KARYA REFERAT
DISUSUN OLEH :
ROBERTO BIMANTARA
14/366626/TK/42132
DOSEN PEMBIMBING :
I GDE BUDI INDRAWAN, S.T., M.Eng, Ph.D
YOGYAKARTA
DESEMBER
2017
1
MINE DUMP STABILIZATION
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA REFERAT
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Penulis
2
MINE DUMP STABILIZATION
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya karya
referat ini. Tugas ini disusun sebagai syarat kelulusan dalam mata kuliah referat. Pada kesempatan
ini juga, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I. Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng, P.hD, selaku dosen pembimbing penyusunan
karya referat.
2. Kedua orang tua, adik, kakek, dan nenek yang selalu memberikan dukungan doa maupun
materi kepada saya dengan penuh cinta dan kasih sayang.
3. Staf perpustakaan Departemen Teknik Geologi UGM yang telah memberikan peminjaman
pustaka guna pencarian sumber materi yang mendukung.
4. Fariz Maulana, Wahyu Dwi Febriyanto, M. Zaki Rahadian, Abdi Oktadiansyah, M. Satya
Himawan, sebagai teman sebidang ilmu yang telah membantu dan memberi masukan
dalam pengerjaan karya referat ini.
5. Segenap pihak yang turut menyumbangkan ide dan bantuan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun untuk kemajuan penulis
di masa yang akan datang dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semoga karya referat ini
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
3
MINE DUMP STABILIZATION
DAFTAR ISI
4
MINE DUMP STABILIZATION
5
MINE DUMP STABILIZATION
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Suatu kegiatan blasting dengan menggunakan bahan peledak, hal ini dapat
menimbulkan getaran yang membuat timbunan tidak stabil (Blyth et al., 1984) ......20
Gambar 2.4 Bentuk timbunan material tambang sesuai keadaan topografi, dibagi menjadi 5 yaitu
valley fill, cross valley fill, side hill fill, ridge crest fill, heaped fill (Caldwell and Moss,
1981) ..........................................................................................................................23
Gambar 2.5 Timbunan tambang yang dibuat konstruksi dengan cara lift per lift sekuen per sekuen
....................................................................................................................................26
Gambar 2.6 Cross section dari material timbunan yang dibuat lift section ...................................26
Gambar 2.7 Layout dari lokasi dan jarak ideal antara kegiatan operasional tambang dengan letak
Gambar 3.1 Jika lapisan tanah lunak pada areal yang luas dikenai beban (lapisan overburden),
kompresi yang terjadi pada lapisan tanah tersebut diasumsikan terjadi secara 1-D
Gambar 3.2 Pengukuran densitas dan kandungan air dilakukan dengan nuclear density. ............39
Gambar 3.3 Layout dari timbunan yang memiliki drainase cukup baik dengan membangun dan
mendesain parit di sekitar area timbunan untuk mencegah terjadinya erosi pada lereng.
....................................................................................................................................44
Gambar 3.4 Jenis-jenis longsoran pada tubuh tumbunan (Caldwell and Moss, 1981) ..................46
Gambar 3.5 Geometri dari longsoran timbunan ketika terjadi perbedaan gaya-gaya yang bekerja
6
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.6 Gaya yang bekerja pada suatu bidang gelincir yang dapat menyebabkan longsoran
Gambar 3.7 Jenis-jenis metode pada Limiting Equilibrium Method dibagi menjadi 3 yaitu force,
Gambar 3.9 Infinite slope analysis dengan menghitung shear force dan normal force (Duncan &
Gambar 3.10 Gaya-gaya yang bekerja pada Metode Bishop (Abramson et al.,
2002) ..........................................................................................................................54
Gambar 3.12 Kondisi timbunan yang mengalami tension crack dan gaya-gaya yang bekerja
Gambar 3.13 Gaya yang bekerja pada masing-masing irisan (A.I Husein Malkawi et al.,
2000) ..........................................................................................................................58
Gambar 3.14 Jarak ideal untuk bekerja yang diukur dari kaki timbunan (McGinn et al.,
1991) ..........................................................................................................................63
1991) ..........................................................................................................................64
Gambar 3.16 Layout dari area tambang dengan kegiatan operasional tambang yang banyak
sehingga perlu diatur untuk menjaga kestabilan timbunan (McGinn et al., 1991) ....65
1991) ..........................................................................................................................68
7
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.19 Penggunaan coir matting pada tubuh timbunan tambang (Blanco,
2008) ..........................................................................................................................71
Gambar 3.20 Penanaman vegetasi pada lereng timbunan tambang (Paithankar et al.,
2001) ..........................................................................................................................71
Gambar 4.1 Massa batuan yang bergerak secara translasi secara aktif maupun passive wedge
Gambar 4.2 Profil tubuh timbunan pada mine A sebelum dan sesudah mengalami suatu longsoran.
Terdapat black cotton soil yang menjadi tanda untuk mengetahui perubahan elevasi
Gambar 4.3 Initial design untuk timbunan dengan FoS = 1.49 untuk Bishop Simplified Method
(densitas 2070 kg/m3 , sudut friksi 260 dan kohesi 0.0 Pa) (Brett poulsen et al., 2013)
....................................................................................................................................78
Gambar 4.4 Analisis limiting equilibrium pada timbunan. Hasilnya adalah tingkat kohesi 8kPa,
sudut friksi = 60 dan FoS = 1.0 (Brett poulsen et al., 2013) ......................................80
Gambar 4.5 Hubungan perhitungan kohesi dan friction angle (Brett poulsen et al., 201 ) ...........81
Gambar 4.6 Model initial undeformed yang dibuat oleh aplikasi DAN-W (Brett poulsen et al.,
2013) ..........................................................................................................................82
Gambar 4.7 Pergerakan massa timbunan diprediksi mencapai 40 m dengan spoil friction sebesar
320 – 270 dan clay friction sebesar 170 – 60 (Brett poulsen et al., 2013) ...................82
Gambar 4.8 Gambaran representatif cross section dari timbunan material tambang pada daerah
Gambar 4.9 Analisis kestabilan pada tubuh timbunan didapat FS = 0.79 (Klinaku et al., 2013) ..85
8
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.10 Setelah melakukan desain tambang yang disarankan, maka diperoleh FS = 1.06
Gambar 4.11 Salah satu bentuk geosintetik yaitu geogrid yang digunakan pada timbunan tambang
2013) ..........................................................................................................................88
Gambar 4.13 Longsor pada timbunan tambang ore di Dhanbad, India (Ranjan et al.,
2015) ..........................................................................................................................89
Gambar 4.14 Tanaman lemon grass yang digunakan pada lereng timbunan untuk mengontrol
9
MINE DUMP STABILIZATION
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan tingkat kekerasan dari material drill bit dengan mineral (McGregor et al.,
1967) ..........................................................................................................................19
Tabel 2.2 Kelompok batuan yang memiliki karakteristik abrasiveness tertentu saat dilakukan
Tabel 2.3 Jenis material timbunan pada tambang batubara dan metal (McGinn et al., 1991) ...29
Tabel 3.1 Minimum factor of safety yang dapat diterima pada lereng timbunan (Priest & Brown,
1983) ..........................................................................................................................50
Tabel 3.2 Ringkasan dari kondisi equilibrium method dengan metode LEM irisan yang berbeda
Tabel 3.3 Parameter – parameter pada probability density functions (Lacasse and Nadim, 1996)
....................................................................................................................................61
Tabel 3.4 Tanda-tanda akan terjadinya longsor pada timbunan (McGinn et al., 1991).............66
Tabel 3.6 Status pada tubuh timbunan yang mengalami pergerakan (McGinn et al., 1991) .....70
Tabel 4.1 Kondisi geologi pada formasi barakar di Singareni India (Rosengren et al., 2010) ..75
Tabel 4.2 Properti tanah pada mine A dari studi sebelumnya ...................................................76
Tabel 4.3 Properti tanah dari Ortiz et al., (1986) yang dibuat dalam FLAC3D manual (2008) 76
Tabel 4.4 Back analysis dari model Limit Equilibrium Method yang terdapat pada pondasi (Brett
Tabel 4.5 Analisis continuum untuk mengukur kekuatan material (Brett poulsen et al., 2013) 80
10
MINE DUMP STABILIZATION
Tabel 4.6 Hasil analisis kestabilan pada tubuh timbunan setelah dilakukan rekayasa sesuai yang
Tabel 4.7 Kenaikan angka factor of safety yang dihitung setelah menerapkan dan menanam
indigenous plant pada tubuh timbunan selama beberapa tahun (Ranjan et al.,
2015) ..........................................................................................................................91
11
MINE DUMP STABILIZATION
SARI
Dalam suatu kegiatan operasional suatu pertambangan, maka perusahaan tambang akan mencari
mineral-mineral yang ekonomis dan nantinya akan dijual untuk memperoleh keuntungan. Namun
saat proses eksakavasi berlangsung terdapat material-material yang kurang ekonomis, biasanya
perbandingan material yang ekonomis dan tidak ekonomis jauh lebih banyak yang material yang
tidak ekonomisnya. Sehingga material yang tidak ekonomis ini dibuang dan ditimbun pada suatu
area, timbunan ini dinamakan timbunan material tambang. Timbunan ini memiliki bentuk dan tipe
tersendiri sesuai dengan metode penimbunan dan kondisi topografinya. Apabila tidak dilakukan
pengawasan dengan baik, maka timbunan material tambang yang memiliki volume besar ini dapat
mengalami suatu ketidakstabilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya konfigurasi
timbunan, gaya gravitasi, getaran dinamik, drainase yang buruk, dan lainnya. Sehingga diperlukan
upaya khusus untuk mencegah terjadinya longsoran tersebut dengan metode penyelidikan
diantaranya Limiting Equilibrium Method. Sehingga nantinya perusahaan tambang akan lebih
waspada dan lebih memperhatikan kondisi timbunan yang dapat membahayakan bagi semua orang
yang terlibat dalam suatu kegiatan pertambangan.
Kata kunci : Timbunan material tambang, bentuk dan tipe, faktor-faktor yang mempengaruhi,
metode penyelidikan, dan upaya-upaya untuk mencegah
12
MINE DUMP STABILIZATION
BAB I
PENDAHULUAN
13
MINE DUMP STABILIZATION
relatif curam, hal ini membuat timbunan menjadi tidak stabil dan dapat mengalami runtuhan.
Material timbunan yang bersifat loose material dan kurang nya kompaksi menyebabkan tingkat
gaya tarik antar partikel timbunan menjadi tidak kuat menyebabkan material timbunan menjadi
tidak stabil. Material timbunan bersifat heterogen (terdiri dari 1 jenis partikel timbunan). Ukuran
butir yang bervariasi serta struktur nya yang beragam. Fragmen-fragmen material timbunan
tambang ini berasal dari produk mekanik akibat pengeboran, blasting (peledakan pada area
tambang), ripping, dan lainnya. Sehingga pada suatu tubuh timbunan, terdapat berbagai jenis
ukuran partikel mulai dari lempung hingga boulder-boulder. Proses gravitasi membuat material
yang halus berada dipermukaan dan material yang berat akan berada didasar dari suatu timbunan.
Akibat faktor-faktor pembentuk material timbunan tambang tersebut, maka suatu timbunan
perlu mendapatkan perhatian khusus bagi pelaksana kegiatan pertambangan agar tidak terjadi
runtuhan terhadap tubuh timbunan yang dapat merugikan. Diperlukan usaha-usaha dan treatment-
treatment khusus agar timbunan tambang tersebut dapat diminamilisir tingkat resiko longsornya
dan dapat mencegah terjadinya runtuhan pada tubuh timbunan tambang.
14
MINE DUMP STABILIZATION
15
MINE DUMP STABILIZATION
Penulis membagi karya referat ini menjadi 5 bab secara general. Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penulis memilih topik tentang kestabilan
material timbunan tambang serta maksud dan tujuan penulis membuat karya referat ini. Pada bab
ini, disertakan batasan masalah untuk membatasi cakupan tema yang akan dibahas pada karya
referat ini dan metode penyusunannya.
Pada Bab II penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai kondisi material timbunan
secara umum meliputi definisi material timbunan tambang dan proses mekanika yang
menghasilkan produk timbunan tambang. Selanjutnya penulis menjelaskan mengenai bentuk dan
tipe timbunan material tambang serta jenis-jenis timbunan tambang berdasarkan proses
penimbunan / proses dumping. Setelah mengetahui karakter umum dari suatu material timbunan
tambang maka selanjutnya penulis membuat Bab III yang merupakan inti dari pembuatan referat
ini. Pembahasan Bab III diacu pada penjelasan materi-materi pada Bab II.
Pada Bab III penulis menjelaskan mengenai kestabilan material timbunan tambang
meliputi jenis-jenis longsoran yang dapat terjadi pada tubuh timbunan tambang, faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan tubuh timbunan tambang, metode-metode penyelidikan terhadap
kestabilan timbunan tambang, dan yang terakhir adalah upaya-upaya dan langkah-langkah untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya failure pada tubuh timbunan tambang. Penulis juga
membuat studi kasus pada Bab IV untuk menjelaskan kondisi sebenarnya pada suatu area tambang.
Dan yang terakhir kesimpulan pada Bab V akan didapat yang menjawab maksud dan tujuan yang
sudah penulis sampaikan pada bab sebelumnya.
16
MINE DUMP STABILIZATION
BAB II
KARAKTERISTIK MATERIAL TIMBUNAN TAMBANG
17
MINE DUMP STABILIZATION
dinamik seperti gempa bumi, kondisi drainase di permukaan, topografi yang curam, tingkat lekat
dan gaya friksional internal dari partikel yang loose material, dan lainnya.
Suatu material timbunan tambang dapat dibangun dan dikonstruksi dalam berbagai struktur
pembangunan timbunan. Suatu timbunan dapat dibangun dari layer per layer jenis material
timbunan. Batuan yang keras dan tingkat durabilitas tinggi akan ditaruh dibawah dari konstruksi
timbunan. Bentuk suatu timbunan tambang didasarkan atas topografi dan keadaan alam disuatu
area tambang. Bentuk bentuk material timbunan yaitu valley fill, cross valley, side hill, ridge, dan
heaped.
II.2.1 Drilling
Dalam suatu kegiatan pertambangan proses drilling digunakan untuk mengambil dan
mengekstrak material ekonomis didalam suatu tubuh batuan. Terdapat dua prosedur dalam proses
drilling yaitu percussive drilling yang menggunakan chisel-shaped bit dan rotary drilling. Pada
proses drilling, yang berpengaruh adalah kekerasan, toughness, dan tingkat abrasi dari suatu
mineral. Kekerasan mengacu pada skala mohs dan tingkat toughness tergantung pada tensile
strength. Semakin kecil tingkat kekerasan dan durabilitas nya maka ukuran partikel yang
dihasilkan dari proses drilling juga akan kecil.
Sementara itu tingkat abrasi menjelaskan kekuatan fragmen batuan untuk mempolish dari
cutting. Batuan yang mengandung kuarsa akan memiliki tingkat abrasi yang tinggi. Hal lain yang
mempengaruhi saat drilling adalah struktur batuan dan mineral lempung yang mengisi kekar dan
bidang diskontinuitas lainnya. Broken rock akan lebih sulit untuk dibor. Sementara pada suatu
bidang diskontinuitas yang terisi oleh material-material yang halus, maka batuan tersebut akan
18
MINE DUMP STABILIZATION
lebih sulit untuk dibor. Ukuran suatu material hasil drilling tergantung pada kekerasan dan
durabilitas dan nantinya material sisa akan ditimbun menjadi tubuh timbunan tambang.
Tabel 2.1 Hubungan tingkat kekerasan dari material drill bit dengan mineral-mineral dalam skala
mohs (McGregor et al., 1967)
Kekerasan ( Skala Mohs’ ) Mineral / Batuan
1 Talc
2 Coal, Evaporites, Mica
3 Kalsit
4 Fluorit
5 Piroksen
6 Amfibol, Feldspar, Fe Oxides, Steel
7 Olivin, Kuarsa, Garnet
8 Tungsten
9 Korundum
10 Berlian
Tabel 2.2 Kelompok batuan yang memiliki karakteristik tingkat abrasi tertentu saat dilakukan
drilling (McGregor et al., 1967)
IGNEOUS
Abrasive: riolit, welded tuf, granit, pegmatite
Less abrasive : basalt, dolerite, gabro
Least abrasive : weathered intrusive rocks and lavas
Metamorphic
Abrasive (and Hard) : kuarsit, hornfels, gneiss
Less abrasive : sekis
Least abrasive : filit, slate, marble
SEDIMENTARY
Abrasive (and hard): flint, chert, kuarsit, batupasir, konglomerat kuarsa
Abrasive (less hard): siltstone, siliceous limestone, batupasir
Abrasive (least hard): friable sandstone and grits
Non-abrasive (hard): limestone, shale
Non-abrasive (least hard): mudstone, marl, coal, oolitic limestone
19
MINE DUMP STABILIZATION
II.2.2 Blasting
Proses blasting didalam suatu area pertambangan dilakukan untuk membuka suatu tubuh
batuan yang mengandung bijih yang tertutup oleh massa batuan dengan alat ledakan, proses
blasting juga digunakan untuk membuka jalur pertambangan kebawah permukaan untuk metode
penambangan underground atau closepit. Ledakan yang besar ini akan menyebabkan getaran
seismik sehingga akan menyebabkan retakan-retakan pada batuan sehingga akan meyebabkan
fragmen-fragmen batuan akan pecah dan menjadi bagian-bagian yang besar yang nantinya akan
dibuang dan ditimbun menjadi suatu tubuh timbunan tambang. Getaran seismik termasuk tegangan
tanah dan tensile strength ini juga akan mempengaruhi sistem stabilitas material timbunan
tambang
Gambar 2.1 Suatu kegiatan blasting dengan menggunakan bahan peledak, hal ini dapat
menimbulkan getaran yang membuat timbunan tidak stabil (Blyth et al., 1984)
20
MINE DUMP STABILIZATION
yang digunakan seperti scrapers, rippers, dozers, graders, dan excavator. Ketiga teknik ini juga
mempengaruhi ukuran partikel material yang nantinya akan manjadi material timbunan tambang.
Semakin tinggi velocity seismic nya maka ukuran material yang terbentuk juga akan semakin kecil
dan halus karena seismik tersebut akan menghancurkan tubuh batuan dengan tinggi sehingga
membuat partikel batuan akan lebih kecil dan halus.
21
MINE DUMP STABILIZATION
5. Mixing of waste rock with tailing, metode penimbunan yang mencampur waste rock atau
material buangan sisa tambang dengan tailing.
22
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 2.4 Bentuk timbunan material tambang sesuai keadaan topografi, dibagi menjadi 5 yaitu
valley fill, cross valley fill, side hill fill, ridge crest fill, heaped fill (Caldwell dan Moss, 1981)
23
MINE DUMP STABILIZATION
1. Valley fill
Bentuk timbunan yang dihasilkan dari valley fill dapat berupa valley fills partially
(sebagian) dan completely fill the valley (mengisi material hingga penuh). Biasanya
permukaan dari tubuh timbunan graded untuk mencegah proses impoundment pada area
lembah. Pada valley fill jenis partially (sebagian), pada area lembah diperlukan konstruksi
jenis culvert yang didasarkan atas karakteristik catchment dari upstream. Jenis timbunan
valley fills biasanya disebut juga head of hollow fills.
2. Cross Valley Fills
Bentuk timbunan jenis cross valley fills adalah variasi jenis timbunan dari valley fill.
Timbunan tersebut berada pada satu sisi dari lembah, melewati sistem drainase, menuju
sisi lain dari lembah tersebut. Pada area lembah tersebut, porsi dari upstream tidak
sepenuhnya terisi. Fill slope dibangun pada kedua arah upstream dan downstream. Untuk
menghindari proses impoundment pada tubuh timbunan, biasanya diperlukan peralatan
khusus untuk menghindari proses impoundment.
3. Sidehill Fills
Sidehill fill merupakan jenis timbunan yang dikonstruksi pada bagian slope terrain dan
tidak menghalangi sistem drainase tubuh timbunan tersebut. Lereng dari timbunan
biasanya terinklinasi pada arah yang sama sebagai suatu pondasi. Bagian kaki tubuh
timbunan biasanya berada di lereng atau pada tanah datar di area lembah.
4. Ridge crest fills
Ridge crest fills adalah jenis timbunan yang unik dan merupakan variasi dari sidehill fills,
dimana fill slopes dibentuk dari kedua sisi dari ridge line atau bagian crest.
5. Heaped fills
Disebut juga sebagai jenis timbunan stacked atau piled fills. Pondasi dari tubuh timbunan
ini biasanya berada pada daerah yang datar.
24
MINE DUMP STABILIZATION
25
MINE DUMP STABILIZATION
terracing, restricting lift, limit shear stress pada pondasi timbunan dan mengatur panjang potensial
runout, dan arah penimbunan harus mengikuti pola kontur yang ada.
Konstruksi dari lift tergantung pada sifat geoteknik dari material timbunan. Pada sisi
permukaan atas dari material timbunan yang berperan adalah runoff dari air, sistem drainase, dan
factor of safety nya. Material timbunan perlu didesain sedemikian rupa agar mengontrol proses
runoff air dan sistem drainase nya.
Gambar 2.5 Timbunan tambang yang dibuat konstruksi dengan cara lift per lift sekuen per
sekuen. Sumber : www.iitbhu.ac.id.in/mine-waste-dump/ (diakses tanggal 9 November 2017)
Gambar 2.6 Cross section dari material timbunan yang dibuat lift section
Sumber : www.iitbhu.ac.id.in/mine-waste-dump/ (diakses pada tanggal 9 November 2017)
26
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 2.7 Layout dari lokasi dan jarak ideal antara kegiatan operasional tambang dengan letak
timbunan tambang
Sumber : www.iitbhu.ac.id.in/mine-waste-dump/ (diakses pada tanggal 9 November 2017)
27
MINE DUMP STABILIZATION
alterasi. Bagian yang paling penting adalah persentase dari material yang lebih halus yang
mungkin menyerap air (misalnya mineral lempung) dan sistem drainase natural dari parit pada
bagian dasar dari tubuh timbunan dan mungkin terdapat perubahan kohesi partikel yang
menyebabkan oversteepening pada area tersebut. Pada akhirnya, semakin banyak material yang
halus seperti mineral lempung akan membuat tubuh timbunan menjadi tidak stabil.
Shear strength dari material timbunan tergantung pada jenis batuan dan komposisi mineral
penyusun batuan, unconfined compressive strength, proses pelapukan dan slaking potential, serta
masing-masing ukuran partikel. Kekuatan material timbunan tambang tersebut juga didasarkan
atas perbandingan dari jenis batuan dan hubungannya dengan compressive strength.
Material yang memiliki tingkat durabilitas rendah akan mengalami pelapukan lebih cepat
yaitu material timbunan yang berukuran halus (finer particle), proses pelapukan ini dipengaruhi
oleh suhu, iklim, freezing dan thawing, dan tingkat moisture dari atmosfer. Partikel-partikel yang
mudah mengalami pergerakan adalah material yang memiliki ukuran butir yang rounded, dan
sudut friksi yang kecil pada material timbunan tersebut. Pada kondisi tertentu, batuan yang kuat
dan kompeten biasanya ditaruh dibawah batuan yang lemah dan mengalami alterasi hingga turun
kebawah tubuh timbunan. Sehingga penimbunan material-material yang durabilitas nya tinggi juga
dapat membuat tubuh timbunan menjadi tidak stabil.
Banyak dari perusahaan tambang yang mempunyai masalah yaitu menghadapi rentang tipe
dari material batuan dan tanah, tanah harus dibuang dari suatu timbunan, karena dapat
menghalangi sistem drainase dan mempengaruhi zona shear strength. Jadi untuk material tanah,
sebaiknya didesain khusus untuk dibuang dan ditimbun pada area sekitar tambang yang jauh
jaraknya dengan timbunan material tambang.
28
MINE DUMP STABILIZATION
Tabel 2.3 Jenis material timbunan pada tambang batubara dan metal (McGinn et al., 1991)
29
MINE DUMP STABILIZATION
30
MINE DUMP STABILIZATION
31
MINE DUMP STABILIZATION
32
MINE DUMP STABILIZATION
BAB III
KESTABILAN TIMBUNAN MATERIAL TAMBANG
33
MINE DUMP STABILIZATION
semakin tinggi (particle breakage). Hal ini juga menurunkan sudut friksi internal partikel. Shear
strength dari material timbunan tambang mengacu pada parameter seperti : (Holtz, 1960)
Bentuk partikel dan roughness dari permukaan butiran batuan
Kualitas dari butiran batuan, batuan-batuan / material yang lemah seperti shale memiliki
sudut friksi yang rendah dibandingkan dengan batuan yang kompak seperti granit
Ukuran butir, sudut friksi dapat meningkat atau menurun tergantung pada ukuran butir
batuan
Distribusi ukuran butir, sudut friksi biasanya menurun seiring dengan menurunnya
koefisien uniformity dari ukuran butir
Specific gravity
Tingkat kompaksi atau packing, sudut friksi meningkat seiring dengan meningkatnya
densitas atau menurunnya void ratio
Level tegangan, sudut friksi akan menurun seiring dengan meningkatnya confining stress.
Kondisi drained dan undrained
Tingkat kejenuhan air
34
MINE DUMP STABILIZATION
Bulk Gradation
Keseluruhan gradasi dari batuan tambang memiliki pengaruh langsung terhadap shear
strength dan permeabilitas pada lereng tubuh timbunan. Secara umum material yang kasar dengan
sedikit fine particle akan memiliki kekuatan dan konduktivitas hidrolik yang tinggi dibandingkan
dengan fine particle. Ketika batuan tambang memiliki kurang dari 10% partikel fines, faktor yang
35
MINE DUMP STABILIZATION
mengontrol gradasi adalah kekerasan dan compressive strength dari fragmen batuan. Material
timbunan yang kasar mendapatkan kekuatannya dari kontak interpartikel.
Gradasi dari batuan tambang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti litologi, durabilitas,
frekuensi dan karakter bidang diskontinuitas, teknik blasting dan ekskavasi, handling dan
transportasi, metode penimbunan, dan peletakkan. Gradasi dapat berubah seiring berjalannya
waktu dengan proses mekanik atau kimiawi (misalkan : proses swelling dari mineral lempung,
oksidasi, dan lainnya).
Hidrolik Konduktivitas
Pengetahuan tentang hidrolik konduktivitas dari bermacam-macam tanah digunakan untuk
analisis seepage dan memprediksi kondisi piezometric pada pondasi tubuh timbunan. Pengukuran
in situ field biasanya metode yang digunakan untuk mengukur hidrolik konduktivitas. Sementara
itu indeks properti menyediakan indikasi dari sifat keteknikan seperti shear strength,
permeabilitas, dan konsolidasi. Paramaternya seperti moisture content, unit weight, dan specific
gravity, dan porositas.
Konsolidasi
Ketika tubuh timbunan dibangun dengan fine grained soil, sebuah pengukuran untuk
karakteristik konsolidasi dibutuhkan agar tanah menjadi kompak. Data ini dibutuhkan untuk
memprediksi settlement dari pondasi dan potensi kenaikan tekanan pori saat proses penimbunan.
Konsolidasi pada tubuh pondasi juga akan mengurangi infiltrasi dan memperbaiki shear strength
dari material pondasi. Konsolidasi pada tubuh pondasi juga akan menstimulasi tegangan pada
tubuh timbunan.
36
MINE DUMP STABILIZATION
Tanah yang dikenai beban akan mengalami penurunan (deformasi ke bawah) yang disebut
settlement. Deformasi terjadi terutama karena keluarnya air dan udara dari dalam pori-pori tanah.
Terdapat 3 jenis settlement yaitu immediate settlement yang terjadi pada tanah berbutir kasar secara
cepat karena permeabilitasnya tinggi, consolidation settlement yang terjadi pada tanah berbutir
halus yang memiliki permeabilitas rendah, dan secondary compression yang terjadi pada tegangan
efektif yang konstan dimana tidak terjadi perubahan tekanan air pori. Kecepatan settlement
tergantung pada kecepatan pengaliran air pori tergantung pada permeabilitas material timbunan.
Jika lapisan tanah lunak pada areal yang luas dikenai beban seperti overburden maka kompresi
terjadi pada lapisan tanah tersebut.
Gambar 3.1 Jika lapisan tanah lunak pada areal yang luas dikenai beban (lapisan overburden),
kompresi yang terjadi pada lapisan tanah tersebut diasumsikan terjadi secara 1-D Zero lateral
deformation (Holtz dan Kovacs, 1981)
37
MINE DUMP STABILIZATION
Kekuatan (Durability)
Karakter shear strength dan compressive strength dari material pondasi juga dibutuhkan
suatu pengukuran dan penelitian untuk menjaga kestabilan dan kapasitas material diatasnya.
Ketika kondisi pondasinya kompleks atau pondasinya terdapat fine grained, soft atau mudah untuk
mengalami konsolidasi, dan apabila terjadi peningkatan tekanan pori, maka tes laboratorium dan
lapangan sangat dibutuhkan. Tipe dari tes disesuaikan dengan tingkat kompleksitas dari tempat
timbunan.
Efektive shear strength dari material timbunan bergantung pada berbagai macam hubungan
antar parameter material termasuk kekuatan partikel secara utuh dan kekuatan anisotropi, tingkat
angularity, gradasi, tingkat kekasaran, friksi antar partikel, komposisi litologi, mineralogi, dan
tingkat kejenuhan / saturasi air. Shear strength dapat berubah juga sesuai kondisi tertentu seperti
konsolidasi, degradation freeze-thaw, proses swelling atau slaking, oksidasi, dan proses leaching.
Untuk menentukan shear strength biasanya dilakukan analisis mohr – coloumb untuk
menghitung kriteria keruntuhan, dengan tidak ada kohesi dan sudut friksi direpresentasikan oleh
natural repose angle dari material. Repose angle pada material timbunan biasanya 350 – 400. Hal
ini dapat mengevaluasi shear strength.
38
MINE DUMP STABILIZATION
menguatkan tanah seperti proof rolling. Pengukuran dilapangan sebenarnya untuk menghitung
densitas. Penggunaan proof rolling menggunakan nuclear densometers. Kompaksi tanah adalah
pemadatan tanah menggunakan energi mekanik dengan mengurangi volume tanah akibat
keluarnya udara dalam pori tanah. Manfaat dari kompaksi adalah mengurangi settlement,
mengontrol perubahan volume material (swelling dan shrinkage), mengurangi permeabilitas
material tanah, serta meningkatkan kekuatan tanah dan kestabilan lereng timbunan.
Gambar 3.2 Pengukuran densitas dan kandungan air dilakukan dengan nuclear density.
Keuntungannya : mengurangi sifat destruktif dan cepat, kekurangannya adalah dapat
menimbulkan radiasi dan dapat terjadi eror berupa miscalibration dan air gap pada soil surface
Sumber : geopractica.co.za/services/technical-service (diakses pada tanggal 29 November 2017)
39
MINE DUMP STABILIZATION
40
MINE DUMP STABILIZATION
Kondisi Pondasi
Kondisi pondasi yang buruk dan lemah akan menyebabkan material timbunan tambang
menjadi tidak stabil. Alas pondasi dari material timbunan tambang dapat terdiri dari beberapa jenis
batuan mulai dari saturated soil hingga bedrock yang sangat resisten. Kehadiran air pada tubuh
material timbunan juga akan mempengaruhi stabilitas timbunan tambang didasarkan atas phreatic
surface (limit of saturation). Aliran air yang dapat mempengaruhi material timbunan tambang
seperti presipitasi, lelehan salju, runoff permukaan, dan seepage pondasi.
Kondisi pondasi yang tersusun dari saturated soil pada suatu pondasi akan menyebabkan
material timbunan tambang menjadi tidak stabil karena dapat menyebabkan deformasi dari
material yang berada dibawahnya. Aliran debris juga dapat menyebabkan timbunan tambang
menjadi tidak stabil. Debris sering memperlihatkan banyak lower strength yang dipengaruhi oleh
perubahan ukuran partikel, bentuk, dan moisture content.
Runoff permukaan dikontrol oleh kondisi fisiografi daerah tambang tersebut. Dalam suatu
operasional tambang diperlukan desain konstruksi untuk mengurangi tingkat runoff pada
permukaan. Seepage pada pondasi dipengaruhi oleh air tanah dan dikontrol oleh struktur geologi.
Air tanah juga perlu diselidiki dan diinvestigasi karena mempengaruhi stabilitas dari
material timbunan. Pada awal proses penimbunan, perlu dilakukan tentang studi air tanah pada
daerah tersebut. Hal tersebut sangat penting karena air tanah dan sistem drainase nya sangat
mempengaruhi stabilitas material timbunan tambang. Konfigurasi timbunan seperti valley fills /
cross valley membutuhkan pondasi yang khusus pada sistem drainase nya untuk mencegah air
masuk kedalam tubuh timbunan.
Pondasi yang baik tersusun dari suatu batuan yang resisten seperti bedrock yang memiliki
kompetensi tinggi yang kekuatannya lebih besar dibandingkan material timbunan itu sendiri dan
yang tahan terhadap tekanan pori serta penurunan kekuatan akibat proses penimbunan. Jenis
pondasi yang intermediate biasanya terdiri dari material yang sudah terkonsolidasi namun masih
terjadi pore pressure dan kekuatannya dapat menurun karena proses penimbunan. Sementara itu
pondasi yang lemah seperti layer clay yang mudah mengalami liquefaction. Pondasi yang lemah
terdiri dari material yang kurang resisten dan tidak aman untuk dilakukan proses penimbunan
diatasnya karena akan mengalami tingkat tekanan pori yang tinggi.
41
MINE DUMP STABILIZATION
42
MINE DUMP STABILIZATION
Kondisi Drainase
Dalam suatu stabilitas timbunan material tambang, penting untuk mempelajari kondisi
piezometric dari timbunan dan asosiasinya dengan kondisi pondasi. Pada banyak kasus, material
timbunan yang besar dan kasar memiliki permeabilitas yang cukup sehingga akan membuat
struktur drainase dari tubuh timbunan menjadi cukup efektif. Metode penimbunan yang digunakan
adalah metode end-dumping yang membuat material kasar berada dibawah material yang halus
karena gaya gravitasional dan dapat meningkatkan permeabilitas. Metode end-dumping yang
dilakukan dari ketinggian yang tinggi akan menyebabkan material membentuk suatu konstruksi
tertentu sehingga akan meningkatkan permeabilitas.
Percolation dari air hujan sepanjang tubuh timbunan akan membuat fine particle menuju
bawah pada pondasi tubuh timbunan. Peningkatan dari fine particle akibat natural slaking dan
proses pelapukan. Material yang halus ini akan membuat tubuh timbunan mengalami penurunan
dari kapasitas untuk sistem drainase. Kehadiran dari perched water level dapat disebabkan oleh
fine grained, material yang memiliki kualitas rendah biasanya akan dibuang. Tempat ini biasanya
akan mudah untuk menjadi tidak stabil.
Solusi yang diberikan atas permasalah diatas biasanya dibangun parit didekat area tubuh
timbunan tambang. Kadang-kadang perusahaan tambang biasanya membangun decant system
untuk mengalirkan air dibawah timbunan. Apabila air permukaan tidak dapat dihindari, melakukan
contouring dan membangun parit untuk membuat saluran bagi air. Membangun parit juga
dilakukan untuk mengontrol erosi dan didesain sesuai kondisi hidrologi daerah setempat. Iklim
juga berpengaruh pada kestabilan tubuh timbunan seperti curah hujan yang ekstrem.
43
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.3 Layout dari timbunan yang memiliki drainase cukup baik dengan membangun dan
mendesain parit di sekitar area timbunan untuk mencegah terjadinya erosi pada lereng.
Sumber : www.iitbhu.ac.id.in/mine-waste-dump/ (diakses pada tanggal 9 November 2017)
44
MINE DUMP STABILIZATION
45
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.4 Jenis-jenis longsoran pada tubuh timbunan (Caldwell dan Moss, 1981)
46
MINE DUMP STABILIZATION
47
MINE DUMP STABILIZATION
Pada tekanan pori air, maka effective shear resistance akan menjadi :
σn = normal stress
u = tekanan pori air
Gambar 3.5 Geometri dari longsoran timbunan ketika terjadi perbedaan gaya-gaya yang bekerja
pada tubuh timbunan (Abramson et al., 2002)
Jadi dapat disimpulkan rumus sebagai berikut :
𝑆
τ= ………………………….… (3.3)
𝐹𝑂𝑆
Dimana :
48
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.6 Gaya yang bekerja pada suatu bidang gelincir yang dapat menyebabkan longsoran
massa pada suatu lereng (Abramson et al., 2002)
Dimana :
W2 = external loading on failure area
d1 = distance between moment axis and CG of mass
d2 = distance between moment axis and failure surface
momen yang menyebabkan luncuran = (W1 x d1) + (W2 x d2)
49
MINE DUMP STABILIZATION
Jadi factor of safety dapat didefinisikan sebagai resistance force dibagi dengan driving
force. Apabila factor of safety lebih besar dari 1, maka lereng dari tubuh timbunan akan stabil.
Namun apabila factor of safety kurang dari 1, maka tubuh timbunan akan berpotensi mengalami
runtuhan. Pada suatu pertambangan, factor of safety biasanya bernilai 1.2 hingga 1.4 (Wyllie dan
Mah, 2004). Dalam hal kestabilan lereng pada timbunan material tambang dibutuhkan data seperti
C = daya lekat, ɣ = berat jenis, Φ = dan sudut geser dalam.
Tabel 3.1 Factor of safety yang dapat diterima pada lereng timbunan (Priest & Brown, 1983)
Category Consequences of Minimum
Examples
of slope Failure Factor of Safety
Individual benches, small*
1 Not serious temporary slopes not adjacent to 1.3
haulage roads
Any slope of a permanent or semi-
2 Moderately serious 1.6
permanent nature
Medium sized and high slopes
3 Very serious carrying major haulage roads or 2
underlying permanent installations
50
MINE DUMP STABILIZATION
F = 1.5 Pada metode LEM terdapat forward dan back analysis. Data yang dibutuhkan adalah
geometri lereng, rock mass strength (kriteria keruntuhan mengacu pada mohr-coloumb), orientasi
bidang diskontinuitas, dan muka air tanah. Pada metode LEM ini pemilihan metode berdasarkan
deterministic analysis. Pemilihan metode analisis seperti bishop simplified, janbu simplified dll
bergantung pada bentuk keruntuhan lereng dan asumsi kondisi setimbangan yang digunakan untuk
mencapai solusi.
Gambar 3.7 Jenis-jenis metode pada limiting equilibrium method dibagi menjadi 3 yaitu force,
moment, dan limit equilibrium (Abramson et al., 2002)
51
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.9 Infinite slope analysis dengan menghitung shear force dan normal force
Duncan dan Wright (2005)
Dapat juga diaplikasikan dengan kondisi tanah yang lebih kohesif yang menyediakan
firmer stratum parallel. Formula infinite slope ini cocok digunakan untuk menganalisis kestabilan
lereng timbunan yang lebih pada kondisi cohesionless. Formula infinite slope :
52
MINE DUMP STABILIZATION
Fs = S / τ dimana s = c + σ tan ϕ
Pada analisis kestabilan tubuh timbunan, maka metode yang sering digunakan adalah
metode bishop simplified. Bishop (1955) memperkenalkan metode yang memodifikasi metode
fellenius yang hanya memperhitungkan keseimbangan total dari momen dan tidak memperhatikan
53
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.10 Gaya-gaya yang bekerja pada metode bishop (Abramson et al., 2002)
Keterangan gambar :
W = berat total pada irisan
EL, ER = gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang kiri dan kanan
XL, XR = gaya antar irisan yang bekerja secara vertical pada penampang kiri dan kanan
P = gaya normal total pada irisan
T = gaya geser pada dasar irisan
b = lebar dari irisan
l = panjang dari irisan
……….. (3.11)
54
MINE DUMP STABILIZATION
Dimana :
C = kohesi tanah pada bidang gelincir
α = sudut yang dibentuk antara W dan titik pusat gelincir O pad abiding gelincir
α diambil positif pada kuadran yang sama dengan lereng atau searah dengan gaya penahan.
Mi(α) = harga ini ditinjau pada masing-masing segmen dan dapat diperoleh dengan du
acara yaitu :
b. Menggunakan kurva hubungan α dengan Mi(α) dengan variasi (tan Φ / FK) . Hal ini
55
MINE DUMP STABILIZATION
Untuk metode bishop apabila harga Mi(α) dimasukkan kedalam persamaan FK maka akan
terdapat dua buah nilai FK yaitu di kiri dan kanan persamaan. Oleh karena itu, dalam metode
Bishop ini perlu dilakukan cara coba-coba (trial and error). Whitman & Bailey (1967)
menyarankan apabila harga Mi(α) < 0.2 umumnya akan terdapat masalah pada analisis kestabilan
lereng dan dianjurkan untuk menggunakan metode lain yang lebih baik, sehingga metode bishop
dapat dikatakn cukup akurat untuk kepentingan praktek dan tidak direkomendasikan apabila Mi(α)
< 0.2. untuk kasus sudut geser dalam, Φ = 0 maka formula bishop menjadi sama persis dengan
metode fellenius. Hal ini diakibatkan karena komponen Mi(α) sama dengan cos α dimana 1 = b/
cos α sehingga dalam penentuan FK tidak perlu dilakukan cara coba=coba (trial and error)
……….. (3.12)
Formula untuk yang mengalami tension crack pada puncak timbunan dengan kenaikan
tekanan pori air dapat dijelaskan oleh rumus berikut :
……….. (3.13)
Apabila suatu tubuh timbunan mengalami tension crack pada bagian atas timbunan, maka
akan mendapat kontak langsung dari air meteorik yaitu air hujan dimana air hujan tersebut dapat
masuk melalui retakan-retakan pada puncak timbunan tersebut sehingga tekanan pori air akan
meningkat membuat material-material timbunan menjadi saturated dan akan mudah mengalami
runtuhan. Berikut contoh gambar-gambar yang menjelaskan kondisi nya :
56
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.12 Kondisi timbunan yang mengalami tension crack dan gaya-gaya yang
bekerja didalamnya (McCurthy & Dund, 2007)
Bagian dari beberapa lereng yang longsor dengan tipe translation pada layer pondasi yang
lemah, gaya tersebut berpengaruh pada pergerakan yang menghasilkan tekanan lateral tanah pada
tubuh timbunan itu sendiri.
Metode Irisan
Terdapat beberapa anggapan yang digunakan untuk menentukan factor of safety yang unik.
Perbedaan anggapan tersebut direpresentasikan pada berbagai metode irisan yang berbeda. Metode
yang paling sering digunakan adalah fellenius, bishop, janbu, dan spencer. Keempat metode
tersebut digunakan untuk berbagai bentuk runtuhan. Metode ordinary dan simplified bishop cocok
digunakan pada circular slip surface, janbu’s method cocok digunakan pada circular dan non
57
MINE DUMP STABILIZATION
circular slip surface. Spencer’s method dapat digunakan pada kedua momen tersebut dan cocok
digunakan untuk berbagai bentuk longsoran. Keempat metode dapat digunakan untuk bentuk-
bentuk longsoran tertentu.
Tabel 3.2 Ringkasan dari kondisi equilibrium method dengan metode LEM irisan yang berbeda
(A.I Husein Malkawi et al., 2000)
Force equilibrium
Method st Moment equilibrium
1 direction 2nd direction
Ordinary Fellenius Yes No Yes
Bishop’s simplified Yes No Yes
Janbu’s simplified Yes Yes No
Spencer Yes Yes Yes
Gambar 3.13 Gaya yang bekerja pada masing-masing irisan (A.I Husein Malkawi et al., 2000)
58
MINE DUMP STABILIZATION
- Janbu’s Method
Pada area dengan variasi topografi (besar lereng nya seragam) atau pada area subsurface
yang berlapis dan non isotropik, tanah sangat mudah untuk mengalami sliding failure yaitu
tipe circular arc. Hampir sama dengan metode bishop, metode janbu ini menentukan factor
of safety dari proses yang berulang-ulang. Proses tersebut melibatkan berbagai variasi
normal stress pada longsoran. Normal force dapat diperoleh dari vertical force dan inter
slice force nya dapat diabaikan.
59
MINE DUMP STABILIZATION
- Spencer’s Method
Spencer method ini adalah metode yang paling baik untuk mencari factor of safety. Factor
of safety ditentukan dari proses yang berulang-ulang, yaitu irisan per irisan, mendapatkan
nilai F dan δ hingga gaya dan momen ekuilibrium didapatkan. Formula nya adalah sebagai
berikut :
Probabilistic Analysis
Terdapat beberapa jenis metode probabilistik yang dapat digunakan untuk kestabilan
timbunan material tambang adalah : (US Army Corps of Engineers, 2006)
- Monte Carlo Simulation
Terdapat 3 langkah yang dibutuhkan :
1. Menentukkan variabel yang independen
2. Merubah suatu input sebagai variabel independen
3. Menganalisis suatu output
- Probability Density Fumctions, ketika menggunakan metode monte carlo setiap random
variabel direpresentasikan dengan probability density function. Pada geotechnical
engineering, terdapat 4 parameter yang difungsikan seperti uniform distribution, triangular
distribution, normal distribution, dan lognormal distribution. terdapat beberapa parameter
pada metode ini yaitu :
60
MINE DUMP STABILIZATION
Tabel 3.3 Parameter – parameter pada probability density functions (Lacasse dan Nadim, 1996)
61
MINE DUMP STABILIZATION
Prosedur Penimbunan
1. Siapkan alternatif tempat penimbunan lain apabila terdapat suatu tempat yang tidak layak
menjadi tempat untuk timbunan
2. Merencanakan timbunan untuk dibangun pada area yang tidak terkena dampak salju
3. Tidak membangun timbunan diatas salju
4. Mengontrol jumlah dan ketinggian timbunan
Diperlukan suatu perencanaan operasional tambang yang akurat dan baik mulai dari rencana
operasional tambang, data-data landslide timbunan yang terjadi sebelumnya, desain untuk
mengalirkan air (runoff permukaan) dengan membangun parit-parit sekitar tubuh timbunan,
dan mempelajari kondisi topografi daerah sekitar
Mendesain agar slope dari tubuh timbunan kurang dari sudut repose dari material yaitu tidak
lebih dari 37.50 diukur secara horizontal dari bawah timbunan
Pada bagian bawah timbunan / kaki timbunan sebaiknya tidak untuk jalan publik / railway
lines, bangunan atau permanen konstruksi yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan
operasional tambang
Memberi pagar-pagar pada kaki-kaki atau bagian bawah timbunan sehingga tidak ada orang
yang dapat masuk ke tubuh timbunan.
Memberi tiang-tiang pancang disekitar tubuh timbunan
Menggunakan teknik berms pada puncak timbunan
Tanda-tanda untuk lebih waspada dipasang didekat area timbunan
Pada malam hari, diperlukan penyinaran yang memadai
62
MINE DUMP STABILIZATION
Merencanakan jarak ideal dan zona aman dari timbunan material tambang
Gambar 3.14 Jarak ideal untuk bekerja yang diukur dari kaki timbunan (McGinn et al., 1991)
63
MINE DUMP STABILIZATION
Menggunakan metode yang tepat saat penimbunan menggunakan haul truk tambang
Gambar 3.15 Bentuk metode penimbunan material tambang (McGinn et al., 1991)
64
MINE DUMP STABILIZATION
Mengatur jalannya kegiatan operasional tambang yang berdekatan dengan timbunan material
timbunan. Kegiatan ini perlu dikontrol dan diawasi oleh seorang operator.
Gambar 3.16 Layout dari area tambang dengan kegiatan operasional tambang yang banyak
sehingga perlu diatur untuk menjaga kestabilan timbunan (McGinn et al., 1991)
65
MINE DUMP STABILIZATION
Mengenali jenis longsoran yang terjadi pada tubuh timbunan dan tanda-tanda peringatannya
Tabel 3.4 Tanda-tanda akan terjadinya longsor pada timbunan (McGinn et al.,
66
MINE DUMP STABILIZATION
67
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.17 Mengontrol inklinasi pada lereng timbunan (McGinn et al., 1991)
68
MINE DUMP STABILIZATION
ANCHOR
69
MINE DUMP STABILIZATION
Memberikan status awas dan siaga pada tubuh timbunan yang sudah mulai mengalami
pergerakan dan langkah yang harus ditempuh setelahnya
Tabel 3.6 Status pada tubuh timbunan yang mengalami pergerakan (McGinn et al., 1991)
Daily rate of Interval between
Status Action required
movement readings
Review last shift’s monitoring report
1 Shift start -
to assess dump behavior
2 0-170 mm 4 hours Normal
3 170-250 mm 2 hours Caution advised
Caution advised, visual observation
4 250-330 mm 1 hour
important
Extreme caution, frequent visual
observation, foreman to instruct truck
drivers to dump short and dozer
5 330-425 mm 1 hour
operator to push material off dump. If
possible, try to use another dump
location
Short dump only or alternate.
6 425-500 mm 1 hour
Alternative dump location
Stop dumping in this area and close
7 > 500 mm 1 hour the dump. Use alternative dump
locations
70
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 3.19 Penggunaan coir matting pada tubuh timbunan tambang (Blanco, 2008)
Gambar 3.20 Penanaman vegetasi pada lereng timbunan tambang (Paithankar et al., 2001)
71
MINE DUMP STABILIZATION
Analisis Ukuran butir : distribusi ukuran butir dari material timbunan dilakukan dengan
mengayak / ayakan dan mengacu pada ASTM D 422. Ayakan tersebut berukuran 4-75 mm,
2 mm, 1 mm, 25mm, 212mm, 150 mm, dan 75 mm. Awalnya sampel dikeringkan terlebih
dahulu lalu diayak hingga mendapatkan ukuran butir yang paling halus. Lalu dianalisis
pada klasifikasi ASTM D 422.
Standard Proctor Compaction Test : uji kompaksi digunakan untuk menentukkan
maximum dry density (MDD) dan optimum moisture content (OMC) pada material
overburden dengan menggunakan standard proctor method (ASTM D 698).
Direct shear test : menggunakan klasifikasi ASTM D 3080. Test ini digunakan untuk
menentukan shear parameter yang ada pada sampel. Kuat geser dari material timbunan
didefinisikan sebagai kekuatan maksimum yang dapat ditahan oleh partikel timbunan tepat
sebelum timbunan mengalami keruntuhan. Shear strength mengacu pada sudut friksi atau
frictional angle dan kohesi dari material. Rumusnya mengacu pada kriteria keruntuhan dari
mohr coloumb. Terdapat 2 jenis keadaan pada suatu sampel untuk menguji suatu shear
strength dari material yaitu kondisi undrained dan drained.
Triaxial compression test : digunakan untuk menentukan parameter kekuatan dari sampel
dengan unconsolidated undrained test (ASTM Standard D2850). Parameter lain yang
diperlukan adalah sudut friksi dan kohesi dari sampel. Pada triaxial test ini menerangkan
data kekuatan dari material timbunan yang mengacu pada compressive stress pada 3 arah
gaya tegak lurus. Analisisnya didasarkan pada mohr coloumb criteria.
72
MINE DUMP STABILIZATION
BAB IV
STUDI KASUS
IV.1.1 Pendahuluan
Pada suatu tambang terbuka, manajemen tentang timbunan material-material sisa tambang
sangat perlu dilakukan untuk melancarkan suatu kegiatan operasional tambang. Suatu timbunan
pada daerah tambang terbuka dapat mengalami ketidakstabilan. Manajemen operasional tambang
yang tidak tepat, dapat menimbulkan longsoran pada tubuh timbunan tambang sehingga dapat
membahayakan bagi personel di lapangan dan dapat merusak alat-alat tambang yang berada
didekatnya (Richards et al., 1981). Pada suatu daerah tambang, eksternal overburden timbunan
mungkin membutuhkan landuse yang lebih sedikit, namun timbunan eksternal ini dapat memiliki
dampak yang besar terhadap lingkungan sekitarnya (Dawson et al., 1998; Roberson 1985). Pada
kasus yang ada di Colliery India ini, longsoran timbunan tersebut mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah. Pada tubuh timbunan tambang ini, memiliki kekuatan frictional angle, yaitu sebesar
350 – 400. Terdapat beberapa jenis longsoran pada tubuh timbunan ini seperti failure pada pondasi
timbunan yang memiliki jenis longsoran translasi, ketidak stabilan pada basal zone, dan terjadinya
over-steepening pada tubuh timbunan.
Saturasi pada tubuh timbunan disebabkan oleh adanya air hujan yang terus menerus
menyuplai air sehingga menyebabkan infiltrasi pada suatu tubuh timbunan dan menjadi agen
transportasi bagi mineral lempung untuk masuk ke tubuh timbunan yang dapat menyebabkan
tubuh timbunan menjadi tidak stabil. Failure pada pondasi memiliki jenis longsoran tipe horizontal
translation dari massa timbunan secara pasif, dan membuat subsidence bagi massa batuan secara
aktif (Richards et al., 1981). Selain itu tedapat beberapa faktor yang menjadi penyebab longsoran
73
MINE DUMP STABILIZATION
pada timbunan ini seperti adanya infiltrasi, tinggi timbunan yang melebihi tinggi ideal, dan adanya
mineral lempung yang membahayakan bagi tubuh timbunan tersebut.
Gambar 4.1 Massa batuan yang bergerak secara translasi secara aktif maupun passive wedge
(Richards et al., 1981)
Timbunan material tambang pada Mine A Tambang Singareni Colliery India memiliki
volume sebesar 40 juta meter kubik dan tinggi timbunan sekitar 90 m. Pada desember 2009 terjadi
longsoran pada Mine A Tambang Singareni Colliery India yang membuat 33.7 juta meter kubik
material bergerak dan mengalami longsoran.
Secara umum metode yang digunakan untuk menyelediki kasus ini menggunakan limit
equilibrium method yang digunakan untuk material yang unsaturated dan dapat menyebabkan
longsoran tipe circular failure surface (Aryal 2006; Hammah et al., 2005; Fredlund and Krahn
1977; Yu et al. 1998).
74
MINE DUMP STABILIZATION
1. Mine Layout
Mine A berlokasi di India dan memiliki target produksi sekitar 3 juta ton batubara. 3
eksternal dump berada disebelah selatan dari pit. Terdapat 2 formasi pada tambang ini yaitu
formasi Barren dan Barrakar dengan batuan yang berumur Permian. Timbunan pada mine A ini
terlapisi oleh black cotton soil yang memiliki ketebalan 8 – 13 m. Soil jenis ini termasuk lempung
yang mengalami swelling dengan karakteristik medium-high plasticity. Black cotton soil ini
menjadi tanda perubahan dari tingkat moistur.
Timbunan pada daerah ini memiliki batuan penyusun yaitu batupasir, dengan formasi
penyusun yaitu formasi barrakar. Pada timbunan ini tersusun oleh material dengan tingkat
plasticity indeks sebesar 19 – 29. Pada timbunan tersebut juga tersusun oleh batulanau dan
batulempung. Pada bagian puncak timbunan kekuatan kohesive sebesar 15kPa dan sudut friksi
sebesar 150 - 300 . Berikut sayatan yang memperlihatkan kondisi timbunan secara vertikal :
Gambar 4.2 Profil tubuh timbunan pada mine A sebelum dan sesudah mengalami suatu
longsoran. Terdapat black cotton soil yang menjadi tanda untuk mengetahui perubahan elevasi
akibat proses swelling dan lainnya (Brett Poulsen et al., 2013)
Tabel 4.1 Kondisi geologi pada formasi barakar di Singareni India (Rosengren et al., 2010)
Maximum
Age Group Formation General lithology
thickness (m)
Recent Soil cover and alluvium 28.96
Barren Coarse to pebbly felspathic
Permian Lower gondwana 25.91+
measures sandstones with clays
Upper member
Barakar Dominantly sandstone with 8 183.50+
co relatable coal seams
75
MINE DUMP STABILIZATION
Lower member
Predominantly coarse grained 85.28+
while sandstone
Fine to medium grained pale
Talchir greenish sandstone and green 83.40+
shales
Studi pada timbunan tersebut menjelaskan bahwa suatu kestabilan timbunan lebih dipengaruhi
oleh sudut friksi dibandingkan dengan kohesi nya.
Tabel 4.3 Properti tanah dari Ortiz et al., (1986) yang dibuat dalam FLAC3D manual (2008)
Friction angle ( 0 ) - Friction angle ( 0 ) -
Unit Cohesion (kPa)
peak residual
Medium plasticity
8.0 20 10
clay
High plasticity clay 10.0 17 6
……….. (4.1)
dimana τ C ϕ σ adalah shear stress, shear strength, kohesi, sudut friksi, dan normal stress pada
suatu sliding surface. Beberapa LEM dikembangkan untuk analisis kestabilan lereng seperti
76
MINE DUMP STABILIZATION
Metode Bishop, Janbu, morgenbstern-Price, Spencer yang dikembangkan Chugh (1986). Semua
metode LEM didasarkan atas asumsi dari normal dan shear stress. Namun terdapat beberapa
perbedaan pada metode tergantung pada gaya yang dikalkulasi. Metode ini mempertimbangkan
irisan normal force namun mengabaikan irisan shear force. Rumus nya yaitu :
…….. (4.2)
Dimana :
…….. (4.3)
Pada metode Janbu’s , metode ini digunakan pada circular dan non-circular failure surface dengan
factor of safety ditentukan dari gaya horizontal equilibrium. Sama dengan metode bishop
simplified method, metode ini mengabaikan shear force. Dimana factor of safety nya ditentukan
dari :
……….. (4.4)
Dimana :
77
MINE DUMP STABILIZATION
1. Studi Awal
Menentukan analisis kestabilan timbunan dengan Limiting Equilibrium Method yang
menggunakan bishop simplified method yang mengacu pada factor of safety. Mempelajari
material-material penyusun timbunan tambang dan menghitung factor of safety nya.
Gambar 4.3 Initial design untuk timbunan dengan FoS = 1.49 untuk Bishop Simplified Method
(densitas 2070 kg/m3 , sudut friksi 260 dan kohesi 0.0 Pa) (Brett poulsen et al., 2013)
78
MINE DUMP STABILIZATION
Failure yang terjadi pada basal zone atau pada suatu tubuh pondasi, baik itu dalam kondisi
undrained dan drained, kedua kondisi ini dapat terbentuk pada suatu tubuh pondasi timbunan.
Pada saat kondisi undrained dapat diinterpretasikan bahwa zona failure menunjukkan tidak adanya
kekuatan friksional dan apparent cohesion dapat lebih tinggi dibandingkan pada kondisi drained.
Model metode LEM ini dites dengan properti undrained pada suatu pondasi nya dan dites dengan
property drained pada tubuh timbunannya. Kekuatan kohesi dari black cotton soil nya 100 kPa
dengan FoS = 1.
Sensitivity Study
Sensitivitas dari FoS ini tergantung pada berbagai friksi di tubuh pondasi dan property
kohesi nya. Pada kasus ini nilai kohesi memiliki variasi dari 0 – 16 kPa dengan sudut friksi sebesar
60. Sehingga nilai sudut friksi ini lebih memiliki pengaruh yang besar terhadap kestabilan
timbunan dibandingkan dengan nilai kohesi nya.
2. Analisis Kontinuum
Metode continuum seperti finite elemen memiliki berbagai faktor yang mempengaruhi
distribusi dari stress dan strain yang dapat dimodelkan. Hal ini mencakup gaya yang ditimbulkan
selama proses ekskavasi dan konstruksi, non-linier stress-strain, shear atau tension dari bulk
material, strain localization dan pergerakan dari material plane yang lemah. Hal ini juga
berhubungan dengan kohesi dan friksi yang terdapat pada puncak timbunan.
Tabel 4.4 Back analysis dari model Limit Equilibrium Method yang terdapat pada pondasi (Brett
poulsen et al., 2013)
Cohesion Cohesion
Unit weight Friction angle (0)
drained (kPa) undrained (kPa)
Spoil 2,070 30 - 37
Black cottong
1,700 8 100 6
soil (9m)
79
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.4 Analisis limiting equilibrium pada timbunan. Hasilnya adalah tingkat kohesi 8kPa,
sudut friksi = 60 dan FoS = 1.0 (Brett poulsen et al., 2013)
Tabel 4.5 Analisis continuum untuk mengukur kekuatan material (Brett poulsen et al., 2013)
Cohesion at Residual Friction angle
Cohesion Peak friction
Unit initation of friction angle at initation of
(kPa) angle ( 0 )
failure (kPa) (0) failure ( 0 )
Spoil 30.0 23.0 32 27 25.5
Black cotton soil 10.0 7.5 17 6 12.5
Bedrock 1,000.0 35 35
80
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.5 Hubungan perhitungan kohesi dan friction angle (Brett poulsen et al., 2013)
3. Runout Analysis
Runout analysis merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis post-failure
motion yaitu longsoran yang terjadi setelahnya yang membawa material tambang bergerak hingga
kebawah kaki timbunan. Analisis runout ini menggunakan aplikasi DAN-W (Hungr et al., 2002).
Dasar dari analisis ini adalah volume dari massa tanah atau batuan yang dihasilkan dari suatu
longsoran mengikuti pola arah dari dip lapisan tanah atau batuan. Yang diinput dalam program
aplikasi DAN-W adalah sudut friksi. Pada kasus dari passive wedge, ketika bidang permukaan
gelincir pada tubuh overburden timbunan, biasanya memiliki sudut friksi sebesar 260. Namun pada
active wedge pada black cotton soil, sudut friksi nya sebesar 80. Sudut internal friksi nya sebesar
360 dengan runout sebesar 70 m. Setelah mengetahui data-data dan parameter tersebut, maka
material timbunan tambang yang mengalami runout dapat diprediksi dan diperkirakan sehingga
akan meminimalisir dampak terkena runtuhan di sekitar area timbunan.
81
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.6 Model initial undeformed yang dibuat oleh aplikasi DAN-W (Brett poulsen et al.,
2013)
Gambar 4.7 Pergerakan massa timbunan diprediksi mencapai 40 m dengan spoil friction sebesar
320 – 270 dan clay friction sebesar 170 – 60 (Brett poulsen et al., 2013)
82
MINE DUMP STABILIZATION
83
MINE DUMP STABILIZATION
IV.2.1 Pendahuluan
Bahan tambang yang dicari dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi di Kosova
adalah batubara bertipe lignit. Daerah Kosova merupakan salah satu penghasil batubara terbesar
didunia dan pernah tercatat di World Bank Report tahun 2005 dengan jumlah batubara yang
dihasilkan sejauh ini mencapai 15 miliar ton. Berbagai jenis deposit lignit yang dihasilkan di
Kosova sangat cocok untuk dieksploitasi. Pemindahan material overburden adalah langkah
pertama pada operasi tambang batubara. Overburden material ini bersifat tidak ekonomis dan
nantinya akan ditimbun di area sekitar tambang.
Gambar 4.8 Gambaran representatif cross section dari timbunan material tambang pada daerah
Kosova (Klinaku et al., 2013)
……….. (4.5)
84
MINE DUMP STABILIZATION
……….. (4.6)
Dimana :
Analisis pada kestabilan tubuh timbunan tambang batubara yang ada di Kosova, Albania memiliki
parameter-parameter fisik-mekanik, hidro-fisik, dan geometrikal yaitu :
- Sudut inklinasi lereng α = 130
- Tinggi timbunan (h) = 42 m
Gambar 4.9 Analisis kestabilan pada tubuh timbunan didapat FS = 0.79 (Klinaku et al., 2013)
Timbunan tersebut memiliki beberapa parameter geometri yang juga akan mempengaruhi
kestabilan pada tubuh timbunan tersebut. Terdapat beberapa desain-desain timbunan yang
diberikan dan ditawarkan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya runtuhan pada tubuh
timbunan, yaitu:
85
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.10 Setelah melakukan desain tambang yang disarankan, maka diperoleh FS = 1.06
(Klinaku et al., 2013)
Pada lingkungan tambang, factor of safety yang disarankan adalah sebesar 1.30 dan
sebaiknya melebihi angka tersebut. Setelah dilakukan desain timbunan yang baru dan sesuai yang
ditawarkan, maka FS nya semakin meningkat.
Tabel 4.6 Hasil analisis kestabilan pada tubuh timbunan setelah dilakukan rekayasa sesuai yang
ditawarkan (Klinaku et al., 2013)
Pore pressure coefficient ru FS for current dump FS for dump design
(kN/m2) condition considerations
0.00 1.03 1.25
0.10 1.00 1.18
0.20 0.89 1.12
0.30 0.79 1.06
86
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.11 Salah satu bentuk geosintetik yaitu geogrid yang digunakan pada timbunan
tambang (Klinaku et al., 2013)
Geogrid ini merupakan alat yang digunakan untuk meminimalisir runtuhan pada timbunan
tambang. Geogrid ditempatkan pada layer-layer timbunan selama proses konstruksi untuk
menstabilkan bidang gelincir suatu timbunan. Geogrid ini nantinya akan menahan partikel-partikel
sehingga ikatan kohesi antar material menjadi tambah kuat dan mengurangi potensi runtuhan
(Bonaparte et al., 1987). Factor of safety dari reinforced slope ditunjukkan oleh:
……….. (4.7)
87
MINE DUMP STABILIZATION
Dimana :
Ti = allowable reinforcement strength
yi = appropriate moment arm(s)
m = number of separate reinforcement layers
Gambar 4.12 Pemasangan geogrid pada layer-layer timbunan (Klinaku et al., 2013)
IV.2.4 Kesimpulan
Pada tambang batubara di Kosova, Albania terdapat masalah yaitu ketidakstabilan pada
tubuh timbunan tambang. Langkah yang ditempuh adalah dengan rekayasa geoteknis yaitu
menggunakan geogrid yang dipasang pada layer-layer timbunan. Dengan adanya geogrid ini,
maka factor of safety dari tubuh timbunan nya akan semakin bagus dan meningkat. Factor of safety
timbunan sebelum dipasang geogrid sebesar 1.0 dan setelah dipasang geogrid maka factor of safety
menjadi 1.3 sehingga akan membuat timbunan lebih stabil. Factor safety yang semakin meningkat
akan membuat timbunan menjadi lebih stabil akibat adanya geosintetik berjenis geogrid ini
(Klinaku et al., 2013).
88
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.13 Longsor pada timbunan tambang ore di Dhanbad, India (Ranjan et al., 2015)
89
MINE DUMP STABILIZATION
Gambar 4.14 Tanaman lemon grass yang digunakan pada lereng timbunan untuk mengontrol
terjadinya erosi (Ranjan et al., 2015)
90
MINE DUMP STABILIZATION
partikelnya. Setelah menerapkan dan menanam indigenous plant, maka factor of safety akan terus
bertambah setiap tahunnya. Kenaikan angka factor safety tersebut membuktikan bahwa tubuh
timbunan menjadi lebih aman dan stabil akibat adanya indigenous plant ini.
Tabel 4.7 Kenaikan angka factor of safety yang dihitung setelah menerapkan dan menanam
indigenous plant pada tubuh timbunan selama beberapa tahun (Ranjan et al., 2015)
No Umur dari tanaman Factor of safety
1 Tanpa vegetasi 1.25
2 1 tahun 1.26
3 2,5 tahun 1.31
4 4 tahun 1.46
5 5 tahun 1.58
91
MINE DUMP STABILIZATION
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari karya referat ini mengacu pada tujuan dari penulisan karya ilmiah ini,
sehingga kesimpulan dari karya referat ini menjawab semua tujuan dari pembuatan karya ilmiah
ini yaitu :
Material tambang yang diperoleh dari proses ekskavasi seperti drilling, blasting, ripping, dan
lainnya ini memiliki 2 tipe material, yaitu material ekonomis dan tidak ekonomis. Material
yang tidak ekonomis akan ditimbun di area pertambangan. Jadi timbunan material tambang
adalah timbunan dari material tambang yang tidak ekonomis yang diperoleh dari proses-proses
ekskavasi.
Timbunan material tambang ini memiliki karakteristik yaitu material penyusunnya yang
bersifat heterogen dalam hal ukuran dan strukturnya. Dimana suatu timbunan tambang dapat
mencapai tinggi hingga 20 – 400 m dengan volume mencapai 1 – 50 juta meter kubik. Material
ini sangat dipengaruhi oleh shear strength antar material, sudut friksi, dan adanya pengaruh
air seperti infiltrasi, seepage, dan pore pressure.
Bentuk dan tipe timbunan tambang berdasarkan :
Metode penimbunannya :
1. End dumping
2. Push dumping
3. Free dumping atau plug dumping
4. Dragline spoiling
5. Mixing dari waste rock dengan tailing
Kondisi topografinya :
1. Valley fill
2. Cross valley-fills
3. Sidehill fills
4. Ridge crest fills
5. Heaped fills
92
MINE DUMP STABILIZATION
93
MINE DUMP STABILIZATION
akan terjadi longsoran, dan mematuhi segala peraturan dan aspek-aspek keamanan pada suatu
operasi tambang, serta mengontrol dan menganalisis inklinasi pada lereng timbunan. Dan
menggunakan coir matting dan vegetasi pada lereng timbunan.
Pengujian data sampel meliputi :
1. Analisis ukuran butir
2. Standard proctor compaction test
3. Direct shear test
4. Triaxial compression test
94
MINE DUMP STABILIZATION
DAFTAR PUSTAKA
Bell, F.G. 2007. Basic Environmental and Engineering Geology. Scotland UK : CRC Press
Bell, F.G. 2007. Engineering Geology Second Edition. Burlington : Elsevier Ltd.
Blyth, F.G.H., M.H. Freitas. 1984. A Geology for Engineer. Burlington : Elsevier Ltd.
Bray, J.W. , Hoek E. 1981. Rock Slope Engineering. London : The Institute of Mining and
Metalurgy.
Das, Bradja M , Endah Noor. 1994. Mekanika Tanah ( Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknis )
Jilid 1. Jakarta :Penerbit Erlangga.
Das, Bradja M , Endah Noor. 1995. Mekanika Tanah ( Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknis )
Jilid 2. Jakarta :Penerbit Erlangga.
Das, Gorakinkar. 2011. Analysis Of Slope Stability For Waste Dump In Mine. India : Department
of Mining Engineering National Institute of Technology Rourkela
Fernando, J dkk. 2003. A Study Of Internal Overburden Dump Design and Stability Analysis For
Hazelwood Power Miner, Latrobe Valley, Vicoria. Australia : Monas University,
Churchill, Victoria, Australia
Hardiyatmo, Hary Christady. 2017. Mekanika Tanah 1 Edisi ke Tujuh. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Hardiyatmo, Hary Christady. 2010. Mekanika Tanah 2 Edisi Kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Jeppson, Roland W. dkk. 1974. Slope Stability Of Overburden Spoil Dumps From Surface
Phosphate Mines In Southeastern Idaho. Utah : Utah Water Research Laboratory.
95
MINE DUMP STABILIZATION
Kainthola, Ashutosh dkk. 2011. A Coal Mine Dump Stability Analysis. India : Department of Earth
Sciences, Indian Institute of Technology Bombay
Lesley, Laurence D. 2012. Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan & Residu. Yogyakarta :
Penerbit Andi Yogyakarta.
McGinn, R.W. 1991. Operation And Monitoring Of Mine Dumps Interim Guidelines. United
Kingdom : Klohn Leonoff Ltd.
Rai, Purna Bahadur. 2013. Overburden Dump Slope Stability : A Case Study At Coal Mine. India
: Department of Mining Engineering National Institute of Technology Rourkela.
Ranjan, Vibhash dkk. 2015. A Review On Dump Slope Stabilization By Revegetation With
Reference To Indigenous Plant. India : Springer Science + Business Media
Poulsen, Brett dkk. 2013. Mine Overburden Dump Failure : A Case Study. Holland : Springer
Science + Business Media Dordrecht
Wyllie, Duncan. C., Christopher W.Mah. 2004. Rock Slope Engineering Civil and Mining 4th
Edition. New York : Spon Press.
96