LP Hipertensi Emergency 01
LP Hipertensi Emergency 01
OLEH :
P07120215001
3. Pengertian Hipertensi
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Menurut WHO
(World Health Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi, seseorang disebut
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya selalu terbaca di atas 140/90 mmHg.
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyararakat yang serius, karena jika tidak
terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (pendarahan
otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.
4. Penyebab Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. Anglotensin dan peningkatan Na +
Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok,
alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer
6. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2 kali
pengukuran pada masing – masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi tekanan
darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel berikut:
7. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE
yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).
8. Pohon Masalah
9. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap
program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Menurut Kurniawan (2006), penatalaksanaan
pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara
nonfarmakologis dan farmakologis :
1. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada
penderia hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti merokok :
a. Terapi diet
1) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr
garam dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan
garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan
makanan yang mengandung ikatan natrium.Tujuan diet rendah garam
adalah untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun
rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini
adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi,
baik kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang. Menurut
Dalimartha (2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi
menjadi 3 yaitu diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam
rendah III :
a) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites
dan / atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak
ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
b) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites,
dan / atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama
dengan diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan ½ sdt garam dapur. Dihindari bahan makanan yang
tinggi kadar natriumnya.
c) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan
atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet
garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan
1 sdt garam dapur.
2) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
darah. Lama-kelamaan jika endapan kolesterol bertambah akan
menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi. Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar
kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi penderita yang
kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet
lemak antara lain sebagai berikut :
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega,
terutama makanan yang digoreng dengan minyak
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta
sea food (udang, kepiting), minyak kelapa,dan santan
c) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam
seminggu
3) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.
Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah yang ringan. Peningkatan masukan kalium
(4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan
darah. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti
kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.
4) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik
sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur
terbukti bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko
terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan
penyakit pembuluh darah lainya.
5) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara
jumlah alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik
arteri.
6) Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi
hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah
obat yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi
yang bermakna tetapi dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali.
Penurunan tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan
mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap
hipertensi ringan dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan
dalam mengurangi risiko penyakit koroner. Jenis obat antihipertensi yang
sering digunakan adalah sebagai berikut:
a) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat
yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal,
diutamakan diuretika yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar
adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
b) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah.
Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak
kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka jarang digunakan. Obat
yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah Prazosin dan Terazosin.
c) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti.
Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian,
tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya baik. Obat yang
terkenal dari jenis Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol
dan sebagainya.
d) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin
sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifir dan turunnya
tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek
hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah
Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
e) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole
sehingga daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah menurun.
Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
f) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek
vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium
yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.
g) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya
vasokontriksi kuat. Obat jenis penghambat ACE yang popular adalah
Captopril (Capoten) dan Enalapril.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien hipertensi berat dengan
menggunakan pengkajian kegawatdaruratan yang meliputi :
Pengkajian Primer
a. Airway
1) Kaji kepatenan jalan nafas.
2) Kaji apakah ada benda asing yang menghalangi pernafasan.
3) Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
4) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi
dan bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2) Kaji frekuensi pernafasan/auskultasi pernafasan
3) Lakukan pemeriksan sistem pernapasan, yang meliputi kedalaman,
irama, dan suara nafas tambahan.
4) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
5) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan
bagvalve-mask ventilation.
6) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2.
7) Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan
kongesti paru
c. Circulation
1) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop pada saat
auskultasi.
2) Kaji peningkatan JVP.
3) Monitoring tekanan darah.
4) Lakukan pemeriksaan EKG, yang mungkin menunjukkan :
a) Sinus tachikardi.
b) Right bundle branch block (RBBB).
c) Right axis deviation (RAD)
d) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
e) Lakukan IV akses dekstrose 5%
f) Pasang Kateter
g) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h) Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
i) Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus
Diazoksid,Nitroprusid
d. Disability
1) Kaji tingkat kesadaran dengan AVPU
Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan
membutuhkan perawatan di ICU.
2) Kaji tanda-tanda cidera pada pasien
3) Kaji adanya nyeri pada pasien
4) Kaji kesimetrisan pupil pasien
e. Eksposure
1) Selalu mengkaji pemeriksaan fisik apabila kesadaran pasien
memungkinkan
2) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
3) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia,
penyakit jantung koroner, stroke atau penyakit ginjal
b) Lama dan tingkat tekanan darah tinggi sebelumnya dan hasil serta efek
sampinng obat antihipertensi sebelumnya.
c) Riwayat atau gejala sekarang penyakit jantung koroner dan gagal
jantung,penyakit serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer, diabetes
mellitus, pirai,dislipidemia, asma bronkhiale, disfungsi seksual, penyakit
ginjal, penyakitnyata yang lain dan informasi obat yang diminum.
d) Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol, jumlah
rokok, tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal
dewasa.
e) Riwayat obat-obatan atau bahan lain yang dapat meningkatkan tekanan
darahtermasuk kontrasepsi oral, obat anti keradangan nonsteroid,
liquorice, kokaindan amfetamin. Perhatian juga untuk pemakaian
eritropoetin, siklosporin atau steroid untuk penyakit yang bersamaan.
f) Faktor pribadi, psikososial, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi
hasil pengobatan antihipertensi termasuk situasi keluarga, lingkungan
kerja, dan latar belakang pendidikan.
c. Pola fungsional
a) Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cerebrovaskuler.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
taikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.
c) Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
e) Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f) Neurosensori
Genjala: keluhan pusing/pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan
pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia),
episode epiktasis.
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,afek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan,
perubahan retinal optic.
g) Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h) Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
j) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau
hormone. (Dongoes Marilynn E, 2000)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen ke otak
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan resistensi pembuluh darah otak
6. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (NOC) (NIC)
Activity Therapy:
□ Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitas
Medik dalam
merencanakan program
terapi yang tepat
□ Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang mampu
dilakukan
□ Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
□ Bantu untuk mendapat
alat bantu aktivitas
seperti kursi roda, krek
□ Bantu untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
□ Bantu pasien untuk
mengembankan
motivasi diri dan
penguatan
□ Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
3 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Analgesic
keperawatan selama Administration
Batasan Karakteristik
...x….. jam diharapkan
□ Tentukan lokasi,
□ Bukti nyeri dengan nyeri berkurang dengan
karakteristik, kualitas,
menggunakan kriteria hasil :
dan derajat nyeri
standar daftar
NOC: sebelum pemberian
periksa nyeri untuk
obat
pasien yang tidak Pain Level
□ Cek riwayat alergi
dapat
□ Melaporkan gejala terhadap obat
mengungkapkannya
nyeri berkurang □ Pilih analgesik yang
(mis., Neonatal
□ Melaporkan lama nyeri tepat atau kombinasi
Infant Pain Scale,
berkurang dari analgesik lebih
Pain Assesment
□ Tidak tampak ekspresi dari satu jika
Checklist for Senior
wajah kesakitan diperlukan
with Limited Ability
□ Tidak gelisah □ Tentukan analgesik
to Communicate)
□ Respirasi dalam batas yang diberikan
□ Diaphoresis
normal (dewasa: 16-20 (narkotik, non-narkotik,
□ Dilatasi pupil
kali/menit) atau NSAID)
□ Ekspresi wajah nyeri
berdasarkan tipe dan
(mis., mata kurang
keparahan nyeri
bercahaya, tampak
□ Tentukan rute
kacau, gerakan mata
pemberian analgesik
berpencar atau tetap
dan dosis untuk
pada satu focus,
mendapat hasil yang
meringis)
maksimal
□ Focus menyempit
□ Pilih rute IV
(mis., persepsi
dibandingkan rute IM
waktu, proses
untuk pemberian
berfikir, interaksi
analgesik secara teratur
dengan orang dan
lingkungan) melalui injeksi jika
□ Focus pada diri diperlukan
sendiri □ Evaluasi efektivitas
□ Keluhan tentang pemberian analgesik
intensitas setelah dilakukan
menggunakan injeksi. Selain itu
standar skala nyeri observasi efek samping
(mis., skala Wong- pemberian analgesik
Baker FACES, skala seperti depresi
analog visual, skala pernapasan, mual
penilaian numerik) muntah, mulut kering
□ Keluhan tentang dan konstipasi.
karakteristik nyeri □ Monitor vital sign
dengan sebelum dan sesudah
menggunakan pemberian analgesik
standar isntrumen pertama kali
nyeri (mis., McGill
Pain Questionnaire,
Brief Pain
Inventory)
□ Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas (mis.,
anggota keluarga,
pemberi asuhan)
□ Mengekspresikan
perilaku (mis.,
gelisah, merengek,
menangis, waspada)
□ Perilaku distraksi
□ Perubahan pada
parameter fisiologis
(mis., tekanan darah,
frekuensi jantung,
frekuensi
pernafasan, saturasi
oksigen, dan
endtidal karbon
dioksida (CO2))
□ Perubahan posisi
untuk menghindari
nyerii
□ Perubahan selera
makan
□ Putus asa
□ Sikap melindungi
area nyeri
□ Sikap tubuh
melindungi
Faktor yang berhubungan
:
□ Agens cedera
biologis (mis.,
infeksi, iskemia,
neoplasma)
□ Agens cedera fisik
(mis., abses,
amputasi, luka
bakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
□ Agens cedera
kimiawi (mis., luka
bakar, kapsaisin,
metilen klorida,
agens mustard)
5 Risiko Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Cerebral perfusion
Perfusi Jaringan Otak keperawatan selama ...x... promotion
jam tidak terjadi
Faktor Risiko: □ Konsultasi dengan
peningkatan tekanan intra
□ Agens farmaseutikal dokter untuk
kranial dengan kriteria
□ Aterosklerosis aortic menentukan parameter
hasil :
□ Baru terjadi infark hemodinamik, dan
miokardium NOC : mempertahankan
□ Diseksi arteri Tissue Perfusion: Cerebral
hemodinamik dalam
□ Embolisme rentang yg diharapkan
□ Tekanan darah □
□ Endocarditis infektif Monitor MAP
(sistolik dan □
□ Fibrilasi atrium Berikan agents yang
diastolik) dalam
□ Hiperkoleterolimia memperbesar volume
batas normal
□ Hipertensi intravaskuler misalnya
□ MAP dalam batas
□ Kardiomiopati dilatasi (koloid, produk darah,
normal
□ Katup prostetik atau kristaloid)
□ Sakit kepala □ Konsultasi dengan
mekanis
berkurang/hilang
□ Koagulasi intravascular dokter untuk
□ Tidak gelisah mengoptimalkan
diseminata
□ Koagulapati (mis. □ Tidak mengalami posisi kepala (15-30
Anemia sel sabit) muntah derajat) dan monitor
□ Masa prothrombin □ Tidak mengalami respon pasien
abnormal penurunan terhadap pengaturan
□ Masa trombaplastin kesadaran posisi kepala
parsial abnormal □ Berikan calcium
□ Miksoma atrium channel blocker,
□ Neoplasma otak vasopressin, anti
□ Penyalahgunaan zat nyeri, anti coagulant,
□ Segmen ventrikel kiri anti platelet, anti
akinetic trombolitik
□ Sindrom sick sinus □ Monitor nilai PaCO2,
□ Stenosis carotid SaO2 dan Hb dan
□ Stenosis mitral cardiac out put untuk
□ Terapi trombolitik menentukan status
□ Tumor otak (mis. pengiriman oksigen ke
Gangguan jaringan
serebrovaskular,
penyakit neurologis,
trauma, tumor)
………………………… ………………………………
NIP. NIM.
Pembimbing Akademik
……………………………………
NIP.