Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI
1. Minat Berwirausaha
a. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah kepada
upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja teknologi dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Inpres
No. 4 tahun 1995)
Peter F. Drucker dalam Muhammad Anwar H.M. (2017:2) “mengatakan
bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda”. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang
wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
suatu yang baru, berbeda dari yang lain, atau mampumenciptakan sesuatu
yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Secara etimologi,
kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
(statup phase) atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru
(creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative).
Pengertian wirausaha menurut Muhammad Anwar H.M. (2017:8) “adalah
Wirausaha bila ditinjau dari etimologinya berasal dari kata “wira” dan
“usaha” kata wira berarti “teladan” atau patut dicontoh, sedangkan “usaha”
berarti “kemauan keras” memperoleh manfaat”. Jadi seorang wirausaha
dapat diartikan sebagai berikut: “seseorang yang berkemauan keras dalam
melakukan tindakan yang bermanfaat dan patut menjadi teladan hidup”.
Atau lebih sederhana dirumuskan sebagai, “Seseorang yang berkemauan
keras dalam bisnis yang patut menjadi teladan hidup”. Untuk menjadi
seorang wirausahawan yang berhasil, seorang wirausaha harus mempunyai
tekad dan kemauan yang keras untuk mencapai tujuan usahanya.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha harus
mampu melihat adanya peluang, menganalisa peluang dan mengambil
keputusan untuk mencapai keuntungan yang berguna bagi dirinya sendiri
atau linkungan sekitarnya dan kelanjutan usahanya sebelum peluang tersebut
dimanfaatkan oleh orang lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memacu
sebuah mimpi dan berusaha merealisasikannya karena adanya kepercayaan
yang tinggi akan kesuksesan yang dapat diraih.
Mutis (2005:21) memberikan cirri-ciri pribadi wirausaha yang paling
sering diungkapkan adalah:
1) Adanya kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
2) Adanya kebutuhan akan control, orientasi intuitif yang kreatif.
3) Melihat ke masa depan.
4) Kecenderungan untuk mengambil resiko.
5) Mempunyai kebebasan mental.
6) Mempunyai jiwa kepemimpinan.
7) Pemberontak sosial.

Jadi cirri-ciri wirausaha secara pribadi ditunjang dengan kebutuhan


mencapai sesuatu, control, kreatif resiko jiwa pemimpin dan bebas serta
berorientasi ke masa depan. Mc.Clelland dalam Wiratmo (2006:19)
menyatakan karakteristik wirausaha sebagai berikut:

1) Keinginan untuk berprestasi


2) Keinginan untuk bertanggung jawab
3) Preferensi kepada resiko-resiko menengah
4) Persepsi pada kemungkinan berhasil
5) Rangsangan oleh umpan balik
6) Aktivitas energik
7) Orientasi ke masa depan
8) Keterampilan dalam pengorganisasian
9) Sikap terhadap uang.
Berdasarkan uraian karakteristik-karakteristik wirausaha tersebut di
atas, secara teoritis banyak seseorang memiliki ciri-ciri tersebut maka
akan semakin berhasil seorang wirausaha

b. Pengertian Minat Berwirausaha


“Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk
hidup mandiri dalam menjalankan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia
bebas merencanakan, menentukan, mengelola dan mengendalikan semua
usahanya” Garjito (2014:13). Sedangkan menurut Suryana (2013:13)
“wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam
menghadapi resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan mengkombinasikan
sumber-sumber daya yang diperlukan untuk dimanfaatkan”.
Meurut Buchari Alma (2013:24) “Entrepreneur as the person who
destroys the existing economic order by introducing new product and
services, by creating new forms of organization, or by exploiting ne raw
materiall”. Artinya Wirausaha adalah orang yang mendobrak
sistemekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang
baru. Sedangkan menurut Kasmir (2011:19) “Wirausaha yaitu orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan.
Menurut Tando (2013:5) “wirausaha adalah orang-orang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sember-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan daripadanya, dan mengambil tindakan yang tetap guna
memastikan kesuksesan”. Sedangkan Basrowi (2016:4) “wirausaha adalah
orang yang memiliki kreativitas dan inovatif sehingga mampu menggali dan
menemukan peluang dan mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan
nilai atau laba”.
Berdasarkan uraian dari beberapa teori diatas, dapat diambil pengertian
bahwa wirausaha adalah orang yang mampu menganalisis keadaan dan
melihat adanya suatu peluang yang di ikuti dengan memulai suatu bisnis
baru.
Menurut Slameto (2013:180) “minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri
dengan suatu di luar diri. Semakinkuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minatnya”.
Menurut Walgito (2005:51) “minat adalah keadaan dimana seseorang
menaruh perhatian dan disertai keinginan untuk mengetahui, memperlajari
dan membuktikan lebih lanjut”. Minat sangat berfungsi bagi manusia karena
dapat mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya, sehingga
dapat membawa manusia pada hal-hal yang dianggap tidak perlu menjadi hal
yang bermanfaat dalam dirinya karena timbulnya kesadaran untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa membebani orang lain.
Minat menurut Getsel (dalam supardi, 2015:19) “adalah suatu disposisi
yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktifitas, pemahaman, dan keterampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian”. Sedangkan menurut Syah (2012:152)
“secara sederhana minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa
minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik yang mendorong seseorang
untuk mempelajarinya atau berkeinginan untuk terlibat dalam suatu objek
tertentu disertai dengan tujuan yang ingin dicapai tanpa adanya suatu
paksaan.
Minat berwirausaha menurut Sutanto (dalam Sifa, 2016:277) “minat
berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan bekerja keras
atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan
menciptakan usaha baru tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi
serta senantiasa belajar dari kegagalan dalam berwirausaha”.
Menurut Basrowi (2016:34) “minat berwirausaha adalah perubahan sikap
dan pandangan generasi muda calon intelektual bangsa kita dan perubahan
sikap orang tua yang menyenangi dan mengizinkan anak-anaknya untuk
terjun kebidang bisnis”. Para remaja banyak mengatakan bahwa mereka
sangat menyenangi kegiatan bisnis, karena pekerjaan bisnis cukup
menjanjikan dimasa depan. Untuk mengantisipasi pekerjaan bisnis, mereka
mempersiapkan bekal, berupa mental dan keterampilan menunjang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha adalah keinginan,
ketertarikan serta ketersediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras
dengan adanya pemusatan perhatian untuk berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya tanpa harus takut akan resiko yang akan dihadapi, senantiasa
belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan usaha yang
diciptakannya.

c. Faktor-faktor Minat Berwirausaha


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat dalam berwirausaha,
Menurut Suryana (dalam Basrowi, 2016:27) faktor-faktor yang
mempengaruhi orang dalam berwirausahaan, yaitu: percaya diri (yakin,
optimis, dan penuh komitmen), Berinisiatif (energik dan percaya diri)
Memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan),
Memilki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil
resiko dengan penih perhitungan), Suka tantangan yaitu faktor pribadi yang
mempengaruhi kewirausahaan: motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai
pribadi, pendidikan dan pengalaman sedangkan faktor lingkungan adalah
peluang, model peran dan aktivitas.
Berdasarkan kajian teori tentang minat berwirausaha diatas dapat
disimpulkaan bahwa minat berwirausaha berkaitan erat dengan perhatian.
Oleh karena itu, minat berwirausaha merupakan suatu hal yang sangat
menentukan dalam setiap usaha, maka minat berwirausaha perlu tumbuh
kembangkanpada diri setiap mahasiswa. Sejalan dengan Nitisusastro
(2012:29) secara singkat minat berwirausaha dijelaskan sebagai berikut:
kemauan dan rasa percaya diri, fokus pada sasaran, pekerja keras berani
mengambil resiko, bertanggung jawab, dan berinovasi, minat tidak dibawa
sejak lahir, namun minat tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor yang
mempengaruhinya.
1) Faktor Interinsik
Faktor Interinsik adalah faktor-faktor yang timbul kaena pengaruh dari
dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor interinsik yang dapat
mempengaruhi minat berwirausaha antara lain:
a) Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan terhadap diri sendiri yang berani
mengambil resiko dalam suatu tantangan. Kepercayaan diri merupakan
landasan yang kuat untuk memulai usaha dengan kemampuan sendiri.
b) Motif Berprestasi
Motif berprestasi adalah keinginan untuk menjadi orang yang lebih
baik dari orang lain. Motif berpretasi menjadi motivasi seseorang
untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
c) Harga Diri
Harga diri merupakan kebutuhan perkembangan, dengan berwirausaha
diharapkan dapat meningkatkan harga diri karena tidak lagi bergantung
pada orang lain.
d) Perasaan Senang
Perasaan senang akan menimbulkan minat yang akan diperkuat adanya
sikap positif sebab perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa
akibat adanya peristiwa yang datang pada subjek bersangkutan.
2) Faktor Ekstrinsik
Faktor Ekstrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena rangsangan
atau dorongan dari luar individu atau lingkungan. Faktor-faktor ektrinsik
yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha antara lain:
a) Lingkungan Keluarga
Orang tua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses
ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras,
diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
salah satu unsure kepribadian adalah minat. Minat berwirausaha akan
terbentuk karena sikap dan aktifitas sesame anggota keluarga saling
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
b) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga mempunyai peran dalam mempengaruhi
minat seseorang untuk berwirausaha, dengan hidup bermasyarakat
seseorang dapat memanfaatkan peluang yang timbul karena kebutuhan
di masyarakat.
c) Peluang
Peluang yang dihadapan seseorang untuk menjadi sukses bagi orang
yang mempunyai semangat untuk maju, tergantung bagaimana
individu tersebut dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk meraih
sukses. Salah satu caranyayaitu dengan berwirausaha.
d) Pendidikan
Pengetahuan yang didapat selama di perguruan tinggi khususnya di
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Pringsewu, maupun usaha
yang dilakukan setiap individu dalam memulai berwirausaha.
d. Indikator Minat Berwirausaha
Sutanto (dalam Sifa, 2016:277) indikator minat berwirausaha ada empat
yaitu: perasaan senang, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan.
1) Perasaan Senang
Mahasiswa yang memilki rasa senang atau suka terhadap suatu kegiatan
usaha maka mahasiswa tersebut akan mempelajari usaha, tidak ada
keterpaksaan dan motivasi untuk terus berwirausaha. Oleh karena itu
perasaan senang akan memotivasi mahasiswa untuk terus berwirausaha.
2) Ketertarikan
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung
merasa tertarik untuk berwirausaha atau bisa berupa pengalaman afektif
yang dirangsang oleh kegiatan berwirausaha itu sendiri. Biasanya
mahasiswa tertarik untuk melakukan kegiatan usaha dikarenakan
beberapa faktor diantaranya pengalaman dan hobi.
3) Perhatian
Meruoakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan
pengertian. Mahasiswa yang memiliki minat pada kegiatan usaha tertentu
dengan perhatian akan menumbuhkan rasa ingin berwirausaha.
4) Keterlibatan
Merupakan suatu usaha untuk mengerjakan kegiatan usaha dan mampu
memahami hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan kewirausahaan dan
selalu afektif dan berkeinginan untuk berwirausaha dan selalu mengikuti
perkembangan dalam bidang kewirausahaan.

2. KONTEKS KELUARGA
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
keluarga. “Keluarga juga didefinisikan sebagai kelompok individu yang
tinggal bersama dengan atau tidak adanya hubungan darah pernikahan,
adopsi dan tidak hanya terbatas keanggotaan dalam suatu rumah tangga”
Friedmen (2010:3).
U.S Bureau of the consus dalam Friedmen (2010:5) “menggunakan
definisi keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu keluarga terdiri atas
individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi
dan tinggal dalam satu rumah tangga yang sama”. Berdasarkan hal diatas
maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok individu yang
tinggal bersama dalam suatu rumah tangga dimana hubungan terjalin karena
kedekatan emosional diantra masing-masing anggotanya dengan atau tanpa
adanya hubungan darah, pernikahan dan adopsi.
“Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan
dan bantuan jika diperlukan” (Friedmen 2010:8)
“Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk
mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang
antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan
dasar keluarga yang harmonis” (Soetjiningsih 1995:2). Hubungan kasih
sayang dalam keluarga merupakan suatu rumah tangga yang bahagia.
“Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak
dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong
menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan
damai dalam rumah tangga” (Soetjiningsih, 1995:4).
Pola keluarga pada saat ini dimana suami sebagai pencari nafkah,
sedangkan istri yang mengurus rumah tangga dan anak-anak, sudah banyak
berubah. “Pada saat ini banyak istri yang bekerja, disamping bertujuan untuk
membantu perekonomian keluarga juga untuk mengembangkan kariernya.
Hal ini akan menyebabkan tanggung jawab itri menjadi sangat berart baik
fisik maupun mental, tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan cara suami ikut
membantu dengan penuh kesadaran untuk ikut serta mengatasi tugas istri”.
(Soetjiningsih, 1995:6).

b. Pengertian Konteks Keluarga


Istilah keluarga dalam sosiologi menjadi salah satu bagian ikon yang
mendapat perhatian khusus. “Keluarga dianggap penting sebagai bagian dari
masyarakat secara umum. Individu terbentuk karena adanya keluarga dan
dari keluarga pada akhirnya akan membentuk masyarakat” (Abdul Latif,
2007:19). Keluarga adalah “umat kecil” yang memiliki pemimpin dan
anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja serta hak dan kewajiban
bagi masing-masing anggotanya. Sama seperti “umat besar” atau satu
negara.
Keluarga adalah sekolah tempat anak-anaknya belajar. Dari sana, mereka
mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat dan kasih sayang.
Dari kehidupan keluarga, seorang ayah dan suami memperoleh dan
memupuk sifat keberanian dan keuletan sikap dan upaya dalam membela
sanak keluarganya dan membahagiakan mereka pada say hidupnya dan
setelah kematiannya. “Keluarga adalah unit terkecil yang bisa menjadi
pendukung dan pembangkit lahirnya bansa dan masyarakat, sebaliknya bisa
juga mempunyai andil bagi runtuhnya suatu bangsa dan masyarkat. Tidaklah
meleset jika dikatakan keluarga adalah tiang negara, dengan keluargalah
negara bangkit atau rumah” (Zubaedi, 2011:153).
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam
menentukan kemajuan suatu bangsa sehingga mereka berteori bahwa
keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat sehingga jika
keluarga-keluarga yang merupakan pondasi masyarakat lemah maka
masyarakatpun akan lemah. Oleh karena itu, para sosiolog meyakini bahwa
berbagai masalah masyarakat, serta segala macam kejahatan seksual, dan
kekerasan yang merajalela, serta segala macam kebobrokan masyarakat
merupakan akibat dari lemahnya institusi keluarga.
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB
fungsi utama keluarga adalah “sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh,
dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh
anggotanta agar dapat menjalankan fungsingnya di masyarakat dengan baik,
serta memberikan kepuasan lingkungan yang sehat guna tercapainya
keluarga sejahtera”.
Menurut pakar pendidikan, Willian Bennet “keluarga merupakan tempat
yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan”. Apabila guru gagal untuk
mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan, untuk menjadi terbaik, dan
kemampuan-kemampuan dasar maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi
lain untuk memperbaiki kegagal-kegagalannya.

c. Fungsi Konteks Keluarga


Secara hukum keluarga adalah sekelompok orang yang terikat oleh darah,
perkawinan atau adopsi. Namun sebuah survey nasional yang melibatkan
1200 orang dewasa yang dipilih secara acak, hanya 22 persen yang merasa
puas dengan definisi ini. Hampir 75 persen menyukai definisi sekelompok
orang yang saling mencintai dan saling mempedulikan (BPS, 2012:15).
Salah satu definisi keluarga yang luas dan berguna adalah jaringan orang-
orang yang bebagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama, yang
terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen, legal atau tidak, yang
menganggap diri mereka sebagai keluarga dan yang berbagai pengharapan-
pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan.
“Keluarga adalah unit sosial yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan anak. Sedangkan lingkungan atau sekitar dan sekolah ikut
memberikan nuansa pada perkembangan anak. Kenapa itu baik buruknya
struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau
buruknya pertumbuhan kepribadian anak” (Kartono, 2002:57).
“Hal ini disebabkan karena keluargalah merupakan lingkungan pertama
yang berhubungan dengan kegiatan individu sejak lahir sampai dewasa.
Dalam rentang kehidupan individu, keluarga mempunyai peranan penting
terhadap seluruh aspek kepribadiannya” (Pratikto, 2005:40).
Secara sosiologis, Djuju Sudjana mengemukakan tujuh macam fungsi
keluarga, yaitu sebagai berikut:
1) Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar
memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat
manusia sebagai makhluk berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah
yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang, sebab fungsi ini
diatur dalam suatu norma perkawinan yang diakui bersama,
2) Fungsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua
anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk
membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam dimensi
kognisi, afektif, maupun kemampuan, dengan tujuan untuk
mengembangkan aspek mental spiritual, moral, intelektual, dan
professional. Fungsi edukatif ini merupakan bentuk penjagaan hak dasar
manusia dalam memelihara dan mengembangkan potensi akalnya.
3) Fungsi religious, keluarga merupakan tempat penanam nilai moral agama
melalui pemahaman, penyadaran dan praktik dalam kehidupan sehari-hari
sehingga tercipta iklim keagamaan didalamnya. Dengan demikian
keluarga merupakan awal mula seseorang mengenal siapa Tuhannya.
Penanaman aqidah yang benar, pembiasaan ibadah dengan disiplin, dan
pembentukan kepribadian sebagai seorang yang beriman sangat penting
dalam mewarnai terwujudnya masyarakat yang religius.
4) Fungsi protektif, dimana keluarga menjadi tempat yang aman dari
gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkal
segala pengaruh negative yang masuk didalamnya. Gangguan internal
dapat terjadi dalam kaitannya dengan keragaman kepribadian anggota
keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan, dapat menjadi pemicu
lahirnya konflik bahkan juga kekerasan. Adapun gangguan eksternal
keluarga biasanya lebih mudah dikenali oleh masyarakat karena berada
pada wilayah public.
5) Fungsi sosialisasi, berkaitan mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik, maupun memegang norma-norma kehidupan
secara universal baik intr relasi dalam keluarga itu sendiri maupun dalam
mensikapi masyarakat yang pluralistic lintas suku, bangsa, ras, golongan,
agama, budaya, bangsa maupun jenis kelaminnya. Fungsi sosialisasi ini
diharapkan anggota keluarga dapat memposisikan diri sesuai dengan
status dan struktur keluarga.
6) Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapat
memberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas masing-
masing anggota keluarga. Fungsi rekreatif ini dapat mewujudkan suasana
keluarga yang menyenangkan, saling menghargai, menghormati, dan
menghibur masing-masing anggota keluarga sehingga tercipta hubungan
harmonis, damai, kasih sayang dan setiap anggota keluarga merasa
“rumahku adalah surgaku”.
7) Fungsi ekonomis, yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis dimana
keluarga memiliki aktivitas mencari nafkah, pembinaan anggaran,
pengelolaan dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber penghasilan
dengan baik, mendistribusikan secara adil dan proporsional serta dapat
mempertanggung jawabkan kekayaan dan harta bendanya secara sosial
maupun moral.

d. Indikator Konteks Keluarga


Dunst, Trivatte dan Deal (1988:199) menyarankan beberapa indikator
dalam Konteks Keluarga ada tiga yaitu: nilai keluarga, keterampilan
keluarga dan pola interaksi.
1) Nilai Keluarga, yaitu nilai yang dianut dan diamalkan oleh semua anggota
keluarga. Nilai-nilai keluarga tersebut diantaranya:
a) Percaya dan mempunyai komitmen terhadap meningkatkan
kesejahteraan dan perkembangan anggota keluarga dan juga unit
keluarga itu sendiri.
b) Nilai, peraturan dan system kepercayaan yang jelas dan menerangkan
tingkah laku yang boleh dan tidak boleh diterima.
c) Hidup dengan penuh tujuan baik dalam waktu senang maupun susah.
d) Berbagi tanggung jawab.
e) Menghormati hak pribadi anggota keluarga.
f) Mempunyai ritual dan tradisi keluarga.
g) Mempercayai kepentingan untuk menjadi aktif dan mempelajari
persoalan baru.
h) Mempercayai bahwa segala sesuatu masalah bisa diselesaikan jika
anggota keluarga bekerjasama.
i) Mempertimbangkan tentang integrasi dan kesetiaan keluarga.
2) Keterampilan Keluarga, meniliki kemampuan keluarga dan anggotanya
bertahan dalam berbagai situasi yang dihadapinya. Kemampuan tersebut
diantaranya:
a) Mempunyai strategi daya tindak (coping strategy) yang berbagai bagi
menangani peristiwa kehidupan yang normal dan bukan normal.
b) Mengamalkan cirri fleksibelitas dan adaptif dalam mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber untuk memenuhi kebutuhan.
c) Ilmu dan keterampilan yang digunakan untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan menetapkan hasil.
d) Kemampuan untuk mengekalkan cirri positif dalam semua aspek
kehidupan termasuk melihat krisis dan tantangan sebagai peluang
untuk berkembang.
e) Kemampuan untuk menggerakkan anggota keluarga untuk
memperoleh sumber-sumber yang dibutuhkan.
f) Kemampuan mewujudkan dan mengekalkan hubungan harmonis di
dalam dan di luar system keluarga.
g) Kemampuan merencanakan dan menyusun tujuan keluarga.
3) Pola interaksi merujuk pada kemampuan keluarga dan anggotanya
membangun dan mengebangkan pola-pola interaksi sisial baik didalam
keluarga maupun diluar keluarga. Pola interaksi ini terdiri:
a) Anggota keluarga saling bersetuju mengenai nilai dan kepentingan
menggunakan waktu dan tenaga keluarga dalam menetapkan tujuan,
mengidentifikasi kebutuhan dan melaksanakan fungsi.
b) Menghargai sumbangan dan pencapaian besar dan kecil anggota
keluarga dan mendorong anggota keluarga untuk terus berusaha
memperbaikinya.
c) Bersatu dalam menjalankan aktivitas keluarga.
d) Berkomunikasi secara efektif dan senantiasa menggalakkan
sumbangan ide dan kritik positif dari anggota.
e) Mengamalkan praktek mendengarkan secara efektif terhadap masalah,
kehendak, kekecewaan, aspirasi, ketakutan dan harapan anggota
keluarga dengan dukungan.
f) Meluahkan pengukuhan dan dukungan terhadap dan sesama anggota
keluarga.
Keberfungsian keluarga akan menjamin keluaga menjalankan fungsi-
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Perpaduan dan interaksi nilai
keluarga, keterampilan dan pola interaksi yang positif menjadikan keluarga
memiliki keberfungsian dalam menghadapi persoalan, mampu mengurus
sumber, menyusun tujuan dan melihat tantangan sebagai peluang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan
anggota-anggotanya.

B. KERANGKA PIKIR
Keluarga memiliki peran utama dalam perkembangan psikologi anak, karena
keluarga merupakan madrasah awal, pekerjaan orang tua secara umum dapat
memberi gambaran kepada anak tentang upaya untuk mencari pendapatan.
Dalam mendidik anak, para orang tua mengajarkan anaknya untuk memotivasi
dirinya untuk bekerja keras, dan diberikan kesempatan untuk bertanggung
jawab atas apa yang ia lakukan. Orang tua yang berwirausaha dalam bidang
tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha dalam bidang
yang sama. Oleh karena itu peranan keluarga sangat penting untuk
menumbuhkan rasa berwirausaha. Agar setelah lulus mahasiswa sudah
memperoleh pengalaman tentang berwirausaha
Minat berwirausaha merupakan keinginan, ketertarikan, serta kesediaan
bekerja keras atau kemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya dan menciptakan usaha baru tanpa merasa takut dengan resiko yang
akan terjadi seta senantiasa belajar dari kegagalan dalam berwirausaha. Minat
berwirausaha akan mendorong seseorang untuk belajar dan membekali diri
dengan berbagai macam keterampilan berwirausaha sehingga mempunyai
keberanian untuk membuka atau memulai usahanya dalam berbagai kesempatan
Penelitian ini diajukan untuk menganalis pengaruh Konteks Keluarga
Terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus Pada Mahasiswa STIE
Muhammadiya Pringsewu). Secara skematis, model kerangka konseptual
penelitian ini terlihat pada gambar berikut:

Minat Berwirausaha
Konteks Keluarga
Indikator Minat
Indikator Konteks
Berwirausaha:
Keluarga:
1. Perasaan Senang
1. Nilai Keluarga
2. Ketertarikan
2. Keterampilan Keluarga
3. Perhatian
3. Pola Interaksi
4. Keterlibatan

C. HIPOTESIS
Hipoesis adalah jawaban semntara terhadap rumusan masalah penelitian
yang dibentuk dalam kalimat pertanyaan yang baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2014:93).
Dari model kerangka konseptual diatas maka dapat diambil hipotesis dari
penelitrian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh konteks keluarga terhadap minat berwirausaha? (studi kasus
pada mahasiswa STIE Muhammadiyah Pringsewu 2018).

Anda mungkin juga menyukai