Anda di halaman 1dari 25

PERBANDINGAN SISTEM POLITIK PEMERINTAHAN

PADA ERA ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN

REFORMASI

MAKALAH
Disusun guna memenuhi UTS SMT 3 Mata Kuliah Perbandingan Sistem Politik

Dosen Pengampu : Dr. H. Bambang Wahyudi, M.Si.

Disusun Oleh :

Jenul Mutakin

175710075

STKIP ARRAHMANIYAH
PROGRAM MAGISTER PPKn KAMPUS 2 BOGOR

2019

I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Perbandingan Sistem Politik
Pemerintahan Pada Era Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi. Dan
juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. H. Bambang Wahyudi, M.Si.
selaku dosen matakuliah Perbandingan Sistem Politik yang telah
membimbing kami menyelesaikan tugas ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bela negara.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
sumbangsih kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna
bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah diwaktu yang akan datang.

Bogor, 2019

Penyusun

II
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. I


Kata Pengantar ............................................................................................... II
Daftar Isi ........................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perjalanan Sistem Politik di Indonesia ........................................

2.1.1. Sistem Politik Era Orde Lama ...........................................

2.1.2. Sistem Politik Era Orde Baru ...........................................

2.1.3. Sistem Politik Era Reformasi.............................................

2.2. Perbandingan Sistem Politik Pemerintahan Pada Era Orde


Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi.........................................

2.2.1. Sistem Politik Era Orde Lama ...........................................

2.2.2. Sistem Politik Era Orde Baru ...........................................

2.2.3. Sistem Politik Era Reformasi.............................................

BAB III SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

III
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Politik dari bahasa Yunani: “politicos”, yang berarti dari, untuk,
atau yang berkaitan dengan warga Negara. dari bahasa Inggris
politic : bijaksana, beradab, berakal, yg dipikirkan, polite: sopan,
halus, beradab, sopan santun, terpilih, yg halus budi bahasanya.
Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara. Pengertian
ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik tidak bisa dilepaskan dari sebuah Negara. politik dapat
berdampak positif dan berdampak negative. Maka daripada itu
pentingnya kita mengetahui sejarah dari pada politik itu sendiri.
Sejarah politik di era orde lama, era orde baru dan era reformasi.
Orde berasal dari kata Latin “ordo” : deretan, susunan, atau
kelas, kemudian berarti aturan, serta ketertiban. Pengertian asasi
orde dapat dirumuskan demikian : adanya banyak unsur;
bagian/anggota, yang diatur menurut suatu prinsip/hukum/ide
tertentu. Prinsip itu yang menentukan tempat dan fungsi setiap unsur
dalam hubungannya dengan unsur-unsur lain, sehingga timbul suatu
kesatuan yang tersusun baik, misalnya bagian-bagian rumah,
tersusun menurut ide si arsitek, atau suatu organisme yang tersusun
menurut prinsip hidup yaitu jiwanya. Dengan kita mengetahui sejarah
politik di Indonesia, kita dapat menilai atau membandingkan politik di
masa dahulu dengan masa sekarang.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah dan topik pembahasan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
2

1. Bagaimana perjalanan sistem politik di Indonesia ?


2. Bagaimana perbandingan sistem politik pemerintahan masa
orde lama, orde baru, dan masa reformasi ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui perjalanan sistem politik di Indonesia.
2. Mengetahui perbandingan sistem politik pemerintahan masa
orde lama, orde baru, dan masa reformasi.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perjalanan Sistem Politik di Indonesia


2.2.1. Sistem Politik Orde Lama
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai masa terjadinya
G30 S PKI. Orde Lama adalah istilah yang diciptakan oleh Orde
Baru. Bung Karno sangat keberatan masa kepemimpinannya
dinamai Orde Lama. Bung Karno lebih suka dengan nama Orde
Revolusi. Tapi Bung Karno tak berkutik karena menjadi tahanan
rumah (oleh pemerintahan militer Orde Baru) di Wisma Yaso
(sekarang jadi Museum TNI Satria Mandala Jl. Gatot Subroto
Jakarta).
Tokoh dari sistem pemerintahan orde lama yang dimiliki
Indonesia ialah siapa lagi kalau bukan Bung Karno. Dengan segenap
pemikiran, kepintaran, dan kecakapannya, Bung Karno perlahan
mulai "membangun badan" negara ini.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968.
Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan
sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno digulingkan
saat Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat
ada di Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat
pada pemimpinnya saja. Negara berada dalam suasana transisional
dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat
merdeka. Kondisi sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya dan
keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan hampir
bangkrut. Indonesia di masa Orde Lama (Soekarno, 1945 – 1966)
lebih banyak konflik politiknya daripada agenda ekonominya yaitu
konflik kepentingan antara kaum borjuis, militer, PKI, parpol
4

keagamaan dan kelompok – kelompok nasionalis lainnya. Kondisi


ekonomi saat itu sangat parah dengan ditandai tingginya inflasi yaitu
mencapai 732% antara tahun 1964 – 1965 dan masih mencapai
697% antara tahun 1965 – 1966.
Keadaan ekonomi keuangan pada masa orde lama amat
buruk, antara lain disebabkan oleh :
1. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih
dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu,
untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata
uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang
pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946,
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East
Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA
di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober
1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu
ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang
Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang
yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November
1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
3. Kas negara kosong.
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
5. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan ekonomi, antara lain :
6. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri
keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP,
dilakukan pada bulan Juli 1946.
7. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India,
mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan
menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke
Singapura dan Malaysia.
5

8. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk


memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah
produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta
status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
9. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19
Januari 1947, Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang
(Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke
bidang-bidang produktif.
10. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada
pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis.
Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan
membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian
merupakan sumber kekayaan).
Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi
identitas, kebanggaan nasional dan mempersatukan bangsa
Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan
peluang bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa pada Orde
Lama yang mengaburkan identitas nasional kita adalah;
Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin,
Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan
PKI 1965.
Pada Orde Lama terjadi banyak pergantian kabinet
diakibatkan situasi politik yang tidak stabil. Tercatat ada 7 kabinet
pada masa Orde Lama, yaitu :
1. 1950-1951 - Kabinet Natsir
2. 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
3. 1952-1953 - Kabinet Wilopo
4. 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
5. 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
6. 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
6

7. 1957-1959 - Kabinet Djuanda


Era 1950 - 1959 adalah era dimana presiden Soekarno
memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia 1950, dimana periode ini berlangsung
dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.
Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada
saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan suatu
Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara
bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan
Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara
Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950. Sejak 17 Agustus 1950,
Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem
kabinet parlementer.
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan
paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh
tajamnya konflik ideologi. Masa orde lama adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.
Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-
beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode implementasi
Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-
1959, dan periode 1959-1966.
2.2.2. Sistem Politik Orde Baru
Jatuhnya Soekarno merupakan peristiwa politik cukup
menarik dan sangat bersejarah. Disintegrasi dan instabilisasi
nasional sejak periode Orde Lama yang berpuncak pada
pemberontakan PKI 30 September 1945 sampai lahirlah
Supersemar(Surat Peritah Sebelas Maret).
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966
Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi
yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga
7

keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi


dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang
duduk di parlemen.
Supersemar adalah titik balik lahirnya tonggak pemerintahan
era Orde Baru yang merupakan koreksi total terhadap budaya dan
sistem politik Orde Lama.Orde baru berkehendak ingin
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah
menyimpang dari Pancasila.
Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke
empat tahun 1967 (ditolaknya Pidato Nawaksara yang disampaikan
oleh Presiden Soekarno), Presiden Soekarno diberhentikan dari
jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun
yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden
Republik Indonesia.
Dalam laman http://tempo.co.id/ang/min/02/05/utama7.htm -
berjudul saat-saat Jatuhnya Presiden Soekarno Perjalanan Terakhir
Bung Besar – terdapat kronologis kejatuhan Soekarno yang dikutip
dari berbagai sumber, dan sebagian besar, dikutip dari buku "Proses
Pelaksanaan Keputusan MPRS No.5/MPRS/ 1996 Tentang
Tanggapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Republik
Indonesia Terhadap Pidato Presiden/Mandataris MPRS di Depan
Sidang Umum Ke-IV MPRS Pada Tanggal 22 Djuni 1966 Yang
Berdjudul Nawaksara,"
Di balik kesuksesan pembangunan di depan, Orde Baru
menyimpan beberapa kelemahan.
3.
4. Selama masa pemerintahan Soeharto, praktik korupsi, kolusi,
nepotisme (KKN) tumbuh subur.
5. Pembangunan Indonesia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
sehingga menyebabkan ketidakadilan dan kesenjangan sosial.
8

Bahkan, antara pusat dan daerah terjadi kesenjangan pembangunan


karena sebagian besar kekayaan daerah disedot ke pusat.
6.
7. Akhirnya, muncul rasa tidak puas di berbagai daerah, seperti di Aceh
dan Papua. Di luar Jawa terjadi kecemburuan sosial antara penduduk
lokal dengan pendatang (transmigran) yang memperoleh tunjangan
pemerintah. Penghasilan yang tidak merata semakin memperparah
kesenjangan sosial.
8.
9. Pemerintah mengedepankan pendekatan keamanan dalam bidang
sosial dan politik. Pemerintah melarang kritik dan demonstrasi. Oposisi
diharamkan rezim Orde Baru. Kebebasan pers dibatasi dan diwarnai
pemberedelan Koran maupun majalah. Untuk menjaga keamanan atau
mengatasi kelompok separatis, pemerintah memakai kekerasan
bersenjata. Misalnya, program “Penembakan Misterius” (Petrus) atau
Daerah Operasi Militer (DOM). Kelemahan tersebut mencapai puncak
pada tahun 1997-1998.
10.
11. Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997.
12. Krisis moneter dan keuangan yang semula terjadi di Thailand pada
bulan Juli 1997 merembet ke Indonesia. Hal ini diperburuk dengan
kemarau terburuk dalam lima puluh tahun terakhir.
13.
14. Dari beberapa negara Asia, Indonesia mengalami krisis paling parah.
Solusi yang disarankan IMF justru memperparah krisis. IMF
memerintahkan penutupan enam belas bank swasta nasional pada 1
November 1997.
15.
16. Hal ini memicu kebangkrutan bank dan negara.
17. Krisis ekonomi mengakibatkan rakyat menderita. Pengangguran
melimpah dan harga kebutuhan pokok melambung. Pemutusan
hubungan kerja (PHK) terjadi di berbagai daerah.
18.
19. Daya beli masyarakat menurun. Bahkan, hingga bulan Januari 1998
rupiah menembus angka Rp 17.000,00 per dolar AS. Masyarakat
menukarkan rupiah dengan dolar. Pemerintah mengeluarkan “Gerakan
Cinta Rupiah”, tetapi tidak mampu memperbaiki keadaan. Krisis
moneter tersebut telah berkembang menjadi krisis multidimensi.
20.
21. Krisis ini ditandai adanya keterpurukan di segala bidang kehidupan
bangsa. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin
menurun. Pemerintah kurang peka dalam menyelesaikan krisis dan
9

kesulitan hidup rakyat. Kabinet Pembangunan VII yang disusun


Soeharto ternyata sebagian besar diisi oleh kroni dan tidak
berdasarkan keahliannya. Kondisi itulah yang melatarbelakangi
munculnya gerakan reformasi.
22.
23. Gerakan reformasi
24.
25. Gerakan reformasi dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis multidimensi
yang dihadapi bangsa Indonesia. Semula gerakan ini hanya berupa
demonstrasi di kampus-kampus di berbagai daerah. Akan tetapi, para
mahasiswa harus turun ke jalan karena aspirasi mereka tidak
mendapatkan jalan keluar.
26.
27. Gerakan reformasi tahun 1998 mempunyai enam agenda antara
lain (1) suksesi kepemimpinan nasional, (2) amandemen UUD
1945, (3) pemberantasan KKN,(4) penghapusan dwifungsi
ABRI, (5) penegakan supremasi hukum, dan (6)pelaksanaan otonomi
daerah.
28. Agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari
jabatan presiden.
29.
30. Puncak kekesalan demonstran ketika terjadi Tragedi Trisakti tanggal
12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan besar-besaran Mei
1998 (Kerusuhan Mei 1998) sehari setelah kejadian tersebut.
31. Beberapa hari mereka menduduki gedung Parlemen kala itu. Ketika
didalam gedung terjadi rapat pleno Anggota Dewan.
32. Akhir dari itu tanggal 21 Mei 1998 Suharto secara resmi
mengundurkan diri sebagai presiden Republik Indonesia kemudian
digantikan oleh wakilnya BJ.Habibie.
33. Setelah Habibie terpilih menjadi presiden menggantikan Suharto.
Habibie membentuk kabinet baru yang bernama "Kabinet Reformasi".
34. Seperti dilansir dari wikipedia, Tanggal 10 November 1998 dibentukan
himpunan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Senat
Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ), ITB Bandung, Universitas Siliwangi
serta empat tokoh reformasi yaitu Abrurrahman Wahid (Gus Dur),
Amien Rais, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Megawati Sukarno
Putri. Mereka mengadakan dialog nasional di kediaman Gusdur,
Ciganjur, Jakarta Selatan, dan menghasilkan 8 Butir Kesepakatan,
yaitu :
35. Mengupayakan terciptanya persatuan dan kesatuan nasional.
36. Menegakkan kembali kedaulatan rakyat.
10

37. Melaksanakan desentralisasi pemerintahan sesuai dengan otonomi


daerah.
38. Melaksanakan pemilu yang luber dan jurdil guna mengakhiri masa
pemerintahan transisi.
39. Penghapusan Dwifungsi ABRI secara bertahap
40. Mengusut pelaku KKN dengan diawali pengusutan KKN yang
dilakukan oleh Soeharto dan kroninya.
41. Mendesak seluruh anggota Pam Swakarsa untuk membubarkan diri.
42. Pidato pengunduran diri Soeharto
43. http://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Soeharto
44. Kejatuhan Suharto adalah peristiwa mundurnya Suharto dari jabatan
Presiden Indonesia. Suharto mundur pada Mei 1998 setelah runtuhnya
dukungan untuk dirinya.
45. “Demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta
kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan
rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan
Kabinet Pembangunan VII. Namun, kenyataan hingga hari ini
menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena
tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana
pembentukan komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan
reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa
dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka
perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak
diperlukan lagi. Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya
berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas
pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu,
dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara
sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan
pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk
menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung
sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei
1998.” (Pidato pengunduran diri)
46. Kejatuhan Suharto juga menandai akhir masa Orde Baru, suatu rezim
yang berkuasa sejak tahun 1968. Soeharto telah menjadi presiden
Indonesia selama 32 tahun.
47. BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa
kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman
Wahid pada tahun 1999(melalui pemilu).
48. Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam
masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto membangun
negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan
11

infrastruktur.[3][4][5][6] Suharto juga membatasi kebebasan


warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur,
dan dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa dengan
jumlah $AS 15 miliar sampai $AS 35 miliar.[7] Usaha untuk mengadili
Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah
menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ
multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008.

2.2. Pendidikan Politik Pada Masa Orde Baru


Pendidikan politik yang baru dimulai pada masa Orde Baru
mengambil langkah dan tindakan yang sifatnya reaktif dan korektif
terhadap segala bentuk kesalahan dan penyimpangan yang telah
dilakukan pada masa lalu. Perwujudan dari usaha tersebut adalah
pembubaran organisasi golongan politik komunis (PKI), larangan
penyebaranbajarannya dalam bentuk apapun, penyiapan sarana
demokrasi melalui pemilu, penyusunan rencana pembangunnan
secara berkala dan penyederhanaan organisasi dan politik melalui
peleburan partai politik yang ada.
Usaha yang sangat penting sebagai salah satu rangkaian
penataan pendidikan politik adalah penyelenggaraan pendidikan
politik melalui penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamala
Pancasila (P-4) guna meningkatkan kesadaran politik bangsa
Indonesia dan membentuk pribadi aktif, positif, dan kreatif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Rupanya tidak salah apa yang
dilakukan rezim Soeharto dalam membentuk pribadi warga negara
berdasarkan p4, apalagi pangkal tolak ukur dari P4 adalah
pengendalian diri. P4 dikenal juga dengan Eka Prasetya Panca
Karsa, satu janji untuk melaksanakan lima kehendak yaitu Pancasila,
diperkuat pula oleh kebijakanpemerintah Orde baru, seperti
menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
12

partai politik dan organisasi kemsyarakatan serta pelaksanaan


pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Bagi rezim orde baru, pendidikan politik merupakan sarana
pembangunan politik bangsa. Manusia Indonesia dijaddikan subjek
politik guna menunjang kemajuan, kestabilan, dan dinamika
pertumbuhan bangsa. Pendidikan politik dalam arti etis, yaitu
menanamkan nilai Pancasila dan UUD 1945 ke dalam jiwa dan
mental setiap manusia Indonesia, yang mnyentuh hati nurani,
kemudian menumbuhkan semangat dan tekad yang terwujud dalam
sikap, tingkah laku, perbuatan, ungkapan, karya dan perjuangan
politik kebangsaan dan kenegaraan. Dalam hal ini, pemasyarakatan
nilai-nilai politik semakin teratur dan terarah secarah terpadu dan
efektif, dan diselenggarakan secara sadar dan berencana.
Pendidikan politik yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru
pada hakikatnya untuk membentuk manusia Pancasila yang
mempunyai sifat religius, utuh dalam kehidupan dunianya dan
memiliki persiapan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat dan
senantiasa berada dalam keluwesan, keselarasan dan
keseimbangan. Dengan demikian, lengkaplah manusia Indonesia
sebagai manusia Pancasila, yang benar-benar melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945. Dengan pendidikan politik demikian,
bangsa Indonesia disadarkan bahwa cita-cita masyarakat adil dan
makmur hanya dapat dicapai oleh seluruh komponen bangsa
Indonesia yang berfalsafah Pancasila.

2.3. Pendidikan Politik Pada Masa Era Reformasi


Indonesia telah mengalami pergantian kepemimpinan presiden
beberapa kalipada masa reformasi setelah lengsernya Soeharto.
Pada kepemimpinan Megawati ditetapkannya Undang-Undang
pemilihan umum, dimulainya pemilihan seccara langsung yakni
pemilu langsung pertama yakni dalam sejarah perjalanan bangsa
Indonesia. Kedaulatan rakyat yang dulunya hilaang karena diambil
13

paksa oleh negra telah kembali. Pemilu 2004 merupakan bukti


kembalinya kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat inilah yaang
menganatarkan Susila Bambang Yudhoyono menjadi Presiden RI
ke-6 setelah mengalahkan Megawati dalam pemilihan presiden yang
berlangsung secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Pemilu 2004 benar-benar berlangsung secara demokratis hampir
tidak ada kekerasan politik yang berarti.
Pemilu 2004 memberikan pelajaran berharga kepada rakyat
mengenai pendidikan politik ebenarmnmya. Imana rakyat sadar akan
hak-hak politiknya srta berpartisispasi politik secara langsung
dengan memeberikian suara kepada calon yang dikehendakinya.
Kemenangan SBY sebagaimana sering dikumandangan oleh para
aktivis partai demokrat merupakan kemenangan raktyat.
Seiring dengan proses pemilihan presiden secara langsung, di
berbagai daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota juga dilaksanakan
pemilihan secara langsung sesuai amanat Undang-Undang No. 32
Tahun 2004. Pemilihan langsung di pusat maupun di daerah
memberikan kedaulatan yang sesungguhnya kepada rakyat, dan
sekaligus mengurangi hak parlemen dalam hal memilih presiden,
gubernur, bupati dan walikota. Rakyat yang pada masa orde baru
dibungkam hak-hak politiknya, kalupun ada adalah partisipasi politik
yang dimobilisasi oleh pemerintah, mulai merasakan euforia politik
pada masa reformasi.
Partai-partai politikpun berlomba-lomba mencari simpati rakyat
dengan menyelenggarakan aktivitas yang memikat rakyat. Partai-
partai politik lebih pragmatis dalam menjalankan tugasnya,tidak
halnya pada masa orde baru dulu. Partai lebih banyak menyimbangi
rakyat turun kr bawah untuk menyerap aspirasi rakyat. Debat antar
calon presiden hingga walikota yang diselenggarakan oleh stasiun
televisi menguatkan pendidikan politik rakyat. Rakyat kecilpun tidak
harus yang berpendidikan, melalui layar televisi dapat mengetahui
track record calon. Mereka jadi terdidikik secara langsung dan
14

memperoleh informasi yang memadai mengenai diri calon.ini yang


tidak terlihat pada masa orde baru. Namun realitanya mereka yang
tidak memilih atau golput juga banyak, bahkan jumlahnya melebihi
pada masa orde baru.
Tidak seperti halnya masa orde lama yang menggunakan tujuh
bahan indoktrinasi atau TUBAPIN dan orde baru yang memakai P4
sebagai materi pendidikan politik, pemerintah era reformasi mulai
dari Gus Dur hingga SBY tidak jelas materi pendidikan politik apa
yang diberikian kepada warga negara Indonesia. Ketidakjelasan
tersebut menyebabkan pembinaan generasi muda Indonesia tidak
memiliki arah yang jelas. Memang masih ada Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dan mata kuliah Pancasila dan
Pendidikan Kewwarganegaraan di perguruan tinggi, tapi pemerintah
tampaknya tidak terlalu serius tidak terlalu memikirkan pendidikan
politik bagi generasi muda. Pancasila yang pada masa orde lama
dan orde baru diajarkan sebagai bahan utama untuk membentuk
karakter bangsa, pada masa reformasi justru dilebur menjadi satu
dengan mata kuliah Peendidikan Kewarganegaraan. Pada awal
reformasi, pemerintah tampaknya tidak peduli dengan persoalan
ideologi negara. Mereka lebih sibuk dengan jargon-jargon ekonomi,
apalagi orde baru telah meninggalkan warisan krisis ekonomi yang
pemulihannya memerlukan waktu tidak kurang 10 tahun.Setelah
didera krisis sosial dan politik sebagai lanjutan dari krisis ekonomi,
pemerintah baru menyadari betapa pentingnya membangun karakter
bangsa demi mewujudkan Indonesia unggul. Pemerintah SBY jilid 2
telah merancang pendidikan karakter secara sistematis dalam
rencana strategis pendidikan karakter tahun 2010-2025. Pada level
sekolah menengah telah disusun panduan pendidikan budaya dan
karakter bangsa, dimana nilai-nilai karakter seperti disiplin, jujur,
tanggungjawab, mandiri, dan lainya diintegrasikan kedalam mata
pelajaran. Pada perguruan tinggi, telah dikembangkan pendidikan
karakter melalui mata kuliah terkait dan pemberian fasilitas kepada
15

perguruan tinggi untuk mengembangkan model pendidikan karakter


sesuai dengan ciri-ciri dari pergguruan tinggi. Meski terlambat, iktikad
baik pemerintah melaksanakan pendidikan karakter merupakan
bagian penting dari pendidikan politik, yakni membangun kepribadian
politik warga negara agar sadar akan hak dan kewajibannya demi
terwujudnya negara Indonesia yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

2.4. Pendidikan Politik yang Ideal Pada Era Reformasi


Sekarang ini pemerintah pusat maupun daerah sangat gencar
melakukan sosialisasi politik yang berguuna untuk menekan angka
GolPut. Hal ini dikarenakan masih besarnya angka golput di
Indonesia yang mencapai 29,8 % di tahun 2014. Dalam negara
demokrasi, peran masyarakat dalam memberikan tuntutan dan
dukungan sangat diperlukan demi kelancaran sebuah kebijakan yang
akan direalisasikan.

Banyak masyarakat yang mengaggap bahwa GolPut adalah


pilihan, namun itu adalah persepsi yang keliru. Apalagi yang
menganggap semua calon sama saja, itu merupakan hal yang salah.
Saat ini sudah banyak pemimpin yang mampu mengelola daerahnya
dengan baik. Bahkan dengan kita memilih calon eksekutif maupun
legislatif yang mumpuni, akan selalu muncul ide-ide kreatif dari
setiap mereka untuk membangun daerah maupun negaranya.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, elit maupun


masyarakat harus saling bekerja sama agar negara semakin kokoh
dan mudah menggapai visi yang sudah ditetapkan. Sehingga tidak
ada kata apatis di negara demokrasi. Elit politik yang sudah banyak
menggauli dunia perpolitikan harus selalu aktif memberi pemahaman
kepada masyarakat.

Kaum millenial sangat rentan dengan angka GolPut. Sikap


mereka yang sudah merasa kecewa dengan pemimpin-pemimpinnya
16

membuat mereka enggan mengikuti proses pemilihan. Bahkan


banyak yang dari mereka yang hanya antusias mengkritik
pemerintah melalui media sosial. Bahkan banyak dari Mereka
memanfaatkan media sosial hanya untuk menghina calon tanpa
memberikan sumbangan ide yang baik untuk negeri ini.

Salah satu upaya pemerintah dalam penekanan angka GolPut


dengan menjalankan program Pendidikan Politik. Dengan adanya
Pendidikan Politik, kaum millenial akan mempunyai pengetahuan
politik yang akan membangkitkan partisipasi politik pada tingkat
tertentu. Mereka juga secara tidak langsung akan bisa
mempengaruhi temannya untuk turut serta dalam berdemokrasi.

Pentingnya pendidikan politik bagi kalangan millenial berguna


untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terutama kaum millenial.
Dalam hal ini, Mereka bukan turut aktif dalam pemilu, namun mampu
memberikan tuntutan dan dukungan kepada pemerintah demi
lahirnya kebijakan yang tepat sasaran. Bukan hanya itu saja, dengan
adanya pelaksanaan pendidikan politik untuk millenial akan paham
antara hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Sejalan dengan yang diutarakan oleh Alfian yang menyatakan


bahwa pendidikan politik diartikan sebagai usaha yang sadar dan
terencana untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat
sehingga mereka memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu sistem politik ideal yang hendak mereka
bangun.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 tahun


2010 tentang Pedoman Fasilitasi Penyelenggaraan Pendidikan
Politik Pasal 3 tentang Sasaran fasilitasi penyelenggaraan
pendidikan politik untuk:

1. meningkatnya kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
17

2. meningkatnya kemandirian, kedewasaan, dan pencapaian


prestasi dalam penyelenggaraan kehidupan politik dan
kenegaraan.
3. berkembangnya karakter bangsa yang selaras dengan budaya
dan sejarah bangsa.
Selain itu juga dengan adanya pendidikan politik yang masif
dari pemerintah daerah maupun pusat, mampu menekan prilaku
politik yang menyimpang dari generasi millenial. Ruslan memaknai
pendidikan politik sebagai upaya-upaya yang dicurahkan oleh
lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang
berusaha membentuk dan menumbuhkan kepribadian politik yang
sejalan dengan kultur politik orang-orang yang bergerak di lembaga-
lembaga tersebut pada setiap warga negara, membentuk dan
menumbuhkan kesadaran politik dengan segala tingkatannya, yang
warga negara menjadi sadar dan mampu memperoleh sendiri
kesadarannya, membentuk dan menumbuhkan kemampuan
partisipasi politik secara aktif, dalam ikut memecahkan persoalan-
persoalan umum masyarakatnya dengan segala bentuk partisipasi
yang memungkinkan dan yang mengantarkan kepada perubahan
menuju yang lebih baik.
Pendidikan politik sangat ampuh untuk kaum millenial dalam
memberikan pengertian supaya mereka memahami nilai-nilai dan
paham akan fenomena perpolitikan di negeri ini. Selain berguna
penekanan angka GolPut, pendidikan politik mampu membentuk
karakter generasi muda yang utuh, berketerampilan, serta sadar
akan perannya sebagai warga negara.
Brownhill menyatakan bahwa proses pencapaian tujuan
pendidikan politik tersebut tidak dapat dilihat secara langsung,
namun memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini disebabkan
karena pendidikan politik berhubungan dengan aspek sikap dan
perilaku seseorang. Oleh karena itu gerakan pendidikan politik yang
18

dijalankan oleh pemerintah harus masif dengan cara diprogramkan


setiap tahunnya.
Di tahun 2019, suara millenial sangat menentukan masa depan
negara, karena akan diselenggarakan Pemilu serentak. Satu suara
tentunya sangat berharga dalam penentuan kursi dipemerintahan.
Ditahun ini semua calon eksekutif dan legislatif berlomba-lomba
untuk mencari perhatian masyarakat terutama kaum millenial demi
meraup suara terbanyak.
Saat ini, banyak fenomena-fenomena yang dialami oleh kaum
millenial. Mereka lebih suka hidup yang hedonis ketimbang ikut
campur dengan urusan pemerintah. Mereka juga banyak yang muak
dengan perdebatan-perdebatan yyang ada di televisi yang dinilai
kurang memberikan pembelajaran bagi mereka. Mereka juga lebih
suka menghabiskan waktu untuk berkumpul, belanja maupun liburan
ketika akhir minggu.
Industri dunia hiburan menjadikan kaum Millenial terlena
dengan permasalahan di negeri ini, banyak yang dari mereka
menghabiskan waktu dan uangnya untuk berburu surga dunia
ketimbang membeli buku dan berdiskusi untuk memecahkan sebuah
permasalahan. Banyak pihak swasta memberikan fasilitas hiburan
dengan harga yang terjangkau untuk dinikmati sepuasnya. Hal ini
dilakukan untuk menghipnotis kaum millenial agar tidak memikirkan
fenomena-fenomena yang terjadi dinegara ini.
Untuk mencegah terlenanya kaum millenial dalam dunia yang
hedonis. Pemerintah harus mampu memanfaat lembaga yang ada
untuk menjalankan program pendidikan politik. Jika fenomena ini
terus dibiarkan kaum millenial akan menjadi apatis dan tidak peduli
dengan nasib bangsa.
19

BAB III
SIMPULAN

Dari uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut.


Sejak proklamasi hingga saat ini, Indonesia tidak pernah berhenti
berbenah. Sebagai negara yang menganut demokrasi Pancasila,
pendidikan politik seyogyanya selalu disosialisasikan kepada seluruh
masyarakat Indonesia supaya mereka memiliki literasi politik dan
memahami hak, peran, serta kewajibannya sebagai warga negara
Indonesia.

Belum optimalnya peran dari instrumen-instrumen pendidikan politik


di Indonesia, menjadi “pekerjaan rumah” yang harus segera dituntaskan.
Pendidikan politik yang diintegrasikan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan di masa depan harus mampu memenuhi fungsinya
untuk mencerdaskan warga negara Indonesia dan menyiapkan generasi
muda untuk berperan secara aktif dalam dinamika perpolitikan nasional.
Partaipolitik idealnya bukan hanya bekerja pada masa Pemilu (pemilihan
umum), akan tetapi, harus berperan aktif, sepanjang tahun dalam
melakukan pendidikan politik bagi masyarakat. Pers juga perlu kembali
kepada jalur yang benar. UU Pokok Pers tahun 1999 telah melindungi
pers Indonesia dari tekanan pemerintah, namun regulasi ini gagal
menangkal tekanan lain yang tidak kalah berbahayanya, yaitu tekanan
pasar. Era kebebasan pers terkadang disalahgunakan oleh beberapa
pihak, yang menjadikan pers sebagai sarana untuk mengeruk keuntungan
sebanyak-banyaknya. Sebagai lembaga independen, LSM saat ini juga
banyak mendapatkan kritik karena fungsinya yang tidak lagi membela
kepentingan masyarakat kecil. Kini banyak bermunculan LSM bayaran
yang dibentuk untuk mendukung rezim tertentu dan tidak lagi menjadi
instrumen dalam pendidikan politik rakyat.

Sebagaimana sebuah ungkapan yang dipopulerkan oleh Roger


Lovel: we live in a world where the only certainty is change. Kita hidup
20

dalam dunia yang selalu berubah. Perubahan itu kadangkala memang


membuat kita harus menerima konsekuensi yang pahit. Namun
perubahan itu sifatnya mutlak dan tidak bisa kita tolak. Justru dari
kesalahan-kesalahan di masa lalu, kita bisa belajar untuk menjadi
individu yang lebih baik. Demikian juga yang terjadi jika kita melihat
dinamiika perpolitikan di Indonesia. Kita pernah mengalami saat-saat
kelabu dimana instrumen-instrumen politik mandeg dan kehilangan
fungsinya sebagai sarana pendidikan politik. Kini kita telah jauh lebih
baik.

Memang benar adanya bahwa instrumen-instrumen dalam


pendidikan politik belum bekerja secara optimal dan masih terjadi
ketimpangan antara das sein dan das solen. Namun sebagai warga
negara yang tidak pernah berhenti belajar dari kesalahan, kita harus
tetap memiliki tekad dan keyakinan bahwa jalan panjang pendidikan politik
Indonesia akan menuju ke arah yang lebih baik.

Pendidikan politik politik dinegara demokrasi sangat diperlukan guna


menekan angka Golput dan meningkatkan partisipasi warga negara
Indonesia. Pendidikan politik bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik itu
melai keluarga, Institusi Pendidikan, Partai Politik maupun media massa.
Pemerintah harus bisa memanfaatkan lembaga tersebut seccara
maksimal.

Kaum Millenial sangat diperhitungkan didunia perpolitikan. Mereka


sangat rentan untuk dikendalikan oleh elit politik yang tidak bertanggung
jawab. Kaum Millenial juga sangat mudah menelan informasi Hoax yang
sengaja diciptakan oleh oknum tertentu. Hal ini disebapkan kaum Millenial
masih minim pengalaman dan pengetahuan dibidang perpolitikan
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus sering-sering memberi
pemahaman melalui pendidikan politik yang saat ini masih efektif untuk
dijalankan.
21

Diharapkan pendidikan politik bisa dilaksanakan dengan inovasi yang


berbeda. Inovasi tersebut diharapkan mampu mengsugesti para kaum
muda untuk mau terlibat dalam dan peka terhadap fenomena yang ada di
Indonesia. Selain itu juga, pendidikan politik mampu menjadi motivasi
untuk seluruh warga negara agar menjadi partisipasi politik di tingkat
teratas.
22

DAFTAR PUSTAKA

http://sejarahindonesiaa.blogspot.com/2013/02/runtuhnya-pemerintahan-
orde-baru-dan.html;
http://sistempemerintahindonesia.blogspot.com/2013/07/sistem-
pemerintahan-indonesia-era-reformasi.html;
http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto)

Anda mungkin juga menyukai