INOVASI PENDIDIKAN
“INOVASI PENDIDIKAN BERBASIS KONTEKSTUAL”
Disusun Oleh
Mulpian (15010104046)
Semester V/PGMI B
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan kekuatan-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Penyusunan makalah ini merupakan proses yang panjang dan
melibatkan berbagai pihak, dan dosen pengajar yang telah memberikan
kesempatan dan pengarahan kepada saya dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Inovasi Pembelajaran Berbasis
Kontekstual” .Ruang lingkup materi ini sangat luas karena kemiskinan
merupakan masalah global.
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya
mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan kita. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan
kerjasama dari semua pihak yang telah mendukung guna keberhasilan
penulisan makalah ini.
DAFTAR ISI
A. latar belakang
Dalam proses kegiatan belajar mengajar harus diterapkannya
sebuah pendekatan yang mampu memahami dan membantu menemukan
bakat dan potensi yang dimiliki peserta didik, serta karakter yang ada
dalam peserta didik mampu digali dengan sebuah konsep pendekatan yang
menekankan keaktifan siswa.
Dalam kenyataanya pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar masih belum bisa menggali potensi-potensi yang dimiliki
siswa, karena pendidik masih beranggapan bahwa yang harus belajar
hanyalah siswa, sedangkan pendidik hanya memberikan materi yang harus
dimengerti siswa , dan sifatnya otoriter atau yang disebut dengan teacher
center, siswa dipaksa untuk mengerti materi yang diajarkan oleh pendidik
atau guru yang mengajar , itu semua membuat psikologis dan
perkembangan anak neuju kearah keterpaksaan dan tidak bisa berkembang
sesuai dengan keinginanannya karena selalu tertekan dengan kondisi yang
dibuat berdasarkan pendekatan yang kurang memperhatikan tumbuh
kembang potensi peserta didik.
Hakikat pembelajaran yang konvensional menuju kepada sifat
abstrak, tidak nyata sedangkan pekembangan anak usia sekolah
dasar membutuhkan sesuatu yang nyata atau kongkrit dan memiliki
manfaat bagi peserta didik agar dapat diterima dan dipahami oleh peserta
didik, selanjutnya adalah siswa dalam hal ini sifatnya individu, tidak dapat
berkomunikasi secara luas hanya satu arah , peseta didik pun hanya
melakukan kegiatan yang diinstruksikan oleh guru tanpa memperhatikan
keinginan siswa, siswa terlihat pasif dan kaku dalam proses kegiatan
belajar mengajar, siswa menjadi takut terhadapa guru karena bila mereka
tidak melakukan hal yang telah diinstruksikan kemungkinan besar akan
diberikan sangsi dari pendidik, dalam pencapaian pengetahuan yang
optimal dan hasil dari belajar sifatnya final dan absolute karena hanya
bertujuan untuk mencari nilai.
Untuk itu perlu sebuah pendekatan yag mampu mengembangkan
potensi peserta didik, hingga peserta didik dapat berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran , tidak hanya guru yang berkuasa penuh dalam
kelas , namun siswa dipersiahkan untuk mengungkapkan dan member
pendapat tentang materi yang sedang diajarkan, pendekatan yang
menonjolkan keakifan siswa dalam melakukan sesuatu, akan memberikan
pengalaman belajar yang berharga dan bernuansa lain kepada siswa.
Pernah kita melakukan kegiatan bersama siswa yang seolah siswa
terbenam dan larut rasa keingin tahuan yang lebih jauh. Belajar untuk tahu
dan belajar untuk berbuat telah membuat siswa kita duduk dalam tempat
yang tepat, setidaknya mereka menjalani beajar untuk menambah
pengetahuan dan informasi ke otaknya, mereka melakukan praktik
dilanjutkan belajar menjadi. Masih ingat Andreas harefa yang
menuliskan,”diantara teori dan praktik terdaat jembatan yang justru amat
penting untuk memanusiakan diri seseorang, yakni ia harus belajar
menjadi”.
Sesungguhnya inilah inti dari seluruh pembelajaran apapun model
atau setarteginya dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi pembelajaran
kontekstual akan membicarakan bagaimana siswa menjadi sesorang yang
akrab dengan lingkungan dimana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya itu.
B. Rumusan masalah
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menkankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka( sanjaya,2005).
Pembelajaran kompetensi merupakan susatu sistem atau pendekatan
pembelajaran yang bersifat holistic ( menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen
yang saling terkait apabila dilaksanakannya masing-masing memberikan dampak
sesuai dengan perannya ( sukmadinata,2004)
Paparan pengertian pembelajaran kontekstual dapat diperjelas sebagai
berikut :
1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang
akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif,
artinya pembel ajaran dimulai dengan cara mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan
untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya
dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Memperaktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan
dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
Teori belajar yang mendasari pembelajaran kontekstual antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Kontruktivisme Berbasis Pengetahuan - Baik instruksi langsung maupun
kegiatan kontruktivis dapat sesuai dan efektif di dalam pencapaian tujuan
belajar siswa.
2. Pembelajaran Berbasis Usaha/ Teori Pertumbuhan Kecerdasan –
Peningkatan usaha seseorang untuk menghasilkan peningkatan
kemampuan. Teori berlawanan dengan gagasan bahwa kecerdasan
seseorang dapat di ubah.
3. Sosialisasi – Anak- anak mempelajari standar, nilai- nilai, dan
pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan
menerima tantangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat.
Belajar adalah suatu proses sosial, oleh karenanya factor sosial dan budaya
perlu diperhatikan selama perencanaan pengajaran.
4. Pembelajaran Situasi – pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik
tertentu dan konteks sosial.
5. Pembelajaran Distribusi – pengetahuan mungkin dipandang sebagai
pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain, dan berbagai benda
dan bukan semata- mata sebagai suatu kekayaan individual.
The Northwest regional Educational laboratory USA mengidentifikasi adanya
enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual seperti berikut ini:
1. Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi
sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi
pelajaran. Pembelajaran dirasakan tekait dengan kehidupan nyata atau
siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasa
berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang.
Prinsip ini sejalan dengan pembelajaran bermakna dari Ausubel.
2. Penerapan pengetahuan: adalah kemampuan siswa untuk memahami apa
yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di
masa sekarang atau masa depan.
3. Berpikir tingkat tinggi: siswa diwajibkan untuk memanfaatkan pola
berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu
isu dan pemecahan suatu masalah.
4. Kurikulum diajarkan berdasar standar: isi pembelajaran harus dikaitkan
dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta dunia nyata.
5. Responsif terhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai,
kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman pendidik dan masyarakat
temapat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok akan
mempengaruhi pembelajaran dan cara mengajar guru.
6. Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian akan
merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.
C. Manfaat
Manfaatnya yaitu guru dapat memberikan pendekatan dengan penekanan
dalam pembelajaran sehingga siswa dapat berfikir kritis,aktif,dan
membuat siswa mempunyai pengalaman baru mengenai pembelajaran.
BAB II PEMBAHASAN
d. Pemodelan (modeling)
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam suatu pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru.
Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip
pembelajaran modeling merupakan proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja akan tetapi guru dapat
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Artinya dalam
pembelajaran Kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Asas modeling asas yang sangat
penting karena dalam pembelajaran dapat terhindar dari pembelajaran
teoris yang dapat mengundang verbalisme.
e. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari,
merenungkan lagi aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui proses
refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa
yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa
terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah
dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual,
setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari.
”Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri,
sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya”.