Anda di halaman 1dari 4

3.

1 Analisis Novel
3.1.1. Tema
Tema dalam Novel ini adalah Pertentangan antara kultur budaya barat dan Timur
3.1.2. Tokoh dan Penokohan
3.1.2.1 Tokoh Utama
3.1.2.1.1 Hanafi : Seorang pemuda terpelajar yang memiliki sifat yang keras hati
dan sombong.
Bukti : Hanafi makin lalu-lalang kepada Rapiah, yang akhirnya dipand
angnya bukan lagi ‘istri’, melainkan “Babu” yang diberikan kepa
danya dengan paksa. (halaman 78, paragraf 6, baris ke 1-3)
: Hanafi terperanjat. Sejurus lamanya ia memandang kepada ibun
ya, lalu berkata,”Sepanjang ingatanku, belumlah pernah saya me
minjam uang satu sen pun kepada mereka.” (halaman 31, paragra
f 6, baris 1-3)
: “Ha, ha, ha! Bu! Benarkah pendengaranku? Menjadi penghulu?
Saya akan menjadi penghulu dan akan belanjar sembah-menyem
bah - baik, asal mereka suka, si Buyung kujadikan penongkat!”
(halaman 30, paragraf 10, baris ke 1-3)
3.1.2.1.2 Coorie : Seorang gadis Belanda yang cantik dan tinggal di Solok. Dia
memiliki sifat yang keras, manja, namun sopan dan ramah.
Bukti : Dengan demikian setelah berumur delapan tahun, barulah Corrie
tahu bangku sekolah. Setamatnya di sekolah rendah, bimbang pu
lalah hati ayahnya antara mengirimkan dia ke Padang ke sekolah
Mulo atau Betawi ke HBS. Dengan mudah Corrie menempuh ke
dua ujian buat masuk diterima di sekolah-sekolah itu, tapi sebab
kebimbangan ayahnya, yang tak sampai hati buat bercerai denga
n anaknya, hilang pula lah waktu dua tahun. Di dalam tahun yan
g kedua itu Corrie tinggal saja di rumah ayahnya. Itulah sebabny
a maka setelah berumur enam belas tahun, barulah Corrie bercer
ai dengan ayahnya di pelabuhan Teluk Bayur, buat berlayar ke B
etawi. (halaman 17, paragraf 4, baris 1-10)
: “Ya, Han!” Kata yang seorang, yaitu seorang gadis bangsa barat
yang amat cantik parasnya. Sambil berkata-kata dituangkannya l
ah air teh ke dalam dua cangkir yang tersedia. (Halaman 9, parag
raf 4, baris ke 1-3)
3.1.2.1.3 Rapiah : Seorang gadis asal Solok yang menjadi istri pertama Hanafi.
Rapiah memiliki sifat sabar dan setia.
Bukti : “Rapiah memang bersifat sabar. Asal engkau tidak menyia-nyiak
an, sekedar engkau harik dan bengisi saja, tentu ia tak akan meng
hilangkan sabarnya, Hanafi! Sebutir intan yang belum digosok s
udah Ibu sediakan untukmu, baiklah engkau percaya pada ibum
u.” (halaman 69, paragraf 3, baris ke 1-4)
3.1.2.1.4 Mariam : Seorang wanita yang merupakan ibu Hanafi. Mariam bersifat
sabar dan pemaaf.
Bukti : “Ya, anakku! Sudah lah lama engkau aku ampuni. Hal anakmu
janganlah engkau risaukan. Mengucaplah, Hanafi. Kenangkanl
ah nama Tuhan dan Rasul, supaya lurus jalanmu.” (halaman 2
41, paragraf 6, baris ke 1-3)

3.1.2.1.5 Syafei : Seorang anak laki-laki yang merupakan anak dari Hanafi dan
Rapiah. Syafei bersifat lucu dan polos.
Bukti : Syafei bertepuk dan bersorak-sorak menyatakan gembira hatiny
a, lalu meluncur dari dukungan si Buyung, hendak menerima pe
mberian yang sebesar itu dari tangan ayahnya. (Halaman 221, pa
ragraf 7, baris ke 1-3).

3.1.2.2 Tokoh Sampingan


3.1.2.2.1 Nyonya Van Dammen : Seorang wanita yang baik hatinya.
Bukti : Hanafi berasa, tentu nyonya tua itulah yang ditum
pangi oleh Corrie. Nyonya Van Dammen, demik
ian nama nyonya tua yang memelihara rumah tu
mpangan anak-anak piatu itu, terkejut demi meli
hat kedatangan Hanafi pada malam hari, karena
Hanafi yang masuk tergopoh-gopoh, berpakaian
kusut dan hitam karena arang kereta, tidak berbe
da dengan kelakuan orang yang berubah ingatan
datangnya.(halaman 202, paragraf 4-5, baris ke 1
-8)
3.1.2.2.2 Tuan Administratur : Seorang laki-laki yang mengurus sebuah
pemakaman belanda dimana Coorie di kubur.
Ia bersifat ramah dan baik.
Bukti : Matahari sudah tinggi, waktu Hanafi keluar dari k
uburan Belanda, setelah berjabat salam dengan T
uan Administratur yang peramah itu. (Halaman 2
09, paragraf 4, baris 1-2)

3.1.3 Sudut Pandang


3.1.3.1 Novel ini dibuat dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Ciri
penggunaan sudut pandang ini ditandai dengan adanya kata ganti orang
ketiga atau penggunaan nama orang.
3.1.4 Alur
3.1.4.1 Alur : Maju, Mundur
Bukti : Kira-kira pukul tujuh pagi pada keesokan harinya ibu Hanafi sudah
datang ke rumah makan di Belantung mendapatkan anaknya.
: Dari kecil Hanafi sudah disekolahkan di Betawi, yaitu tidak
dinantikan tamatnya bersekolah di Solok, melainkan dipindahkan
ke ibu kota itu, karena kata ibunya ia tidak hendak kepalang
menyekolahan anak tunggal yang sudah kehilangan ayah itu.
Sebab ibunya ada di dalam berkecukupan, dapatlah ia
menumpangkan Hanafi di rumah orang belanda yang patut-patut.
Maksud orang tua itu ialah supaya anaknya menjadi orang pandai,
melebihi kaum keluarganya dari kampung. (Halaman 28, Paragraf
1, baris ke 1-8).
3.1.4.2 Waktu : pagi hari, siang hari, petang, malam hari.
Bukti : Pada pagi hari Syafei sudah datang pula menghampiri Rapiah,
lalu menekankan keningnya ke atas ribaan ibunya. (halaman 183,
paragraf 7, baris ke 1-2).
: matahari sudah tinggi, waktu Hanafi keluar dari kuburan belanda,
setelah berjabat salam dengan tuan administratur yang peramah itu.
: Entah berapa lamanya ia duduk termenung di tempat itu, ia pun
tidak tahu. Petang sudah berganti dengan senja, senja pun hendak
digantikan dengan malam, Ibu Hanafi masih menanti dengan sabar
akan anaknya. (Halaman 231, paragraf 7, baris 1-4).
3.1.4.3. Tempat : kota Semarang, Betawi, kota Padang, Solok, kota Anau
Bukti : waktu ia turun di stasiun semarang pada senja hari, maka
perasaannya sebagai di atas awang-awang saja. (halaman 202,
paragraf 3, baris 4-6)
:Sampai Hanafi di Betawi, maka dijualnyalah harta sekalian
hartanya.(halaman 217, paragraf 1, baris 1)
: Sesampainya di Padang, Hanafi sengaja memilih rumah makan
yang belanda yang sekecil-kecilnya, bukan karena hendak
menghemat uang, tapi karena ia sudah segan benar bergaulan
dengan orang banyak.(halaman 219-220, paragraf 6, baris 1-3)
: Tapi sampai di Solok, keadaan hanafi seketika belum berubah
pula.(halaman 230, paragraf 9, baris 1-2)
: Sesampai di Kota Anau, keadaan Hanafi tidak berubah. (halaman
233, paragraf 1, baris 1)

Anda mungkin juga menyukai