Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENJELASAN KOROSI BATAS BUTIR


Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang secara local menyerang batas
butir-butir logam sehingga butir – butir logam akan hilang atau kekuatan mekanik
dari logam akan berkurang, Korosi ini disebabkan adanya kotoran (impurity) batas
butir, adanya unsur yang berlebih pada sistem perpaduan atau penghilangan salah
satu unsur pada daerah batas butir.

Intergranular corrosion (IGC) adalah bentuk penyerangan terhadap batas butir atau
daerah sekitarnya pada material dalam lingkungan korosif tetapi hanya sebagian kecil
korosi menyerang butir material itu sendiri. Intergranular corrosion juga dikenal
sebagai intergranular attack (IGA).

Pada beberapa material, proses korosi berjalan menyamping (lateral) sepanjang


bidang-bidang paralel sampai permukaaan yang dikenal sebagai exfoliation
(pengelupasan), dan pada umumnya terjadi sepanjang batas butir oleh sebab itu
disebut korosi batas butir. Lapisan yang terkelupas merupakan hasil dari proses
pengelupasan (yang disebut juga sebagai lapisan korosi), merupakan produk korosi
yang sangat besar dalam membongkar lapisan material; sebagai contoh, pada paduan
alumunium.

Sebagian besar paduan rentan terserang IGA ketika dihadapkan pada lingkungan
agresif. Hal ini disebabkan karena batas butir merupakan tempat pengendapan
(precipitation) dan pemisahan (segregation), dimana membuat mereka secara fisik
dan kimia berbeda dengan butirnya. Intergranular attack didefinisikan sebagai
pemutusan selektif terhadap batas butir atau daerah yang berdekatan sekitarnya tanpa
serangan yang cukup besar terhadap butirnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan potensial antara daerah batas butir dengan endapan-endapan (precipitates),
fasa intermetalik, atau pengotor (impurities) yang terbentuk di batas butir.
Mekanisme dan tingkat penyerangan berbeda untuk masing-masing paduan.

Endapan (precipitate) yang terbentuk dari material pada temperatur tinggi


(contohnya, selama produksi, fabrikasi, perlakuan panas, dan pengelasan) sering kali
bernukleasi dan tumbuh terutama di batas butir. Jika precipitate(s) tersebut kaya akan
elemen paduan yang penting bagi ketahanan korosi, wilayah yang berdekatan dengan
batas butir sebagai konsekuensinya akan kekurangan elemen tersebut. Logam tersebut
peka dan rentan terhadap serangan IGA dalam satu atau lebih jenis lingkungan
korosif. Contohnya, pada austenitic stainless steels seperti tipe 304, intergranular
attack sering berasosiasi dengan precipitate chromium-karbida (Cr23C6) pada batas
butir di Heat Affected Zone. Pengendapan atas beberapa karbida sering disebut
sebagai “sensitasi”. Ketika precipitate chromium-karbida terbentuk, daerah sekitarnya
kekurangan chromium. Sebagai hasilnya area kekurangan lebih rentan terserang
korosi dalam lingkungan agresif dibandingkan daerah yang jauh dari batas butir.
Contoh lain dari pemisahan (segregation) batas butir adalah pembentukkan fasa
sigma sebagai hasil unsur Cr dan Mo pada batas butir dalam elemen paduan. Fasa
sigma biasanya lebih sulit dibedakan secara visual dalam mikrostuktur dibandingkan
dengan chromium karbida. Pengotor (impurities) yang meng-segregasi batas butir
kemungkinan meningkatkan gaya galvanik dalam lingkungan korosif dengan
menyediakan sebagai tempat anodik maupun katodik. Contohnya, dalam seri-2000
(2xxx) paduan alumunium, kekurangan tembaga (anodik) kumpulan pada sisi lain
larut sementara batas butir merupakan katodik yang akan membentuk precipitate
CuAl2. Sebaliknya, pada seri-5000 (5xxx) paduan alumunium, intermetalik precipitate
seperti Mg2Al3 (anodik) akan terserang ketika pembentukan fasa lanjutan dalam batas
butir. Selama berada dalam larutan klorida, pasangan galvanik terbentuk diantara
precipitate dengan matriks paduan yang bisa memberi intergranular attack yang
hebat. Dalam kenyataannya untuk intergranular attack dan laju korosi bergantung
pada linkungan korosif dan keberadaan intergranular precipitation, dimana itu
merupakan fungsi dari komposisi paduan, fabrikasi, dan parameter perlakuan panas.

Pengaruh batas butir sangat sedikit atau bahkan tidak ada dalam sebagian besar
aplikasi atau penggunaan logam pada umumnya. Jika suatu logam berkarat, serangan
yang seragam menghasilkan batasan-batasan butir yang pada umumnya hanya sedikit
lebih reaktif dibandingkan dengan matriks itu sendiri. Namun, dalam kondisi tertentu,
permukaan butir sangat reaktif sehingga menghasilkan korosi batas butir. Daerah
yang terserang dan bersebelahan dengan batas butir, dengan korosi yang relatif
sedikit dari butir, adalah intergranular korosi. Paduannya akan hancur (butirnya akan
roktok) sehingga logam tersebut akan kehilangan kekuatannya.
BAB II

PENYEBAB KOROSI BATAS BUTIR


Penyebab terjadinya korosi batas butir ;

 Adanya kotoran pada batas butir.


 Adanya unsur yang berlebih pada sistem perpaduan.
 Adanya presipitasi dan segregasi yang membuat logam secara fisik dan kimia
berbeda dengan butirnya.

Skema segregasi dan presipitasi


BAB III
MEKANISME KOROSI BATAS BUTIR
Mekanisme Terjadinya Intergranular Corrosion
Korosi intergranular ( korosi batas butir ) merupakan serangan yang bersifat
khusus terhadap batas butir atau daerah di dekat batas butir pada material karena
lingkungan yang bersifat korosif. Akan tetapi terjadi korosi yang sedikit pada batas
butir. Korosi intergranular ini sering disebut juga serangan intergranular
(Intergranular Attack/IGA).Pada material tertentu, korosi yang terjadi ke arah
samping sepanjang bidang yang sejajar terhadap permukaan rol dikenal sebagai
eksfoliasi. Hal ini secara umum terjadi di sepanjang batas butir, sehingga termasuk ke
dalam korosi batas butir.
Sebagian besar logam paduan rentan terhadap IGA ketika tidak terlindungi
pada kondisi lingkungan tertentu. Hal ini dikarenakan batas butir merupakan tempat
untuk presipitasi dan segregasi, yang membuat batas butir berbeda secara fisik dan
kimia dari butirnya sendiri. Serangan intergranular ( Intergranular Attack ) di
definisikan sebagai disolusi batas butir atau daerah yang berdekatan dengan batas
butir tanpa serangan cukup besar pada butirnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan potensial di antara daerah batas butir dan presipitat, fasa intermetalik
maupun impuritis yang terbentuk pada batas butir. Mekanisme sebenarnya dan
tingkat serangan korosi intergranular ini berbeda untuk setiap sistem paduan.
Presipitat yang terbentuk karena logam berada pada temperature tinggi
(sebagai contoh ketika proses produksi, fabrikasi, perlakuan panas dan pengelasan),
sering bernukleasi dan tumbuh secara khusus pada batas butir. Jika presipitat ini kaya
akan elemen paduan yang dibutuhkan untuk ketahanan korosi, akibatnya daerah yang
berdekatan dengan batas butir akan terjadi penipisan elemen-elemen ini. Kemudian,
logam menjadi peka dan mudah terkena korosi intergranular pada satu atau beberapa
lingkungan khusus yang bersifat korosif. Sebagai contoh, pada austenitic stainless
steel tipe 304, korosi intergranular sering berhubungan secara khusus dengan
presipitasi karbida yang kaya akan kromium pada batas butir di daerah HAZ ( Heat
Affected Zone ). Presipitasi sejumlah karbida sering di sebut sebagai sensitisasi.
Ketika kromium karbida terbentuk, daerah di sekitarnya akan mengalami penipisan
kromium. Sehingga daerah yang mengalami penipisan tersebut lebih mudah terkena
korosi pada lingkungan tertentu dibandingkan dengan daerah yang jauh dari batas
butir.
Impuritis yang bersegregasi pada batas butir juga dapat menyebabkan gaya
galvanik pada lingkungan korosif dengan adanya sisi anodik dan katodik. Sebagai
contoh, pada paduan aluminium seri 2000 ( 2xxx ), bagian yang mengalami penipisan
( depletion ) tembaga pada satu sisi batas butir akan terdisolusi ketika batas butir
bersifat katodik karena adanya presipitat CuAl2. Sebaliknya, pada paduan aluminium
seri 5000 ( 5xxx ), presipitat intermetalik seperti Mg2Al3 ( anodik ) akan mengalami
serangan ketika membentuk fasa yang kontinyu pada batas butir. Ketika terkena
larutan klorida, pasangan galvanic akan terbentuk antara presipitat dan matriks
paduan yang akan menyebabkan serangan korosi pada batas butir. Kerentanan
sebenarnya terhadap serangan korosi intergranular dan tingkat korosi tergantung pada
lingkungan korosif dan banyaknya presipitasi intergranular, dimana merupakan
fungsi dari komposisi paduan, fabrikasi dan parameter perlakuan panas.
BAB IV
PENCEGAHAN KOROSI BATAS BUTIR
Bagaimana cara mencegah korosi batas butir? Berikut ada beberapa cara untuk
mencegah korosi batas butir :

 Gunakan baja tahan karat dengan karbon rendah ( misalnya 304L, 316L) kelas
dari baja tahan-karat
 Gunakan paduan dengan nilai yang stabil, titanium (misalnya tipe 321) atau
niobium (misalnya tipe 347). Tiatanium dan niobium adalah pembentuk karbida
yang kuat. Mereka bereaksi dengan karbon membentuk karbida yang sesuai
sehingga mencegah deplesi kromium.
 Gunakan perlakuan panas sesudah proses pengelasan.
 Memperpanjang waktu penahanan pada proses homogenisasi, sehingga
konsentrasi Cr merata disetiap titik.

Anda mungkin juga menyukai