Anda di halaman 1dari 36

1

A. Judul
Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Reading,
Mind Mapping and Sharing (RMS) Pada Materi Senyawa Hidrokarbon Kelas XI
MIA SMA/MA.

B. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh
semua manusia diseluruh dunia. Pendidikan di Indonesia memiliki kelebihan
dibanding negara-negara berkembang lainnya dengan dasar pendidikan Pancasila
dan UUD 1945 yang berakar pada budaya bangsa yang mengedepankan karakter
yang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan Abad-21. Abad-21
merupakan abad yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
menuntut sumber daya manusia sebuah negara untuk menguasai berbagai bentuk
keterampilan, termasuk keterampilan berkreasi dan keterampilan berkumonikasi
dalam pemecahan masalah dari berbagai permasalahan yang semakin meningkat.
Usaha yang dilakukan pemerintah pada saat ini adalah penerapan
kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum nasional dengan terus menerus
diperbaharui agar selaras dengan tuntutan pendidikan global dan tidak
menyimpang dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Maka tugas guru dalam
mengembangkan kecakapan peserta didik sesuai dengan tuntutan Abad-21 adalah
memfasilitasi dan menginspirasi peserta didik untuk belajar dan lebih kreatif.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang memerlukan langkah-langkah
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam pembelajaran
kimia kualitas pembelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dalam penggunaan bahan
ajar. Bahan ajar mempunyai fungsi penting dalam proses pembelajaran.
Misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKPD, model atau maket, bahan ajar
audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya (Andi Prastowo, 2012).
Penggunaan bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran memungkinkan
peserta didik dapat mempelajari materi secara runtut dan sistematis sehingga
secara akumulasi mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
2

Pemilihan penggunaan bahan ajar yang tepat membuat peserta didik dapat belajar
dengan mudah dalam mengikuti pelajaran.
Bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru salah satu diantaranya
dapat berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Penggunaan LKPD
akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk ikut aktif
dalam pembelajaran. LKPD yang dibuat oleh guru pada umumnya belum
menuntut peserta didik untuk berkreasi (Creativities Skills) seperti yang anjurkan
pada keterampilan Abad-21. Selain itu, LKPD yang digunakan oleh guru
umumnya dari segi penyajiannya membuat peserta didik bosan dan tidak
bersemangat dalam belajar. Sebagian besar LKPD hanya digunakan oleh guru
untuk diskusi kelompok dengan menyajikan soal-soal latihan pada LKPD
sehingga pembelajaran seperti yang diharapkan kurikulum 2013 kurang optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan disekolah ternyata guru juga kurang kreatif
dalam menginovasikan LKPD yang digunakan sebagai bahan ajar. Hal ini
dikarenakan kurangnya inovasi guru untuk membuat bahan ajar yang digunakan
sehingga yang digunakan hanyalah LKPD yang biasa dipakai dari tahun ke tahun
atau menggunakan LKPD yang ada di internet . Sedangkan tuntutan kurikulum
2013 revisi, pembelajaran harus sesuai dengan keterampilan Abad-21 yaitu 4C.
Oleh karena itu untuk mendukung adanya pembaharuan pada kurikulum 2013 ini,
maka perlunya mengembangkan suatu LKPD yang sesuai dengan kurikulum
tersebut.
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada 38 orang peserta didik
di beberapa sekolah Pekanbaru, ternyata 71% peserta didik menyebutkan bahwa
penggunaan LKPD sangat diperlukan dalam penemuan konsep pada pembelajaran
kimia, 68,4% peserta didik juga mengatakan bahwa dengan menggunakan LKPD
pada proses belajar dapat memudahkan peserta didik untuk berkolaborasi bersama
teman-temannya dan 73,6% peserta didik juga mengatakan bahwa penggunaan
LKPD pada pembelajaran kimia membuat belajar lebih menarik.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran di tingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA) yang menuntut adanya pemahaman konsep yang bersifat abstrak
3

sehingga menuntut peserta didik untuk belajar secara maksimal baik secara
mandiri maupun melalui bimbingan guru (Lidiana Fitri dkk, 2016). Salah satu
materi kimia yang menuntut hal tersebut adalah materi Hidrokarbon. Oleh karena
itu, diperlukan proses berpikir yang lebih dari sekedar menghafal untuk
memahami konsep-konsep Hidrokarbon tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukanlah suatu LKPD yang menarik dan tidak membuat peserta didik mudah
bosan pada saat mengerjakannya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan
adalah menggunakan LKPD yang dapat menuntut kreatifitas dan kolaborasi
peserta didik, yaitu menggunakan LKPD bebasis RMS. Model RMS merupakan
suatu model berlandaskan prinsip-prinsip pembelajaran Abad-21 yang mampu
meningkatkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan berkreasi, dan
keterampilan berkomunikasi dalam proses pembelajaran (Ahmad Muhlisin, 2016).
Dengan adanya LKPD berbasis RMS dapat menciptakan kreatifitas dan kolaborasi
peserta didik dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Abad-21.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Rahma Diani,dkk (2018)
yaitu Pengaruh Model RMS Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa Pada Pokok Bahasan Impuls Dan Momentum, hasil penelitian menyatakan
bahwa Model RMS lebih efektif terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
efektifitas model RMS terhadap Concept Mapping Skill peserta didik terdapat
perolehan nilai presentase sebesar 49,30% pada pertemuan pertama, 74,58% pada
pertemuan kedua dan 90,13% pada pertemuan ketiga yang berarti adanya
peningkatan pada kemampuan membuat mind map dengan penggunaan model
RMS. Aflah Mufidatul, dkk. (2018) Pengembangan LKPD Berbasis Mind
Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self
Efficacy. Hasil penelitian menyatakan bahwa skor yang menggunakan LKPD
berbasis Mind Mapping lebih tinggi dibandingkan skor yang tidak menggunakan
LKPD Mind Mapping.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pengembangan bahan ajar berupa “ LKPD Berbasis Reading, Mind
Mapping and Sharing (RMS) Pada Materi Hidrokarbon Untuk Kelas XI MIA
SMA/MA.”.
4

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Berbasis RMS Pada Materi Senyawa Hidrokarbon Kelas XI MIA SMA/MA
sederajat sebagai bahan ajar ?
2. Bagaimana Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Berbasis RMS Pada Materi Senyawa Hidrokarbon Kelas XI MIA SMA/MA
sederajat sebagai bahan ajar valid berdasarkan aspek kelayakan isi, aspek
karakteristik RMS, aspek kebahasaan, aspek sajian dan aspek kegrafisan?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis
RMS Pada Materi Senyawa Hidrokarbon Kelas XI MIA SMA/MA sederajat
sebagai bahan ajar yang valid.
2. Untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis
RMS Pada Materi Senyawa Hidrokarbon Kelas XI MIA SMA/MA sederajat
sebagai bahan ajar yang valid berdasarkan aspek kelayakan isi, aspek
kebahasaan, aspek sajian dan aspek kegrafisan.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi guna mengetahui
prosedur Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis
RMS Pada Materi Senyawa Hidrokarbon Kelas XI MIA SMA/MA yang valid
berdasarkan aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek sajian dan aspek
kegrafisan.
5

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran
untuk menindak lanjuti dalam ruang lingkup penelitian yang lebih luas,
mengembangkan diri dalam bidang penelitian pendidikan dan
meningkatkan wawasan serta pengalaman sebagai calon pendidik masa
depan dalam menyikapi permasalahan di bidang pendidikan.
b. Bagi Pendidik
LKPD Berbasis RMS Pada Materi Senyawa Hidrokarbon Kelas
XI MIA SMA/MA sederajat diharapkan dapat menjadi alternatif bahan
ajar yang inovatif.
c. Bagi Peserta Didik
LKPD Berbasis RMS Pada Materi Hidrokarbon Kelas XI MIA
SMA/MA sederajat diharapkan dapat digunakan sebagai bahan belajar
mandiri baik di dalam kelas maupun dirumah.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan variabel-variabel
dalam judul penelitian. Variabel yang perlu dijelaskan yaitu:
1. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan lembar kegiatan
peserta didik yang berisi pedoman bagi peserta didik untuk memperoleh
suatu pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasainya.
2. Reading, Mind Mapping and Sharing (RMS) merupakan model
pembelajaran yang terdiri dari sintak membaca materi, membuat peta
pikiran dan menjelaskan hasil diskusi kelompok kedepan kelas secara
berkelompok.

G. Kajian Teoritis
1. Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar
6

Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar


adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Depdiknas, 2010). Prastowo
(2015) menyatakan bahwa bahan ajar pada dasarnya merupakan segala bahan
(baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan
digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran.
b. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Depdiknas (2008) tujuan penyusunan bahan ajar, yaitu:
“menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah; membantu siswa
dalam memperoleh alternatif bahan ajar; dan memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran”.
Depdiknas (2010) menyatakan secara umum bahan ajar berfungsi

sebagai:

1) Pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya


dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik
2) Pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya
3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Depdiknas (2008) menyatakan bahwa manfaat penulisan bahan ajar

dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan siswa.

a) Manfaat bagi guru yaitu:


7

1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan


kebutuhan siswa
2) Tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit
diperoleh
3) Bahan ajar menjadi lebih kaya, karena dikembangkan dengan
berbagai referensi
4) Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menulis bahan ajar
5) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran
yang efektif antara guru dan siswa karena siswa merasa lebih
percaya kepada gurunya
6) Diperoleh bahan ajar yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
7) Dapat diajukan sebagai karya yang dinilai mampu menambah
angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat
8) Menambah penghasilan guru jika hasil karyanya diterbitkan.
b) Manfaat bagi siswa yaitu:
1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
2) Siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dengan bimbingan guru
3) siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasai.

c. Jenis Bahan Ajar


Menurut (Prastowo, 2015) Bahan ajar dibagi berdasarkan bentuk,
cara kerja, sifat, dan substansi (isi materi).
1) Menurut Bentuk Bahan Ajar
Dari segi bentuknya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
a) Bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang
disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan
8

pembelajaran atau penyampaian informasi. Contoh: handout,


buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wall chart,
foto/gambar, model, atau maket.
b) Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu: semua
sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang
dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau
sekelompok orang. Contoh: kaset, radio, piringan hitam, dan
compact diskaudio.
c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu: segala
sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat
dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial.
Contoh: video, compact disk, dan film.
d) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu:
kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik,
gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya
dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan
suatu perintah dan atau perilaku alami dari presentasi.
Contoh: compact disk interaktif.
2) Menurut Cara Kerja Bahan Ajar
Berdasarkan cara kerjanya, bahan ajar dapat dibedakan
menjadi lima macam, yaitu:
a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Bahan ajar ini adalah
bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor
untuk memproyeksikan isi di dalamnya. Sehingga siswa
bisa langsung mempergunakan (membaca, melihat,
mengamati bahan ajar tersebut. Contoh: foto, diagram,
display, model, dan lain sebagainya.
b) Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang
diproyeksikan adalah bahan ajar yang memerlukan
proyektor agar bisa dimanfaatkan dan atau dipelajari siswa.
9

Contoh: slide, filmstrips, overhead transparencies (OHP),


dan proyeksi komputer.
c) Bahan ajar audio. Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang
berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media
rekam. Untuk menggunakannya, kita mesti memerlukan alat
pemain (player) media perekam tersebut, seperti tape
compo, CD, VCD, multimedia player, dan sebagainya.
Contoh: kaset, CD, flash disk, dan sebagainya.
d) Bahan ajar video. Bahan ajar ini memerlukan alat pemutar
yang biasanya berbentuk video tape player, VCD, DVD,
dan sebagainya. Karena bahan ajar ini hamper mirip dengan
bahan ajar audio, jadi memerlukan media rekam. Namun,
perbedaannya bahan ajar ini ada pada gambarnya. Jadi,
secara bersamaan, dalam tampilan dapat diperoleh sebuah
sajian gambar dan suara. Contoh: video, film, dan lain
sebagainya.
e) Bahan (media) komputer. Bahan ajar komputer adalah
berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan
komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar.
Contoh: computer mediated instruction (CMI) dan
computer based multimedia atau hypermedia.
3) Menurut Sifat Bahan Ajar
Bahan ajar menurut sifatnya dapat dibagi menjadi 4 macam,
hal ini sebagaimana disebutkan (Rahmi, dkk.). Bahan ajar yang
berbasiskan cetak misalnya pamflet, paduan belajar peserta
didik, bahan tutorial,buku kerja peserta didik, peta, charts,
majalah, koran, dan sebagainya.
a) Bahan ajar berbasiskan cetak. Yang termasuk dalam
kategori bahan ajar ini adalah buku, pamflet, panduan
belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts,
foto, bahan dari majalah atau koran, dan lain sebagainya.
10

b) Bahan ajar berbasiskan teknologi. Yang termasuk dalam


kategori bahan ajar ini adalah audioassete, siaran radio,
slide, filmstrips, film, video, siaran televise, video interaktif,
computer based tutorial, dan multimedia.
c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek.
Contoh: kit sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan
lain sebagainya.
d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan ineraksi
manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh).
Contoh: telepon, handphone, video conferencing, dan lain
sebagainya.
4) Menurut Substansi Materi Bahan Ajar
Secara garis besar, bahan ajar (instructional materials)
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Atau, dengan kata lain,
materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis materi,
yaitu materi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan antara bahan ajar satu
dengan bahan ajar lainnya. Perbedaan tersebut terdapat dalam Petunjuk
Teknis pengembangan bahan ajar Depdiknas (2008) seperti pada tabel 1
berikut ini :
Tabel 1 Perbedaan Struktur Bahan Ajar

Komponen L B
H B M L W F/ Mo
K r
t u l f ch Gb /M
S o

Judul/Iden
√ √ √ √ √ √ √ √ √
titas
11

Petunjuk
- - √ √ - - - - -
belajar

KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **

Informasi
√ - √ √ √ √ ** ** **
Pendukung

Latihan - √ √ - - - - - -

Tugas/lang
- - √ √ - - - ** **
kah kerja

Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **

Ht: handout, Bu: buku, Ml: Modul, LKS: Lembar Kerja Siswa, Bro:
Brosur, Lf: Leaflet, Wch: Wallchart, F/Gb: Gambar, Mo/M: Model/
Maker.

2. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)


A. Pengertian LKPD
LKPD merupakan jenis handout untuk membantu peserta didik
belajar secara terarah. Pengertian lain LKPD merupakan lembar kegiatan
peserta didik yang berisi pedoman bagi peserta didik untuk memperoleh
suatu pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasainya. Keterampilan
yang dimaksud ialah mengamati, mengklasifikasi, berkomunikasi,
memprediksi, dan penarikan kesimpulan.
Keberadaan LKPD memberi pengaruh yang cukup besar dalam
proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKPD harus memenuhi
berbagai persyaratan.
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKPD.
Apabila suatu LKPD ditampilkan dengan penuh kata-kata kemudian ada
sederatan pertanyaan yang harus dijawab peserta didik, hal ini akan
menimbulkan kesan jenuh sehingga pembelajaran menjadi membosankan
12

dan tidak menarik bagi peserta didik. Apabila ditampilkan dengan


gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan
sampai dan bisa dipahami oleh peserta didik. Jadi tampilan LKPD yang
baik adalah LKPD yang memiliki kombinasi antara gambar dengan
tulisan.
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (dalam Endang
Widjajanti, 2008) menyatakan bahwa LKPD yang disusun harus
memenuhi syarat-syarat tertentu agar menjadi LKPD yang berkualitas
baik. Syarat-syarat LKPD yang harus dipenuhi antara lain :
1. Syarat Didaktik
Mengatur tentang penggunaan LKPD yang bersifat universal
dapat digunakan dengan baik untuk peserta didik yang lamban atau
yang pandai. LKPD lebih menekankan pada proses untuk menemukan
konsep, dan yang terpenting dalam LKPD ada variasi stimulus melalui
berbagai media dan kegiatan peserta didik. LKPD diharapkan
mengutamakan pengembangan komunikasi sosial, emosional, moral,
dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami peserta didik
ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi peserta, bukan
ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2. Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi adalah syarat-syarat berkenaan dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran,
dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti
dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur
kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik, menghindari pertanyaan yang
terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang di luar
kemampuan keterbacaan peserta didik, menyediakan ruangan yang
cukup untuk member keleluasaan pada peserta didik untuk menulis
maupun menggambarkan pada LKPD, mengngunakan kalimat yang
13

sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada


kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam
menangkap apa yang diisyaratkan LKPD, memiliki tujuan belajar
yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi,
mempunyai indentitas untuk memudahkan administrasinya.
3. Syarat Teknis
Dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu:
a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan hurup latin
atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan
huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih
dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk
membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik,
mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan
besarnya gambar serasi.
b) Gambar yang baik untuk LKPD adalah yang dapat
menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif
kepada pengguna LKPD. Yang lebih penting adalah kejelasan isi
atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
c) Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKPD.
Apabila suatu LKPD ditampilkan dengan penuh kata-kata,
kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh
peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga
membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan
gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya
tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKPD yang memiliki
kombinasi antara gambar dan tulisan.
B. Langkah-Langkah Penyusunan LKPD
Penyusunan LKPD harus sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
secara nasional oleh Depdiknas (2013) yang menyatakan bahwa terdapat
beberapa prosedur yang harus dilakukan pendidik dalam menyusun LKPD
yaitu:
14

a. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi
mana yang membutuhkan LKPD. Materi yang membutuhkan LKPD
dapat dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman
belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian melihat kompetensi
apa yang harus dicapai oleh peserta didik.
b. Menyusun peta kebutuhan LKPD
Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan guna mengetahui
jumlah LKPD yang harus ditulis dan sekuensi LKPD. Sekuensi LKPD
sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
c. Menentukan judul LKPD
Judul LKPD ditentukan berdasarkan Kompetensi Inti, materi
pokok atau pengalaman belajar yang terdapat di dalam kurikulum.
C. Penulisan LKPD
Penulisan LKPD dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a) Perumusan KD yang harus dikuasai
Perumusan Kompetensi Dasar (KD) pada suatu LKPD
langsung diturunkan dari Kompetensi Inti.
b) Menentukan alat penilaian
Penilaian dilakukan untuk melihat proses kegiatan yang
dilakukan peserta didik dan hasil dari proses tersebut. Karena
pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi yang
penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat
penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian
Acuan Kriteria (PAK).
c) Penyusunan materi
Materi pada LKPD bergantung pada KD yang akan dicapai.
Materi yang ada pada LKPD dapat berupa informasi pendukung, yaitu
gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari
peserta didik.
15

d) Memperhatikan komponen-komponen LKPD yaitu:


1) Judul
2) Petunjuk belajar
3) Kompetensi yang akan dicapai
4) Informasi pendukung
5) Tugas-tugas dan langkah-langkah kegiatan
6) Penilaian
(Depdiknas, 2008)
D. Kriteria Kelayakan LKPD
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) bahwa
kelayakan LKPD meliputi empat komponen, yaitu kelayakan isi,
penyajian, kebahasaan, dan kegrafisan. Oleh karena itu, pengembangan
LKPD harus disusun memenuhi kriteria kelayakan isi, penyajian,
kebahasaan, dan kegrafisan. Komponen kriteria kelayakan LKPD sebagai
berikut:
1) Komponen kelayakan isi, mencakup antara lain:
a) Tema yang diambil sesuai dengan yang diamanatkan pada
Kompetensi Dasar (KD).
b) Materi sudah jelas dan sesuai dengan kemampuan peserta
didik.
c) Rumusan tujuan pembelajaran selaras dengan indikator.
d) Kegiatan pembelajaran mendukung KD.
e) LKPD menekankan pada proses untuk menemukan konsep-
konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi peserta didik
untuk mencari informasi.
f) Konsep berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
g) Kegiatan dalam LKPD memotivasi peserta didik untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerjasama dengan orang
lain.
h) Gambar yang ada dalam LKPD dapat menumbuhkan rasa ingin
tahu pada peserta didik.
16

i) Pertanyaan yang ada memberikan petunjuk untuk menemukan


konsep secara mandiri.
2) Kelayakan penyajian, mencakup antara lain:
a) Desain (konsistensi, format, dan daya tarik) LKPD menarik.
b) Kesesuaian penggunaan ilustrasi dengan materi pada LKPD.
c) Kejelasan tulisan dan gambar.
d) LKPD menyediakan ruang yang cukup untuk memberi
keluasan pada peserta didik untuk menulis maupun
menggambarkan hal-hal yang peserta didik ingin sampaikan.
3) Kelayakan kebahasaan, mencakup antara lain:
a) Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia baku.
b) Bahasa yang digunakan komunikatif dan interaktif.
c) LKPD menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan peserta didik.
d) LKPD menggunakan struktur kalimat yang jelas.
e) Konsistensi penggunaan istilah.
4) Kelayakan kegrafisan, mencakup antara lain:
a) LKPD menggunakan jenis dan ukuran huruf (font) yang baik
dan menarik.
b) LKPD memiliki tata letak (layout) yang menarik.
c) LKPD memiliki ilustrasi/gambar/foto yang berhubungan
dengan konsep.
d) LKPD memiliki desain tampilan yang menarik.
E. Fungsi Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Menurut Andi Prastowo (2012) fungsi Lembar Kegiatan Peserta
Didik sebagai berikut:
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalisir peran pendidik, namun
lebih melibatkan peserta didik untuk aktif.
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk
memahami materi yang diberikan.
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
17

4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik

3. Reading, Mind Mapping and Sharing (RMS)


Model RMS merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut
siswa untuk mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam model
RMS peserta didik diminta untuk membuat mind mapping dimana masuk
dalam taksonomi Anderson pada indikator C6 (Mengkreasi). Aspek sosial
dari model pembelajaran RMS mengacu pada kondisi sosial teori
pengembangan dari Vygotsky yang perorangan saling membantu
mengembangkan pengetahuan individu. Interaksi sosial dengan yang lain
dapat menyebabkan ide baru dan meningkatkan kecerdasan individu. Ini
konsekuen dengan Fraser dan Walberg bahwa apa saja perkembangan konsep
baru tidak diselenggarakan di ruang kosong tetapi di sebuah konteks sosial,
yang mana peserta didik dapat menjalani interaksi dengan yang lain untuk
mengembangkan ide mereka. Langkah dari model pembelajaran RMS yaitu
sebagai berikut:

1. Reading:
a. Guru memandu peserta didik untuk kritis dalam membaca yang
berkaitan dengan topik tertentu
b. Peserta didik melakukan aktivitas kritis dalam membaca dengan
topik tertentu.
2. Mind Mapping:
a. Guru memberikan tugas peserta didik untuk membuat konsep dari
mind mapping secara individu sesuai dengan topik yang telah di
baca.
b. Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok
c. Guru meminta dan memfasilitasi peserta didik dalam pembuatan
kelompok mind mapping terhadap hasil dari kritis dalam
membaca yang dan hasil dari konsep mind mapping yang telah di
buat secara individu.
18

d. Guru meminta peserta didik menceritakan konsep mind mapping


dikelompoknya masing-masing.
e. Guru menugaskan peserta didik membuat mindmapping bersama
kelompoknya berdasarkan hasil dari kritis dalam membaca.
3. Sharring:
i. Peserta didik menyajikan hasil dari pekerjaan kelompoknya
(mind mapping) di depan kelas di sebuah diskusi tanya jawab.
ii. Guru memberikan arus balik, bantuan dan penegasan terhadap
konten atau topik yang telah dipelajari melalui sebuah selingan
dari sumber pembelajaran.

Pada model pembelajaran RMS pada aktivitas kritis membaca


siswa diharapkan mencari banyak informasi tentang bahan atau konsep
yang sedang dipelajari. Aktivitas-aktivitas yang di jalankan pada kritis
membaca yaitu memahami dengan mengakui fakta dan menafsirkan apa
yang sudah di baca, namun demikian untuk memahami gagasan,
pengetahuan fakta dan terperinci itu kepentingan dapat membuat
kesimpulan dan tafsiran dari ide, untuk membedakan yang di perkenalkan
sebagai pendapat atau fakta, membandingkan penelitian pembelajaarn satu
dengan yang lain, dan memberikan kesimpulan mengapa.

Kolaborasi aktivitas mind mapping mengarah kepada kemudahan


untuk berdiskusi, meminta pertanyaan, bertukar gagasan atau pemikiran,
mencari informasi, menganalisis, mengevaluasi dan menggambarkan
kesimpulan bahwa dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggipeserta didik. Membuat sebuah mind mapping pada sebuah
kelompok kolaborasi itu juga dapat mengurangi kekhawatiran dari
pembelajaran, sanggup membuat pengartian dari pembelajaran bahwa
peserta didik sanggup mengebangkan pemikirannya, dan sanggup untuk
memperluas partisipasinya dalam menghubungkan sesuatu beserta dengan
alasannya, mengasumsikannya dan menyimpulkan (Ahmad Muhlisin,
2016). Mind mapping sebagai salah satu alternatif pembelajaran dikelas
19

untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik (Mar’atus


Sholihah dalam Rahma Diani, 2018).

Widura, menerangkan bahwa konsep dari peta pemikiran semula


diperkenalkan oleh Tony Buzan 1970. Teknik ini juga dikenal sebagai
cahaya berpikir. Peta pemikiran adalah ide atau pusat kata, dan terdiri dari
5 sampai 10 gagasan lain yang keluar dari ide pokok. Peta pemikiran
sangat efektif ketika digunakan untuk membawa ide tersembunyi yang
mereka miliki. Bentuk diagramnya seperti diagram pohon dan rantingnya
dibuat mudah untuk menyampaikan informasi ke informasi lainnya. Peta
pemikiran yaitu pengolahan dari sitem catatan untuk membantu siswa
menggunakan semua potensi dari otak untuk bekerja optimal yang di
kombinasi dari otak kiri dan otak kanan. Peta pemikiran adalah teknik
yang mengembangkan gaya pembelajaran visual yang menggunakan kata-
kata, warna, garis, dan gambar untuk menggabungkan dan untuk
mengembangkan potensi dari otak yang mengizinkan seorang untuk
mengatur dan mengingat semua bentuk dari informasi, ditulis dan di buat
lisan yang mudah dan menarik untuk otak menerima informasi. Karena
otak kita untuk berfikir mengterminologikan warna dan gambar. Peta ini
menjelajahi potensi mereka untuk dijadikan pembelajaran hidup (Sri
Adelia dalam Rahma Diani, 2018).

Langkah akhir dari model pembelajaran RMS adalah membagikan


hasil dari kelompok kolaborasi peta pemikiran untuk mengekspos hasilnya
di dalam kelas. Aktivitas membagikan dapat mencetuskan pertukaran
pemikiran dari setiap siswa akan membantu kemampuan berpikir tingkat
tinggi dari masing-masing siswa (Ahmad Muhlisin, 2016).

4. Kemampuan Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dikeyakinan dan dilakukan
20

(Ennis dalam Fisher Alec 2014). Berpikir kritis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa
yang harus dipercayai atau dilakukan. Berpikir dikatakan kritis adalah
sesorang berusaha menganalisis informasi secara benar, cermat, mencari
bukti yang sah, dan menghasilkan kesimpulan yang mantap untuk
mempercayai dan melakukan sesuatu. Melalui proses berpikir dengan
kritis seseorang dapat memperoleh informasi dengan benar,
mengevaluasinya dan memproses informasi tersebut sehingga diperoleh
suatu kesimpulan yang terpercaya (Astuti Dwi dkk, 2017).
Ennis dalam Fisher Alec (2014) menyatakan bahwa indikator
kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis peserta didik
yang terdiri dari: a) Memfokuskan pertanyaan; b) Menganalisis argument; c)
Bertanya dan menjawab pertanyaan; d) Memakai sumber yang memiliki
kredibilitas dan menyebutkannya; e) Mengobservasi dan mempertimbangkan
hasil observasi; f) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; g)
Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi; h) Membuat dan
mempertimbangkan hasil keputusan; i) Mendefenisikan istilah dan
mempertimbangkan defenisi; j) Mengidentifikasi asumsi; k) Memutuskan
suatu tindakan; l) Berinteraksi dengan orang lain.

5. Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis


Reading, Mind Mapping and Sharing (RMS) pada Materi Hidrokarbon
Salah satu faktor untuk mengoptimalkan tercapainya hasil belajar
adalah keterlibatan atau aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan aktifitas
peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD).
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
peserta didik mampu menjalani dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Kimia tidak hanya membutuhkan keterampilan saja, tetapi juga diperlukan
21

proses berpikir untuk memahami, menemukan, mengembangkan konsep,


teori dan hukum serta pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran kimia adalah
Hidrokarbon yang diajarkan di kelas XI SMA/MA semester satu. Kesulitan
belajar terjadi pada materi Hidrokarbon dikarenakan materi bersifat abstrak
dan diperlukan logika untuk menghubungkan konsep materi. Karena hampir
keseluruhan materi Hidrokarbon adalah teoritis sehingga peserta didik
kurang tertarik terhadap pembelajaran. Untuk mempermudah peserta didik
dalam memahami materi Hidrokarbon dapat digunakan bahan ajar berupa
LKPD yang menarik dan dapat melatih keterampilan peserta didik dalam
menemukan konsep sendiri dan berpikir kritis dengan membuat Mind
Mapping pada LKPD. Lembar Kegiatan Peserta Didik berbasis RMS adalah
LKPD Kimia yang di dalamnya memuat unsur-unsur dari Reading, Mind
Mapping and Sharing.

H. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Riau Pekanbaru. Waktu penelitian akan dilakukan mulai bulan Januari
hingga Mei 2019.
2. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan
(Research and Development). Model pengembangan yang digunakan dalam
pengembangan ini yaitu model pengembangan yang diadaptasi dari Plomp. Model
pengembangan Plomp terdiri dari fase investigasi awal (preliminary
investigation), fase desain (design), fase realisasi/ konstruksi (realization/
construction), fase validasi, uji coba, dan revisi (test, evaluation and revision),
dan fase implementasi (implementation) (Rochmad, 2012) dengan alur
pengembangan seperti Gambar 1.
22

Berikut ini penjelasan dan penerapan langkah-langkah model penelitian


pengembangan model Plomp:

A. Fase 1 Investigasi Awal (Prelimenary Investigation)


Fase investigasi awal (prelimenary investigation) bertujuan untuk melakukan
penyidikan dalam ruang lingkup pengembangan LKPD berbasis Reading,
Mind Mapping and Sharing (RMS) pada materi Senyawa hidrokarbon untuk
kelas XI tingkat SMA/MA. Pada fase ini, dilakukan berbagai analisis, yakni
ujung depan, peserta didik, materi dan kompetensi. Berikut penjelasan setiap
analisis yang dilakukan.

a. Analisis ujung depan


Analisis ujung depan dimaksudkan untuk menentukan masalah yang
menjadi dasar dalam pembelajaran yang perlu diangkat dalam pengembangan
LKPD. Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta didik dan apa yang diperlukan oleh guru dalam
pembuatan bahan ajar berupa LKPD.
b. Analisis peserta didik
Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui pada kelas berapa
penelitian ini ditujukan yaitu peserta didik kelas XI MIPA SMA/MA
sederajat. Analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan ciri,
kemampuan, dan pengalaman peserta didik yang meliputi kemampuan
akademik, usia, dan motivasi terhadap mata pelajaran kimia.
c. Analisis Tugas
i. Analisis Struktur Isi
Analisis struktur isi adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi
dalam satuan pembelajaran. Pada tahap analisis struktur isi yang dilakukan
adalah menganalisis isi materi pembelajaran Kimia khususnya pada kelas
XI SMA pada materi Hidrokarbon terhadap Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan dikembangkan.
23

Investigasi Awal:
 Analisis Ujung
Depan
 Analisis Peserta
Didik
 Analisis Materi Fase 1:
Investigasi Awal
 Analisis
Kompetensi

Desain Prototipe: Desain Instrumen:


LKPD Berbasis Reading, Mind
 Lembar Validasi Fase 2:
Mapping and Sharing (RMS) Desain
 Kuisioner Respon Pengguna

Fase 3:
Prototipe
(LKPD RMS) Realisasi/
Konstruksi
Validasi

Validasi 2 Analisis Hasil Validasi 1


Validasi
Ya Tidak
Valid?
Revisi
Perlu
Ya
Revis Prototipe Fase 4:
Revisi Validasi,
Kecil Uji Coba
Tidak
Prototipe Tidak dan Revisi

Uji Coba Analisis Respon


Terbatas Hasil Uji n Positif
Coba Ya
Terbatas
Prototipe
Final
Fase 5:
Implementasi Implementasi

Gambar 1. Alur Pengembangan LKPD Berbasis RMS dengan Model Plomp (Ervin
Azhar, 2011)
ii.
24

iii. Analisis konsep


Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan. Analisis konsep ini dibuat dengan
menganalisis konsep apa saja yang perlu diajarkan kepada peserta didik
melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dipaparkan dalam
LKPD.
iv. Analisis Prosedural
Analisis prosedural berguna untuk mengidentifikasi tahap-tahap
penyelesaian tugas. Langkah penyelesaian tugas dalam LKPD berbasis
Reading, Mind Mapping and Sharing (RMS)
v. Perumusan tujuan
Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan Kompetensi Dasar kurikulum 2013. Peneliti
dapat mengetahui kajian apa saja yang akan di paparkan dalam LKPD
yang akan dikembangkan dan akhirnya menentukan seberapa besar tujuan
pembelajaran yang tercapai.

B. Fase 2 Desain (Design)


Fase desain (design) bertujuan untuk melakukan perancangan
terhadap pemecahan masalah yang dikemukakan pada tahap investigasi.
Data-data dari hasil survei, studi literatur dan angket di sekolah dianalisis,
dari hasil analisis didapatkan alternatif apa saja yang dapat memecahkan
masalah, kemudian membandingkan dan mengevaluasi dari berbagai
alternatif dan menghasilkan pilihan desain yang terbaik yang akan
dikembangkan.

Adapun kegiatan pada tahap perencanaan (design) meliputi:

a. Design Prototipe
Prototipe berupa LKPD berbasis Reading, Mind Mapping and
Sharing pada materi Senyawa Hidrokarbon untuk kelas XI tingkat
SMA/MA. Tahap design dikenal juga dengan istilah membuat
25

rancangan. Pada tahap design, peneliti akan membuat rancangan


LKPD yang memenuhi kriteria kelayakan LKPD. Format LKPD yang
dikembangkan adalah LKPD berbasis RMS pada materi Hidrokarbon
meliputi 3 komponen yaitu Reading (Membaca), Mind Mapping (Peta
Pikiran) and Sharing (Menjelaskan).
Penyusunan rancangan awal LKPD menghasilkan desain awal LKPD
yang mencakup penyusunan rancangan awal LKPD akan
menghasilkan draft LKPD yang sekurang-kurangnya mencakup:

a) Judul LKPD yang menggambarkan materi yang akan dituangkan


dalam LKPD
b) Tujuan yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari suatu
materi dengan menggunakan LKPD.
c) Kajian materi mengenai Senyawa Hidrokarbon
c) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti peserta didik untuk
mempelajari materi dengan menggunakan LKPD sesuai dengan
tahapan Reading, Mind Mapping and Sahring (RMS)
d) Soal latihan
e) Daftar pustaka

b. Design Instrumen Penilaian


LKPD yang telah dikembangkan akan dilakukan validasi.
Validasi bertujuan untuk mengetahui salah satu aspek kualitas produk
pengembangan yaitu aspek kevalidan. Tahap ini dilakukan untuk
mengetahui valid atau tidaknya suatu LKPD dengan kriteria-kriteria
tertentu sehingga akan dihasilkan suatu LKPD yang valid setelah
direvisi berdasarkan masukan para ahli dan respon peserta didik. Hal
ini dilakukan dengan menelaah validitas produk oleh ahli materi
sebagai validator, serta mendapat saran dan kritik dari validator
terhadap produk yang dikembangkan.
26

C. Fase 3 Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction)


Fase realisasi/konstruksi (realization/construction) bertujuan untuk
menghasilkan prototipe dan instrumen sebagai realisasi dari desain yang
telah dirancang. Realisasi dari desain prototipe menghasilkan LKPD
berbasis Reading, Mind Mapping and Sharing pada Senyawa
Hidrokarbon untuk kelas XI tingkat SMA/MA, sedangkan realisasi dari
desain instrumen menghasilkan lembar validasi oleh validator (ahli
materi) serta kuisioner respon pengguna oleh guru dan peserta didik.
Prototipe dan instrumen tersebut kemudian dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing sebelum memasuki kegiatan pada fase selanjutnya.
D. Fase 4 Validasi, Uji Coba dan Revisi (Evaluation, Test and Revision)
Fase validasi, uji coba dan revisi (evaluation, test and revision)
bertujuan untuk memperoleh penilaian dan saran terhadap prototipe yang
telah dikonstruksi. Penilaian dan saran tersebut diperoleh melalui
kegiatan:
1) Validasi (Evaluation)
Validasi merupakan tahap memvalidasi produk yang telah
dikembangkan. Validasi (evaluation) dilakukan oleh tim validator
menggunakan lembar validasi dan rubrik yang telah disediakan.
Kegiatan yang dilakukan pada waktu memvalidasi produk adalah
sebagai berikut:
1. Meminta pertimbangan ahli materi tentang kelayakan prototipe
1 yang telah direalisasikan. Untuk kegiatan ini diperlukan
instrumen berupa lembar validasi dan LKPD berbasis Reading,
Mind Mapping and Sharing (RMS) yang diserahkan kepada
validator.
2. Melakukan analisis terhadap hasil validasi dari validator. Jika
hasil analisis menunjukkan:
i. Valid tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah uji coba.
ii. Valid dengan sedikit revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah
merevisi terlebih dahulu, kemudian langsung uji coba.
27

iii. Tidak valid, maka dilakukan revisi besar sehingga diperoleh


prototipe baru. Kemudian kembali pada kegiatan meminta
pertimbangan ahli dan praktisi. Terdapat kemungkinan terjadi
siklus (kegiatan validasi secara berulang) untuk mendapatkan
LKPD berbasis Reading, Mind Mapping and Sharing (RMS)
yang valid.

2) Uji Coba (Test)


Uji coba (test) kepada pengguna prototipe menggunakan
kuisioner respon pengguna. Hasil uji coba kemudian dianalisis
guna menentukan kegiatan selanjutnya. Hasil uji coba dapat
berupa:
a) Respon positif, maka diperoleh prototipe final.
b) Respon negatif, maka dilakukan revisi, kemudian uji coba
kembali.
Terdapat kemungkinan terjadi siklus (uji coba secara
berulang) untuk mendapatkan suatu prototipe final dengan
respon positif.

3) Revisi (Revision)
Revisi (revision) dilakukan setiap validasi dan uji coba
prototipe yang dikembangkan.
E. Fase 5 Implementasi (Implementation)
Setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk yang valid, praktis
dan efektif, maka produk dapat diimplementasikan untuk wilayah yang
lebih luas. Implementasi ini dapat dilakukan dengan melakukan penelitian
lanjutan penggunaan produk pengembangan pada wilayah yang lebih luas
(Rochmad, 2012).
Penelitan ini dibatasi hingga fase validasi, uji coba dan revisi. Fase
implementasi tidak dilakukan karena tujuan penelitian hanya
mengembangkan LKPD berbasis Reading, Mind Mapping and Sharing
28

(RMS) yang valid, untuk digunakan dalam pembelajaran kimia SMA kelas
XI pada materi Senyawa Hidrokarbon.

3. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
berbasis Reading, Mind Mapping and Sharing (RMS) pada materi
Hidrokarbon untuk kelas XI SMA/MA sederajat.

4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan sebagai perangkat pengumpul data
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Lembar Validasi
Lembar validasi digunakan untuk mengetahui kriteria validitas
LKPD berbasis Reading, Mind Mapping and Sharing (RMS) sebagai
bahan ajar dalam pembelajaran kimia SMA kelas XI pada materi
Hidrokarbon. Di dalam lembar validasi ini terdapat penilaian LKPD
secara umum yang dijadikan acuan dalam penilaian LKPD pembelajaran
Kimia yang terdiri dari 5 aspek yaitu kelayakan isi, kebahasaan,
karakteristik RMS, penyajian dan kegrafisan.
b. Angket Respon Pengguna
Angket respon pengguna digunakan untuk mengetahui kriteria
respon perserta didik dan guru terhadap LKPD berbasis Reading, Mind
Mapping and Sharing (RMS) sebagai bahan ajar pembelajaran kimia
SMA kelas XI pada materi Hidrokarbon.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan guna memperoleh
informasi yang bersifat teoritis dari berbagai literatur yang relevan, sedangkan
studi lapangan dilakukan guna memperoleh data terkait validitas dan respon
pengguna terhadap LPKD berbasis Reading, Mind Mapping and Sharing
29

(RMS) sebagai bahan ajar pada pembelajaran kimia SMA kelas XI pada
materi Hidrokarbon.
Data penilaian dan saran terkait validitas diperoleh melalui validasi
oleh validator yang meliputi tiga orang validator materi, sedangkan data
penilaian dan saran terkait respon pengguna diperoleh melalui uji coba
terbatas kepada dua puluh orang peserta didik SMA yang sebelumnya telah
mempelajari materi Senyawa Hidrokarbon dan dua orang guru kimia SMA.

6. Teknik Analisa Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Analisis Validitas
Analisis validitas LKPD Reading, Mind Mapping and Sharing
(RMS) sebagai bahan ajar pembelajaran kimia SMA kelas XI pada
materi Hidrokarbon terhadap aspek kelayakan isi, karakteristik RMS,
aspek kebahasaan, aspek sajian dan aspek kegrafisan. Kategori penilaian
ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Kategori Penilaian Oleh Validator
Skor Penilaian Kategori
4 SS : Sangat Sesuai
3 S : Sesuai
2 KS : Kurang Sesuai
1 TS : Tidak Sesuai
(Sugiyono, 2014)
Hasil validasi dihitung dengan rumus skor rata-rata yaitu dengan
persamaan:
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡
𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐯𝐚𝐥𝐢𝐝𝐚𝐬𝐢 = x 100%
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐌𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐮𝐦

Kriteria dalam mengambil keputusan untuk validasi Lembar


Kegiatan Peserta Didik dapat dilihat pada Tabel 3. Lembar Kegiatan
30

Peserta Didik dipakai jika penilaian rata-rata validator dikategorikan


valid.
Tabel 3. Kriteria Validitas
Persentase Keterangan
80,00 – 100 Baik/Valid/Layak
60,00 – 79,99 Cukup Baik/Cukup Valid/Cukup Layak
50,00 – 59,99 Kurang Baik/Kurang Valid/Kurang Layak
0 – 49,99 Tidak Baik (Diganti)
(Riduwan. 2012)
b. Analisis Respon Pengguna
1) Analisis Respon Guru
Analisis respon guru terhadap LKPD berbasis RMS pada
materi Senyawa Hidrokarbon untuk kelas XI tingkat SMA/MA
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Kuisioner respon guru menggunakan skala Likert dalam bentuk
checklist (√). Jawaban setiap item instrumen berupa alternatif
pernyataan positif sikap yang telah ditentukan mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2016).
Alternatif pernyataan positif sikap tersebut dikonversi dalam
bentuk skor menggunakan skala empat pilihan Likert agar
diperoleh data kuantitatif, seperti pada Tabel 5. Pemilihan skala
empat pilihan Likert dilakukan karena tidak memberikan peluang
bagi guru untuk bersikap netral.
Tabel 4. Skor Alternatif Pernyataan Positif
Pernyataan Sikap Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Kurang Setuju (KS) 2
Tidak Setuju (TS) 1
(Eko Putro Widoyoko, 2017).
31

b) Mentabulasikan data respon guru sesuai skor alternatif pernyataan


positif sikap guru tersebut.
c) Menghitung rata-rata skor alternatif pernyataan positif sikap guru
menggunakan persamaan rata-rata hitung untuk data yang belum
dikelompokkan, dengan persamaan:
∑ 𝒙𝒊
𝒙̄ =
𝒏
Keterangan:
𝒙̄ = Rata-rata skor
∑ xi = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah pernyataan
(Andi Supangat, 2014)
d) Mengkonversikan rata-rata skor alternatif pernyataan positif sikap
guru menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria penilaian skala empat
pilihan Likert. Kriteria tersebut diperoleh dengan cara:
 Menentukan skor ideal (skor maksimum) = 4
 Menentukan skor terendah (skor minimum) = 1
 Menentukan range = 4 − 1 = 3
 Menentukan interval yang dikehendaki yaitu sangat baik,
baik, tidak baik, dan sangat tidak baik.
𝟒−𝟏
 Menentukan jarak interval = = 𝟎, 𝟕𝟓
𝟒

 Diperoleh kriteria seperti pada Tabel 6.


Tabel 5. Kriteria Respon Guru

Rata-Rata Skor Kriteria Respon Guru


3.3500-4,0000 Sangat Baik
2,5000-3,2499 Baik
1,7500-2,4999 Tidak Baik
1,0000-1,7499 Sangat Tidak Baik
(Eko Putro Widoyoko, 2017)
32

2) Analisis Respon Peserta didik


Analisis respon peserta didik terhadap terhadap LKPD
berbasis RMS pada materi Senyawa Hidrokarbon untuk kelas XI
tingkat SMA/MA dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Kuisioner respon peserta didik menggunakan skala Likert dalam
bentuk checklist (√). Jawaban setiap item instrumen berupa
alternatif pernyataan positif sikap yang telah ditentukan
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif
(Sugiyono, 2016). Alternatif pernyataan positif sikap tersebut
dikonversi dalam bentuk skor menggunakan skala empat pilihan
Likert agar diperoleh data kuantitatif, seperti pada Tabel 3.
Pemilihan skala empat pilihan Likert dilakukan karena tidak
memberikan peluang bagi peserta didik untuk bersikap netral.
b) Mentabulasikan data respon peserta didik sesuai skor alternatif
pernyataan positif sikap peserta didik tersebut.
c) Menghitung persentase skor dengan persamaan:
𝒇
𝑹= × 𝟏𝟎𝟎%
𝒏
Keterangan:
R = Persentase skor alternatif pernyataan sikap peserta
didik (%)
f = Jumlah skor yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum

d) Mengkonversikan rata-rata skor alternatif pernyataan positif sikap


peserta didik menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria penilaian skala
empat pilihan Likert. Kriteria tersebut diperoleh dengan cara:
 Menentukan skor ideal (skor maksimum) = 4
 Menentukan skor terendah (skor minimum) = 1
 Menentukan range = 4 − 1 = 3
 Menentukan interval yang dikehendaki yaitu sangat baik,
baik, tidak baik, dan sangat tidak baik.
33

𝟒−𝟏
 Menentukan jarak interval = = 𝟎, 𝟕𝟓
𝟒

 Diperoleh kriteria seperti pada Tabel 7.


Tabel 6. Kriteria Respon Peserta Didik

Kriteria Respon Peserta


Rata-Rata Skor
Didik
75,00-100 Sangat Baik
50,00-74,99 Baik
25,00-49,99 Kurang Baik
0,00-24,99 Tidak Baik
(Yuni Yamasari, 2010)
I. Daftar Pustaka
Abdul Rohmad, Purwandi Suhandini, Sriyanto. 2013. Pengembangan Lembar
Kegiatan Peserta didik (LKS) Berbasis Eksplorasi, Elaborasi dan
Konfirmasi (EEK) serta Kebencanaan sebagai Bahan Ajar Mata Pelajaran
Geografi SMA/MA di Kabupaten Rembang. Edu Geography 1 (2): 1-5.
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Afilah Mufidatul Mahmudah, Caswita dan Asmiati. 2018 . Pengembangan LKPD


Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Dan Self Efficacy. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 5 No 2.
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Negeri Lampung.
Bandar Lampung.

Ahmad Muhlisin. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran RMS (Reading,


Mind Mapping, and Sharing) dan Pengaruhnya Terhadap Penguasaan
Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis, Keterampilan Metakognitif, Serta
Retensi Mahasiswa Berkamampuan Akademik Berbeda. Disertasi.
Universitas Negeri Malang. Malang.
34

Andi Prastowo. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. DIVA
Press. Yogyakarta.

Andi Prastowo. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Cetakan ke-
8. Diva Press. Yogyakarta.

Astuti, Dwi, dan Heri Retnawati. 2017. Pengembangan perangkat pembelajaran


matematika berorientasi konstruktivisme untuk siswa SMK Kompetensi
Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Jurnal Pendidikan Matematika
dan Sains. V. 1. 11-21.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah .Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Permendiknas No. 23 Tahun 2006. Pusat Kurikulum, Badan


Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Atas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2013. Permendikbud No 65/2013: Standar Proses Pendidikan Dasar


dan Menengah. BSNP. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Eko Putro Widoyoko. 2017. Teknik Penyusunan Instrumen Penilaian. Pustaka


Belajar. Yogyakarta

Ervin Azhar. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Teori Peluang


Berbasis RME untuk Meningkatkan Pemahaman, Penalaran, dan
35

Komunikasi Matematik Peserta Didik SLTA. Prosiding 213-222. UPI.


Bandung.

Fisher, Alec. 2014. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta. Erlangga.

Kemendikbud. 2017. Panduan Implementasi Kecakapan Abad-21 Kurikulum


2013 di Sekolah Menengah Atas. Direktorat Pembinaan SMA Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Kemendikbud. 2017. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Kimia SMA.


Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta.

Lidiana Fitri, Nofianti dan Susilawati. 2016. Penerapan Model Kooperatif


Wordsquare untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
kimia pokok bahasan koloid di kelas XI SMKN 2 Pekanbaru. Jurnal
Pendidikan Kimia Universitas Riau. Vol. 1 (1): 24-33. Pendidikan Kimia
FKIP Universitas Riau. Pekanbaru.

Rahma Diani, Ardian Asyhari dan Orin Neta Julia. 2018 . Pengaruh Model RMS
Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Pokok
Bahasan Impuls Dan Momentum. Jurnal Pendidikan Edutama. Vol 5.
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Raden Intan
Lampung.Bandar Lampung.

Rahmi, Aida dan Harmi Hendra. 2013. Pengembangan Bahan Ajar.Lp2 STAIN
Curup. Curup.

Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta.


Bandung.
36

Rochmad, 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Matematika. Jurnal Kreano ISSN: 2086-2334. Jurusan Matematika
FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 1. Semarang.

Siti Zubaidah. 2016. Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan


Melalui Pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan tanggal 10
Desember 2016. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.
Malang.

Sugiyono, P. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. (2005). Media Pengajaran. Sinar Baru
Algesindo. Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Alfabeta.


Bandung.

Syaiful Sagala. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.


Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Wagner, T. 2010. Overcoming The Global Achievement Gap (Online).


Cambridge, Mass. Harvard University.

Yuni Yamasari. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis


ICT Yang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X-ITS ISBN No.
979-545-0270-1. FMIPA UNESA. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai