Anda di halaman 1dari 11

JURNAL READING

Review on The Red Yeast Rice (Monascus purpureus)

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi
Bagian Ilmu Penyakit Syaraf

Diajukan Kepada Yth. :


Dr. GAMA SITA SETYA PRATIWI, Sp. S

Disusun oleh:
MUHAMAD YUSUF JUNAEDI
20030310135

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF RSUD SALATIGA
2010
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan jurnal reading dengan judul :

Review on The Red Yeast Rice (Monascus purpureus)

Hari / Tanggal : Kamis, 30 September 2010

Menyetujui:
Dokter Pembimbing / Penguji

Dr. GAMA SITA SETYA PRATIWI, Sp. S


Review on The Red Yeast Rice (Monascus purpureus)
Özlem ERDOĞRUL1, Sebile AZIRAK2

Abstrak
Monascus purpureus merupakan suatu spesies ragi merah yang dapat dibudidayakan pada
substrat yang mengandung zat tepung. Fermentasi padat pada beras oleh Monascus merupakan
tradisi panjang di negara-negara Asia timur setidaknya pada abad pertama Masehi. Selama
berabad-abad produk fermentasi beras seperti ragi beras merah telah dikonsumsi di Asia dan
Indonesia sebagai makanan pokok dan makanan tambahan. Produk ini berbentuk fermentasi
beras dan produk ini di Cina disebut sebagai 'Ang Khak' atau 'Hong Qu'. Orang Jepang
menyebutnya dengan nama Koji, Ang-Khak, Beni-Koji, Red-Koji, Rotschimmelreis (di Eropa)
atau Red-Mould (di Amerika Serikat).
Beras ragi merah digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan. Beras ragi merah,
sebagai makanan pokok Asia dibuat dengan fermentasi ragi (Monascus purpureus) pada beras,
yang dengan cepat mendapatkan pengakuan sebagai agen penurun kolesterol di Amerika Serikat.
Indonesia, Jepang, Taiwan, dan orang Filipina telah menggunakan Monascus-nata complex.
Produk ini digunakan sebagai agen pewarna dan penyedap dan juga dapat mengurangi kolesterol
total, pada hiperlipidemia. Penggunaan lain untuk beras ragi merah yang disarankan oleh
penemuan-penemuan terbaru bahwa lovastatin dan obat statin lainnya mungkin akan bermanfaat
untuk mengobati atau mencegah kanker, osteoporosis, stroke, penyakit Alzheimer dan demensia
lainnya, dan degenerasi makula.
Kata kunci : Monascus purpureus, red mold species, Ang Kak, Koji, starch

Sejarah dan Penggunaan Tradisional dari Monascus purpureus


Monascus purpureus merupakan suatu spesies ragi merah yang dapat dibudidayakan pada
substrat yang mengandung zat tepung. Fermentasi padat pada beras oleh Monascus merupakan
tradisi panjang di negara-negara Asia timur setidaknya pada abad pertama Masehi (Meyer,1990).
Selama berabad-abad produk fermentasi beras seperti ragi beras merah telah dikonsumsi di Asia
dan Indonesia sebagai makanan pokok dan makanan tambahan. Di Jepang beras ragi merah yang
dikenal sebagai beni-koji dan pigmennya secara luas digunakan sebagai pewarna makanan. Beras
ragi merah juga telah digunakan di China, Taiwan, Okinawa, dan Filipina sebagai pengawet
untuk daging dan ikan, untuk menambahkan warna dan rasa pada makanan, dan bahkan untuk
pembuatan bir anggur dan minuman keras.Menariknya, beras ragi merah juga disebutkan dalam
farmakope Cina kuno sebagai makanan obat dan herbal, the Ben Cao Gang Mu of Li-zhen Shi,
menjelaskan produk ini sebagai obat yang berguna untuk meningkatkan pencernaan dan
merevitalisasi darah (Heber et al. 1999). Sebuah efek dari promosi kesehatan yang menganggap
tradisional untuk produk ini, didasarkan pada buku pengobatan Cina yang diterbitkan di Beijing
tahun 1590 oleh Li, Shin-Chun (1590). Akun pertama jamur ini muncul lebih dari 2000 tahun
yang lalu di monografi oleh Li-Shin-Chun (1590). Buku ini menggambarkan penggunaan
pigmen sebagai zat pewarna dan sebagai obat dalam pengobatan berbagai macam penyakit.
Dari fermentasi tersebut diperoleh warna beras merah tua yang berstruktur asli. Hal ini
terbentuk selama fermentasi beras dan di Cina disebut sebagai 'Ang Khak' atau 'Hong Qu'. Orang
Jepang mengenal produk ini dengan nama Koji, Ang-Khak, Beni-Koji, Red-Koji,
Rotschimmelreis (di Eropa) atau Red mould (di Amerika Serikat)
Sampai sekarang, jamur ini masih digunakan pada pewarnaan dan bumbu, di industri
makanan dari banyak negara Asia untuk pengolahan unggas, ikan, dan daging. Namun,
penggunaan utama sebagai bahan tambahan makanan, khususnya untuk daging sebagai pengawet
dan bumbu. Penggunaannya dalam pembuatan anggur beras karena kandungan tinggi dari alfa-
amilase yang mengubah zat tepung menjadi glukosa. Warna merah yang menarik dari anggur
beras disebabkan oleh pigmen Monascus. Monascus menjadi dikenal di Eropa melalui
penyelidikan ilmuwan Belanda yang mengamati penggunaan jamur beras merah oleh penduduk
di Jawa. Mereka diisolasi dan diklasifikasikan menjadi berbagai spesies botanical Monascus.

Data Botani, Unsur Aktif dan Pigmen dari Monascus purpureus


Sebuah kelompok khusus dari pigmen alam termasuk zat pewarna yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Perwakilan khas dari kelompok ini adalah pigmen dari jamur Monascus spp.
famili Aspergillaceae, genus Monascus (Slugen et al. 1997). Jamur yang termasuk polycetides
dan memiliki sedikit efek bakterisidal. Produksi pigmen dengan jamur ini dipelajari oleh Evans
dan Wang (Evans dan Wang, 1987) dan Juzlova (Juzlova et al, 1994). Campuran pigmen yang
stabil dari sudut pandang kimia. Seperti diberitakan, kelompok ini mencakup pigmen oranye
disebut Monascorubin dan Rubropunctatin, pigmen kuning yang disebut Monascin dan
Ankaflavin, dan pigmen merah yang disebut Monascorubramin dan Rubropunctamin (Meyer,
1990; Margalith, 1992). Selanjutnya, jamur juga mengandung substansi lain termasuk
polycetides-Mevinolin (Lovastatin, Monacolin dan Mevacor). Substansi ini umumnya digunakan
sebagai obat dalam terapi hiperkolesterolemia (Chen dan Johns, 1993). Monascus spp. telah
dikenal sebagai produksi pigmen merah, tetapi sedikit studi yang menyelidiki untuk produksi
pigmen kuning. Sebuah Monascus purpureus mutan strain-YLC1 diperoleh untuk produksi
pigmen kuning (Chen dan Johns, 1993; Evans dan Wang, 1987).

Berbagai Macam Penggunaan Monascus purpureus


Beras ragi merah merupakan salah satu bahan tradisional Cina yang telah dicobakan
sebagai studi pada hewan dan manusia dengan baik dalam menurunkan lipid serum. Beras ragi
merah, juga dikenal beras Monascus purpureus, berasal dari strain ragi M. purpureus Went dan
dibuat dengan metode fermentasi beras tradisional. Telah ditunjukkan bahwa beras ragi merah
mengandung senyawa dengan aktivitas reduktase inhibitor HMG-CoA, yang bertanggung jawab
atas penghambatan sintesis kolesterol dalam hati. Selain tepung beras, protein, serat, sterol, dan
asam lemak, beras ragi merah mengandung banyak zat aktif, termasuk monacolin K,
dihydromoncolin, dan monacolin I sampai dengan VI. Para peneliti telah menentukan bahwa
salah satu bahan dalam beras ragi merah, disebut monacolin K, menghambat produksi kolesterol
dengan menghentikan aksi dari koenzim dalam hati (misalnya, HMG-CoA reduktase) yang
bertanggung jawab dalam pembuatan kolesterol. Antara banyak hal lainnya, beras ragi merah
mengandung setidaknya sembilan bahan yang mirip dalam struktur dengan bahan aktif dalam
obat statin. Zat-zat ini menghambat aktivitas enzim yang diperlukan untuk memproduksi
kolesterol (Heber et al 1999).
Beras ragi merah juga mengandung asam lemak tak jenuh yang juga dapat membantu
mengurangi serum lipid (Wang, 1997). Ekstrak beras ragi merah dapat membantu mengurangi
kadar kolesterol total, menurunkan kadar LDL kolesterol, meningkatkan kadar HDL kolesterol,
dan tingkat rendah lemak tidak sehat yang disebut trigliserida. Tampaknya untuk mencapai hal
ini dengan membatasi produksi hati berupa kolesterol itu sendiri. Menariknya, senyawa tersebut
bertanggung jawab atas mevinolin-efek secara kimia identik dengan penurun kolesterol senyawa
lovastatin, dijual sebagai obat resep Mevacor. Mevinolin juga mirip dengan bahan aktif dalam
obat kolesterol seperti Zocor (simvastatin) dan Lipiton (atorvastatin). Asam lemak tak jenuh
dalam ekstrak beras ragi merah juga diyakini membantu, mungkin dalam menurunkan
trigliserida (Heber, 1999; Wang et al 1997; Qin et al. 1998).
Masih ada alasan lain yang berhubungan dengan beras ragi merah sebagai makanan, dan
itu adalah kenyataan bahwa produk tersebut mengandung banyak nutrisi sinergis lain dengan
penurun lipid selain monacolins. Sebagai contoh, beras ragi merah telah dilaporkan mengandung
sterol seperti beta-sitosterol dan campesterol (Heber et al 1999.), yang diketahui mengganggu
penyerapan kolesterol dalam usus (Moghadasian dan Frohlich, 1999). Pengaruh diet pitosterol
pada metabolisme kolesterol dan aterosklerosis: bukti klinis dan eksperimental. Kombinasi diet
sterol tersebut dengan obat statin sebenarnya telah diusulkan sebagai sarana yang lebih efektif
menurunkan kolesterol dari statin saja (Plat dan Mensink, 2001) sehingga masuk akal untuk
mengkonsumsi makanan tunggal yang alami dengan menggabungkan kedua jenis aktivitas anti-
kolesterol. Beras ragi merah juga mengandung serat, jejak elemen seperti magnesium, asam
lemak tak jenuh seperti oleat, linoleat, dan asam linolenat (Ma et al 2000.) dan vitamin B-
kompleks seperti niacin (Palo et al. 1960) yang semua sudah tahu manfaatnya dalam
menurunkan serum lipid seperti trigliserida dan kolesterol .
Beras ragi merah, sebuah pokok makanan Asia dibuat dengan fermentasi ragi (Monascus
purpureus) pada beras, dengan cepat mendapatkan pengakuan sebagai agen penurun kolesterol di
Amerika Serikat.
Indonesia, Jepang, Taiwan, dan orang-orang Filipina yang telah digunakan sebagai
Monascus-nata kompleks (Sheu et al 2000).

Kondisi Fermentasi Untuk Pewarnaan


Sumber karbon, sumber nitrogen, dan pH telah ditunjukkan untuk mempengaruhi
produksi pigmen dari Monascus purpureus (Su, 1978; Wong et al 1981;. Lin dan Demain,1991;
Chen dan Johns, 1993).
Mikroorganisme yang digunakan pada proses fermentasi beras ragi merah adalah
berbagai spesies dari jamur filamen yang dikenal sebagai Monascus. Kelompok Monascus
termasuk M, anka, M. ruber, dan strain dari M. ruber yang dikenal sebagai M. purpureus,
diantaranya. (Ruber dan purpureus adalah kata Latin untuk merah dan ungu, masing-masing).
Jamur ini dapat menghasilkan pigmen merah yang kuat sebagus produk metabolik sampingan
lain ketika dibudidayakan pada beras nonketan yang matang (Ma et al 2000;. Su, 1978; Wong et
al 1981).
Monascus sp. 94-25 strain diisolasi dari beras merah dengan tujuan penggabungan
produksi pigmen merah. Karakterisasi morfologi pada taksonomi penting untuk menunjukkan
genus bahwa strain menghasilkan cleistothecia dengan ascospores oval dan aleiroconidia.
Perbandingan dengan rujukan strain Monascus purpureus Went 109.07 dibuat dan itu
membuktikan bahwa tidak ada perbedaan besar antara kedua strain. Monascus sp. 94-25 adalah
prototroph dan memiliki suhu pertumbuhan optimal 34oC. Investigasi dari fermentasi dan
kapasitas asimilasi dari kedua strain telah dilakukan. Ditemukan bahwa keduanya berasimilasi
baik dengan glukosa, sedangkan kemampuan fermentasi tertinggi diamati ketika tumbuh dalam
galaktosa. Demikian pula untuk rujukan strain Monascus sp. 94-25 dapat tumbuh pada zat
tepung dan protein yang mengandung substrat natural. Mengenai penyelidikan morfologi dan
biokimia yang baru, strain terisolasi 94-25 dapat dianggap sebagai Monascus purpureus
(Rasheva et al. 1998, Qin et al. 1998).

Efek Farmakologis dari Fermentasi Monascus


Penyelidikan ilmiah telah mengkonfirmasi efek farmakologis dari fermentasi Monascus
(Endo dan Monacolin, 1980) diisolasi dari Monascus ruber suatu metabolit, Monacolin K yang
normal dibuat untuk tikus dengan hiperlipoproteinemia terinduksi. Reduksi dari monacolin K,
Mevinolin sementara itu telah diperkenalkan sebagai penurun kolesterol dalam farmasi (oleh
Merck, Sharp dan Dohme). Juga ekstrak sederhana dari fermentasi Monascus purpureus dapat
menurunkan kolesterol, HDL kolesterol, dan nilai trigliserida dalam darah tikus dengan induksi
hyperlipoproteinemia.(Fink-Gremmels dan Leistner, 1989). Efek yang diamati lebih lemah
dibandingkan sediaan farmasi dan agak sebanding dengan pengaruh rempah-rempah tertentu
misalnya bawang putih (Hansel dan Haas, 1984). Seorang pasien Jepang (Jepang Kokai, 1985)
menggambarkan penurunan tekanan darah oleh fermentasi Monascus sendiri dan oleh ekstrak
alcohol daripadanya. Ekstrak Monascus dipasarkan di Jepang sebagai produk diet (dengan nama
monacolin oleh Maruzen). Efek pengawet dari fermentasi Monascus juga telah dikonfirmasi oleh
penyelidikan ilmiah. Monascidin A, komponen yang diisolasi dari kultur Monascus purpureus
menghambat bakteri dari genera Bacillus, Streptococcus dan Pseudomonas (Wong dan Bau,
1977; Wong dan Koehler, 1981; Bau, 1977). Dua pigmen kuning dari Monascus purpureus
mempunyai fungsi bakteriostatik rendah terhadap Bacillus subtilis (Wong dan Koehler, 1981).
Chen (1993) telah mengamati efek inhibitor khususnya terhadap Staphylococcus aureus.
Selanjutnya penelitian tentang efek bakteriostatik dari fermentasi Monascus dilakukan oleh Fink-
Gremmels,et al., 1991 dan Leistner dan Dresel, 1991. Bakteri Gram positif umumnya lebih kuat
dihambat daripada gram negatif. Lactobacillus tidak terpengaruh. Pengamatan efek bakteriostatik
telah menyebabkan pertimbangan untuk menggunakan fermentasi Monascus setidaknya sebagai
pengganti nitrit pada pengawetan daging (Fink-Gremmels et al, 1991).
Sebuah bukti ilmiah untuk meningkatkan rasa dari fermentasi Monascus sulit untuk
mendapatkan. Namun, dalam taster panel pengecapan disebut Monascus berisi mie "lebih asin "
dari mie normal walaupun sebenarnya tidak ada perbedaan dalam kandungan garam. Ekstrak
Monascus yang dikandung dalam produk daging pada umumnya diklasifikasikan sebagai taster
yang lebih baik daripada produk sebanding tanpa Monascus (Fink-Gremmels et al, 1991).
Seseorang mungkin berspekulasi bahwa efek kenikmatan dari Monascus dapat disebabkan oleh
peningkatan rasa oligopeptida yang dihasilkan oleh hidrolisis parsial dari protein beras oleh
Monascus enzim. Untuk warna kuat dari fermentasi Monascus yaitu warna kuning, merah, dan
oranye pigmen bertanggung jawab. Pigmen merupakan metabolit sekunder dari fermentasi
Monascus, secara kimia mereka termasuk grup dari Azaphilones yang merupakan metabolit
jamur khas. Struktur kimia sebagian besar dari mereka diketahui. Tergantung apakah pigmen
kuning atau merah yang mendominasi atau tidak ada, warna Monascus purpureus bervariasi dari
kuning orange sampai merah tua sampai merah ungu. Warna dapat dipengaruhi oleh kondisi
budaya, khususnya dari nilai pH dan oleh sumber fosfor dan nitrogen dalam substrat (Meyer,
1990).

Studi Medis Lain Tentang Beras Ragi Merah


Seiring dengan evaluasi dalam uji coba hewan (Li et al, 1998), beras ragi merah telah
diteliti secara klinis sebagai terapi untuk mengurangi kolesterol dalam dua percobaan manusia.
Dalam satu studi, baik pria maupun wanita mengambil 1,2 g (sekitar monacolins 5mg total) beras
ragi merah per hari selama dua bulan telah menurunkan secara signifikan kadar kolesterol serum
(Wang, et al, 1997). Selain itu, orang-orang yang mengambil beras ragi merah memiliki
peningkatan signifikan dalam HDL (baik) kolesterol dan penurunan LDL (buruk) kolesterol.
Kenaikan trigliserida juga ditemukan menurun (Qin et al 1997-1998).
Heber et al., (1999), mengevaluasi efek penurun lipid dari suplemen diet beras ragi merah yaitu
pada orang dewasa AS dibanding dari efek diet saja. Delapan puluh tiga subjek sehat dengan
hiperlipidemia dan HDL kolesterol yang tidak diobati dengan obat penurun lipid berpartisipasi.
Subyek yang diobati dengan beras ragi merah (2,4 g/dl) atau placebo dan diperintahkan untuk
mengkonsumsi makanan yang memberikan 30% energi dari lemak, <10% dari lemak jenuh, dan
<300 mg kolesterol setiap hari. Penghitungan hasil utama total kolesterol, total triacylglycerol,
dan HDL dan LDL kolesterol dihitung pada minggu ke 8, 9, 11, dan 12. Konsentrasi kolesterol
total menurun secara signifikan antara kelompok dengan 8 minggu yang diterapi dengan beras
ragi merah dibandingkan dengan kelompok yang diberi plasebo. LDL kolesterol dan total
triasilgliserol juga berkurang dengan suplemen. HDL kolesterol tidak berubah secara signifikan.
Beras ragi merah secara signifikan mengurangi jumlah kolesterol, LDL kolesterol, dan
konsentrasi total triasilgliserol dibandingkan dengan plasebo dan menyediakan sebuah
pembaruan, pendekatan berbasis pangan untuk menurunkan kolesterol dalam populasi umum.
Dalam rangka untuk lebih memahami keefektifan dari beras ragi merah, Wang et al. (1997),
melakukan secara acak, single-blind trial di 502 pasien yang didiagnosis dengan hiperlipidemia.
Dalam grup beras ragi merah reduksi dari hiperlipidemia menunjukkan hasil signifikan yang
lebih besar (Wang et al 1997).
Dalam suatu pembicaran, perlindungan dari penyakit jantung adalah hanya salah satu dari
banyak manfaat mengkonsumsi beras ragi merah. Sebuah penelitian di Cina menunjukkan bahwa
ekstrak beras ragi merah menurunkan insulin dan kadar glukosa darah pada kelompok penderita
diabetes tipe II (Fang dan Li, 2000). Sejak Diabetes Tipe II ditandai dengan resistensi insulin dan
gangguan toleransi glukosa, tampak bahwa beras ragi merah dapat meningkatkan sensitivitas
insulin pada penderita diabetes, bahkan pada subjek tanpa kadar lipid yang tinggi. Aplikasi
menarik yang lain dari beras ragi merah disarankan oleh penemuan terbaru bahwa lovastatin dan
obat statin lain mungkin bermanfaat untuk mengobati atau mencegah kanker (Dimitroulakos et al
2001.), osteoporosis (Edwards et al 2000; Garrett et al 2001), stroke (Vaughan et al 2001),
Alzheimer penyakit dan demensia lainnya (Wolozin et al 2000;. Jick et al 2000;. Friedhoff et al.
2001), dan degenerasi makula (Hall et al. 2001).
Penggunaan Monascus purpureus sebagai Makanan atau Makanan Tambahan
Nata adalah selulosa bakteri yang dihasilkan oleh Acetobacter aceti ssp. xylinum, yang
diwarnai oleh upaya fermentasi dengan Monascus purpureus. Observasi Scanning elektron
mikroskopi (SEM) menunjukkan bahwa Monascus myselium coulo tumbuh melalui selulosa
jaringan nata. Kompleks Monascus-nata memiliki potensi untuk menjadi bahan makanan
vegetarian baru (Sheu et al 2000).
Penggunaan mikroorganisme Monascus juga merupakan sumber yang kaya warna natural
dan menghasilkan spesies kimia yang memberikan warna merah. Ini termasuk monascin,
ankaflavin, rubropunctatin dan monascorubrin yang memiliki kerangka molekul dalam Gambar1.
Pewarna sering ditambahkan pada yoghurt rasa buah untuk meningkatkan atau mengganti warna
alami buah. Pigmen yang dihasilkan oleh jamur Monascus purpureus, menawarkan alternatif
yang mungkin untuk pewarna makanan bersertifikat atau penggunaan zat warna alami (Koehler,
2001, Dweck, 2002).
Beras ragi merah tersedia secara komersial dalam kapsul dan harus diambil dalam dosis
1,2-2,4 gram (monacolins mg 5-10) per hari dalam dosis terbagi untuk masa percobaan sampai
sampai 12 minggu (Heber et al 1999; Wang et al 1997).

Efek Samping atau Interaksi


Beras ragi merah umumnya ditolerir dengan baik dengan kemungkinan efek samping
ringan sementara, rasa terbakar, sembelit, dan pusing (Wang et al 1997). Produk ini tidak boleh
digunakan oleh individu dengan gangguan hati (Burnham et al. 1997). Efek samping dari ekstrak
beras ragi merah telah dilaporkan tetapi cenderung ringan dan pulih dengan cepat pada saat
berhenti minum obat. Efek samping ini termasuk sakit kepala, pusing, rasa terbakar, gas, dan
ketidaknyamanan saluran pencernaan.
Statin dalam ekstrak beras ragi merah menimbulkan resiko yang jarang namun serius,
termasuk kerusakan otot rangka, kerusakan hati, dan toksisitas ginjal. Sekitar 1% sampai 2% dari
orang yang memakai obat lovastatin memiliki reaksi tersebut. Gejala lain yang mungkin
termasuk kelemahan, rasa sakit dan nyeri otot, dan gejala lain seperti flu. Ini masih belum jelas
apakah jenis reaksi tersebut terjadi dengan orang yang memakai ekstrak beras ragi merah
standar, namun yang baru-baru ini, percobaan klinis 12-minggu misalnya, hati dan fungsi ginjal
pada partisipan tetap normal (Edwards, 2000; Jick et al 2000). Beras ragi merah harus digunakan
hati-hati. Hal ini tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita hamil, seseorang dengan
gangguan hati, atau oleh mereka yang memakai obat penurun kolesterol secara bersamaan.
Penggunaan obat statin seperti lovastatin kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping
termasuk miopati (disfungsi otot) dan toksisitas hati. Efek samping termasuk nyeri otot dan
kelelahan juga bisa terjadi pada beras ragi merah jika dikonsumsi pada dosis yang cukup tinggi.
Untuk alasan ini jadwal dosis tambahan disarankan, setidaknya pada awalnya. Juga hal ini tidak
dianjurkan untuk digunakan orang yang telah menyusui, penyakit hati, infeksi serius, atau
transplantasi organ atau operasi besar yang harus digunakan hati-hati. Dibawah usia 20, untuk
menghindari kemungkinan komplikasi karena kadar statin dalam ekstrak beras ragi merah. Juga
orang harus menghindari minum lebih dari dua minuman alkohol per hari atau jumlah besar jus
jeruk saat mengkonsumsi ekstrak beras ragi merah. Menurut sebuah laporan dari Lembaga
Kanker Nasional, melengkapi dengan CoQ10 dapat mencegah terjadinya miopati yang diinduksi
oleh lovastatin (Thibault et al 1996).
Informasi lebih lanjut tentang kemungkinan efek samping harus tersedia sebagai hasil
penelitian pada ekstrak beras ragi merah harus sudah diselesaikan pada tahun-tahun mendatang.

Anda mungkin juga menyukai