Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andhika Rifqi S

Kelas : XII MIPA 4

Novel Angkatan 20-30an

Salah Asuhan
Abdoel Moesis

1. Tema
Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah perbedaan
adat istiadat.
2. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna
pengarang menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya.
3. Pusat Pengisahan/Sudut Pandang
Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu
menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel.
4. Latar/setting
Latar atau tempat terjadinya yaitu : 
1) Lapangan tennis.
“Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon kelepa disekitarnya, masih
sunyi” (hal.1, paragraf 1)
2) Minangkabau
“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi
sebabkasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan
tinggallah ia bersma-sama dengan Hanafi di Solok.” (halaman 23, paragraf 3)
“Maka tiadalah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di
Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya.” (halaman 23, paragraf 4) 
3) Betawi
“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi”(hal.23, paragraph 1)
“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!” (halaman
103, Paragraf 2)
4) Semarang
“Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula ke rumah tumpangan itu, dan bukan
buatan sedih hatinya, demikian mendengar bahwa Corrie sudah berangkat. Seketika
itu ia berkata hendak menurutkan ke Semarang.” (halaman 186, paragraf 8)
5) Surabaya
“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pension kecil,mengaku nama
Tuan dan Nona Han.” (halaman 144, paragraf 1)
5. Tokoh
1) Hanafi, wataknya keras kepala, kasar
a) keras kapala
“Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-cita
baik…enyah!.” Halaman 259, paragraf 8)
b) kasar
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis
dari jauh.” (halaman 80, paragraf 2)
2) Corrie, wataknya baik, mudah bergaul
a) baik
“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman
164, paragraf 8)
b) mudah bergaul
“Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil tertawa, “buat dua
tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang.” (halaman 7, paragraf 2)
3) Rapiah, wataknya sabar, baik
a) sabar
“Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam
dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya dengan
beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak berdaya,
sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib di muka-muka orang.”
(halaman 83, paragraf 4)
b) baik
“Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak
adalah orang yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)
4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik
a) sabar
“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu dan
tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya” (halaman 85, paragraf 4)
b) baik
“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah!
Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119, paragraf 4)
5) Tuan Du Busse, wataknya tegas 
“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya” (halaman 10, paragraf 5)
6) Si Buyung, wataknya penurut
“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba disuruh
kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl alu menceritakan
apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula habis’ terpaksalah ia disuruh
ke toko yang tidak berapa jauh letaknya dari rumah.” (halaman 80, paragraf 2)
7) Syafei, wataknya berani
“Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku.” (halaman
196, paragraf 8)
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalan novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk
diartikan. Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya juga terdapat bahasa
Belanda. Pada novel ini juga terdapat :
a) Peribahasa
“saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan niatku itu,
supaya tidak menjadi duri dalam daging” (halaman 25, paragraf 3)
b) Majas perbandingan (perumpamaan)
“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karna
sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu” (halaman 47, paragraf 2)
7. Amanat
Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah : 
1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari
bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah adat
yang layak dan baik kita terima di negeri kita.
2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh pengantin
tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya. 
8. Diksi
Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti karena
banyak terdapat bahasa Belanda.

Anda mungkin juga menyukai