakukan berbagai usaha agar pekerjaan menjadi
lebih menyenangkan, memperlakukan pengikut dengan adil, bersahabat,
dan mudah bergaul serta memperhatikan kesejahteraan bawahannya.
c) Pemimpin partisipatif, melibatkan bawahan, meminta saran bawahan dan
menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
d) Pemimpin yang berorientasi pada kinerja, menentukan tujuan-tujuan yang
menantang, mengharap kinerja yang tinggi, menekankan pentingnya
kinerja yang berkelanjutan, optimistik dan memenuhi standar-standar
yang tinggi.

Intinya, teori path goal mengasumsikan bahwa pemimpin harus fleksibel


sehingga apabila situasi membutuhkan perubahan tipe kepemimpinan, maka
pemimpin mampu mengganti tipe kepemimpinannya secara cepat.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan
dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang
sistematis. Sugiyono menyatakan bahwa, metode penelitian dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga
dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisispasi masalah.
(Sugiyono, 2011)
Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu dengan cara mencari informasi
tentang gejala yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai,
merencanakan cara pendekatannya, mengumpulkan data sebagai bahan untuk
membuat laporan. Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian
Kualitatif berpendapat bahwa, Penelitian kualitatif yang dimaksud adalah
penelitian yang dilakukan secara intensif dan terperinci terhadap suatu organisme,
lembaga, atau gejala tertentu melalui suatu pengamatan atau analisis untuk
menghasilkan data deskriptif, yaitu data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang, gejala atau perilaku yang diamati. (Moleong, 2005)

3.2. Objek Penelitian


Objek penelitian yang dilakukan di PRFM adalah strategi kepemimpinan
transformasional di Radio PRFM Bandung dan beberapa ahli atau insan terkait
program tersebut sebagai narasumber, apabila ada narasumber yang berasal dari
luar PRFM maka akan dijadikan sebagai referensi, dan jika ada informasi yang
didapatkan di lingkungan umum, data tersebut hanya dijadikan sebagai data
pendukung dalam penelitian untuk memperkuat hasil penelitian.

21
22

3.3. Subjek Penelitian


Penentuan subjek penelitian atau informan dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah salah satu teknik
sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.. Menurut
Sugiyono Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2011)
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah mereka yang terkait dan dipandang sangat mengetahui
informasi tentang strategi kepemimpinan transformasional pemimpin PRFM.
Subjek tersebut adalah orang yang menyusun strategi kepemimpinan
transformasional maupun pelaksana strategi yang dapat memberikan data dan
informasi kepada peneliti yang dikategorikan sebagai informan ahli.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses peneliti
dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan
data akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan
yang akan didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan
tidak dengan benar. Pengumpulan data adalah cara atau teknik bagaimana data itu
bisa ditemukan, digali, dikumpulkan, dikategorikan dan dianalisis, dalam
penelitian ini proses yang dilakukan adalah :
1) Tahap Pra-lapangan.
Tahap pra-lapangan ini, peneliti melakukan identifikasi masalah atau
antecendents yang akan diteliti oleh peneliti yaitu mencari informasi
mengenai strategi kepemimpinan transformasional pada radio PRFM.
Hasil dari identifikasi tersebut dirumuskan menjadi rumusan masalah yang
menjadi pertanyaan penelitian. Selain itu peneliti melakukan studi
penjajakan kepada pihak terkait untuk mencari tau dimana dan kepada
23

siapa informasi dapat diperoleh. Selanjutnya peneliti melakukan studi


kepustakaan dalam rangka memperoleh pengetahuan, teori-teori, dan
orientasi awal terhadap permasalahan yang akan diteliti. Setelah
melakukan eksplorasi kepustakaan, peneliti membuat dan menyusun kisi-
kisi dan instrument penelitian sebagai acuan dalam melaksanakan
penelitian sehingga fokus pada masalah yang akan diteliti.
2) Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembang program
baik yang berhubungan dengan kondisi awal, transaksi dan hasil. Selain
itu, pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan teknik triangulasi data, yakni wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang sebesar-
besarnya serta meningkatkan kualitas dan kredibilitas data.
3) Tahap Analisis Data
Penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
di lapangan, dan setelah selesai ke lapangan. Kegiatan analisis data ini
dilakukan dengan memulai mengumpulkan data dan informasi dari hasil
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, kemudian data yang telah
diperoleh diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam
penelitian kualitatif.
4) Tahap Pelaporan
Pada tahap pelaporan peneliti melakukan pengolahan analisis data dan
menyusun hasil dari penelitian kedalam bentuk laporan penelitian sebagai
bentuk hasil akhir dari karya tulis.

3.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan
24

penarikan kesimpulan merupakan rangkain kegiatan analisis yang saling susul


menyusul. Analisis ini merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengetahui kesimpulan dari sebuah teks atau dengan kata lain, analisis ini
merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan penulis yang
termanifestasi maupun yang laten.

Gambar 3.1
Komponen Analisis Data
Model Miles dan Huberman

Pengumpulan data

Penyajian
data

Reduksi data

Kesimpulan:
Penarikan/verifikasi

Sumber : Miles dan Huberman (Milles, Huberman, & Saldana, 2014)

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama analisis data
merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara
empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak
bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Analisis data menurut Miles dan Huberman, bahwa ada
tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan
atau verifikasi.
1) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ‘kasar’ yang
muncul dari catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan
25

data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,


menulis memo dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data
atau informasi yang tidak relevan kemudian data tersebut diverifikasi.
2) Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk
teks naratif, dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.
3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir
penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan
melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran
kesimpulan yang disepakati oleh tempat penelitian itu dilaksanakan.
Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran,
kecocokan dan kekokohannya. Peneliti harus menyadari bahwa dalam
mencari makna, ia harus menggunakan pendekatan emik, yaitu dari
kacamata key information dan bukan penafsiran makna menurut
pandangan peneliti.

3.6. Lokasi Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan berlokasi di Jl. Braga No.5 Bandung
Informan berasal dari beberapa lokasi di Kota Bandung dan ditetapkan sebagai
narasumber dalam penelitian ini. Lokasi penelitian akan disesuaikan dengan
informan. Hal ini bertujuan untuk membuat kenyamanan kepada informan selaku
narasumber atas masalah yang diteliti oleh peneliti, sehingga dapat menghasilkan
data yang valid.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Perjalanan PRFM


Pada awal berdirinya, stasiun radio yang disahkan oleh pejabat dari
Direktorat Jenderal RTF (Radio Televisi dan Film) Departemen Penerangan ini
bernama Parahyangan Radio. Pada tahun 1981 Parahyangan Radio berubah
menjadi Mustika Parahyangan sesuai dengan nama perusahaannya yaitu PT.
Mustika Parahyangan dipimpin oleh Hilman BS dari Pikiran Rakyat.
Sejalan dengan perkembangan waktu dan zaman, pada bulan Agustus
1989, Radio Mustika Parahyangan yang format siarannya mengarah pada segmen
wanita, dialihkan kepemilikannya menjadi bagian dari Pikiran Rakyat Group
dengan penanggung jawab Atang Ruswita yang saat itu sebagai Direktur Utama
Pikiran Rakyat. Tepat pada tanggal 20 Maret 1990, dikeluarkan akta sekaligus
diresmikan Radio Mustika Parahyangan yang beroperasi pada frekuensi 116 AM,
dengan menginduk pada PT Pikiran Rakyat.
Pada tahun 1994 terjadi perpindahan frekuensi AM ke FM. Setelah empat
tahun beroperasi di frekuensi FM, Mustika mencoba merubah format siarannya.
Tepatnya pada tahun 1998, format siaran segmen wanita berubah menjadi multi
segmen. Namanya pun diubah lagi menjadi Parahyangan FM dengan
menampilkan jenis musik dangdut dan lagu-lagu daerah.
Setahun kemudian, pada bulan Februari 1999, Mustika kembali lagi
menjadi radio wanita dengan nama Mustika Parahyangan. Pada tanggal 1 Maret
1999 on air Radio Mustika bekerja pada frekuensi 107,55 FM.
Pada April 2003, terjadi perubahan manajemen yang menyebabkan
terjadinya revisi format siaran dengan statement positioning Smart and Beauty.
Lokasi siarannya pun kemudian pindah dari Jalan Sekelimus Barat No 6 Bandung
ke Lower Ground Floor 1-2 Mal Bandung Trade Center (BTC) di Jalan Dr.
Djundjunan (Terusan Pasteur) No 143-149 Bandung. Tapi kemudian pada tahun
2006 studio Radio Mustika pindah lagi dari BTC ke Ruko Kopo Plaza Jl. Peta
Bandung.

26
27

Masih di bawah naungan Pikiran Rakyat Group, pada Januari 2009 Radio
Mustika Smart and Beauty berubah nama menjadi Radio PR FM. Secara garis
besar, materi siaran Radio PRFM pada awalnya tetap sama dengan Radio Mustika
yaitu musik yang dibumbui berita dengan slogan Inspiring News’n Music.
Namun beberapa bulan kemudian format PRFM berubah menjadi radio
berita yang berbasis Citizen Journalism seiring dengan dinamika dan perubahan
minat masyarakat terhadap kebutuhan informasi.
Pada tanggal 8 November 2009 formatnya dipertegas menjadi radio berita
dengan brand PRFM 107.5 NEWS CHANNEL , tagline-nya Andalah Reporter
Kami. Informasi dari masyarakat/citizen tersebut kemudian dikembangkan
menjadi berita radio yang lengkap, akurat dan berimbang. Para redaktur yang
berperan sebagai gate keeper harus menindak lanjuti berbagai informasi dari
warga itu kepada beragam nara sumber yang berwenang dan kompeten. Tercatat
sebagai direktur PRFM, Drs. H. Wan Abas, mantan Manajer Iklan dan Wartawan
Pikiran Rakyat yang melakukan perubahan format dari musik menjadi citizen
journalism.
Untuk memaksimalkan kinerja dan lebih mendekatkan diri kepada
masyarakat, maka pada bulan Maret 2010 Studio PRFM berpindah ke pusat kota
di Jl. Braga No. 5 Bandung, kawasan bersejarah yang menjadi ikon Kota
Bandung. Dengan menempati studio baru di Jl. Braga, terjadi percepatan PRFM
ke arah yang lebih bagus. PRFM menjadi radio berita berpengaruh dan
dibutuhkan masyarakat dan pengiklan.

4.2. Kepemimpinan Transformasional PRFM


Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu. Strategi yang disusun haruslah mampu menghasilkan efek yang
besar bagi perusahaan. Persaingan antar radio di kota Bandung yang semakin
ketat membuat radio – radio di kota bandung harus membuat terobosan atau
strategi yang efektif dalam memaintain citra perusahaan.
28

Setelah direktur baru ditunjuk menjadi pimpinan radio Mustika


Parahyangan pada 2008, pemimpin tersebut membaca peluang bahwa radio berita
belum ada di Bandung. Pemimpin tersebut adalah Wan Abbas pemimpin periode
2008 hingga 2019. Sebagai anak perusahaan dari sebuah perusahaan media
terbesar di Jawa Barat memungkinkan transformasi radio Mustika Parahyangan
yang awalnya memiliki segmen wanita menjadi PRFM yaitu radio berita di kota
Bandung, hal itu dituntut untuk memenuhi kinginan segemen tasi pasar akan
kurangnya berita radio di Kota Bandung.
Membuat visi misi PRFM menjadi radio berita paling berpengaruh di Kota
Bandung dan menjadi solusi kebutuhan masyrakat kota Bandung adalah tujuan
utama radio PRFM ber transformasi. Tantangan utama adalah harus merombak
total organisasi dan manajemen radio. Hingga pada akhirnya radi PRFM
membentuk struktur baru yang terdiri dari Redaksi, pemimpin redaksi, redaktur,
reporter, penyiar, pengelola konten media sosial. Di bidang pemasaran dan
keuangan tidak mengalami perubahan.
Hal selanjutnya yang menjadi tantangan adalah menciptakan budaya baru
perusahaan hal tersebut dinilai berhasil dimana pimpinan pada pada itu membuat
team baru dan membina team melalui pertemuan rutin yang membahas progres
daily ataupun weekly. Di pertemuan itu juga mendengar ide – ide dan gagasan
yang berasal dari karyawan (bottom up) dan juga memberikan perintah (top
down).
Selanjutnya PRFM Memberikan pelatihan – pelatihan jurnalistik kepada
karyawan PRFM hingga pada akhitnya karyawan yang tidak satu visi misi
mengundurkan diri. Pada titi ini PRFM melakukan rekrut karyawan baru dengan
latar belakang pendidikan jurnalistik. Di sisi lain sebegai interaksi langsung
dengan pendengar PRFM mengembangkan citizen journalism melalui program-
program beritanya ha tersebut mampu membuat segmentasi radio news meningkat
hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil riset Nielsen beberapa tahun terkahir.
29

Gambar 4.1
Grafik Persaingan Radio Berdasarkan Genre Wilayah Kota Bandung

Sumber : Dokumen PRFM

Buah hasil dari perjalanan dan kepemimpinan yang transformasional yaitu


banyak menerima penghargaan sebagai radio berita terbaik di kota Bandung dan
PRFM berkembang menjadi radio nomor 1 di kota Bandung dengan pendengar
yang semakin meningkat. Bahkan, kini PRFM Tidak lagi menerima subsidi dari
perusahaan induknya, bahkan sudah mampu menyumbangkan laba kepada Pikiran
Rakyat.
Kini loyalitas pendengar pun semakin meningkat dan sadar akan
pentingnya berita. PRFM dinilai sangat membantu masyarakat hinggal aparat
kepolisian dalam update lalu lintas atau dengan kata lain terjadi simbiosis
mutualisme terjalin dalam radio PRFM.
30

Gambar 4.2
Waktu Khalayak Dalam Mendengarkan Radio Wilayah Kota Bandung

Sumber : Dokumen PRFM


31

4.3. Struktur Organisasi PRFM


Gambar 4.3
Struktur Organisasi

Sumber : Penanggung Jawab Bidang Akuntansi dan SDM Radio PRFM, 2020

4.3.1. Job Description


Uraian tugas yang terdapat pada Radio PRFM 107.5 News
Channel adalah:
1. Komisaris
Komisaris adalah orang yang bertanggung jawab atas jalannya usaha
perianyaran di Radio PRFM 107.5 News Channel, dan juga komisaris
bertugas untuk melakukan pengawasan dan nasehat kepada direktur mengenai
kemajuan sebuah perusahaan.
32

2. Direktur
Direktur adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin sebuah perusahaan,
selain itu direktur juga bertugas menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan,
memilih, dan menetapkan dan mengawasi tugas karyawan.
3. Pemimpin Redaksi
Pemimpin redaksi adalah orang yang bertanggung jawab pertama kali
mengenai semua isi pemberitaan yang diudarakan oleh Radio PRFM,
pemimpin redaksi juga bertanggung jawab jika ada tuntutan hukum yang
masuk mengenai pemberitaan yang telah diudarakan oleh penyiar.
4. Manager Marketing
Memimpin dan bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan
marketing agar target perusahaan tercapai.
5. Marketing Communication
Memberikan informasi dengan tujuan meningkatkan brand maupun
konsumen baik langsung maupun tidak langsung agar tepat sesuai pasar yang
dituju.
6. Akuntansi, SDM, dan Umum
Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi keuangan
untuk menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan secara
akurat dan tepat waktu mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan
kepegawaian, pengembangan SDM serta pengelolaan rumah tangga kantor.
7. Keuangan dan Pajak
Merencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungsi keuangan dan
akuntansi di perusahaan dalam memberikan informasi keuangan secara
komprehensif dan tepat waktu untuk membantu perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan yang mendukung pencapaian target financial
perusahaan.
8. Redaktur
33

a. Redaktur Program: memilih pemberitaan yang sedang terjadi untuk


dibahas oleh penyiar, menghubungi narasumber.
b. Redaktur SMS: menjawab interaksi pendengar dan konfirmasi.
c. Redaktur Online: menjawab interaksi/konfirmasi dan memposting berita
di media sosial.
9. Penyiar
Penyiar bertugas untuk mengudarakan topik yang telah disediakan oleh
redaktur program, mewawancarai narasumber dan pendengar yang ingin ikut
berinteraksi, dan menyampaikan informasi yang disampaikan oleh pendengar
melalui redaktur program yang bertugas.
10. Produksi & Traffic
Melaksanakan penjadwalan (scheduling) terhadap seluruh program yang akan
disiarkan setiap harinya dalam suatu daftar yang disebut program log. Bagian
traffic juga bertanggung jawab mengawasi seluruh isi siaran iklan dan
memastikan bahwa iklan tersebut telah usai dengan kontrak komersial yang
telah dibuat antara stasiun dengan pemasang iklan.
11. Reporter
Mencari informasi untuk mengungkapan suatu kebenaran dari tempat
kejadian kepada penyiar secara on air, mengenai peristiwa penting apa yang
saat ini sedang terjadi di sekitaran Kota Bandung atau Jawa Barat.

4.5. Visi dan Misi PRFM Bandung


4.5.1. Visi
a. Produk Utama PT. Radio Mustika Parahyangan / PR FM 107.5 NEWS
CHANNEL adalah penyelenggaraan radio siaran yang bersifat informatif,
interaktif dan menghibur, dengan berintikan pada berita, informasi, musik
dan bentuk program lainnya.
b. Penyelenggaraan radio siaran dilandasi oleh amanat UUD 1945,
mempertahankan kemerdekaan pers, membela hak-hak masyarakat untuk
mengemukakan pikiran secara lisan dan tulisan serta giat mencerdaskan
bangsa.
34

c. Berperan aktif sebagai media informasi yang membangun kesadaran


perempuan sebagai bagian penting dari masyarakat Bandung khususnya
dan Jawa Barat pada umumnya.
4.5.2. Misi
a. Bersinergi dalam jaringan kerja PT. Pikiran Rakyat Bandung; secara aktif
mendukung strategi pemasaran dan strategi pemberitaan media-media di
lingkungan PT. Pikiran Rakyat Bandung.
b. Memperlihatkan kepada manajemen dan pemilik saham PT. Pikiran
Rakyat Bandung, bahwa PT. Radio Mustika Parahyangan mampu
menopang kegiatan operasional sendiri dan profitable.
c. Membangun pengelolaan radio siaran yang sesuai dengan kaidah bisnis
dan aturan yang berlaku serta membuat pelaporan secara berkala sesuai
jadwal waktu dan standar yang berlaku umum.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada penelitian di 107,5 PRFM news channel maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Perpindahan kepemimpinan merombah seluruh komponen dari PRFM
mulai dari konten, segmentasi, hinggal struktur organisasi. Pemimpin yang
baru membentuk struktur redaksi mini dari Pikiran Rakyar berupa redaksi
selaku holding company, pada awlanya PRFM hanya mempunyai struktur
yang sederhana sederhana seperti manajer program, penyiar dan operator.
Kemudian berkembang (transformasi) menjadi radio berita dengan adanya
perubahan struktur dalam redaksi. Hingga hadirnya admin media social.
2. Radio sebagai salah satu media massa yang berhubungan secara langsung
dengan pendengarnya. Dengan berubahnya segmentasi pendengar dan
semakin aktifnya PRFM menjalin hubungan yang baik dengan pedengar
menjadikan PRFM dipercaya sebagai radio berita No. 1 di Kota Bandung.
3. Kegiatan Citizen Jurnalism dapat efektif untuk menarik perhatian
masyarakat karena dengan kegiatan tersebut khalayak dapat secara
langsung berinteraksi dengan radio PRFM, sehingga khalayak dapat
menerapkan beberapa cara komunikasi dan penyampaian berita yang baik.

35
36

5.2. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas, maka penulis memiliki beberapa saran
untuk dapat dipertimbangkan oleh PRFM, yaitu :
1. Untuk lebih mempererat hubungan, sebaiknya pemimpin PRFM lebih
intens dalam menjalin hubungan dengan pendengar dan tidak fokus untuk
membangun hubungan internal saja, tidak seperti selama ini yang hanya
melalui udara. PRFM sebaiknya melakukan gathering dengan berbagai
stakeholder dan pendengar setia
2. Dilihat segi konten, sebaiknya PRFM harus memperkaya konten dalam
strategi yang dilakukan agar khalayak tidak jenuh dengan konten yang ada,
sehingga PRFM dapat dinimati khalayak.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Sin, A. I. (2008). Manajemen Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational leadership (2nd ed.). New
Jersey: Lawrence Elbaum Associates, Inc.

Djuraid, H. N. (2007). Panduan Menulis Berita : Edisi Revisi. Malang: UMM.

Effendi, U. (2011). Asas Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Fred, W. (2012). Teknik Produksi Program Radio Siaran. Yogyakarta: Grasia


Book.

Griffin. (2004). Komitmen Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Handoko, T. H. (2011). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Pengantar Manajemen.

Hughes, R. ., Ginnett, R. ., & G.J, C. (2002). Leadership: Enhancing the lesson of


experience. New Jersey: Prentice-Hall.

Masduki. (2003). Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: LkiS


Yogyakarta.

Milles, M. B., Huberman, M. A., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis
A methods Sourcebook Edition 3 (Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi). In
Sage Publications, Inc. Jakarta: UI Press.

Mintorogo, A. (1997). Kepemimpinan dalam Organisasi. Yogyakarta: STIA LAN


Press.

Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mujiasih, E., & Hadi, S. (2003). Persepsi Mengenai Gaya Kepemimpinan


Transformasional dan Transaksional dan Pengaruhnya Terhadap Upaya
Ekstra (Extra Effort) Pegawai Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang,
Salatiga dan Kabupaten Semarang di Ungaran. Bisnis Dan Ekonomi, Vol. 10
No. 2.

Munawaroh. (2013). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan


Transaksional terhadap Kinerja Guru. Jurnal Administrasi Bisnis.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Pudjiyogyanti, C. R. (1991). Pengantar Ilmu Manajemen (P. G. P. Utama, ed.).


Jakarta.

37
38

Rivai, V., Bachtiar, & Amar, R. B. (2013). Pemimpin dan Kepemimpinan dalam
Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Robbins, S. P. (2001). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. In


Prenhallindo. https://doi.org/10.1016/S0926-860X(03)00316-8

Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: CV Alfabeta.

Wahjono, S. I. (2010). Perilaku Organisasi Sentot Imam Wahjono. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Zakub, H. (1984). Meobnuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan.


Bandung: CV Dipenogoro.
LAMPIRAN

Wawancara bersama informan


Aris

Wawancara bersama informan


Agam

39

Anda mungkin juga menyukai