Anda di halaman 1dari 22

KOROSI PADA

STAINLESS STEEL

Seperti sudah diketahui, ketahanan korosi


stainless steel ditentukan oleh adanya film atau
layer tipis di permukaan baja, sehingga laju
korosinya akan sangat rendah (berkisar 0,002
inch/year atau 0,05 mm/year
Meskipun alasan utama pemakaian stainless steel
adalah untuk ketahanan korosi, namun jenis baja
ini masih bisa mengalami degradasi pada
lingkungan tertentu dengan jenis korosi yang
berbeda dengan baja karbon

Jenis-jenis korosi yang sering dijumpai


pada stainless steel antara lain

Pitting corrosion
Stress corrosion cracking
Intergranular corrosion

Pitting Corrosion (Korosi


Sumuran)

Pitting adalah salah satu jenis korosi lokal berupa


celah-celah dengan diameter sempit tetapi dalam
(mirip jarum/ sumur)
Formasi pitting biasanya berbentuk kelompokkelompok (grouping) pada permukaan baja.

Penyebabnya bisa karena mechanical defect,


inklusi permukaan, atau pun karena chemical
attack (spt keberadaan Chloride, Bromida atau
Ionida, dan adanya konsentrasi asam spt
HCl,H2SO4). Beberapa mikro organisme spt SRB
juga diketahui sebagai penyebab pitting.
Pitting corrosion dianggap berbahaya, karena
susah dideteksi & diprediksi perkembangannya.
Kecepatan penetrasi-nya bisa mencapai 10 - 100
kali general/ uniform corrosion.

Pitting biasanya diawali dari defect atau


impurities yang terdapat di permukaan.
Impurities yang dimaksud di sini adalah MnS (ion
sulfur S), dimana ion sulfur dari baja bereaksi
dan lepas ke permukaan
Karena di dekat permukaan terdapat Cr, maka
sebagian Cr akan ikut terlarut
Permukaan yang ditinggalkan ion S selanjutnya
akan aktif dimana current density (kerapatan
arus) celah mencapai 1 A/cm2 dibanding bagian
permukaan lain yang hanya dalam satuan nA/cm2

Reaksi Kimia

Kelarutan sulfur pada baja memicu adanya anoda


(M+) di permukaan berupa Fe2+, dan selanjutnya
menyebabkan migrasi ion Cl-. Sehingga Fe dan Cl
bereaksi dengan air :
M++Cl- + H2O MOH + HCl (di dalam celah)

Adanya ion H+ menyebabkan pH turun. Reaksi


katodik pada permukaan dekat pit adalah :
O2 + 2H2O 4OH- (di permukaan)

Reaksi anodik-katodik di atas berlangsung secara


kontinyu sehingga pit akan semakin dalam

Pencegahan terhadap
Pitting

Pencegahan pitting bisa dimulai dari pemilihan


material.
Unsur Mo & N dalam logam paduan, misalnya
akan memberikan stabilitas lapisan pasivasi ini.
Sehingga material yg tahan pitting adalah yg ada
unsur tsb dlm paduannya.
Untuk baja tahan karat duplex dan austenitik,
indikator apakah baja tersebut mengalami pitting
bisa dihitung dengan persamaan PREN (Pitting
Resistance Equivalent Number)

PRE = %Cr + 3.3 x %Mo + 16 x %N


Sehingga Jadi semakin tinggi kandungan Mo & N,
semakin tahan material thd pitting
Critical Pitting Temperature (CPT)
CPT
adalah
temperatur
minimum
sebuah
stainless steel mulai mengalami pitting.
Pemakaian material yang rentan pitting juga
harus memperhatikan CPT ini selain nilai PRENnya

Menurut ASTM G48, beberapa temperatur CPT


stainless steel ditabulasikan pada tabel di atas

Stress Corrosion Cracking

Stress Corrosion Cracking (SCC) bisa terjadi


karena kombinasi tegangan dengan lingkungan
yang agresif.
Tegangan yang muncul adalah tegangan kerja
pada saat komponen tersebut digunakan,
tegangan pada saat proses manufaktur, heat
treatment, machining, grinding, welding
Sedangkan
faktor
lingkungan
antara
lain
lingkungan air laut (Cl), hidroksida (OH-), oksigen
(O) dan SO42-

Stress corrosion cracking


diidentifikasi dari retakan
bercabang-cabang mirip
petir,
baik
sepanjang
batas
butir
maupun
memotong butiran
(retakan karena crack
berbentuk satu alur saja,
memotong batas butir)

SCC bisa juga bersumber dari pitting corrosion


yang kemudian menjalar ke segala arah didalam
logam
SCC bergerak dengan kecepatan 10-3 s/d 10
mm/jam tergantung pada jenis lingkungan dan
beban kerja.

Jenis logam dan lingkungan


korosif yang memicu SCC

Cara terbaik mencegah atau menghambat


SCC adalah dengan mengendalikan/
membatasi beban yang bekerja pada
stainless steel dan menjaga lingkungan
agar tidak korosif terhadap material tsb
Cara
menjaga
lingkungan
misalnya
dengan coating, cathodic protection dan
pemberian inhibitor (untuk pipeline)

Intergranular Corrosion
Intergranular corrosion adalah salah satu
korosi setempat (lokal) yang merambat
pada batas butir
Ketika baja tahan karat diekspos pada
temperatur 425 850oC atau di atasnya
dan pendinginannya melewati temperatur
tersebut,
Chrom
dan
carbon
akan
membentuk karbida krom di sepanjang
batas butir
Dengan adanya reaksi tersebut, jumlah
chrom di dekatnya akan berkurang

Akibatnya
ketahanan
korosi
akan
berkurang
Presipitasi karbida tergantung pada kadar
karbon, suhu dan waktu pada suhu
tersebut.
Kisaran suhu yang paling penting adalah
sekitar 700C, di mana baja 0,06%
karbon
akan
membentuk
presipitat
karbida dalam waktu sekitar 2 menit,
sedangkan baja 0,02% karbon secara
efektif kebal dari masalah ini.

Daerah penurunan kadar krom dan diagram yang


menunjukkan penurunan jumlah kadar krom

The micrograph on the


left (X500) illustrates
intergranular SCC of an
Inconel heat exchanger
tube with the crack
following the grain
boundaries

Cara menghambat/
mencegah

Penambahan titanium, niobium, tantalum di


dalam unsur paduan stainless steel sehingga
lebih condong terbentuknya titanium karbida,
niobium karbida atau tantalum karbida
Menggunakan stainless steel dengan kadar
karbon yang sangat rendah (Seri L)
Pada pengelasan, pemilihan very low carbon filler
Melakukan pendinginan cepat pada temperatur
sensitif stainless steel (425 s/d 850oC) sehingga
tidak ada waktu bagi kromium karbida untuk
terbentuk

TUGAS

Buatlah artikel mengenai :

Cladding
Hard facing
Thermal spraying
Vapor deposition
Electroplating
Hot dip galvanizing

Satu kelompok 3 orang, dikumpulkan


dengan lembar jawaban UAS

Anda mungkin juga menyukai