Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INOVASI PENDIDIKAN
“INOVASI PENDIDIKAN BERBASIS KONTEKSTUAL”

Disusun Oleh
Mulpian (15010104046)
Semester V/PGMI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MARASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) KENDARI
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan kekuatan-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Penyusunan makalah ini merupakan proses yang panjang dan
melibatkan berbagai pihak, dan dosen pengajar yang telah memberikan
kesempatan dan pengarahan kepada saya dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Inovasi Pembelajaran Berbasis
Kontekstual” .Ruang lingkup materi ini sangat luas karena kemiskinan
merupakan masalah global.
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya
mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan kita. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan
kerjasama dari semua pihak yang telah mendukung guna keberhasilan
penulisan makalah ini.
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................ i


Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Pustaka ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Manfaat ..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ..............................................
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual .........................................
C. Asas-Asas dalam Pembelajaran Kontekstual .....................................
D. Model Pembelajaran Kontekstual ......................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN

A. latar belakang
Dalam proses kegiatan belajar mengajar harus diterapkannya
sebuah pendekatan yang mampu memahami dan membantu menemukan
bakat dan potensi yang dimiliki peserta didik, serta karakter yang ada
dalam peserta didik mampu digali dengan sebuah konsep pendekatan yang
menekankan keaktifan siswa.
Dalam kenyataanya pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar masih belum bisa menggali potensi-potensi yang dimiliki
siswa, karena pendidik masih beranggapan bahwa yang harus belajar
hanyalah siswa, sedangkan pendidik hanya memberikan materi yang harus
dimengerti siswa , dan sifatnya otoriter atau yang disebut dengan teacher
center, siswa dipaksa untuk mengerti materi yang diajarkan oleh pendidik
atau guru yang mengajar , itu semua membuat psikologis dan
perkembangan anak neuju kearah keterpaksaan dan tidak bisa berkembang
sesuai dengan keinginanannya karena selalu tertekan dengan kondisi yang
dibuat berdasarkan pendekatan yang kurang memperhatikan tumbuh
kembang potensi peserta didik.
Hakikat pembelajaran yang konvensional menuju kepada sifat
abstrak, tidak nyata sedangkan pekembangan anak usia sekolah
dasar membutuhkan sesuatu yang nyata atau kongkrit dan memiliki
manfaat bagi peserta didik agar dapat diterima dan dipahami oleh peserta
didik, selanjutnya adalah siswa dalam hal ini sifatnya individu, tidak dapat
berkomunikasi secara luas hanya satu arah , peseta didik pun hanya
melakukan kegiatan yang diinstruksikan oleh guru tanpa memperhatikan
keinginan siswa, siswa terlihat pasif dan kaku dalam proses kegiatan
belajar mengajar, siswa menjadi takut terhadapa guru karena bila mereka
tidak melakukan hal yang telah diinstruksikan kemungkinan besar akan
diberikan sangsi dari pendidik, dalam pencapaian pengetahuan yang
optimal dan hasil dari belajar sifatnya final dan absolute karena hanya
bertujuan untuk mencari nilai.
Untuk itu perlu sebuah pendekatan yag mampu mengembangkan
potensi peserta didik, hingga peserta didik dapat berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran , tidak hanya guru yang berkuasa penuh dalam
kelas , namun siswa dipersiahkan untuk mengungkapkan dan member
pendapat tentang materi yang sedang diajarkan, pendekatan yang
menonjolkan keakifan siswa dalam melakukan sesuatu, akan memberikan
pengalaman belajar yang berharga dan bernuansa lain kepada siswa.
Pernah kita melakukan kegiatan bersama siswa yang seolah siswa
terbenam dan larut rasa keingin tahuan yang lebih jauh. Belajar untuk tahu
dan belajar untuk berbuat telah membuat siswa kita duduk dalam tempat
yang tepat, setidaknya mereka menjalani beajar untuk menambah
pengetahuan dan informasi ke otaknya, mereka melakukan praktik
dilanjutkan belajar menjadi. Masih ingat Andreas harefa yang
menuliskan,”diantara teori dan praktik terdaat jembatan yang justru amat
penting untuk memanusiakan diri seseorang, yakni ia harus belajar
menjadi”.
Sesungguhnya inilah inti dari seluruh pembelajaran apapun model
atau setarteginya dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi pembelajaran
kontekstual akan membicarakan bagaimana siswa menjadi sesorang yang
akrab dengan lingkungan dimana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya itu.

B. Rumusan masalah
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menkankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka( sanjaya,2005).
Pembelajaran kompetensi merupakan susatu sistem atau pendekatan
pembelajaran yang bersifat holistic ( menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen
yang saling terkait apabila dilaksanakannya masing-masing memberikan dampak
sesuai dengan perannya ( sukmadinata,2004)
Paparan pengertian pembelajaran kontekstual dapat diperjelas sebagai
berikut :
1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang
akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif,
artinya pembel ajaran dimulai dengan cara mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan
untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya
dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Memperaktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan
dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
Teori belajar yang mendasari pembelajaran kontekstual antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Kontruktivisme Berbasis Pengetahuan - Baik instruksi langsung maupun
kegiatan kontruktivis dapat sesuai dan efektif di dalam pencapaian tujuan
belajar siswa.
2. Pembelajaran Berbasis Usaha/ Teori Pertumbuhan Kecerdasan –
Peningkatan usaha seseorang untuk menghasilkan peningkatan
kemampuan. Teori berlawanan dengan gagasan bahwa kecerdasan
seseorang dapat di ubah.
3. Sosialisasi – Anak- anak mempelajari standar, nilai- nilai, dan
pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan
menerima tantangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat.
Belajar adalah suatu proses sosial, oleh karenanya factor sosial dan budaya
perlu diperhatikan selama perencanaan pengajaran.
4. Pembelajaran Situasi – pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik
tertentu dan konteks sosial.
5. Pembelajaran Distribusi – pengetahuan mungkin dipandang sebagai
pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain, dan berbagai benda
dan bukan semata- mata sebagai suatu kekayaan individual.
The Northwest regional Educational laboratory USA mengidentifikasi adanya
enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual seperti berikut ini:
1. Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi
sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi
pelajaran. Pembelajaran dirasakan tekait dengan kehidupan nyata atau
siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasa
berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang.
Prinsip ini sejalan dengan pembelajaran bermakna dari Ausubel.
2. Penerapan pengetahuan: adalah kemampuan siswa untuk memahami apa
yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di
masa sekarang atau masa depan.
3. Berpikir tingkat tinggi: siswa diwajibkan untuk memanfaatkan pola
berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu
isu dan pemecahan suatu masalah.
4. Kurikulum diajarkan berdasar standar: isi pembelajaran harus dikaitkan
dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta dunia nyata.
5. Responsif terhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai,
kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman pendidik dan masyarakat
temapat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok akan
mempengaruhi pembelajaran dan cara mengajar guru.
6. Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian akan
merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.

C. Manfaat
Manfaatnya yaitu guru dapat memberikan pendekatan dengan penekanan
dalam pembelajaran sehingga siswa dapat berfikir kritis,aktif,dan
membuat siswa mempunyai pengalaman baru mengenai pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN

a. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual


Dalam setiap pendekatan pendekatan dan pada tiap-tiap pendekatan
memiliki karakteristik tersendiri yang berhubungan dengan apa yang menjadi
fokus dan penekanan dalam pembelajaran,seperti: pendekatan pembelajaran fokus
pada siswa,kemampuan berfikir,aktifitas, pengalaman siswa, fokus pada guru,
berfokus pada masalah (personal,lingkungan,sosial), berfokus pada teknologi
(system instuksional,media,dan sumber belajar). Hal ini tercantum dalam
pembelajaran kontekstual yang dipandang sebagai individu yang berkembang.
Dalam pendekatan ini peran guru tidak lagi sebagai Instuktur atau
penguasa yang memaksakan kehendaknya, melainkan sebagai fasilitator
pembimbing siswa agar dapat belajar sesuai kemampuannya.
Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) ini menekankan aktifitas
siswa secara penuh,baik fisik ataupun mental. Dan memandang bahwa kegiatan
belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat, mencontoh latihan secara
berulang-ulang, namun terletak pada pengalaman yang nyata,seperti: seorang
siswa yang di ajak belajar di alam terbuka,contohnya seperti siswa yang diajak
belajar langsung untuk mengamati binatang ataupun tumbuhan. Dengan demikian
anak tersebut dapat mengkaji dan menganalisis apa yang ditemuinya.
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Elaine B. Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam pembelajaran
kontekstual, minimal ada 3 prinsip utama yang sering digunakan, yaitu :
i. Saling Ketergantungan ( Interdefence)
Prinsip saling ketergantungan (Interpedence) artinya dalam proses
pembelajaran itu saling berhubungan atau keterkaitan seperti penekanan
hubungan antara teori dengan praktik,konsep dengan penerapan dalam
kehidupan nyata,lingkungan sekolah dengan lingkungan masyarakat.
ii. Prinsip Diferensiasi(Differentiation)
Prinsip ini hampir sama dengan prinsip saling ketergantungan yang sama-
sama saling berhubungan dan bergantung, namun prinsip ini tidak hanya
menunjukan perubahan dan kemajuan yang tanpa batas,akan tetapi suatu
kesatuan yang saling berhubungan atau tergantung dalam keterpaduan
yang bersifat saling menguntungkan.
iii. Prinsip Pengorganisasian(Self Organization)
Setiap individu memiliki kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang berbeda
dengan yang lain atau dengan individu lain sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Dalam pembelajarannya seorang pendidik harus mampu
mendorong siswanya untuk merealisasikan potensinya seoptimal mungkin
dan pengembangan sikap dan moralnya yang sesuai dengan yang ada di
lingkungan masyarakat.
c. Asas-Asas dalam Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
menghubungkan antara materi yang diajarkan sesuai dengan situasi nyata siswa
dan motifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif:
1. Kontrukstivisme (constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Jean Piaget
(Sanjaya.2005) menganggap bahwa pengetahuan ini terbentuk bukan hanya oleh
objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang
menangkap setiap objek yang diamatinya.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan
mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori
konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
a. Menemukan (inquiri)
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
sendiri. Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran
Kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang
selalu merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.
Tindakan guru bukanlah untu mempersiapkan anak untuk mengapalkan
sejumlah nmateri akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar merupakan proses
mental seseorang yang tidaak terjadi secara mekanis, akan tetapi perkembangan di
arahkan kepada intelektual, mental emosional, dan kemampuan individu yang
utuh.
Dalam model intuiri dapat dilauan melalui beberapa langkah sistematis,
yaitu; Meluruskan masalah, mengajukan hipoteis,mengumpulkan data, menguji
hipotesis berdasarkan data yang diumpulkan, dan membuat kesimpulan
b. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berfikir. Dalam proses pembelajaran konstektual, guru tidak banyak
menyampaikan impormasi begitu saja, akan tetapi berusaha memncing agar siswa
menemukan sendiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru dapat membimbing
dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
siswa. Kegiatan bertanya bagi siswa yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya. Guru dapat menggunakan teknik
bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong
siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa belajar mengajukan
pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada, belajar bagaimana merumuskan
pertanyaan-pertanyaan, dan belajar bertanya tentang bukti, dan penjelasan-
penjelasan yang ada. Kegiatan bertanya akan sangat berguna
untuk;menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran, Membangkitkan motivasi siswa untuk
belajar, merangsangkeingintahuan siswa terhadap
sesuatu, memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan,
dan membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri

c. Masyarakat belajar (learning community)


Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari
berbagi antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu.
Sehingga menimbulkan komunikasi dua arah, saling memberikan informasi satu
dengan yang lain.
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun
dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka
saling membelajarkan, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang
lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk
menularkannya pada yang lain.

d. Pemodelan (modeling)
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam suatu pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru.
Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip
pembelajaran modeling merupakan proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja akan tetapi guru dapat
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Artinya dalam
pembelajaran Kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Asas modeling asas yang sangat
penting karena dalam pembelajaran dapat terhindar dari pembelajaran
teoris yang dapat mengundang verbalisme.

e. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari,
merenungkan lagi aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui proses
refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa
yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa
terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah
dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual,
setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari.
”Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri,
sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya”.

f. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment)


Tahap terakhir dari pembelajaran Kontekstual ialah melakukan
penilaian sebenarnya. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran
memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi
kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian
sebenarnya adalah penilaian yang dilakukan berkenaan dengan seluruh
aktivitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga
seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan.
Penilaian sebenarnya menilai pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa. Penilaian yang dilakukan tidak hanya dilakukan guru,
tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.

d. Model Pembelajaran Kontekstual


Siswa belajar mengatasi masalah yang dihadapi, berfikir sesuai taraf siswa
sekolah dasar. Saat memecahkan masalah siswa menemukan pemecahan masalah
yang terjadi melalui informasi yang terdapat beberapa aspek yang dapat dipelajari,
proses saat siswa berpikir dan bekerja untuk mengetahui masalah yang terjadi, dan
mengaplikasikannya antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan
masalah juga sikap fositif terhadap masalah yang dihadapi.
Tahapan model pembelajaran meliputi tahapan-tahapan yaitu :
1. Tahap invitasi, siswa didorong mengemukakan pengetahuan awal
tentang suatu konsep yang di bahas. Guru juga bisa memberikan
pertanyaan tentang suatu masalah tentang fenomena kehidupan sehari-hari
melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat yang
mereka miliki. Siswa juga diberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan,mengikuti sertakan pemahamannya tentang konsep
tersebut.

2. Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan


menemukan konsep melalui pengumpulan,pengorganisasian,
penginterprestasikan data dalam sebuah kegiatan yg telah dirancang guru .
Secara berkelompok siswa melalui kegiatan dan diskusi tentang masalah
yang dibahas. Tahap ini juga akan memenuhi rasa ke ingin tahuan siswa
tentang fenomena kehidupan di sekelilingnya

3. Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan dan


solusi yang didasari pada hasil observasi ditambah penguatan guru, maka
siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat
rangkuman dan ringkasan

4. Tahapan pengambilan tindakan , siswa dapat membuat keputusan,


menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbgai informasi dan
gagasan,mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara
individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan
masalah.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Inovasi pembelajaran kontekstual merupakan metode pembelajaran
yang sangat penting. Pembelajaran kontekstual memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis untuk memecahkan suatu
masalah. Belajar berfikir secara aktif mengembangkan pola pikir anak
supaya tanggap terhadap sekitar. Bagi guru pembelajaran kontekstual
suatu srategi yang tepat untuk diberikan kepada siswa.
B. Saran
Guru harus dapat memahami tindakan para peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga para peserta didik mampu berkembang,berfikir
kritis,dan aktif sehingga proses pembelajaran ini dapat tercapai.
Daftar Pustaka

Syafeudin sa’ud, udin.dan suherman, ayi.(2006).Inovasi Pendidikan.Bandung


: UPI Press
Syafeudin sa’ud, udin.(2011).Inovasi Pendidikan.Bandung:Alfabeta
[online]
Tersedia pada : http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-dan-
model-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai