Anda di halaman 1dari 12

Disharmoni Dento Maxilar ( DDM )

Disharmoni dentomaksiler merupakan disproporsi besar gigi dengan lengkung


geligi. Faktor utama penyebab DDM adalah faktor herediter atau keturunan,
misalnya seorang anak mewarisi ukuran gigi ibunya yang cenderung berukuran kecil
dan anak tersebut mewarisi ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran relatif
besar. Sehingga terjadi diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi ukuran gigi
dan lengkung geligi. Selain itu ada beberapa faktor lain yang juga mendukung
timbulnya kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti gaya hidup, misalnya anak tersebut
kurang mengkonsumsi makanan keras sehingga pertumbuhan rahang kurang
maksimal, dan ukuran rahang menjadi lebih kecil dari ukuran yang seharusnya. Hal
ini menyebabkan DDM tipe transitoir. Pada DDM tidak harus terjadi pada kedua
rahang ataupun pada kedua sisi, DDM bisa terjadi hanya pada salah satu sisi
ataupun pada salah satu rahang. Namun pada umumnya DDM lebih sering terlihat
pada rahang atas, karena lengkung rahang untuk tempat erupsi gigi permanen pada
rahang atas hanya terbatas pada tuberositas maksila saja, sedangkan pada rahang
bawah sampai pada ramus ascenden. DDM dibagi menjadi tiga tipe :
1. Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai
yaitu ukuran gigi-gigi yang berukuran besar pada lengkung
geligi yang normal, atau ukuran gigi normal pada lengkung
geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi
berdesakan.
2. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar
gigi dan lengkung gigi yaitu ukuran gigi kecil dengan
lengkung geligi normal ataupunukuran gigi normal dengan
lengkung geligi yang besar.
3. Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan
pertumbuhan tulang, yang menyebabkan gigi berdesakan.
DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi seiring bertambahnya
usia karena pertumbuhan tulang rahang dan ukuran gigi
tetap, sehingga baketerlambatan pertumbuhan, maka tidak
dianjurkan melakukan pencabutan karena dapat
menyebabkan diastema. Untuk mendiagnosa DDM tipe
transitoir bisa dilakukan perbandingan antara gambaran
normal gigi geligi saat itu dengan gamaran dari gigi pasien.
Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa
dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi
dapat merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM. Dimana apabila
ekstraksinya dilakukan secara tepat maka tidak akan terjadi maloklusi pada
rongga mulut. Namun jika diagnosa dilakukan terlambat (umur 11-12
tahun) maka perawatan DDM tidak hanya cukup dengan ekstraksi seri
saja, terapinya perlu dilanjutkan dengan penggunaan alat orthodonsi untuk
menaroik gigi canius ke distal dan dan meletakkan insisivus lateral dalam
lengkung gigi yang baik dan benar. (Buku Ajar Orthodonsi 2. 2003. 54-55)

Disharmoni Dento Maxilar


Disharmony dento maksiler (DDM) adalah suatu keadaan disproporsi antara
besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung gigi. Menurut Anggraini (1957) etiologi
disharmoni dentomaksiler adalah faktor herediter. Karena tidak adanya harmoni
antara besar gig dan lengkung gigi maka keadaan klinis yang dapat dilihat adalah
adanya lengkung gigi dengan diastema yang menyeluruh pada lengkung geligi bila
gigi-gigi kecil dan lengkung geligi normal, meskipun hal ini jarang dijumpai. Keadaan
yang sering dijumpai gigi-gigi yang besar pada lengkung gigi-gigi yang normal atau
gigi yang normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi
berdesakan.
Gejala klinis DDM :
Fase gigi sulung : tidak ada monkey gaps, yaitu diastema fisiologis gigi
sulung antara gigi I2 dan C.
Fase geligi campuran:
- Palatoversi dari I2 rahang atas, ini dikarenakan pada saat I1 rahang atas
akan tumbuh dia meresopsi akar dari i1 dan i2 sulung, sehingga I1
dapat tumbuh sempurna. Saat I2 akan tumbuh gigi tersebut tidak dapat
meresopsi akar dari gigi c sulung sehingga I2 tumbuh secara palatoversi.
- Gigi C eksostem, ini di karenakan pada saat I2 akan tumbuh, gigi
tersebut meresopsi akar c sulung, kemudian m1 sulung di gantikan oleh P1,
jadi saat gigi C akan tumbuh, gigi tersebut kekurangan tempat. Karena letak
benih dari gigi C berada di labial maka gigi tersebut menjadi labioversi, atau
keluar dari lengkung gigi yang berada (eksostem).
DDM ini Dibagi Menjadi 2 Kelompok Besar :
a. Crowded (Berdesakan)
Ditandai dengan exostem gigi caninus permanen . Pada DDM crowded
terjadi ketidakseimbangan antara volume rahang dan gigi, karena faktor herediter.
Misalnya volume rahang kecil tetapi ukuran gigi normal atau dapat juga volume
rahang normal tetapi ukuran gigi besar. Ada patokan range mesial distal secara
umum untuk menentukan ukuran suatu gigi apakah gigi tersebut masuk kedalam
kategori berukuran besar atau kecil.
Urutan erupsi gigi RA : 6-1-2-4-5-3-7-8
Urutan erupsi gigi RB : 6-1-2-3-4-5-7-8
Gigi yang mengalami erupsi pertama kali adalah gigi I1. RA dan gigi
tersebut berukuran cukup besar sehingga membutuhkan tempat yang luas. Karena
volume gigi I1 yang sangat besar, gigi ini tidak cukup hanya meresorbsi gigi I1
sulung, tetapi jugan meresorbsi I2 sulung yang pada akhirnya menyebabkan I2
sulung tanggal prematur. Selanjutnya gigi I2 permanen erupsi namun gigi ini tidak
memiliki tempat yang cukup, sehingga I2 permanen meresorbsi gigi C sulung
sehingga C sulung tanggal prematur. Yang nantinya berakibat C permanen tidak
mendapatkan tempat sehingga terjadi exostem.
Jika ada kondisi dimana terdapat gigi I2 di palatal, maka gigi tsb akan erupsi
ke arah incisal dengan cara bergerak ke labial sehingga sesuai dengan lengkung
gigi.
I2 permanen atas palatoversi : karena gigi tersebut gagal meresorbsi gigi C
sulung sehingga sehingga C sulung tidak tanggal prematur dan gigi tsb juga
tidak punya tempat hingga akhirnya gigi itu tumbuh di tempat benih itu
tertanam.
Gejala DDM jarang nampak di RB karena urutan erupsi RB tumbuh secara
berurutan. Jadi kebanyakan pada RB DDM tidak menunjukkan gejala klinis.
Gejala klinis
DDM :
1. Ke 4 insisiv tumbuh di lengkung gigi yang benar dan
C exostem.
2. I2 permanen palatoversi dengan C normal pada lengkungnya atau C
exostem, sedangkan I2 permanen normal.
Penyebab erupsi tidak sesuai dengan urutan adalah karena
multifaktor, diantaranya karena adanya dorongan dari gigi-gigi yang akan
erupsi dan akarnya sudah terbentuk.
Persistensi gigi sulung : gigi permanen yang senama dengan gigi
sulung sudah erupsi tetapi gigi sulung tsb tidak teresorbsi oleh gigi permanen
tsb. Karena gigi permanen tsb bergerak ke incisal dan labial.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi gerak gigi:
- Tidak punya daya erupsi.
- Impacted.
Klasifikasi maloklusi menurut Angle, menyatakan relasi RA dan RB
dengan menggunakan patokan M1 permenen RA dan RB.
1. Angle Klas 1 (Neutroklusi): Cusp mesio bukal M1
RA berkontak dengan bukal groove M1 RB.
2. Angle Klas 2 (Distoklusi): Cusp mesio bukal M1 RA
saat oklusi berada diantara P2 dan M1 RB.
3. Angle Klas 3 (Mesioklusi): Cusp mesio bukal M1 RA
berada diantara M1 dan M2 RB.
b. Multiple Diastema
Merupakan space antara dua gigi (dimana terlihat gingiva) yang
bersebelahan. Jika ada diantara gigi I1 permanen disebut diatema sentral.
Diastema terjadi karena :
1. Volume rahang normal tapi gigi kecil.
2. Volume gigi normal tapi volume rahang kecil.
Untuk mendeteksi DDM Diastema dapat dilihat dari
jumlah gigi yang hilang, gigi tanggal prematur, ukuran
gigi, dan ukuran rahang. Tidak semua diastema multiple
dikarenakan oleh DDM. Jadi harus dilihat dari berbagai
macam faktor.
c. dan ada juga yang menambahkan DDM Transitoir
Terjadi karena keterlambatan pertumbuhan skeletal, namun gigi sudah
mulai nampak tumbuh. Hal ini dapat diketahui dengan hasil rontgen. Jika gigi
sudah tumbuh tapi rahang belum berkembang, dapat dilakukan foto rontgen
metacarpal yang bertujuan untuk melihat epifisisnya apakah sudah menutup
atau belum.
Tanda- Tanda DDM Di Regio Anterior:
Tidak adanya diastema fisiologis pada fase geligi sulung dapat menimbulkan
suatu dugaan bahwa akan timbul kondisi gigi berdesakan saat gigi permanen erupsi.
Hal ini didasari pada kondisi gigi- gigi sulung yang tersusun rapat, sehingga insisive
central permanen yang akan erupsi, selain akan meresorpsi insisive central juga
akan meresorpsi insisive lateral sulung secara besamaan. Pada akhirnya, insisive
lateral sulung tanggal prematur, sehingga menyediakan tempat yang cukup untuk
insisive central permanen erupsi pada lengkung gigi yang benar/ posisi yang normal.
Namun, dilain pihak hal ini merugikan insisive lateral dan atau caninus
permanen yang akan erupsi. Pada saat insisive lateral permanen akan erupsi, timbul
dua kemungkinan yang dapat terjadi. Kemungkinan pertama, insisive lateral
permanen akan tumbuh normal jika akar caninus sulung teresorpsi, sehingga
caninus sulung akan tanggal prematur. Hal ini nantinya dapat menyebabkan caninus
permanen tumbuh di luar lengkung gigi yang benar karena tidak memiliki tempat
yang cukup. Pada kondisi DDM yang parah, dapat pula terjadi kondisi dimana
insisive lateral permanen berkontak dengan molar pertama sulung.
Kemungkinan kedua yaitu, insisive lateral pemanen tidak akan meresorpsi
akar caninus sulung, sehingga insisive lateral ini akan tumbuh di palatal, sesuai
dengan letak benih permanennya berasal. Hal ini menguntungkan bagi caninus
permanen yang mana dapat tumbuh normal pada lengkung rahang yang benar.
Definisi Ekstraksi Seri
Ekstraksi seri merupakan suatu metode untuk melakukan perawatan
orthodonti dalam periode geligi campuran (mixed dentition) untuk mencegah
terjadinya maloklusi pada gigi - gigi tetap (permanent dentition) dengan jalan
melakukan pencabutan gigi - gigi yang dipilih pada interval waktu yang tertentu serta
menurut cara - cara yang telah dilaksanakan dengan observasi dan diagnosa yang
tepat dan teliti sehingga merupakan suatu prosedur yang memerlukan kesabaran
dan penelitian yang lama tanpa memakai alat orthodonti. Jadi, merupakan suatu
cara untuk mendapatkan koereksi sendiri (self correction). (Buku Ajar Orthodonsi
2.2003. 67)
Tujuan Ekstraksi Seri
Menuntun dan mengontrol erupsi gigi-gigi permanen dalam lengkung rahang
dan untuk mencegah agar tidak terjadi maloklusi pada gigi permanen. Hal ini
dilakukan dengan jalan mencabut baik gigi-gigi sulung maupun gigi permanen
secara berurutan dalam interval waktu tertentu
Indikasi dan kontraindikasi Ekstraksi Seri
Indikasi :
Adanya Disharmony Dento-Maksiler.
Pada fase geligi pergantian.
Perawatan hanya dapat dilakukan bila diyakini bahwa basis apikal
terlalu kecil untuk memuat semua geligi dalam lengkung yang rata.
Protrusi bimaksilar.
Pada maloklusi kelas I.
Pada maloklusi kelas II divisi 1.
Tanggal gigi sulung satu atau lebih yang mengakibatkan
lengkung gigi menjadi pendek.
Kontraindikasi :
Maloklusi klas I angle dengan kekurangan tempat yang kecil
(sedikit berdesakan).
Ada mutilasi.
Deep overbite atau open bite.
Maloklusi kelas II divisi 2 dan kelas III.
Kelebihan dan kekurangan Ekstraksi Seri
Kelebihan :
Dapat meratakan gigi berjejal.
Dapat digunakan sebagai preventif sehingga perawatan untuk
memperbaiki maloklusi tidak memerlukan waktu yang lama.
Mengurangi resiko karies oleh karena gigi yang berjejal.
Memungkinkan pergerakan secara fisiologis dari gigi
insisivus setelah ada ruangan dengan jalan pencabutan
decidui. (http://repository.usu.ac.id.pdf)
Kekurangan :
Mungkin dapat merintangi pertumbuhan:
Terjadinya pergerakan ke distal gigi kaninus dan insisivus karena kurangnya
tekanan kea rah mesial dari premolar.
Mengurangi prognatisme alveolar.
Merintangi pertumbuhan ke depan rahang atas.
Bertambahnya overbite.
Miringnya gigi insisivus ke bawah kea rah lingual.
Terbentuknya banyak jaringan parut yang akan merintangi
atau menghambat erupsi gigi permanen.
Masuknya atau menonjolnya lidah ke ruangan pencabutan.
Hal ini akan mengganggu erupsi dan susunan yang baik gigigigi
tetap yang telah bererupsi.
Sering terjadi setelah pencabutan suatu gigi, ruangannya tidak dapat
tertutup seluruhnya. Penutupan ruangan yang disebabkan oleh gigi-gigi
belakang migrasi ke mesial dan ketidakharmonisan intergiditasi atau
hubungan antar tonjol gigi-geligi, dapat menyebabkan traumatik oklusi.
Bila ruangan yang terjadi akibat suatu pencabutan tetap
terbuka maka pada saat mulut dibuka akan terlihat. Hal ini akan
mengganggu penampilan wajah yang berhubungan dengan faktor estetik.
(Amirudin. 2002)

Kemungkinan tindakan dalam Ekstraksi Seri


Pelaksanaan ekstraksi seri yang mungkin dilakukan sebagai
berikut :
- Kaninus sulung > m1 > P1
- Kaninus sulung > P1
Pencabutan kaninus sulung :
Untuk memberi tempat bagi insisif permanen agar dapat
terletak baik dalam lengkung.
Perlu dipikirkan untuk tempat C permanen > setelah + 1 th, I
permanen terletak baik, perlu dilakukan foto lokal, bila
semua benih ada dan letaknya baik > tentukan rencana
perawatan selanjutnya.
Pencabutan m1 & P1 :
Di RA tidak dilakukan pencabutan m1, karena biasanya P1
lebih dulu dari caninus > biarkan erupsi sendiri dengan
meresopsi m1.
Di RB > kaninus sering erupsi lebih dahulu dari P1.
Pencabutan P1 :
Dilakukan bila kaninus permanen sudah waktunya erupsi,
sebab kalau terlalu cepat dicabut > kemungkinan besar M1
dan m2 akan bergeser ke mesial sehingga tempat untuk
kaninus permanen menjadi berkurang.

Kemungkinan Tindakan dalam Ekstraksi Seri :


Kalau gigi P1 akan erupsi lebih dulu dari gigi C (RA) >
dibiarkan gigi m1 tanggal sendiri dan gigi P1 tumbuh.
Atau gigi C dan gigi P1 akan erupsi bersama-sama > perlu
pencabutan gigi m1 agar gigi P1 erupsi lebih dulu dari gigi C
>> kalau gigi P1 sudah erupsi > dicabut untuk memberi
tempat bagi gigi C.
Kalau gigi C erupsi lebih dulu dari gigi P1, maka seharusnya
gigi m1 dan benih gigi P1 diambil bersama-sama untuk
memberi tempat bagi gigi C.

Untuk menghindari operasi pada anak-anak, dilakukan cara lain:

Mencabut m1, setelah 6 bulan m2 dicabut, supaya P1 erupsi

agak ke distal diatas benih P2, bila P1 telah erupsi > harus
dicabut >> perlu pemakaian space maintainer supaya M1
tidak bergerak ke mesial

16
Prosedur Ekstraksi Seri Pada Skenario

Ekstraksi Seri Rahang Atas :

Insisiv berdesakan
Caninus sulung dicabut
Insisiv yang berdesakan terkoreksi secara spontan
Molar pertama sulung dicabut untuk mempercepat erupsi premolar
pertama
Premolar pertama dicabut bila kaninus permanen akan erupsi
Premolar kedua dan Caninus erupsi, diastema perlu dikoreksi dengan
piranti ortodonti untuk mendapatkan hasil akhir yang baik

Ekstraksi Seri Rahang Bawah :

17
33
55
44
V IV III 2 1 1 2 III IV V
V IV III 2 1 1 2 III IV V
33
44
55
Ekstraksi gigi caninus sulung untuk memberi tempat pada insisif
permanen supaya dapat terletak baik dalam lengkung rahang, gigi
caninus permanen akan erupsi lebih dulu dari gigi premolar,seharusnya
gigi molar sulung dan benih gigi permanen diambil bersama sama
untuk memberi tempat pada caninus permanen tetapi pengambilan
benih gigi tersebut dilakukan dengan bedah, pada anak usia 9 tahun ada
cara lain untuk menghindari pembedahan yaitu dengan cara mencabut
gigi molar sulung dan sesudah kira kira 6 bulan molar sulung kedua
dicabut supaya nantinya gigi premolar 1 dalam erupsinya agak ke distal
diatas benih gigi premolar 2 dan apabila premolar1 tersebut sudah
erupsi, maka gigi p1 dicabut untuk menempatkan posisi gigi premolar2
yang terahir tumbuh pada lengkung rahang bawah.
Definisi
Ekstraksi seri adalah pencabutan gigi yang terencana dan berurutan pada
waktu tertentu saat masa geligigi campuran. Tindakan ini disebut ekstraksi seri
karena secara garis besar dilakukan pencabutan gigi sulung dan kemudian
dilakukan pencabutan gigi permanen dan diakhiri dengan mekano terapi.
Tujuan ekstraksi seri:
1. Meghilangkan gigi yang berdesakan
2. Menuntun dan mengontrol erupsi gigi-gigi permanen dalam lengkung
rahang dan untuk mencegah agar tidak terjadi maloklusi pada gigi permanen

Indikasi Seri Ekstraksi


1. Adanya Disharmony Dento Maksiler
2. Pada fase geligi pergantian
3. Perawatan hanya dapat dilakukan bila diyakini bahwa basis apikal terlalu
kecil untuk memuat semua geligi dalam lengkung yang rata.
4. Tidak ada kelainan skeletal
5. Hubungan molar Klas I
6. Overbite normal
7. Kurang ruang lebih besar atau sama dengan 10 mm ( crowded berat )
8. Umur : 7 - 8 tahun

Kontra Indikasi Seri Ekstraksi


1. Maloklusi klas I angle dengan kekurangan tempat yang kecil
2. Maloklusi klas II divisi 2 dan klas III angle
3. Openbite
4. Crowded ringan
5. Agenesis
6. Diastema
7. Deep overbite

Hal Yang Dipertimbangkan Pada


Metode Ekstraksi
_ Cukup atau tidaknya ruang yang tersedia
_ Lama perawatan 4-5 tahun
_ Prosedur perawatan tidak berurutan secara
Keuntungan ekstraksi seri:
1. Dapat meratakan gigi berjejal
2. Sebagai usaha prevetif untuk mencegah pemakain alat ortodonsi cekat
3. Menurunkan kemungkinan terjadinya karies karena gigi berjejal
4. Memungkinkan pergerakan secara fisiologis dari gigi insisive setelah ada
ruangan dengan jalan pencabutn gigi desidui
5. Perawatan akhir dengan piranti cekat tidak butuh waktu lama
Kerugian dari ekstraksi seri, antara lain yaitu:
1. Mungkin dapat merintangi pertumbuhan:
- Terjadinya pergerakan ke distal gigi kaninus dan insisivus karena kurangnya
tekanan kea rah mesial dari premolar
- Mengurangi prognatisme alveolar
- Merintangi pertumbuhan ke depan rahang atas
2. Bertambahnya overbite
3. Miringnya gigi insisivus ke bawah kea rah lingual
4. Terbentuknya banyak jaringan parut yang akan merintangi atau
menghambat erupsi gigi permanen
5. Masuknya atau menonjolnya lidah ke ruangan pencabutan. Hal ini akan
mengganggu erupsi dan susunan yang baik gigi-gigi tetap yang telah
bererupsi
6. Sering terjadi setelah pencabutan suatu gigi, ruangannya tidak dapat
tertutup seluruhnya. Penutupan ruangan yang disebabkan oleh gigi-gigi
belakang migrasi ke mesial dan ketidakharmonisan intergiditasi atau
hubungan antar tonjol gigigeligi, dapat menyebabkan traumatik oklusi
7. Bila ruangan yang terjadi akibat suatu pencabutan tetap terbuka maka
pada saat mulut dibuka akan terlihat. Hal ini akan mengganggu penampilan
wajah yang berhubungan dengan faktor estetik

PROSEDUR PENCABUTAN SERI


Tindakan yang mula-mula dilakukan pada pencabutan serial adalah
mencabut kaninus sulung agar terdapat ruangan sehingga insisiv yang berdesakan
terkoreksi secara spontan (tanpa menggunakan peranti ortodonti) kecuali gigi yang
terletak rotasi. Bila akar premolar pertama telah terbentuk setengah atau dua
pertiga, molar pertama sulung dicabut untuk mempercepat erupsi premolar pertama.
Ketika premolar pertama telah erupsi gigi ini dicabut agar kaninus erupsi ke tempat
bekas pencabutan premolar pertama. Bila terdapat sisi diastema perlu ditutup dari
distal dengan menggunakan peranti cekat agar gigi-gigi dapat terletak dalam
kedudukan normal. Premolar kedua biasanya akan erupsi secara normal
menggantikan kedudukan molar kedua sulung.
Kadang-kadang kaninus permanen rahang bawah erupsi hampir bersamaan
dengan premolar pertama, sehingga bila tidak terdapat ruangan yang cukup,
kaninus permanen akan terletak lebih labial. Untuk mencegah keadaan ini, bila akar
premolar pertama bawah telah terbentuk setengah atau dua pertiga maka molar
pertama sulung dicabut untuk mempercepat pertumbuhan premolar pertama. Bila
premolar pertama ini telah erupsi gigi ini dicabut agar gigi kaninus permanen erupsi
kearah diastema bekas premolar pertama. Masalah dapat timbul apabila pada foto
rontgen terlihat kaninus erupsi terlebih dahulu daripada premolar pertama. Tindakan
yang dapat dilakukan adalah pada saat mencabut molar pertama sulung juga
dilakukan enukleasi pada premolar pertama.
Tetapi kekurangan enukleasi adalah tidak terbentuk tulang alveolar diregio
tersebut sedangkan bila premolar erupsi akan terbentuk tulang alveolar dan juga
prosedur yang cukup rumit. Untuk menghindari operasi pada anak-anak (enukleasi),
dilakukan cara lain yaitu mencabut molar pertama sulung, setelah itu molar kedua
sulung dicabut, supaya premolar pertama erupsi agak ke distal diatas benih
premolar kedua. Bila premolar pertama telah erupsi maka harus dicabut, kemudian
perlu pemakaian space maintainer supaya molar pertama permanen tidak bergerak
ke mesial.
Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan molar kedua
sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh kaninus permanen yang
bergeser kedistal, premolar kedua dan molar pertama permanen bergeser ke mesial.
Bila pencabutan serial tidak diikuti oleh perawatan komperhensif dengan
piranti cekat maka tidak akan didapatkan susunan gigi yang ideal, letak akar gigi
yang tidak sejajar dan penutupan diastema tidak berhasil dengan baik. Apabila
terjadi agenisi premolar pertama, cabut molar pertama sulung kemudian kaninus
permanen akan menempati tempat tersebut. Jika agenisi premolar kedua dan bila
kaninus permanen erupsi lebih dulu dari premolar pertama maka cabut molar
pertama sulung dan molar kedua sulung bersama-sama agar kaninus sulung dan
premolar pertama dapat erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space maintainer
agar molar pertama permanen tidak bergeser ke mesial

Anda mungkin juga menyukai