Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. MADUBARU
PABRIK GULA – PABRIK SPRITUS MADUKISMO
BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
KONTRUKSI BANGUNAN, PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DAN LISTRIK

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE 68
KELOMPOK 2

Faris Hamidan
Ika May Hartati
Milata Aji Permana
Mirani Rizki Kusumawati
Muhammad Alwan Rosyidi
Reza Narulita Sekarsari
Rifki Prasetyo Husandani

PENYELENGGARA
PT DUTA SELARAS SOLUSINDO
Yogyakarta, 29 Januari - 10 Februari 2018

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 3
I.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
I.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 3
I.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................... 4
I.4. Dasar Hukum .......................................................................................................... 4
BAB II KONDISI PERUSAHAAN ................................................................................. 6
II.1. Gambaran Umum Tempat Kerja ........................................................................... 6
II.2. Temuan .................................................................................................................. 9
BAB III ANALISA ........................................................................................................ 13
III.1. Analisa Temuan K3 Konstruksi ......................................................................... 13
III.2. Analisa Temuan K3 Penanggulangan Kebakaran .............................................. 19
III.3. Analisa Temuan K3 Listrik ................................................................................ 35
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 41
IV.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 41
IV.2. Saran .................................................................................................................. 41
LAMPIRAN ................................................................................................................... 42

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebuah pelatihan dan
pembelajaran yang dilaksanakan di Dunia Usaha atau Dunia Industri yang relevan
dengan kompetensi keahlian yang dimiliki. Dalam upaya meningkatkan mutu
pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (Ahli K3 Umum) dan juga
menambah bekal masa mendatang guna memasuki dunia kerja yang semakin banyak
serta ketat dalam persaingannya seperti saat ini. Selain itu dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak peralatan baru yang
diciptakan guna menunjang banyaknya permintaan produksi barang atau jasa yang
menimbulkan perubahan mendasar untuk mendapat pekerjaan. Akibatnya tenaga kerja
dituntut bukan hanya memiliki kemampuan teknis belaka, tetapi juga harus lebih
fleksibel dan berwawasan lebih luas, inovatif serta didukung dengan keterampilan
yang kompeten. Oleh karena itu, dengan adanya kegiatan PKL, peserta pelatihan dapat
mengasah dan juga megimplementasikan materi yang didapatkannya selama pelatihan
langsung ke dunia usaha atau dunia industri yang relevan dengan kemampuan.
Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan pelatihan, maka PT. Duta Selaras
Solusindo sebagai pelaksana pelatihan Ahli K3 Umum, melaksanakan berbagai
kegiatan demi menjadikan Calon Ahli K3 yang siap memasuki dunia kerja dan dunia
industri. Hal itu tidak dapat diraih dengan mudah, tidak hanya dengan belajar berbagai
teori yang diajarkan selama pelatihan, tetapi seorang calon Ahli K3 Umum, harus
mempelajari tentang bagaimana lingkungan kerja dan tentunya bagaimana pekerjaaan
yang akan dihadapinya nanti selepas lulus dari pelatihan.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari pembuatan laporan ini adalah untuk mempraktikkan teori K3 di
bidang konstruksi bangunan, penanggulangan kebakaran, dan listrik yang telah
diperoleh pada pelatihan hari sebelumnya. Adapun tujuan pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut.

3
1. Untuk dapat memahami pengaplikasian K3 di perusahaan khususnya bidang K3
Konstruksi Bangunan, K3 Penanggulangan Kebakaran, dan K3 Listrik.
2. Sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh Calon Ahli K3
Umum.

I.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut.
1. Pelaksanaan K3 di Bidang Penanggulangan Kebakaran
2. Pelaksanaan K3 di Bidang Listrik
3. Pelaksanaan K3 di Bidang Konstruksi Bangunan

I.4. Dasar Hukum


Dasar hukum K3 di bidang kontruksi bangunan
Adapun dasar hukum terkait K3 di bidang kontruksi bangunan meliputi :
a. Undang-undang no 1 tahun 1970
b. Permenaker No 4 tahun 1987
c. Kepmen PU No 174 Tahun1986,
d. Kepmen PU No 104 Tahun 1986
e. Permen PU No 24 Tahun 2008
f. Permenaker No 1 Tahun 1980
g. PP No. 36 tahun 2005
h. Kepmenaker No. 09 tahun 2010

I.4.2. Dasar hukum K3 di bidang penanggulangan kebakaran


Adapun dasar hukum terkait K3 dibidang penanggulangan kebakaran meliputi :
a. Permenaker No 4 Tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadam api ringan
b. Permendagri No 16 Tahun 2009
c. Kepmenaker No 186 tahun 1999
d. Permenaker No 02 tahun 1983
e. PP no 36 tahun 2005
f. Kepmen PU No 2 tahun 1985

4
g. Permen PU No.24 tahun 2008
I.4.3. Dasar hukum K3 di bidang listrik
Adapun dasar hukum terkait K3 di bidang listrik meliputi :
a. UU No.1 Tahun 1970
b. Permenaker No. 12 tahun 2015
c. Permenaker No. 31 tahun 2015
d. PUIL 2000 SNI 04-0225-2000

5
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

II.1. Gambaran Umum Tempat Kerja


Pabrik Gula Madubaru adalah satu-satunya pabrik gula dan alkohol/spritus di
Propinsi DIY. Pabrik ini mengemban tugas untuk menyukseskan program pengadaan
pangan nasional, khususnya gula pasir. Pabrik gula dan alkohol/spirtus Madubaru
terletak di Kalurahan Tirtonimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Perusahaan ini merupakan bentuk dari Perseroan
Terbatas (PT) yang berdiri pada tanggal 14 Juni. PT. Madubaru ini kemudian dibagi
menjadi dua pabrik yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus
(PS Madukismo).
PS Madukismo mulai berproduksi sejak tahun 1959 dengan bahan baku tetes
tebu (molasses) yang dibeli dari PG Gondang, karena PG Madukismo masih sedikit
menghasilkan tetes dimana PG Madukismo mulai giling 1958 sebagai taraf percobaan
berproduksi gula. Di tahun ke-2, 1960, PS Madukismo mulai berproduksi dengan
mengunakan tetes dari PG Madukismo.
Saat ini PG Madukismo menghasilkan 150 ton tetes/hari (pada musim giling),
sedangkan PS Madukismo membutuhkan 90 ton tetes/hari untuk bahan baku
pembuatan alkohol.
PT. Madubaru merupakan perusahaan padat karya, PT. Madubaru banyak
menampung tenaga kerja dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dibangun : Tahun 1955
Atas prakarsa : Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Diresmikan : Tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden RI Pertama Ir. Soekarno
Mulai produksi : Pabrik gula tahun 1958, pabrik spritus tahun 1959.
Pabrik gula PT. Madubaru ini hanya berproduksi saat masa panen tebu yaitu
pada Bulan Mei hingga Bulan Oktober. Proses pembuatan gula ini menghasilkan
limbah yang selanjutnya akan digunakan untuk pembuatan alkohol dan spritus.
PT. Madubaru mempunyai visi menjadi perusahaan Agro Industri yang unggul
di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati. PT. Madubaru sendiri memiliki misi
sebagai berikut.

6
a. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan
masyarakat dan industri di Indonesia.
b. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah
lingkungan, dikelola secara professional dan inovatif, memberikan pelayanan
yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.
c. Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti.
d. Menempatkan karyawan dan stake holders lainnya sebagai keunggulan
perusahaan dan pencapaian share holder values.
Ketenaga kerjaan PT. Madubaru diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu
karyawan tetap yang terdiri atas karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana serta
karyawan tidak tetap yang terdiri dari karyawan kerja waktu tertentu (hanya bekerja
pada masa produksi) dan karyawan borong (hanya bekerja bila ada pekerjaan borong).
Karyawan pimpinan terdiri atas 60 orang, karyawan pelaksana 387 orang, karyawan
kerja waktu tertentu 939 orang sehingga jumlah total karyawan 1.386 orang. Selain itu
terdapat pekerja borongan tebang dan garap kebun ± 3.000 orang.
Waktu kerja karyawan dibagi menjadi dua yaitu di luar musim giling yaitu hari
Senin hingga Kamis pukul 06.30 - 15.00 WIB. Sementara pada hari Jumat dan Sabtu
pada pukul 06.30-11.30 WIB. Jam istirahat : 11.30-12.30 WIB. Dalam musim giling
bagi karyawan yang tidak terkait dengan proses produksi berlaku ketentuan jam kerja
seperti pada jam kerja diluar musim giling, sedangkan bagi karyawan yang terkait
dengan proses produksi berlaku ketentuan jam kerja sistem shift dengan pembagian
sebagai berikut:
i. Shift pagi : 06.00-14.00 WIB ii.
Shift siang : 14.00-22.00 WIB
iii. Shift malam : 22.00-06.00 WIB
PT. Madubaru sebagai suatu organisasi perusahaan, struktur organisasi dibuat
sebagai sarana untuk memperlancar tugas pekerjaan. Dimana struktur organisasi
bertujuan agar setiap karyawan dapat menjalankan tugas masing-masing dengan baik
tanpa menunggu perintah dari atasan.

Adapun Struktur Organisasi PT. Madubaru

7
Gambar 2. 1. Struktur organisasi

Proses produksi yang ada di PT. Madubaru dapat dilihat dari pemetaan proses
bisnis yaitu suatu pemetaan seluruh aktivitas perusahaan yang dimulai dari customer
order sampai dengan barang dikirim kepada pemberi order termasuk pembayarannya.
Berikut ini adalah diagram pemetaan proses bisnis :

Gambar 2. 2. Skema proses pembuatan gula

8
Gambar 2. 3. Neraca bahan proses pembuatan gula

II.2. Temuan
Dalam kunjungan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 7
Februari 2018 dapat diperoleh beberapa temuan baik positif maupun negatif terutama
pada penerapan peraturan K3 di bidang konstruksi, penanggulangan kebakaran, dan
listrik di PT. Madubaru. Berikut adalah uraian dari masing-masing temuan tersebut.

II.2.1. Temuan K3 Kontruksi Bangunan


a. Temuan positif
1. Terdapat maintenance ruang terbatas / confined space
2. Terdapat uji coba alat sebelum digunakan
3. Sebelum masa produksi, dilakukan training mengenai cara menggunakan
APAR.
4. Terdapat maintenance konstruksi dan peralatan produksi yang dilakukan
pada saat diluar masa produksi

9
5. Terdapat identifikasi K3 secara visual sebelum renovasi atau maintenance
6. Terdapat renovasi bangunan setiap satu tahun sekali
7. Terdapat pelaporan renovasi yang masuk ke bagian instalasi yang kemudian
ditangani secara langsung (direct action)
8. Terdapat Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) Umum
9. Terdapat rambu-rambu bahaya dan poster mengenai K3
10. Terdapat calon P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

a. Temuan Negatif
1. Ubin pada ruang kapasitor retak
2. Ventilasi tidak terawat, banyak kotoran
3. Penempatan alat kerja tidak tertata dengan baik
4. Tidak terdapat jalur hijau
5. Kaca jendela banyak yang pecah dan tidak ada kacanya
6. Tenaga kerja yang sedang melakukan pengelasan, pengoperasian alat berat,
maintenance tidak menggunakan APD
7. Sirkulasi udara kurang
8. Tidak ada riksa uji dan perizinan pada alat-alat berat
9. Pelaksanaan housekeeping belum maksimal
10. Pencahayaan ruang kurang
11. Terdapat kawat yang bergelantungan
12. Tangga terlalu curam

II.2.2. Temuan K3 Penanggulangan Kebakaran


a. Temuan positif
Temuan positif yang diperoleh terkait K3 penanggulangan kebakaran pada PT.
Madubaru meliputi :
1. APAR yang ditempatkan pada lokasi di sekitar boiler adalah jenis
busa/foam, sedangkan jenis tepung/powder ditempatkan di sekitar panel
listrik.
2. Seluruh APAR yang dijumpai berwarna merah.

10
3. APAR yang sudah kadaluarsa dan/atau dalam kondisi cacat berkarat tidak
digunakan.
4. Perusahaan memiliki mobil pemadam kebakaran mandiri.
b. Temuan Negatif
1. APAR digantung pada posisi yang terlalu tinggi (> 125 cm dari lantai hingga
bagian atas tanda pemasangan APAR) sehingga orang yang ingin
menggunakan dapat tertimpa.
2. Tanda pemasangan APAR memiliki ukuran segitiga sama sisi dengan tiap
sisinya < 35 cm sehingga sulit terlihat dari jarak jauh.
3. APAR hanya diletakkan di lokasi tertentu sehingga apabila terjadi
kebakaran di lokasi yang tidak terdapat APAR dapat mengakibatkan
kebakaran besar.
4. APAR ditempatkan tidak dalam keadaan tergantung sehingga dapat
mengakibatkan orang yang berlalu lalang dapat tersandung.
5. Belum terdapat detektor di seluruh gedung tempat kerja sehingga apabila
terjadi kebakaran di suatu lokasi akan sulit diketahui.
6. Belum terdapat alarm di seluruh gedung tempat kerja.
7. Belum dibuat sistem hidran sehingga apabila terjadi kebakaran kesulitan
mencari sumber air.
8. Tidak tersedia sprinkler di tempat kerja sehingga ketika terjadi kebakaran
api tidak secara otomatis dapat langsung dipadamkan.
9. Belum dibentuk unit penanggulangan kebakaran sehingga apabila terjadi
kebakaran api tidak dapat segera dikendalikan.
10. Belum ada tenaga kerja yang pernah mengikuti pelatihan mengenai teknik
penanggulangan kebakaran

II.1.1. Temuan K3 Penanggulangan Listrik


a. Temuan positif
1. Sudah terdapat tanda bahaya sengatan listrik di setiap instalasi yang
berpotensi mengandung tegangan listrik tinggi.
2. Untuk genset sudah ditempatkan pada gedung tersendiri dan selalu dikunci
oleh petugas.

11
3. Mesin genset sudah tersertifikasi laik uji.
4. Setiap gedung sudah terpasang instalasi penyalur petir.
5. Perusahaan sudah memiliki Ahli K3 listrik.

b. Temuan Negatif
1. Kebanyakan dari panel listrik tidak di kunci atau bahkan sudah hilang
penguncinya.
2. Instalasi kabel tidak rapi.
3. Sekrup-sekrup pada chasing pengaman listrik hilang
4. Banyak kabel yang terpasang melintang di lantai sehingga dapat
mengakibatkan orang tersandung.
5. Terdapat alat penyalur petir yang ditusukin ember.
6. Rantai penggerak escalator terlihat berkorosi
7. Operator dari escalator belum mempunyai SIO

12
BAB III
ANALISA

III.1. Analisa Temuan K3 Konstruksi


a. Temuan Positif
No Foto Temuan Temuan Dampak/Manfaat Peraturan Perundangundangan
Undang-undang no 1 tahun 1970
Pemberian safety
pasal 14
sign (tanda selamat)
‘Memasang dalam tempat kerja
tiap lantai di pabrik
yasng dipimpionnya, semua
Agar tenaga kerja sadar akan
gambar keselamatan kerja yang
pentingnya kesehatan dan
1 diwajibkan dan semua bahan
keselamatan kerja saat
pembinaan lainnya, pada tempat-
melakukan pekerjaannya
tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan
kerja’

13
Undang-undang no 1 tahun 1970
pasal 2b ‘ Dikerjskan
pembangunann, perbaikan,
perawatan, pembersihan, atau
Penutupan selokan Agar tidak adanya gangguan pembongkaran rumah, gedung
2 dalam melaksanakan atau bangunan lainnya termasuk
limbah pekerjaan bangunan pengairan, saluran, atau
terowongan bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan
pekerjaan kesiapan’

No Foto Temuan Temuan Dampak/Manfaat Peraturan Perundangundangan
3 Surat pengesahan Penganganan kesehatan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
calon P2K3 keselamatan kerja dapat No 4 tahun 1987 pasal 2 ayat
terpenuhi dan terjamin 1tentang Panitia Pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) serta tattacara
penunjukkan ahli keselamatan
kerja ‘ Setiap tem[pat kerja
dengan kriteria tertentu
pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3’

14
4 (Wawancara) Identifikasi K3 Mengetahui kondisi tempat
secara visual kerja secara visual

15
a. Temuan Negatif
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko yang
sudah ada
6 7 42 Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum no 24 tahun 2008
tentang pedoman pemeliharaa
dan perawatann bangunan
gedung pasal 5 ayat 1 ‘Tata cara
dan metode pemeliharaan dan
perswatana bangunan gedung
Dilakukan meliputi: a)Prosedur dan
1 -
Tersandung, dan perbaikan metode pemeliharaan dan
terjatuh perawatan banghunan gedung;
b)progran kerja pemeliharaan
dan perawatan banhgunan
gedung; c) Perlengkapan dan
perawatan untuk pekerjaan,
pemeliharaan, dan perawatan
bangunan gedung; dan d)
Standar an kinerja

16
pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung

UU no 1 tahun 1970 tentang


Dikumpulkan keselamatan kerja pasal 2N
2 3 3 9 - dalam satu ‘Dilakukan pembuangan atau
Mengakibatkan
tempat pemusnahan sampah atau
luka gores
limbah ‘

17
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum no 24 tahun 2008
tentang pedoman pemeliharaa
dan perawatann bangunan
gedung pasal 2 ayat 3 ‘Lingkup
pedoman ini meliputi
4 2 100 200
pengelolaan, pemeliharaan dan
Rawan runtuh perawatan, tata cara dan
metode, sistem dan program,
perlengkapan, peralatan dan
standar kinerja, pemeliharaan
dan perawatan bangunan
gedung,. Serta pembinaan’
5
Permenasker no 1 tahun 1980-
tentang k3 konstruksida
bangunan pasal 27 ‘ Tangga
Terjatuh dan rumah harus dibuat sedemikian
3 15 45
terguling rupa sehingga dapat menahan
dengan aman beban yang harus
cukup lebar untuk
pemakainnya secara aman’

18
III.2. Analisa Temuan K3 Penanggulangan Kebakaran
a. Temuan Positif
No Foto Temuan Temuan Dampak/Manfaat Peraturan
Perundangundangan
1 APAR yang Penempatan jenis APAR Peraturan Menteri Tenaga
ditempatkan pada yang disesuaikan dengan Kerja Nomor 04 Tahun 1980
lokasi di sekitar penggolangan risiko Pasal 4 ayat (4) “Pemasangan
boiler adalah jenis kebakaran akan dan penempatan alat
pemadam api ringan harus
busa/foam, mengoptimalkan kinerja sesuai dengan jenis dan
sedangkan jenis APAR dalam penggolongan kebakaran
tepung/powder memadamkan api. seperti tersebut dalam
ditempatkan di lampiran”.
sekitar panel listrik.
2 Warna merah pada APAR Peraturan Menteri Tenaga
akan terlihat lebih Kerja Nomor 04 Tahun 1980
Seluruh APAR mencolok dibandingkan Pasal 4
yang dijumpai dengan peralatan lain
berwarna merah. - ayat (6) “Semua tabung
sehingga apabila terjadi alat pemadam api ringan
kebakaran akan lebih sebaiknya berwarna
mudah untuk ditemukan. merah.”

19
No Foto Temuan Temuan Dampak/Manfaat Peraturan
Perundangundangan
3 Peraturan Menteri Tenaga
Kondisi fisik APAR yang Kerja Nomor 04 Tahun 1980
telah berkarat dapat Pasal 5 “Dilarang memasang
APAR0 yang sudah
kadaluarsa dan/atau mengindikasikan kondisi dan menggunakan alat
dalam kondisi cacat isi yang sudah tidak baik pemadam api ringan yang
berkarat tidak
sehingga tidak mampu didapati sudah berlubang-
digunakan.
memadamkan api secara lubang atau cacat karena
optimal.
karat.”

Peraturan Menteri Dalam


Perusahaan Keberadaan mobil
Negeri Nomor 16 Tahun 2009
memiliki mobil pemadam kebakaran dapat
tentang Standar Kualifikasi
pemadam mempermudah pemadaman
kebakaran mandiri. Aparatur Pemadam Kebakaran
apabila terjadi kebakaran.
Pasal 3.

20
No Foto Temuan Temuan Dampak/Manfaat Peraturan
Perundangundangan
5

Kemenaker No.186/1999,
Memberikan kemudahan pasal 2 ayat (2b) “Penyediaan
Tangga darurat yang dalam memberikan akses
dilengkapi tanda jalan keluar yang singkat sarana deteksi, alarm,
ketika terjadi kebakaran pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi”

Merupakan pintu khusus Kemenaker No.186/1999,


Pintu darurat dengan untuk memberikan akses pasal 2 ayat (2b) “Penyediaan
sistem didorong keluar dengan mudah dan sarana deteksi, alarm,
keluar singkat ketika terjadi pemadam kebakaran dan
kebakaran sarana evakuasi”

21
No Foto Temuan Temuan Dampak/Manfaat Peraturan
Perundangundangan
7
Keputusan Menteri Tenaga
Memastikan jalur evakuasi Kerja Nomor 186 Tahun 1999,
Jalur evakuasi
bebas dari benda dalam keadaan aman, Pasal 2
yang mudah terbebas dari benda yang - ayat (2b) “Penyediaan sarana
terbakar deteksi, alarm, pemadam
terbakar
kebakaran dan sarana
evakuasi.”

8
Keputusan Menteri Tenaga

Fire drill diadakan Memberikan pelatihan Kerja Nomor 186 Tahun 1999

ketika penggantian kepada karyawan untuk Pasal 2


Fire drill
APAR setiap satu menghadapi situasi disaat - ayat (2e) “Penyelenggara
tahun sekali. terjadi kebakaran latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran
secara berkala”

22
b. Temuan Negatif
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang sudah
ada
1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 04 Tahun 1980 Pasal 4
APAR digantung
Sebaiknya - ayat (1) “Setiap satu atau
pada posisi yang kelompok alat pemadam api
APAR
terlalu tinggi 125 cm ringan harus ditempatkan
digantung pada pada posisi yang mudah
dari lantai hingga
ketinggian dilihat dengan jelas, mudah
bagian atas tanda 1 3 3 - dicapai dan diambil serta
125 cm dan
pemasangan APAR) dilengkapi dengan pemberian
dilengkapi tanda pemasangan.”
sehingga orang yang - ayat (3) “Tinggi pemberian
dengan tanda
ingin menggunakan pemasangan tanda pemasangan tersebut
APAR. ayat (1) adalah 125 cm dari
dapat tertimpa.
dasar lantai tepat diatas satu
atau kelompok alat pemadam
api ringan bersangkutan.”

23
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko yang
sudah ada
2

Sebaiknya Peraturan Menteri Tenaga Kerja


Tanda pemasangan
tanda Nomor 04 Tahun 1980 Pasal 4
APAR memiliki
pemasangan - ayat (2) “Pemberian tanda
ukuran segitiga
pemasangan tersebut ayat (1)
sama sisi dengan APAR
0,5 1 0,5 - harus sesuai dengan lampiran I
tiap sisinya < 35 memiliki (segitiga sama sisi dengan warna
panjang tiap dasar merah, ukuran tiap sisi 35
cm sehingga sulit
cm. tinggi huruf 3 cm berwarna
terlihat dari jarak sisi
putih, dan tinggi tanda panah 7,5
jauh. 35 cm cm berwarna putih)”

24
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko yang
sudah ada
2

APAR hanya
diletakkan di lokasi Sebaiknya Peraturan Menteri Tenaga Kerja
tertentu sehingga APAR Nomor 04 Tahun 1980 Pasal 4
apabila terjadi ditempatkan di - ayat (5) “Penempatan tersebut ayat
(1) antara alat pemadam api
kebakaran di lokasi Pemasang seluruh gedung
1 1 1 yang satu dengan lainnya atau
yang tidak terdapat an APAR tempat kerja kelompok satu dengan lainnya
APAR dapat dengan jarak tidak boleh melebihi 15 meter,
kecuali ditetapkan lain oleh
mengakibatkan antarAPAR
pegawai pengawas atau ahli
15 m.
kebakaran besar. keselamatan Kerja”

25
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko yang
sudah ada
5
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
APAR ditempatkan Sebaiknya
Nomor 04 Tahun 1980 Pasal 6
tidak dalam APAR
- ayat (1) “Setiap alat pemadam api
keadaan tergantung ditempatkan
ringan harus dipasang
sehingga dapat 0,5 1 0,5 - menggantung (ditempatkan) menggantung
pada dinding pada dinding dengan penguatan
mengakibatkan sulit sengkang atau dengan konstruksi
dijangkau supaya mudah penguat lainnya atau
dijangkau. ditempatkan dalam lemari atau
peti (box) yang tidak dikunci.”

26
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang sudah
ada
6

Belum terdapat Peraturan Menteri Tenaga Kerja


Sebaiknya di
detektor baik asap Nomor 02 Tahun 1983 Pasal 3
seluruh gedung
maupun panas di - ayat (1) “Detektor harus
tempat kerja
seluruh gedung dipasang pada bagian
dilengkapi
tempat kerja bangunan kecuali apabila
Detektor panas dan asap 1 1 1 - dengan detektor
sehingga bagian bangunan tersebut
supaya
apabila terjadi telah dilindungi dengan
kebakaran dapat
kebakaran di suatu dideteksi sistem pemadam kebakaran
lokasi akan sulit sesegera automatik.”
diketahui mungkin.

27
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang sudah
ada
7 Sebaiknya di
seluruh gedung Peraturan Pemerintah Nomor 36
tempat kerja Tahun 2005 Pasal 1
dilengkapi - “Instalasi Alarm Kebakaraan
Belum terdapat dengan alarm Automatik adalah sistem atau
rangkaian alarm kebakaran
alarm di seluruh yang terhubung yang menggunakan detektor
Alarm 1 1 1 -
gedung tempat dengan detektor panas, detektor asap, detektor
kerja supaya seluruh nyala api dan titik panggil
secara manual serta
orang di tempat perlengkapan lainnya yang
kerja dipasang pada sistem alarm
kebakaran.”
mengetahui jika
terjadi kebakaran.

28
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang sudah
ada
8 Sebaiknya Keputusan Menteri PU Nomor 2
sistem hidran Tahun 1985
Belum dibuat
dibuat supaya - Pasal 2 “Lingkungan
sistem hidran perumahan dan lingkungan
penanganan
sehingga apabila bangunan gedung harus
Hidran 1 1 1 - apabila terjadi dilengkapi hidran atau sumur
terjadi kebakaran
kebakaran dapat gali atau reservoir kebakaran.
kesulitan mencari Bangunan yang berjarak lebih
sumber air. segera
dari 10 m dari jalan
menemukan lingkungan, harus dilengkapi
sumber air. hidran tersendiri.”
9 Sebaiknya
Tidak tersedia
sprinkler di tempat sistem sprinkler
Keputusan Menteri PU Nomor 2
kerja sehingga dibuat supaya
ketika terjadi penanganan Tahun 1985 Pasal 21 tentang
Sprinkler 1 1 1 -
kebakaran api tidak apabila terjadi sprinkler.
secara otomatis
kebakaran dapat
dapat langsung
segera
dipadamkan.
dipadamkan.

29
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang sudah
ada
10
Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 186 Tahun 1999
Sebaiknya unit Pasal 2
penanggulangan - Ayat (1) “Pengurus atau
Belum dibentuk Telah pengusaha wajib mencegah,
kebakaran
unit dibuat mengurangi, dan
segera dibentuk memadamkan kebakaran,
penanggulangan rencana
supaya latihan penanggulangan
Unit penanggulangan kebakaran sehingga anggota
1 1 1 kebakaran di tempat kerja.”
kebakaran penanganan
apabila terjadi P2K3 - Ayat (2) “Kewajiban
dapat dilakukan mencegah, mmgurangi, dan
kebakaran api tidak bidang
dapat segera sesegra mungkin memadamkan kebakaran di
kebakaran
dikendalikan. apabila terjadi tempat kerja sebagaimana di
dan hidran
kebakaran maksud pada ayat (1)
dipadamkan. meliputi : pembentukan unit
penanggulangan kebakaran di
tempat kerja.”

30
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang
sudah ada
11 Sebaiknya
tenaga kerja
Latihan terutama ketika
Belum ada tenaga
pemadama akan Keputusan Menteri Tenaga
kerja yang pernah
n membentuk unit Kerja Nomor 186 Tahun 1999
Pelatihan mengenai mengikuti
kebakaran penanggulangan BAB III tentang Tugas dan
teknik penanggulangan pelatihan mengenai 1 1 1
kebakaran dilakukan kebakaran Syarat Unit Penanggulangan
teknik
ketika diikutsertakan Kebakaran.
penanggulangan
kebakaran penggantia mengikuti
n APAR. pelatihan teknik
penanggulangan
kebakaran.

31
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang
sudah ada
12 Gedung yang tidak
dilengkapi dengan Keputusan Menteri Tenaga
Sebaiknya setiap
smoke damper Kerja Nomor 186 Tahun 1999
gedung
menyebabkan Pasal 2
Smoke damper 1 1 1 - dilengkapi
penyebaran api
- ayat (2c) “Pengendalian
dengan smoke
dapat meluas ke penyebaran asap, panas dan
dumper
ruang lain ketika gas”
terjadi kebakaran
13 Gedung tidak Sebaiknya setiap
dilengkapi dengan gedung
pressurized fan dilengkapi
dapat dengan Permen PU No.24 tahun 2008
menyebabkan asap Bagian IV tentang tata cara dan
Pressurized fan 1 1 1 - pressurized fan
dapat memasuki supaya orang metode pemeliharaan dan
tangga darurat yang melewati perawatan bangunan gedung
sehingga tangga darurat
kandungan O2 tidak kehabisan
menipis. O2.

32
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang sudah
ada
14 Peraturan Pemerintah Nomor 36
Sebaiknya
Kompartemenisasi pembuatan Tahun 2005 Pasal 34
belum dilakukan bangunan baru
- ayat (1) “Pengaturan komponen
ketika membangun menerapkan
arsitektur dan struktur
gedung sehingga kompartemenisa
Kompartemenisasi 0,5 7 3,5 - bangunan gedung antara lain
dinding/tiang si sehingga
dalam penggunaan bahan
belum mampu dinding atau
bangunan dan kontruksi yang
menahan tiang tahan
tahan api, kompartemenisasi
penyebaran api. terhadap
dan pemisah, dan
api.
perlindungan pada bukaan”
15 Belum ada penanda
Jalur evakuasi Keputusan Menteri Tenaga
jalur evakuasi di
sebaiknya diberi Kerja Nomor 186 Tahun 199
sepanjang jalan
tanda supaya Pasal 2
sehingga sulit
Penanda jalur evakuasi 1 40 40 - memudahkan - ayat (2b) “Penyediaan sarana
menemukan pintu
proses evakuasi deteksi, alarm, pemadam
maupun tangga
ketika terjadi kebakaran dan sarana
darurat ketika
terjadi kebakaran.
kebakaran. evakuasi”

33
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko yang
sudah ada
16 Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2005 Pasal 41
Penerangan jalur
evakuasi kurang - ayat (5) “Pencahayaan buatan
Sebaiknya jalur
sehingga dapat yang digunakan untuk
evakuasi diberi
menyebabkan pencahayaan darura
penerangan
orang yang sebagaimana dimaksud pada
1 7 7 - yang cukup
melaluinya jatuh ayat (1) harus dipasang pada
sehingga
bangunan gedung dengan
karena tidak dapat memudahkan
fungsi tertentu, serta dapat
melihat keberadaan proses evakuasi.
bekerja secara otomatis dan
anak tangga. mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup
untuk evakuasi yang aman.”

34
III.3. Analisa Temuan K3 Listrik
a. Temuan Positif
No Foto Temuan Temuan Dampak/Manfaat Peraturan Perundangundangan

1 Sudah terdapat Memberikan warning kepada UU No.1 Tahun 1970 tentang


tanda bahaya tenaga kerja supaya tidak Keselamatan Kerja pasal 14
sengatan listrik di sembarangan masuk ke huruf b.

setiap instalasi yang dalam ruang yang


berpotensi mengandung potensi bahaya
mengandung listrik tinggi.
tegangan listrik
tinggi

2 Untuk genset sudah Mencegah supaya tidak ada Permenaker No. 12 tahun 2015
ditempatkan pada orang yang masuk ke dalam tentang Keselamatan dan
gedung tersendiri ruang genset selain petugas Kesehatan Kerja Listrik Pasal 6
dan selalu dikunci ahli yang berkompetensi di dan 7.
oleh petugas. bidang listrik

35
3 Mesin genset sudah Sebagai pemeriksaan apakah Permenaker No. 12 tahun 2015
tersertifikasi laik uji. genset masih dalam kondisi tentang Keselamatan dan
aman untuk digunakan.
Kesehatan Kerja Listrik Pasal 12.

4 Setiap gedung sudah Melindungi bangunan dan Permenaker No. 31 tahun 2015
terpasang pekerja dari sambaran petir tentang Pengawasan Instalasi
secara langsung. Penyalur Petir Pasal 9.
instalasi penyalur
petir

5 (Hasil Wawancara) Perusahaan sudah Supaya potensi bahaya listrik Permenaker No. 12 tahun 2015
memiliki Ahli K3 dapat dikendalikan dengan tentang Keselamatan dan

listrik. tepat. Kesehatan Kerja Listrik Pasal 7


bahwa “Perusahaan yang
memiliki pembangkit listrik lebih
dari 200 kVa wajib memiliki ahli
K3 Listrik”.

36
b. Temuan Negatif
No Foto Temuan Potensi Bahaya Proba Consequ Rating Pengenda Saran Dasar Hukum
bility ence Risiko lian
Risiko
yang
sudah ada

1 Kebanyakan dari 3 15 45 Terdapat Selalu dikunci PUIL 2000 SNI 04-0225-2000


panel listrik tidak pengunci agar tidak tentang Persyaratan Umum
tetapi tidak
di kunci atau dikunci membahayakan Instaasi Listrik 2000
bahkan sudah
hilang
penguncinya. Hal
ini berpotensi
kesetrum karena

disalahgunakan
tenaga kerja

37
2 Instalasi kabel 6 100 600 Belum ada Dilakukan PUIL 2000 SNI 04-0225-2000
tidak rapi, pengendali perapian kabel tentang Persyaratan Umum
an
berpotensi terjadi Instaasi Listrik 2000
hubungan arus
pendek yang dapat
mengakibatkan
kebakaran, atau
menyebabkan
orang tersetrum
dikarenakan kabel
yang terkelupas

2 Sekrup-sekrup 1 15 15 Belum ada Dilakukan PUIL 2000 SNI 04-0225-2000


pada chasing pengendali perbaikan pada tentang Persyaratan Umum
an
pengaman listrik instalasi tersebut Instaasi Listrik 2000
hilang dapat dengan
mengakibatkan memasang
orang tersetrum sekrup.

38
5 Banyak kabel yang 6 15 90 Belum ada Pemasangan PUIL 2000 SNI 04-0225-2000
terpasang pengendali instalasi kabel tentang Persyaratan Umum
an
melintang di lantai jangan Instaasi Listrik 2000
sehingga dapat melintang di
mengakibatkan tengah jalan.

orang tersandung
dan kesetrum
apabila kabel
terkelupas

39
6 Terdapat alat 1 40 40 Belum ada Dilakukan Permenaker No. 31 tahun 2015
penyalur petir yang tindakan pengecekan tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir Pasal 2.
ditusuki ember. Hal ulang supaya
ini dapat fungsi dari alat
mengakibatkan penyalur petir
kebakaran bekerja
maksimal

7 Kondisi instalasi 6 15 90 Belum Ada Dilakukan PUIL 2000 SNI 04-0225-2000


listrik yang tidak Tindakan penggantian tentang Persyaratan Umum
terawat kabel-kabel yang Instaasi Listrik 2000
mengakibatkan sudah tidak
Instalasi Listrik
terjadi hubungan layak pakai
arus pendek karena
kulit kabel yang
mudah terkelupas

40
BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari PKL adalah :
1. Pelaksanaan K3 bidang konstruksi belum cukup baik karena perawatan gedung
kurang baik terutama dalam hal ventilasi dan sarana prasarana.
2. Pelaksanaan K3 bidang penanggulangan kebakaran belum cukup baik karena
gedung tempat kerja belum dilengkapi oleh sistem penanggulangan kebakaran dan
sarana evakuasi yang memadai.
3. K3 bidang listrik belum cukup baik karena instalasi kurang terawat dan berpotensi
menyebabkan terjadinya hubungan arus pendek.

IV.2. Saran
Adapun saran yang kami ajukan, yaitu :
1. Pada K3 bidang konstruksi sebaiknya dilakukan perawatan dari konstruksi
gedung beserta alat-alatnya agar kondisi gedung tidak mudah rapuh serta
pengoperasian alat dapat berjalan optimal.
2. Pada K3 bidang penanggulangan kebakaran sebaiknya gedung tempat kerja
dilengkapi detektor, alarm, hidran, serta dibentuk unit penanggulangan
kebakaran.
3. Pada K3 bidang listrik sebaiknya dilakukan perawatan secara berkala dan
dilakukan penggantian kabel yang sudah tidak layak pakai.

41
LAMPIRAN

42
43
44

Anda mungkin juga menyukai