Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidup selalu mengalami perubahan yang terjadi hamper setiap detik
kehidupan yang kita rasakan, jika dulunya kita hanya merasa kesusahan untuk
mencapai tujuan jarak jauh dengan jalan kaki atau bersepeda hingga berjam –
jam, kini kita merasakan kemudah berkat perkembangan teknologi yang selalu
di perbarui dan mempermudahkan segala sesuatu yang awalnya sulit untuk di
kerjakan semakin mudah untuk di kerjakan kembali.
Perkembangan teknologi untuk mempermudahkan kita membuat kita
dengan sukarela mengeluarkan biaya rendah hingga berjuta – juta untuk
menikmati akses mudah dan cepat. Tentunya kemudahan ini sangat kita rasakan
di masa kini, jika biasanya kita akan berjalan kaki untuk sampai ke tujuan yang
kita inginkan, berkat adanya perkembangan teknologi kita mampu menjangkau
tujuan kita dengan cepat berkat adanya kereta api, bus – bus, sepeda montor,
mobil, truk bahkan pesawat terbang.
Kemudah yang kita rasakan tentunya ada beberapa dampak positif dan juga
negatifnya, seiring berkembannya era teknologi membuat kita malas untuk
bergerak aktif dan cenderung berarah pada hal hal yang instan dengan minim
aktifitas. Kemudah ini mengubah beberapa pola prilaku yang awalnya sering
bersosialisasi di lingkungan sekitar rumah, area pasar, bergotong royong dan
kebiasaan jalan kaki yang merupakan bentuk olah raga tanpa kita sadari terhenti
dan jarang di lakukan karena adanya kemudahan akses komunakasi lewat
telpon, berkendara, transaksi, dan akses informasi membuat kebanyak
masyarakat kita malas untuk bersosialisasi dan cenderung mengurung diri
sehingga menurunkan pola prilaku efektif menjadi non- efektif.
Banyaknya pembangunan, tidak meratanya jumlah penduduk di Indonesia
serta banyaknya kendaraan dan tindakan tidak ramah lingkungan menyebabkan
semakin mengikis kawasan hijau terlebih lagi seperti kejadian alam yang turut
membuat kerusakan semakin parah. Hal ini dapat mengakibatkan adanya

1
pencemaran lingkungan dan turut menurunkan kualitas oksigen di sekitar,
sehingga asupan oksigen bersih menurun selain itu, hal ini juga mempengaruhi
sistem pernafasan dan imunitas tubuh yang mampu membuat kita mudah untuk
terkena gangguan pernafasan.
Selain itu, banyak dari masyarakat kita yang cenderung lebih memlih
penggunaar obat tanpa rekomendasi oleh dokter atau memilih ketika sakitnya
semakin parah lalu berobat tanpa melakukan penanganan sebelumnya.
Tentunya kita perlu mengetahui penangan mengenai gangguan kesehatan yang
kita rasakan dan tidak berfokus pada penggunaan obat – obatan secara
farmakologi atau berbahan kimia semata, namun lebih kearah obat – obatan
secara alami untuk penanganan gejala sementara untuk menghindari gangguan
kesehatan yang lebih komplit lagi.

2.2 Rumusan Masalah

2.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit hipoksia?

2.2.2 Apa saja gejala dari penyakit hipoksia tersebut?

2.2.3 Jelaskan apa yang menyebabkan terjadinya gejala hipoksia?

2.2.4 Bagaimana diagnosis terhadap penyakit hipoksia?

2.2.5 Bagaimana cara mengobati penyakit hipoksia

2.2.6 Apa yang terjadi bila penyakit hipoksia terkomplikasi?

2.2.7 Jelaskan cara pencegahan komplikasi terhadap penyakit hipoksia?

2.2.8 Apa yang dimaksud dengan bahan kimia?

2.2.9 Apa yang dimaksud dengan obat?

2.2.10 Ciri-ciri obat apa saja yang tidak boleh di konsumsi?

2.2.11 Sebutkan jenis-jenis macam obat?

2.2.12 Faktor apa saja yang mempengaruhi kerja obat?

2.2.13 Bagaimana cara menggunkan obat dengan benar?

2
2.2.14 Jelaskan apa saja kelebihan dari obat?

2.3 Tujuan Penulisan

2.3.1 Tujuannya adalah agar pembaca mengetahui apa itu penyakit hipoksia.

2.3.2 Bertujuan agar pembaca mengetahui gejala-gejala apa saja yang menyangkut
pada penyakit hipoksia.

2.3.3 Bertujuan untuk pembaca agar mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya
gejala hipoksia.

2.3.4 Tujuannya untuk pembaca agar mengetahui apa saja diagnosis tentang
hipoksia.

2.3.5 Bertujuan untuk mengetahui cara mengobati penyakit hipoksia.

2.3.6 Bertujuan agar pembaca tau apa yang terjadi apa bila terjadi komplikasi
terhadap penyakit hipoksia.

2.3.7 Tujuannya agar pembaca mengetahui cara pencegahan komplikasi penyakit


tersebut.

2.3.8 Bertujuan untuk mengetahui apa itu bahan kimia.

2.3.9 bertujuan untuk mengetahui apa itu obat

2.3.10 Bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri obat apa saja yang tidak boleh
dikonsumsi.

2.3.11 Tujuannya untuk pembaca agar mengetahui jenis-jenis macam obat.

2.3.12 Tujuannya untuk mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi obat.

2.3.13 Tujuannya untuk pembaca agar mengetahui cara menggunakan obat yang
benar.

2.3.14 Bertujuan untuk pembaca apa saja kelebihan dari obat tersebut.

2.4 Manfaat Penulisan

2.4.1 Manfaat pada penulisan ini yaitu bertujuan agar para pembaca memahami apa
itu penyakit hipoksia.

3
2.4.2 Manfaat pada penulisan ini juga bertujuan agar pembaca mengetahui apa saja
yang terkandung dalam obat-obatan dan jenis bahan kimia apa saja yang
digunakan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan


tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi
berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya
dengan cepat. Agar lebih jelas kita harus mengetahui mengenai anatomi dan
fisiologi dari sistem pernafasan dan mengentahui bagaimana sistem transfortasi
oksigen dalam sel atau jaringan mengalami gangguan transfortasi.

2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan (juga disebut sebagai sistem ventilator) adalah


sistem biologis kompleks yang terdiri dari beberapa organ yang
memfasilitasi menghirup dan menghembuskan nafas oksigen dan karbon
dioksida dalam organisme hidup (atau, dengan kata lain, pernapasan).
Untuk semua vertebrata bernapas, respirasi ditangani oleh paru-paru, tetapi
ini adalah jauh dari satu-satunya komponen dari sistem pernapasan. Bahkan,
sistem ini terdiri dari struktur biologis berikut: hidung dan rongga hidung,
mulut, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus, paru-paru dan otot-
otot pernapasan.

a. Hidung dan Rongga Hidung

Hidung dan rongga hidung merupakan pembukaan eksternal utama


dari sistem pernapasan. Mereka mewakili pintu masuk ke saluran
pernapasan – suatu bagian melalui tubuh yang menggunakan udara
untuk perjalanan untuk mencapai paru-paru.

Hidung terbuat dari tulang, otot, tulang rawan dan kulit, sedangkan
rongga hidung, lebih atau kurang, ruang berongga. Meskipun hidung
biasanya dikreditkan sebagai alat bantu pernapasan eksternal utama,

5
perannya sebenarnya untuk memberikan dukungan dan perlindungan
kepada rongga hidung.

Rongga dilapisi dengan selaput lendir dan rambut kecil yang dapat
menyaring udara sebelum masuk ke saluran pernapasan. Mereka dapat
menjebak semua partikel berbahaya seperti debu, jamur dan serbuk sari
dan mencegah mereka dari mencapai salah satu komponen internal.
Pada saat yang sama, dingin udara luar yang menghangat dan lembab
sebelum melalui saluran pernapasan. Selama pernafasan, udara hangat
yang dihilangkan mengembalikan panas dan kelembaban kembali ke
rongga hidung, jadi ini merupakan proses yang berkesinambungan.

b. Rongga mulut
Rongga mulut, lebih sering disebut sebagai mulut, adalah satu-
satunya komponen eksternal lainnya yang merupakan bagian dari sistem
pernapasan. Sebenarnya, itu tidak melakukan apapun fungsi tambahan
dibandingkan dengan rongga hidung, tetapi bisa melengkapi udara
dihirup melalui hidung atau bertindak sebagai alternatif ketika bernapas
melalui rongga hidung tidak mungkin atau sangat sulit.
Biasanya, bernapas melalui hidung adalah lebih baik untuk bernapas
melalui mulut. Tidak hanya mulut tidak memiliki kemampuan untuk
menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, tetapi juga tidak
memiliki rambut dan selaput lendir untuk menyaring kontaminan yang
tidak diinginkan.
Di sisi positifnya, jalur terkemuka dari mulut yang lebih pendek
dan diameter lebih lebar, yang berarti bahwa lebih banyak udara dapat
masuk ke dalam tubuh pada kecepatan yang sama.
c. Faring

Faring adalah komponen berikutnya dari saluran pernapasan,


meskipun sebagian orang menyebutnya hanya sebagai tenggorokan. Ia
menyerupai corong terbuat dari otot yang bertindak sebagai perantara
antara rongga hidung dan laring dan esofagus.

6
Hal ini dibagi menjadi tiga bagian terpisah: nasofaring, orofaring
dan laringofaring. Nasofaring adalah daerah atas dari struktur, yang
dimulai pada posterior rongga hidung dan hanya memungkinkan udara
untuk perjalanan melalui itu dan mencapai bagian bawah.

Orofaring melakukan sesuatu yang mirip, kecuali itu terletak di


posterior rongga mulut. Setelah udara mencapai laringofaring, sesuatu
yang disebut epiglotis akan mengalihkannya ke laring. Epiglotis adalah
flap yang melakukan tugas penting, dengan beralih akses antara
esofagus dan trakea. Hal ini memastikan bahwa udara akan melakukan
perjalanan melalui trakea, tetapi bahwa makanan yang ditelan dan
perjalanan melalui faring dialihkan ke kerongkongan.

d. Laring

Laring adalah komponen berikutnya, tetapi hanya mewakili


bagian kecil dari saluran pernapasan yang menghubungkan
laringofaring untuk trakea. Hal ini sering disebut sebagai kotak suara,
dan terletak dekat bagian anterior leher, tepat di bawah tulang hyoid.
Epiglotis tersebut merupakan bagian dari laring, seperti tulang rawan
tiroid, kartilago krikoid dan pita suara. Kedua kartilago menawarkan
dukungan dan perlindungan untuk komponen lain, seperti lipatan vokal
dan laring sendiri.

Kartilago tiroid juga berjalan dengan nama yang lebih umum –


jakun – meskipun, bertentangan dengan kepercayaan populer, itu hadir
pada pria dan wanita. Hal ini biasanya lebih diucapkan pada laki-laki
dewasa. Lipatan vokal adalah selaput lendir yang tegang dan bergetar
untuk menciptakan suara, maka kotak suara istilah. Pitch dan volume
suara ini dapat dikontrol dengan memodifikasi ketegangan dan
kecepatan pita suara.

7
e. Trakea

Trakea adalah bagian lagi dari saluran pernapasan, berbentuk


seperti tabung dan sekitar 5 inci panjang. Ini memiliki beberapa tulang
rawan hialin cincin berbentuk C yang dilapisi dengan epitel kolumnar
bersilia semu. (2) Mereka cincin menjaga trakea terbuka untuk udara
sepanjang waktu.

Mereka berbentuk C untuk memungkinkan ujung terbuka untuk


menghadapi kerongkongan. Hal ini memungkinkan kerongkongan
untuk memperluas ke daerah biasanya ditempati oleh trakea untuk
memungkinkan potongan yang lebih besar dari makanan untuk
melewati.

Trakea, lebih sering disebut sebagai tenggorokan,


menghubungkan laring ke bronkus dan juga memiliki peran menyaring
udara sebelum itu memasuki paru-paru. Epitel yang melapisi cincin
tulang rawan menghasilkan lendir yang perangkap partikel berbahaya.
Silia kemudian memindahkan lendir ke atas menuju faring, di mana ia
diarahkan menuju saluran pencernaan dalam rangka untuk itu untuk
dicerna.

f. Saluran Pernapasan

Ujung bawah trakea membagi saluran pernapasan menjadi dua


cabang yang bernama bronkus utama. Ini pertama kali menjalankan ke
masing-masing paru-paru sebelum lanjut bercabang menjadi bronkus
yang lebih kecil. Ini bronkus sekunder terus membawa udara ke lobus
dari paru-paru, kemudian lebih lanjut dibagi menjadi bronkus tersier.
Bronkus tersier kemudian dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang
tersebar di seluruh paru-paru yang disebut bronchioles.

Masing-masing dari bronkiolus ini terus terpecah menjadi bagian-


bagian yang lebih kecil disebut bronkiolus terminal. Pada tahap ini, ini

8
jumlah bronkiolus kecil di jutaan, kurang dari satu milimeter
panjangnya, dan bekerja untuk melakukan udara untuk alveoli paru-paru
‘. Bronkus yang lebih besar berisi C-berbentuk tulang rawan cincin
mirip dengan yang digunakan dalam trakea untuk menjaga jalan napas
terbuka.

Sebagai bronkus semakin kecil, begitu juga cincin yang menjadi


semakin lebih banyak spasi. Bronkiolus kecil tidak memiliki jenis tulang
rawan dan bukannya mengandalkan otot dan elastin.

Sistem ini menciptakan pola seperti pohon, dengan cabang yang


lebih kecil tumbuh dari yang lebih besar. Pada saat yang sama, itu juga
memastikan bahwa pesawat dari trakea mencapai semua daerah paru-
paru. Selain hanya membawa udara, bronkus dan bronkiolus juga
memiliki lendir dan silia yang lebih menyempurnakan udara dan
menyingkirkan kontaminan lingkungan sisa.

Dinding bronkus dan bronkiolus juga dilapisi dengan jaringan


otot, yang dapat mengontrol aliran udara masuk ke paru-paru. Dalam
kasus tertentu, seperti selama aktivitas fisik, otot-otot rileks dan
memungkinkan lebih banyak udara masuk ke paru-paru.

g. Paru

Paru-paru adalah dua organ yang terletak di dalam dada di sisi kiri
dan kanan. Mereka dikelilingi oleh membran yang menyediakan mereka
dengan cukup ruang untuk memperluas ketika mereka mengisi dengan
udara. Karena paru-paru kiri terletak lateral jantung, organ tidak identik:
paru-paru kiri lebih kecil dan hanya memiliki 2 lobus sedangkan paru-
paru kanan memiliki 3.

Di dalam, paru-paru menyerupai spons yang terbuat dari jutaan


dan jutaan kantung kecil yang yang bernama alveoli. Alveoli ini
ditemukan di ujung bronkiolus terminal dan dikelilingi oleh kapiler

9
melalui darah melewati. Berkat lapisan epitel yang meliputi alveoli,
udara yang masuk ke dalam mereka bebas untuk bertukar gas dengan
darah yang melewati kapiler.

h. Otot Respirasi

Komponen terakhir dari sistem pernapasan adalah struktur otot


yang dikenal sebagai otot respirasi. Otot-otot ini mengelilingi paru-paru
dan memungkinkan menghirup dan menghembuskan nafas dari udara.
Otot utama dalam sistem ini dikenal sebagai diafragma, lembaran tipis
otot yang merupakan bagian bawah dada. Hal menarik di udara ke paru-
paru dengan kontrak beberapa inci dengan setiap napas. Selain
diafragma, otot-otot interkostal beberapa terletak antara tulang rusuk
dan mereka juga membantu menekan dan memperluas paru-paru.

Oksigen yang didapat dari lingkungan saat kita bernapas akan


diangkut oleh darah dari paru-paru menuju ke jantung. Jantung akan
memompa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh sel tubuh melalui
pembuluh darah. Hipoksia dapat terjadi bila terdapat gangguan dalam
sistem transportasi oksigen dari mulai bernapas sampai oksigen tersebut
digunakan oleh sel tubuh.

Dengan transportasi oksigen dapat dijelaskan bahwa paru paru akan


menerima oksigen atau udara yang masuk kedalam dinding dinding
kantong udara yang berukuran kecil (alveoli) yang terdapat pada paru
paru kemudian oksigen akan masuk kedalam darah.

2.1.2 Komponen Oksigen

a. Komponen yang pertama adalah paru-paru. Paru-paru dapat menyerap


120 sampai 180 liter udara per menit untuk manusia normal.
b. Komponen kedua adalah kemampuan darah membawa oksigen. Hal ini
tergantung pada volume darah dan jumlah darah merah didalamnya. Sel
darah merah membawa haemoglobin, yang sesungguhnya membawa
oksigen dalam darah.

10
c. Komponen ketiga adalah jantung. Output dari system jantung adalah
ukuran banyaknya darah yang dipompa oleh jantung melalui system
peredaran ketubuh dalam waktu satu menit. Sama dengan volume darah
yang dipompa untuk setiap detak jantung dikalikan jumlah detak jantung
per menit. Volume darah yang dipompa dapat ditingkatkan melalui
latihan.
d. Komponen keempat adalah kerapatan saluran capillary. Setiap serat otot
dikelilingi oleh sejumlah capillary yang merupakan perpanjangan dari
saluran arteri. Peningkatan jumlah capillary disekitar serat otot akan
memberikan lebih banyak darah bagi area tersebut yang berarti
menambah asupan oksigen pada otot.

2.1.3 Proses Perjalan Oksigen Kejaringan

Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup


melalui dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak
langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh
permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke
dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak
langsung.

Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru.


Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat
paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap
terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami proses difusi
dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus. Oleh karena itu,
berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang
dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.

a. Pernafasan Eksternal

Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut


akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen
tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang
mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen
(O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru
dinamakan pernapasan eksternal.

Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru,


sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3).
Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air
(H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.

11
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan Hb)
melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga
ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2)
menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).

Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada


perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus.
Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada
darah dan udara berbeda.

Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar


dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan
kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi
oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi
menuju darah pada alveolus paru-paru.

Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih


besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga,
konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan
konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada
darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.

b. Pernafasan Internal

Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran


gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh.
Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut
berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah oksihemoglobin (HbO2)
dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju
cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses
metabolisme sel.

Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga


melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan
jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah
dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi
oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen
dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.

Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah


daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung
dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang
diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama
hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2).

Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam


plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat

12
(H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai
menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- ).
CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh
oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa
ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di
dalam darah berfungsi sebagai bufer atau larutan penyangga. Lebih
tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH
(derajat keasaman) darah.

2.2 Gejala Hipoksia

Gejala hipoksia bisa muncul dan memburuk secara cepat (akut) atau
bertahap (kronis). Beberapa gejala yang menyertai hipoksia, di antaranya
adalah:

a. Napas pendek dan cepat.


b. Detak jantung cepat.
c. Warna kulit menjadi agak kebiruan atau dapat menjadi merah terang
seperti buah ceri, tergantung penyebab dari hipoksianya.
d. Lemas.
e. Menjadi linglung atau bingung.
f. Kehilangan kesadaran.
g. Gelisah dan Berkeringat berlebih.
h. Batuk.
i. Rasa seperti dicekik.
j. Napas berbunyi (mengi).

Beberapa tanda hipoksia lainnya yang terdapat pada bayi dan anak-anak,
antara lain adalah anak menjadi lemas dan lesu, rewel, gusar, tidak fokus, serta
gelisah.

Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera temui dokter untuk


mendapatkan penanganan. Sekalipun gejala-gejala lanjutan sudah hilang, Anda
tetap dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter.

13
2.3 Penyebab Hipoksia

Hipoksia juga bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa kondisi. Salah
satunya disaat orang mengalami serangan asma berat. Saat seseorang mengalami
serangan asma berat jalan nafas akan menyempit. Dengan demikian, semakin
sedikit jumlah udara yang masuk ke paru-paru.batuk-batuk yang kemudian muncul
sebagai reaksi sesak malah bisa membuat paru-paru menggunakan lebih banyak
oksigen dan memperburuk gejala yang dialami.kondisi lain yang dapat
menyebabkan hopiksia adalah masalah paru-paru , seperti penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), bronchitis,pneumonia, edema paru ( cairan di paru-paru), anemia
(rendahnya jumlah sel darah merah yang membawa oksigen), keracunan
sianida,dan serangan asma yang parah.

Adapun beberapa penyebab dari hipoksia, antara lain:

a. Hipoksia hipoksik
Hal ini terjadi ketika kadar oksigen dalam pembuluh arteri turun. Beberapa
penyebab hipoksia hipoksik:
 Berada di situasi dengan kadar oksigen rendah, contoh saat
kebakaran, tenggelam, dan berada di ketinggian.
 Terdapat penyakit paru-paru, seperti asma, pneumonia, edema
paru, penyakit paru obstruktif kronis, kanker paru, pneumothorax,
dan sleep apnea.
 Keadaan yang membuat berhenti bernapas, contohnya saat
penggunaan obat fentanyl.

b. Hipoksia stagnan atau hipoperfusi

Keadaan ini terjadi akibat gangguan aliran darah. Hipoperfusi disebabkan


oleh:

 Gangguan jantung, seperti bradikardia dan fibrilasi ventrikel.


 Terhentinya aliran darah arteri ke organ, contohnya pada orang
dengan luka tembak atau trombosis arteri.

14
c. Hipoksia anemic

Hipoksia anemik terjadi ketika kemampuan darah yang membawa oksigen


berkurang kapasitasnya. Sehingga darah tidak kaya lagi dengan oksigen.
Keadaan ini terjadi pada:

 Anemia dan kondisi dimana fungsi sel darah merah rusak, seperti
pada penyakit methemoglobinemia.
 Keracunan karbon monoksida (CO).

d. Hipoksia histotoksik

Kondisi ini terjadi ketika terjadi gangguan pada sel dalam menggunakan
oksigen. Keracunan sianida merupakan salah satu contoh hipoksia
histotoksik.

Selain kondisi di atas, peradangan dan sepsis juga dapat


mengakibatkan hipoksia. Hipoksia jenis ini disebut cytopathic hypoxia.

2.4 Diagnosis Hipoksia

Menentukan diagnosis ada atau tidaknya hipoksia memerlukan pemeriksaat


fisiksecara langsung. Dari kondisi pasien dapat diamati adanya keluhan sesak nafas,
kulit tampak kebiruan, riwayat asma, riwayat sesak nafas sebelumnya, dan
sebagainya. Pemeriksaan fisik ini dibutuhkan untuk mengamati frekuensi
pernafasan, suara tambahan pada saat bernafas, aliran udara dalam paru-paru, dan
seterusnya.

Pada kondisi tertentu akan diperlukan pula pemeriksaan penunjang. Biasanya


berupa pemeriksaan saturasi oksigen atau jumlah oksigen yang masuk kejaringan
tubuh. Kadar oksigen yang masuk idealnya berada dikisaran 95% sampai 100%.
Selain itu, bisa juga dilakukan pemeriksaan analisis gas darah untuk melihat
kesamaan darah serta konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam darah. Uji
fungsi paru juga bisa dilakukan bila perlu untuk mengamati fungsi anatomis paru-
paru dan menentukan penyebab hipoksia.

15
Beberapa cara yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis hipoksia pada
pasien, yaitu:

 Pemasangan alat yang disebut pulse oximetry pada jari dan telinga untuk
mendeteksi kadar oksigen dalam darah.
 Pemeriksaan analisis gas darah dengan mengambil sampel darah dari
pembuluh arteri.

Hal terpenting ketika dokter mengetahui terdapat hipoksia adalah


menentukan penyebab dari hipoksia tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang
seperti tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar sianida atau CO dalam darah
dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.

2.5 Pengobatan Hipoksia

Kondisi hipoksia dapat ditangani dengan memperbaiki aliran oksigen dan


meningkatkan tekanan parsial oksigen (pO2) dalam darah. Penanganan juga perlu
berdasar pada penyebab hipoksia dan upaya perbaikan kondisi yang menjadi
penyebaba tersebut. Misalnya menangani anemia atau asma yang menjadi
penyebab utama hipoksia. Mereka yang terkena hipoksia juga bisa melakukan
hiperventilasi dengan cara bernafas lebih cepat untuk meningkatkan aliran oksigen
ke paru-paru.

Hal yang perlu diingat salah satu metode penting saat menangani hipoksia
adalah penanganan oksigen. Hal ini akan meningkatan konsentrasi oksigen yang
dihirup dan dengan demikian juga meningkatkan tekanan parsial oksigen dalam
darah serta memperbaiki kondisi hipoksia.

Beberapa peralatan yang umumnya digunakan untuk mengantarkan oksigen


melalui bantuan inhalasi adalah kanula nasal (selang oksigen hidung) , sungkup
oksigen sederhana , sungkup oksigen katup, serta selang pernafasan. Pemilihan alat
bergantung pada berbagai hal termasuk tanda dan gejala yang terjadi pada pasien ,
derajat keparahan hipoksia, saturasi oksigen tubuh , kondisi kesadaran , dan
beberapa indikasi penting lainnya.

16
Jika Anda memiliki kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia dan
merasakan gejala hipoksia, Anda harus segera ke rumah sakit agar segera
mendapatkan perawatan yang tepat. Mengembalikan pasokan yang optimal ke
dalam tubuh dan mengatasi penyebab dari hipoksia merupakan penanganan
yang paling penting.

Terdapat beberapa metode penanganan untuk mengembalikan pasokan


oksigen yang optimal ke dalam tubuh:

a. Pemberian oksigen tambahan


Tubuh penderita hipoksia akan dipasok dengan oksigen tambahan,
menggunakan selang atau masker yang disambungkan ke tabung oksigen.
Semakin cepat kadar oksigen dalam tubuhnya kembali normal, semakin
kecil risiko kerusakan organ tubuh.

b. Alat bantu napas atau ventilator

Saluran pernapasan akan disambungkan dengan mesin ventilator,


menggunakan selang yang dimasukkan dari tenggorakan sampai melewati
pita suara.

c. Terapi oksigen hiperbarik (TOHB)

Penderita hipoksia yang disebabkan oleh keracunan karbon


monoksida akan dimasukkan ke dalam ruangan bertekanan tinggi
(hiperbarik) dengan oksigen murni.

2.5 Komplikasi Hipoksia

Hipoksia yang terlambat diatasi dapat mengakibatkan kerusakan sel,


jaringan, maupun organ, dan dapat menyebabkan kematian.

Namun hipoksia yang ditangani dengan pemberian oksigen juga dapat


menimbulkan komplikasi. Pemberian oksigen secara berlebihan justru dapat
meracuni jaringan tubuh (hiperoksia). Hal ini bisa menyebabkan:

17
a. Katarak
Adalah lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat
menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman
total.
b. Vertigo
Adalah salah satu bentuk sakit kepala di mana penderita mengalami persepsi
gerakan yang tidak semestinya (biasanya gerakan berputar atau melayang)
yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular.
c. Kejang
Adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak terkendali.
d. Perubahan prilaku
e. Pneumonia
Adalah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong
udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada penderita pneumonia,
sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan
dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau nanah.
Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam, atau
menggigil.

2.6 Pencegahan Hipoksia

Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan cara menghindari lingkungan


yang dapat menurunkan kadar oksigen atau menggunakan oksigen tambahan
dari tabung oksigen sebelum hipoksia muncul. Salah satu cara untuk mencegah
hipoksia bagi penderita asma adalah mencegah kambuhnya asma. Penderita
asma juga disarankan selalu siap dengan obat obatan yang yang telah dianjurkan
oleh dokter. Selain itu penderita asma selalu dianjurkan untuk mengonsumsi
makanan bergizi, dan tetap aktif. Hipoksia yang disebabkan oleh asma bisa
dihindari dengan cara menjalani pengobatan asma sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh dokter. Terapi tersebut juga bisa membantu pasien
mengendalikan asma.

18
Adapun cara mencegah hipoksia melalui gaya hidup sehat yang bisa
dilakukan dirumah yaitu:

a. Berhenti Merokok
b. Hindari menjadi perokok pasif
c. Berolahraga secara teratur
d. Memakan makanan yang sehat
e. Cari tahu pemicu asma anda dan temukan cara untuk menghindarinya atau
mencegahnya
f. Selalu sadar akan perubahan kondisi tubuh dan tidak menunda-nunda untuk
konsultasi dngan dokter dalam mengatasi keluhan pernafasan.

2.7 Bahan Kimia Dalam Obat

2.7.1 Bahan kimia

Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau
sintetis (non herbal). Yang digunakan untuk menambahi atau
menyempurnakan suatu produk mentah menjadi produk jadi.

zat-zat kimia juga terdapat pada obat-obatan. Obat-obatan yang


mengandung senyawa kimia bisa memulihkan kesehatan seseorang, tetapi
juga bisa mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan seseorang. Salah
satunya zat-zat kimia dalam obat-obat farmasi dapat menimbulkan kelainan
pada manusia. Padahal obat-obat tersebut banyak digunakan oleh wanita
hamil. Beberapa zat tersebut diantaranya adalah :

a. Talidomid

Talidomid merupakan pil anti muntah dan obat tidur. Talidomid


menyebabkan amelia dan meromelia (tidak terbentuknya anggota-
anggota adan seluruhnya atau sebagian), kelainan pada tulang panjang,
atresia usus, dan kelainan-kelaian jantung. Thalidomide adalah obat yang
dapat memengaruhi sistem pertahanan tubuh (immunodulator). Obat ini
bekerja pada sistem imun untuk menurunkan kadar zat yang dapat
menyebabkan peradangan kulit pada penderita erythema nodosum
leprosum (ENL) atau reaksi kusta tipe 2 dengan tingkat keparahan
menengah dan berat.

19
Jika diberikan bersamaan dengan obat dexamethasone, pada kanker
darah multiple myeloma obat ini dapat meningkatkan senyawa tertentu
dalam tubuh yang dapat membunuh sel-sel kanker.

Thalidomide harus digunakan di bawah pengawasan dokter. Penggunaan


obat ini untuk anak di bawah usia 12 tahun belum diketahui tingkat
keamanannya, oleh karena itu harus dipantau dengan sangat hati-hati.

 Tentang Thalidomide

Immunodulator (peningkat sistem


Golongan
pertahanan tubuh)

Kategori Obat resep

Mengatasi peradangan kulit pada


penderita kusta tipe 2 dan berfungsi
Manfaat
sebagai antineoplastik pada kasus
kanker darah multiple myeloma

Dikonsumsi
Dewasa
oleh

Kategori Kategori X: Obat-obatan yang berisiko


kehamilan tinggi menyebabkan cacat permanen pada
dan janin dan tidak boleh digunakan pada
menyusui saat hamil dan menyusui

Bentuk obat Kapsul

 Peringatan :

 Beri tahu dokter terlebih dahulu jika memilki alergi terhadap obat atau
bahan tertentu.
 Konsultasikan pada dokter untuk pemberian obat ini pada anak berusia
di bawah 12 tahun atau balita yang mendapat air susu dari ibunya karena
belum ada studi yang menjamin keamanannya.
 Harap berhati-hati bagi yang memiliki riwayat kejang atau epilepsi, detak
jantung lambat, menstruasi tidak teratur, pembekuan darah, serta gejala
kesemutan atau mati rasa pada tangan atau kaki.
 Beri tahu dokter jika sedang menjalani kemoterapi atau hendak menjalani
operasi.
 Informasikan pada dokter jika mengonsumsi obat-obatan lain, termasuk
suplemen dan obat herbal.
 Segera konsultasikan pada dokter jika terdapat efek atau gejala yang
mengkhawatirkan selama pemakaian obat.

20
Kondisi Dosis

Dosis awal: 100-300 mg, satu kali


sehari saat akan tidur.
Untuk reaksi kusta
Dosis awal untuk pasien dengan
tipe 2 (erythema
berat badan di bawah
nodosum leprosum)
50 kg: 100 mg setiap hari. Dosis dapat
dikurangi 50 mg setiap 2-4 minggu.
Dosis maksimal: 400 mg setiap hari.

Dosis awal: 200 mg, satu kali sehari.


Dosis dapat ditingkatkan setiap
Untuk kanker darah
minggu dengan interval waktu sesuai
multiple myeloma
toleransi pasien.
Dosis maksimal: 800 mg setiap hari.

 Hindari mengonsumsi alkohol selama menjalani pengobatan dengan


thalidomide.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis segera temui dokter.

 Mengonsumsi Thalidomide dengan Benar

Sebelum mengonsumsi thalidomide, penderita wanita perlu melakukan


tes kehamilan untuk memastikan dirinya tidak dalam keadaan hamil. Untuk
wanita yang sudah berkeluarga, gunakan dua macam kontrasepsi guna
mencegah kehamilan selama 4 minggu sebelum mengonsumsi obat ini.
Kontrasepsi tersebut perlu dilanjutkan selama pemakaian obat hingga 4
minggu pasca dosis terakhir. Selain itu, pemeriksaan kehamilan juga perlu
dilakukan selama bulan pertama setelah mengonsumsi obat ini, dan perlu
diulang setiap 2 hingga 4 minggu selama terapi dengan obat ini dilakukan.

Pencegahan kehamilan juga perlu dilakukan pasangan pria dari


penderita wanita yang mengonsumsi obat ini. Mereka perlu memakai
kondom setiap kali akan berhubungan seksual dengan penderita hingga 4
minggu setelah mengomsumsi dosis terakhir.

Konsumsilah obat ini sesuai anjuran dokter. Thalidomide harus


dikonsumsi dalam keadaan perut kosong atau setidaknya satu jam setelah
makan dengan segelas air. Jangan mengonsumsi lebih sering atau lebih lama
dari anjuran dokter. Jika waktu konsumsi obat ini terlewatkan, gantikan
dosis yang terlupa secepatnya. Namun jika dosis yang terlupakan sudah

21
mendekati waktu konsumsi berikutinya, maka lewatkan dosis yang
tertinggal dan kembali ke aturan dosis yang dijadwalkan.

Selama mengonsumsi obat ini, pasien dilarang menyumbang darah atau


sperma hingga 4 minggu setelah dosis yang terakhir. Selain itu, jangan
berbagi obat ini dengan orang lain, meski memiliki gejala yang sama.

Thalidomide dapat menyebabkan pusing atau mengantuk. Oleh karena


itu, hindari mengemudikan kendaraan, mengoperasikan mesin, atau
melakukan kegiatan yang memerlukan kewaspadaan selama mengonsumsi
obat ini. Selain itu, thalidomide juga dapat meningkatkan efek alkohol jika
digunakan bersamaan minuman yang mengandung zat tersebut.

 Interaksi Thalidomide dengan Obat Lainnya

Harap berhati-hati jika mengonsumsi thalidomide dengan:

 Darbepoetin-alfa dan doxorubicin, karena dapat meningkatkan risiko


terjadinya thromboembolic events atau trombosis.
 Antihistamin, obat pereda sakit opioid, atau sodium oxybate (GHB),
karena dapat meningkatkan efek kantuk.
 Amiodarone, bortezomib, cisplatin, disulfiram, docetaxel,
metronidazole, paclitaxel, phenytoin, vincristine, atau obat lain yang
berisiko meningkatkan kerusakan saraf.
 Obat penghambat alfa, penghambat kanal kalsium, digoxin, penghambat
H2, lithium, atau antidepresan trisiklik, karena berisiko memperlambat
denyut jantung.
 Obat erithropoietin atau obat yang mengandung estrogen, karena dapat
meningkatkan risiko penyumbatan darah.

 Kenali Efek Samping Thalidomide

Beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi


thalidomide adalah:

 Pusing atau pening.


 Denyut jantung cepat.
 Kelemahan otot.
 Lengan dan tungkai kaki menjadi merah, bengkak dan nyeri.
 Nyeri dada.
 Kaki dan tangan menjadi kaku, kesemutan, atau terasa terbakar.
 Batuk.
 Nyeri perut.
 Diare.
 Sembelit.
 Mual.
 Pusing.
 Mengantuk.

22
 Mulut kering.
 Kulit kering.

Biasanya efek samping yang muncul akan mereda seiring tubuh


menyesuaikan diri dengan obat. Meskipun begitu, penanganan secara medis
diperlukan apabila efek samping tersebut berkelanjutan atau semakin parah.

Di sisi lain, thalidomide juga berpotensi menyebabkan kerusakan saraf,


reaksi buruk pada kulit (luka lepuh, lesi merah, jerawat besar), serta tumor
lysis syndrome (TLS) pada beberapa jenis kanker tertentu. Selain itu, risiko
mengalami penyumbatan darah yang memicu serangan jantung atau stroke
juga dapat meningkat selama mengonsumsi obat ini.

b. Aminopterin

Aminopterin ini tergolong antimetabolite, suatu antagonis asam folat,


digunakan sebagai obat antineoplastic (menghambat perkembangan
neoplasma, salah satunya menghambat mitosis). Aminopterin menyebabkan
anensefali, meningokel, hidrosefalus, bibir sumbing, dan palatoskisis.
merupakan kandungan dalam obat kemoterapi yang memiliki efek samping
menghambat kerja asam folat dan pertumbuhan sel dan DNA janin, serta
dapat menyebabkan gangguan perkembangan sel saraf pusat pada otak
janin.

c. Antikejang (difenilhidantoin (fenitoin), asam valproate, dan trimetadion)

Penelitian retrospektif pada wanita hamil pengidap epilepsy yang


mengkonsumsi obat-obatan tersebut ternyata melahirkan bayi yang
menderita malformasi mayor seperti cacat jantung, celah pada wajah, dan
mikrosefali. Selain itu, difenilhidantion menyebabkan cacat kepala muka
(kraniofasial), hypoplasia kuku dan jari, kelainan pertumbuhan, dan
kelainan cacat jiwa. Cacat ini membentuk suatu pola dismorfogenesis yang
disebut “sidrom hidantoin pada janin”.

Asam valproate menimulkan cacat tuba neuralis dan jantung, cacat


kraniofasial, dan tungkai. Trimetadion menimbulkan cacat telinga,
palatoskisis, cacat jantung, urogenital, dan sisitem tulang, serta
keterlambatan perkemangan fisik dan jiwa yang keseluruhannya disebut
“sindrom trimetadion”.

23
d. Antipsikosis dan antiansietas (obat penenang mayor dan minor)

Antipsikosis fenptiazin dan litium dicurigai sebagai teratogen walaupun


bukti teratogenesis fenotiazin masi diperdebatkan. Sedangkan litium
menyebabkan malformasi jantung. Dalam suatu penelitian ditemukan
kelainan-kelainan berat yang terjadi pada 12% bayi dari ibu yang terpapar
memprobamat dan 11% yang terpapar klordiazepoksid dibandingkan 2,6%
pada control. Penelitian terhadap diazepam menunjukkan peningkatan
sampai empat kali kasus bibir sumbing dengan atau tanpa palatokisis pda
anak-anak yang berasal dari ibu yang menerima obat tersebut sewaktu
hamil.

e. Warfarin (antikoagulan)
Warfarin adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
penggumpalan darah, seperti pada deep vein thrombosis atau emboli paru.
Selain itu, warfarin juga digunakan pada penderita fibrilasi atrium untuk
mencegah stroke, dan pada pasien pasca operasi penggantian katup jantung.
Warfarin bekerja mengurangi produksi protein yang berfungsi untuk
membekukan darah (faktor pembekuan). Tidak semua faktor pembekuan
diganggu oleh warfarin, melainkan faktor pembekuan yang bergantung
dengan vitamin K.

 Tentang Warfarin

Golongan Antikoagulan

Kategori Obat resep

Manfaat Mencegah dan mengatasi penggumpalan darah

Digunakan oleh Dewasa

Kategori kehamilan Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan


dan menyusui manusia telah memperlihatkan adanya
abnormalitas terhadap janin atau adanya risiko
terhadap janin. Obat dalam kategori ini
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang
atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Warfarin tidak diserap ke dalam ASI. Namun

24
tetap diskusikan manfaat dan risikonya dengan
dokter.
Tablet.
Bentuk Obat

 Peringatan:

 Beri tahu dokter jika pernah mengalami kelainan darah (anemia atau
hemofilia), perdarahan saluran cerna dan otak, kelainan pembuluh darah
(aneurisma), penyakit ginjal, penyakit liver, serta gangguan mental.
 Sebelum menjalani bedah atau prosedur lain, termasuk prosedur pada
gigi, beri tahu dokter bahwa sedang mengonsumsi warfarin.
 Warfarin merupakan obat antikoagulan yang dosisnya disesuaikan
dengan respons tubuh, dilihat dari pemeriksaan INR (International
Normalised Ratio) yang dipantau secara rutin.
 Karena merupakan obat pengencer darah, warfarin berisiko
menimbulkan perdarahan, terutama bila nilai INR tinggi (lebih dari 4)
dan pada orang tua.
 Warfarin merupakan obat yang kerjanya banyak dipengaruhi obat
ataupun makanan yang mengandung vitamin K. Pengaruh yang
ditimbulkan dapat mengakibatkan kerja warfarin tidak efektif, atau
malah terlalu kuat sehingga menimbulkan efek perdarahan.
 Hindari mengonsumsi obat lain di luar anjuran dokter, termasuk obat
yang dijual bebas, suplemen, atau herba, karena berisiko mempengaruhi
kerja warfarin.
 Usahakan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin K
secara konsisten setiap hari, karena bila tidak, berisiko membuat efek
warfarin menjadi fluktuatif.
 Untuk mengurangi risiko perdarahan, hindari konsumsi alkohol dan
melakukan olahraga yang berisiko tinggi menimbulkan kontak fisik,
seperti sepak bola atau tinju.
 Hati-hati saat menggunakan alat cukur, gunting kuku, dan menyikat gigi.
 Segera cari bantuan medis bila terjadi perdarahan yang sulit dihentikan.
 Warfarin merupakan obat yang lama diserap oleh tubuh (2-5 hari),
sehingga terdapat kemungkinan akan dikombinasikan dengan obat
pengencer darah (antikoagulan) lain di awal penggunaan, sambil
menunggu warfarin dapat bekerja dalam tubuh.

 Dosis Warfarin

Untuk mencegah dan mengatasi penggumpalan darah (venous


thromboembolism), dosis awal warfarin diberikan 5 mg per hari, kemudian
dosis akan disesuaikan menurut nilai INR (normalnya 2-3).

25
 Mengonsumsi Warfarin dengan Benar

 Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca petunjuk pada


kemasan obat dalam mengonsumsi warfarin.
 Warfarin bisa dikonsumsi dengan atau tanpa makanan, atau sesuai
dengan petunjuk dokter. Jangan menambah dosis atau menghentikan
konsumsi obat ini tanpa konsultasi dengan dokter.
 Konsumsilah warfarin secara teratur di waktu yang sama setiap harinya.
 Lakukan diet seimbang selama mengonsumsi warfarin. Hindari
kenaikan atau penurunan asupan makanan tinggi vitamin K secara
drastis dan tiba-tiba.
 Hindarkan warfarin dari paparan sinar matahari langsung.

 Interaksi Warfarin dengan Obat Lain

Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan warfarin
dengan obat lainnya:

 Memicu hepatitis kolestatis, jika digunakan dengan ticlodipine.


 Risiko perdarahan, jika digunakan dengan:

 Obat fibrinolitik, seperti streptokinase


 Obat antikoagulan lain
 Obat antiplatelet, seperti aspirin atau clopidogrel
 Obat antiinflamasi nonsteroid, seperti diklofenak, ibuprofen, atau
celecoxib
 Paracetamol
 Antidepresan SSRI, misalnya venlafaxine
 Amiodarone
 Alprazolam
 Kotrimoksazol
 Capecitabine
 Aciclovir
 Allopurinol
 Ciprofloxacin
 Amlodipine
 Atorvastatin
 Mengurangi efektivitas warfarin, jika dikonsumsi bersama phenytoin,
rifampicin, carbamazepine.
 Efek Samping Warfarin

Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi warfarin, antara


lain adalah:

 Perdarahan
 Sakit maag
 Perut kembung
 Kebotakan

26
 Ruam
 Gatal
 Gangguan indera pengecap
 Kematian jaringan
 Sakit kepala
 Lesu
 Pusing
 Anemia
 Demam
 Hepatitis

f. Antihipertensi penghambat ACE


Agen-agen antihepertensi yang menghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE inhibitor) menimbulkan keterlambatan pertumbuhan, difungsi ginjal,
kematian janin, dan oligohidramnion. ACE inhibitor bekerja dengan cara
menghambat enzim dalam tubuh untuk memproduksi hormon angiotensin
II atau zat yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
kerja jantung. Dengan obat ini, pembuluh darah menjadi melebar, sehingga
tekanan pada pembuluh darah berkurang, begitu pun jumlah cairan yang
mengalir dalam pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat membantu
menurunkan tekanan darah dan meringankan kerja jantung. Peringatan:

 Konsultasikan kepada dokter jika sedang menggunakan obat lain,


sebelum menggunakan ACE inhibitor. Obat antiinflamasi nonsteroid,
seperti ibuprofen dan naproxen, dapat menurunkan efektivitas ACE
inhibitor jika dikonsumsi secara bersamaan.
 Selama mengonsumsi ACE inhibitor, pasien perlu melakukan
pemeriksaan darah secara teratur, terutama 1-2 minggu setelah
mengonsumsi obat ini. Hal tersebut berguna untuk mengetahui fungsi
ginjal, karena risiko gangguan ginjal dapat terjadi pada sebagian pasien
yang mengonsumsi ACE inhibitor.
 Harap berhati-hati jika Anda menderita angioedema (pembengkakan
pada kulit bagian dalam) dan penyakit ginjal.
 Seluruh obat ACE inhibitor masuk ke dalam kategori C pada trimester
pertama, yaitu studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya
efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. Pada trimester kedua
dan ketiga, masuk ke dalam kategori D, di mana ada bukti positif
mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang
diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi
situasi yang mengancam jiwa.

27
 Tidak ada penelitian mengenai keamanan mengonsumsi ACE inhibitor
saat menyusui. Captopril dan enalapril merupakan obat ACE inhibitor
yang dianggap aman dikonsumsi saat menyusui.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan ACE
inhibitor, segera temui dokter.

 Efek Samping ACE Inhibitor

Efek samping yang paling sering dialami setelah mengonsumsi ACE


inhibitor adalah batuk kering yang terus-menerus. Sedangkan efek samping
lain yang lebih jarang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal, angioedema,
hiperkalemia, kelelahan, pusing, serta kehilangan daya pengecap.

g. LDS (dietilamid asam lisergat)


LDS menyebabkan kelainan anggota badan dan susunan saraf pusat.
Akan tetapi, sebuah tinjauan komprehensif dari 100 terbitan menghasilkan
kesimpulan bahwa LSD murni dalam dosis sedang tidak bersifat teratogenic
dan tidak menyebabkan kerusakan genetic.
h. PCP (fensiklidin, angel dust)
Sebuah laporan kasus tentang malformasi dan kelainan perilaku pada
seorang bayi yang ibunya menggunakan PCP sepanjang kehamilannya
mengidikasikan, kemungkinan adanya hubungan antara obat ini dengan
cacat pada bayi tersubut. Kemoprofilaksis biasanya berupa pemberian
kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol, 150 dan 750 mg / m2 / hari,
dibagi dalam 2 dosis dengan interval pemberian tiap 12 jam. Pentamidin
inhaler dalam bentuk aerosol dapat juga digunakan sebagai alternatif lain
kemoprofilaksis (1,9,10,12,13,14). Prognosis Prognosis kurang baik karena
onset penyakit berjalan cepat pada penderita dengan immunodefisiensi /
immunocompromized. Bila PCP ditemukan pada penderita dengan
immunodefisiensi, persentase kematian dapat mencapai 100 %. Namun bila
infeksi dapat didiagnosa sedari dini dan diberikan terapi yang adekuat,
persentase kematian dapat diturunkan hingga 10 %. Sayang, sebagian besar
kasus PCP bahkan baru terdiagnosa setelah pasien meninggal dunia pada
pemeriksaan autopsy (12,13,14).
Kesimpulan PCP merupakan infeksi pada paru yang disebabkan oleh
jamur Pneumocystis jiroveci. Infeksi ini sering terjadi pada penderita

28
dengan immunodefisiensi, mis : pada penderita HIV / AIDS, ALL (Acute
Lymphocytic Leucemia), maupun pada pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid. Transmisi orang ke orang diduga terjadi melalui “respiratory
droplet infection” dan kontak langsung. Kebanyakan peneliti menganggap
transmisi terjadi melalui inhalasi. Diduga mekanisme infeksinya karena
menjadi aktifnya infeksi laten. Gejala klinis PCP meliputi triad klasik
demam – yang tidak terlalu tinggi-, dispnoe – terutama saat beraktivitas-,
dan batuk non produktif. Semakin lama dispnoe akan bertambah hebat,
disertai takipnoe, sampai terjadi sianosis dan gagal nafas.
Diagnosa pasti dilakukan dengan menemukan Pneumocystis jiroveci
pada sediaan paru atau bahan yang berasal dari paru, yang diperoleh melalui
induksi sputum, BAL (Broncho Alveolar Lavage) maupun biopsi paru. Pada
pemeriksaan radiologi paru dapat terlihat gambaran infiltrate bilateral
simetris dan “honeycomb appearance”. Pada darah dijumpai kadar LDH
yang meninggi, > 460 U/ L atau Pa O2 < 75 mmHg.
i. Kokain
Kokain dilaporkan menyebabkan abortus spontan, keterlambatan
pertumbuhan, mikrosefali, masalah-masalah tingkah laku neuro, cacat
urogenital, dan gastroskisis. Kelainan yang ditimbulkan kokain mungkin
disebabkan karena sifatnya sebagai vasokontriktor yang menyebabkan
hipoksia. Kokain dibuat dari daun tanaman Erythroxylum coca yang sudah
diekstrak dan dimurnikan. Akan tetapi, obat terlarang ini sering kali
disalahgunakan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memasukkan
kokain ke dalam NAPZA (Narkotik, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya)
golongan I dan hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.

 Yang terjadi ketika Memakai kokain

Untuk waktu singkat, kokain dapat membuat pemakainya merasa


gembira, energik, banyak bicara, hilang nafsu makan, menambah rasa
percaya diri, mood yang mudah berubah, serta menghilangkan rasa
sakit dan lelah. Inilah yang membuat pecandunya begitu sulit untuk
berhenti. Namun, efek kokain tersebut hanya berlangsung sekitar 30
menit hingga tiga jam. Jika sering digunakan, kokain akan membuat
pemakainya mulai mengalami paranoia, halusinasi, panik, mudah

29
marah, suka melakukan kekerasan, penurunan berat badan, merasa
cemas, lelah, dan melakukan tindakan yang aneh dan berulang-ulang.

 Akibat penyalahgunaan kokain

Kokain sebagai narkoba memiliki berbagai efek yang dapat


membahayakan tubuh. Efek buruk kokain ini dapat mengganggu
kesehatan fisik dan mental, seperti:

 Otak, Kokain berdampak pada terganggunya zat kimia otak, salah


satunya dopamin. Efek inilah yang menimbulkan sensasi euforia
ketika kokain digunakan, akan tetapi efek samping lain dari
kokain pada otak yaitu meningkatkan risiko stroke, kejang-
kejang, dan kelainan gerakan tubuh seperti tremor. Dalam dosis
tinggi, kokain bisa menyebabkan koma.
 Gangguan mental, Kokain merupakan salah satu jenis narkoba
yang dapat menyebabkan ketergantungan obat (adiksi). Ketika
sudah terjadi efek ini, maka tubuh akan merasa terus ingin
menggunakan kokain. Ketika kokain berhenti digunakan, maka
dapat terjadi efek putus obat, efek ini dapat menimbulkan
gangguan mental seperti depresi, perubahan mood, psikosis,
perubahan perilaku yang kadang mengarah pada kekerasan, tidak
bisa tidur, gangguan seksual, dan gelisah.
 Jantung, Kokain meningkatkan denyut jantung dan tekanan
darah, mempersempit pembuluh darah yang memasok darah ke
jantung, sehingga mengurangi aliran darah ke otot jantung.
Penyalahgunaan kokain sering menyebabkan serangan jantung
dan kekacauan ritme jantung yang mematikan (aritmia).
 Saluran pencernaan, Kokain mempersempit pembuluh darah ke
usus, membuat usus kekurangan oksigen sehingga menimbulkan
tukak (luka) dan akhirnya kebocoran di lambung atau usus.
Akibat akhir adalah kematian jaringan usus atau saluran cerna.
 Paru-paru dan sistem pernapasan, Menghirup kokain dengan
hidung dapat membuat hidung maupun dinding tengah yang
memisahkan lubang kanan dan kiri hidung serta rongga-rongga
sinus rusak, hidung berair berkepanjangan, kehilangan indera
penciuman, dan mimisan. Menghirup kokain juga dapat membuat
suara menjadi serak. Sedangkan, merokok kokain dapat membuat
paru-paru mengalami iritasi, rentan infeksi, dan bahkan rusak
permanen.
 Ginjal, Kokain dapat menyebabkan gagal ginjal tiba-tiba.
Penderita hipertensi yang juga pengguna kokain akan mengalami
percepatan kerusakan ginjal jangka panjang, karena kokain
membuat tekanan darah lebih tinggi.
 Bayi, Ibu hamil yang menggunakan kokain dapat membuat bayi
yang dikandungnya tidak tumbuh dan berkembang dengan baik,
anggota tubuh tidak terbentuk dengan sempurna (terlahir cacat),
adanya kelainan dalam perkembangan otak dan sistem saraf

30
pusat, meninggal ketika dilahirkan, terlahir secara prematur, dan
perlekatan plasenta pada dinding rahim terlepas secara tiba-tiba
sebelum saat persalinan.
 Menimbulkan penyakit lain, Pemakaian kokain juga berkaitan
erat dengan infeksi serius seperti HIV dan hepatitis. Risiko
tertular penyakit ini akan semakin tinggi pada pemakai kokain
yang menggunakan jarum suntik bergantian dengan pemakai lain.
 Nafsu makan menurun, Pengguna kokain dapat kehilangan nafsu
makan yang membuat berat badan turun drastis dan menyebabkan
gizi buruk.
 Kematian, Kematian mendadak kadang dapat terjadi karena
serangan jantung, kejang, henti napas, dan koma, terutama bagi
pecandu yang menggunakan kokain bersamaan dengan alkohol.
Efek ini juga berisiko terjadi karena overdosis.

j. Alkohol
Sindrom alcohol janin : kelainan kepala-muka (fisura palpebral yang
pendek dan hypoplasia tulang rahang atas), kelainan-kelainan anggota
badan (gangguan pergerakan dan posisi sendi), cacat kardiovaskuler
(kelainan septa ventrikularis), keterlambatan perkembangan jiwa, dan
defisiensi pertumbuhan.
k. Isotretinom (asam 13-cis-retionat)

Obat ini untuk mengobati aknekistik atau dermatosis kronik lainnya,


tetapi sangat teratogenic. Isotretinom suatu analog vitamin A, menyebabkan
pola malformasi yang khas, disebut “embriopati isotretinoin atau vitamin A
yakni perkembangan telinga kecil dan abnormal, jembatan hidung datar,
hopoplasia mandibular, celah langit-langit, hidrosefali, cacat tuba neularis,
dan cacat jantung yang mengenai daerah konotrunkus. Isotretinoin adalah
obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi jerawat yang sulit ditangani
dengan antibiotik atau perawatan kulit lainnya.

Kondisi yang biasa ditangani dengan menggunakan isotretionin


umumnya adalah cystic acne atau nodular acne. Cystic acne ditandai
dengan jerawat yang terletak di dalam kulit, berukuran besar, merah, dan
menyebabkan sakit. Isotretinoin bekerja dengan menekan produksi kelenjar
minyak alami (sebum) di kulit wajah. Produksi sebum yang berlebihan
dapat memicu jerawat. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, maka dapat
menyebabkan jaringan parut permanen pada kulit wajah. Selain itu,
isotretinoin juga bekerja untuk mengurangi peradangan yang timbul akibat
jerawat.

31
 Tentang Isotretinoin
Golongan Retinoid

Kategori Obat resep

Manfaat Mengatasi jerawat ringan hingga sedang

Digunakan oleh Dewasa dan remaja usia 12 tahun ke atas

Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan


manusia telah memperlihatkan adanya
abnormalitas terhadap janin atau adanya risiko
terhadap janin. Obat dalam kategori ini
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang
Kategori kehamilan
atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
dan menyusui
Isotretinoin belum diketahui apakah bisa diserap
ke dalam ASI atau tidak. Konsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi
obat ini, agar dokter dapat menimbang manfaat
dan risikonya.

Bentuk obat Kapsul, kapsul lunak, dan gel (obat oles)

 Peringatan :

 Tidak disarankan untuk anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun.


 Bagi wanita hamil, menyusui, atau yang sedang berusaha memiliki anak,
dilarang menggunakan isotretinoin.
 Jangan mendonorkan darah selama mengonsumsi obat ini, atau
setidaknya sebulan setelah pemakaian obat.
 Tidak disarankan dikonsumsi oleh orang yang sensitif terhadap vitamin
A.
 Harap berhati-hati bagi penderita sindrom mata kering, diabetes,
kolesterol tinggi di dalam darah, gangguan fungsi hati, atau gangguan
ginjal.
 Waspadai penggunaan isotretinoin bagi penderita gangguan mental,
seperti depresi atau memiliki keinginan untuk bunuh diri.
 Beri tahu dokter mengenai obat-obatan resep, suplemen, atau produk
herba yang sedang digunakan.
 Isotretinoin bentuk oles atau gel tidak disarankan untuk digunakan oleh
penderita eksim dan kanker kulit.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan
isotretinoin, segera temui dokter.

 Menggunakan Isotretinoin dengan Benar

32
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan
isotretinoin sebelum menggunakannya.

 Isotretinoin kapsul :
 Isotretinoin dalam bentuk kapsul wajib dikonsumsi secara utuh. Tidak
disarankan untuk mengunyah atau menghancurkan kapsul sebelum
ditelan.
 Sebaiknya mengonsumsi isotretinoin saat makan. Penyerapan obat ke
aliran darah akan lebih baik ketika isotretinoin dikonsumsi bersama
makanan.
 Bila lupa mengonsumsi isotretinoin, disarankan untuk segera
melakukannya begitu ingat, jika jeda dengan jadwal konsumsi
berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan
menggandakan dosis.
 Isotretinoin gel:
 Sebelum mengoleskan obat sebaiknya terlebih dahulu membersihkan
area yang akan diobati, menggunakan sabun dan air bersih dengan suhu
tidak terlalu panas atau dingin. Lalu, gunakan lap dengan lembut untuk
mengeringkan wajah.
 Oleskan isotretinoin sesuai dosis yang dianjurkan dokter ke bintik-
bintik yang ditumbuhi jerawat. Cuci tangan dengan air bersih setelah
menggunakan isotretinoin gel.
 Jangan langsung menggunakan isotretinoin jika sebelumnya telah
melakukan perawatan yang menyebabkan kulit terkelupas. Tunggulah
selama beberapa hari agar kulit pulih kembali.
 Hindari penggunaan gel di daerah kulit yang teriritasi, nyeri, luka, atau
terbakar karena sinar matahari. Selain itu, lindungi daerah mata, bagian
dalam hidung, dan mulut dari kontak langsung dengan isotretinoin gel.
 Hindari sinar matahari saat menggunakan isotretinoin agar kulit tidak
terlalu sensitif. Jika kondisi kulit menjadi sangat kering, gunakan krim
pelembap atau tabir surya yang mengandung sun protection factor
(SPF).
 Gunakan krim pelembap berbahan dasar air tanpa pengharum, jika kulit
terasa sangat kering, tapi jangan menggunakan obat oles isotretinoin
bersamaan dengan pelembap dan riasan, serta jangan menggunakan
krim yang mengandung banyak minyak atau salep karena bisa
menyumbat pori-pori.
 Simpan obat di tempat yang kering, sejuk, dan tidak terkena sinar
matahari secara langsung, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

 Interaksi Obat

Berikut ini interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan isotretinoin


bersama dengan obat-obatan lainnya:

 Dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak, jika


dikonsumsi bersama dengan obat tetracycline.

33
 Meningkatkan efek yang merugikan, jika digunakan bersama suplemen
vitamin A atau zat-zat turunan vitamin A lainnya.
 Meningkatkan risiko iritasi lokal, jika digunakan bersama dengan
keratolitik topikal, seperti asam salisilat.
 Menurunkan efektivitas progesteron.
 Benzoyl peroxide dapat menurunkan efektivitas isotretinoin gel.
 Kenali Efek Samping dan Bahaya Isotretinoin

Penggunaan isotretinoin memiliki efek samping yang umumnya akan


mereda seiring dengan penyesuaian tubuh terhadap obat. Di bawah ini
adalah beberapa efek samping isotretinoin yang dapat terjadi:

 Iritasi kulit berupa kulit merah, terbakar, kering, dan mengelupas.


 Bibir dan mulut kering.
 Pembengkakan kecil di kelopak mata atau bibir.
 Lapisan kulit wajah mengeras.
 Sakit perut.
 Penipisan rambut.
 Mimisan.

Untuk mengatasi mulut kering, pasien bisa mengonsumsi permen rendah


gula, pecahan batu es, atau sering minum air putih.

Gejala-gejala overdosis isotretinoin bisa terjadi berupa sakit kepala, pusing,


muntah, dan hilang keseimbangan. Segera temui dokter jika efek samping
yang dialami tidak kunjung reda atau bila mengalami gejala overdosis,
untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.

2.7.2 Pengertian Obat

SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971, yang


disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.

Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk


diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan. Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang
dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang
sangat luas cakupannya.

34
2.2.7.1 Ciri-ciri obat yang tidak boleh dikonsumsi
a. Obat Padat (kapsul, tablet, serbuk, dll) jangan dikonsumsi jika:
 Dimensi obat (ketebalan dan panjang) berubah
 Terdapat bintik-bintik pengotor tidak homogen pada obat
 Tablet retak atau berubah menjadi bubuk
 Tablet atau kapsul menjadi lengket satu sama lain
 Tulisan pada tablet memudar
 Jika obat dalam bentuk puyer, serbuk obat menggumpal
 Warna, rasa atau bau berubah
b. Obat semi-padat (salep, krim, pasta, jel, dll) jangan dikonsumsi jika:
 Terjadi perubahan warna pada obat
 Bentuk partikel tidak merata (misal: seperti ada gumpalan pada obat)
 Kemasan bocor atau rusak
 Bau dan kekentalannya berubah

c. Obat cair (sirup, suspensi, emulsi, eliksir, dll) jangan dikonsumsi jika:

 Warna dan kekentalan berubah


 Terdapat partikel kecil yang mengambang
 Waspadai jika botol rusak atau bocor
 Bau dan rasa obat menjadi tajam

2.2.7.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Obat

Faktor Yang Mempengaruhi Cara Kerja Obat Dalam Tubuh, Setelah


kita mengetahui tentang respon obat dalam tubuh, selanjutnya kita pelajari
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kerja obat dalam tubuh. Obat
yang telah masuk dalam tubuh selanjutnya akan diserap dan masuk kedalam
aliran darah. Seberapa cepat obat diserap oleh tubuh tergantung dengan
beberapa faktor. Berikut penjelasannya:

a. Perbedaan Genetik
Susunan genetik memengaruhi biotransformasi obat. Pola metobolik
dalam keluarga seringkali sama. Faktor genetik menentukan apakah

35
enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian
obat. Akibatnya anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat.
b. Variabel Fisiologis
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme
obat tertentu. Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi
karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang
sama. Variasi diurnal dalam sekresi estrogen bertanggung jawab untuk
fluktuasi siklik reaksi obat yang dialami wanita.
c. Kondisi lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respons hormonal
yang akhirnya mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion
menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas
enzim. Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respons
terhadap obat. Klien Hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol
tekanan darahnya. Pada cuaca panas dosis vasodilator perlu dikurangi
karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin
cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator
perlu ditambah.
d. Faktor Psikologis
Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman
sebelumnya atau pengaruh keluarga. Melihat orang tua sering
menggunakan obat obatan dapat membuat anak menerima obat sebagai
bagian dari kehidupan normalnya. Makna obat atau signifikansi
mengonsumsi obat memengaruhi respons klien terhadap terapi. Sebuah
obat dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak aman.
Pada situasi ini klien bergantung pada obat sebagai media koping
dalam kehidupan.
e. Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek
nutrien. Contoh : vitamin K terkandung dalam sayuran hijau berdaun
merupakan nutrien yang melawan efek warfarin natrium (coumadin)
mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak

36
mineral menurunkan absorpsi vitamin larut lemak. Klien
membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang
menurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat
menjamin efek terapeutik obat.

2.7.2.3 Penggunaan Obat Dengan Langkah Benar

Tidak sedikit orang meninggal karena mengonsumsi obat obatan bebas


atau obat tidak dari resep dokter seperti paracetamol dalam dosis berlebihan.
Beberapa hal ini perlu anda perhatikan sebelum mengonsumsi obat yaitu:

a. Selalu baca label

Baca dan ikuti informasi dosis pada label petunjuk penggunaan tiap
kali akan mengonsumsi obat. Dosis tersebut sudah disesuaikan untuk
mendatangkan manfaat dengan efek samping yang minimal. Jika
melebihi dosis, obat malah akan membawa dampak buruk pada tubuh
anda.

b. Sesuai alat takar

Kenali perbedaan dan patuhi takaran yang tertera seperti satu


sendok makan, satu sendok teh, satu tablet/pil, atau millimeter. Satu
sendok teh setara dengan 5 ml. beberapa obat menyertakan alat takar
dalam kemasan obat (sendok, alat tetes, atau cangkir kecil). Hindari
menebak nebak dengan menggunakan takaran lain.

c. Jenis obat dan dosis untuk kelompok usia yang berbeda

Beberapa produsen obat menyediakan beragam varian dengan merk


sama, contohnya obat batuk X untuk dewasa dan obat batuk X untuk
anak. Tiap varian diperuntukkan bagi usia yang berbeda. Masing-
masing mengandung formula yang berbeda. Pada jenis yang berbeda,
dosis yang tertera dipetunjuk pemakaian biasanya dibedakan untuk
kelompok-kelompok usia tersebut, yaitu dewasa, anak, dan balita.
Konsumsi atau diberikan obat sesuai takaran yang tepat. Misalnya,
dosis pacetamol untuk dewasa adalah 500 miligram hingga 1 gram tiap

37
4 hinggan 6 jam, dengan maksimal konsumsi 4 gram per 24 jam.
Sedangkan pada anak-anak usia 4 sampai 6 tahun, dosis maksimal
adalah 4 kali 240 miligram per 24 jam. Hindari memberikan obat bebas
atau obat tidak dari resep dokter kepada balita berusia dibawah setahun
tanpa menanyakan kepada dokter anak.

Sebelum mengonsumsi setiap obat bebas, cari tahu merek dari obat
bebas tersebut, apa kegunaannya, bacalah label dan petunjuk penggunaan
obat , bahan aktif yang terkandung pada obat tersebut, dan peringatan dari
penggunaan obat bebas yang akan anda konsumsi. Penggunaan obat bebas
atau obat tidak dari resep dokter pada ibu hamil perlu dikonsultasikan pada
dokter terlebih dahulu.

2.7.2.4 Bahaya Kelebihan Obat

Resiko penyakit akibat konsumsi obat berlebihan yaitu :

a. Hepatotoksik, yaitu kerusakan hati akibat bahan kimia yang terkandung


dalam obat obatan.
b. Iritasi system pencernaan sehingga bisa sakit perut, mual, muntah-
muntah atau diare.
c. Perubahan suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan detak jantung.
d. Nyeri pada dada dan sesak napas akibat gangguan pada paru-paru dan
jantung.
e. Kebingungan.
f. Kulit menjadi panas dan kering, atau sebaliknya, dingin dan lembab.
g. Muntah darah.
h. Muncul darah pada tinja saat buang air kecil.
i. Sesak napas.
j. Meninggal dunia.

38
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan


tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi
berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya
dengan cepat. Hipoksia terjadi karena adanya gangguan pada transportasi
oksigen dalam tubuh. Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan cara
menghindari lingkungan yang dapat menurunkan kadar oksigen atau
menggunakan oksigen tambahan dari tabung oksigen sebelum hipoksia muncul.

Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau sintetis
(non herbal). Yang digunakan untuk menambah atau menyempurnakan suatu
produk mentah menjadi produk jadi. Sedangkan obat ialah suatu bahan atau
paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau
bagian badan manusia.

3.2 Saran
Mengingat ada bahaya yang ditimbulkan oleh kekurangan oksigen,
jangan pernah meremehkan masalah ini karena bisa saja terjadi suatu
komplikasi pada penyakit hipoksia jadi karena itu kita juga diwajibkan menjaga
kesehatan tubuh dan lingkungan. Untuk masalah obat yang terkandung bahan
kimia mesti harus kita batasi karena bisa saja pada obat tersebut ada efek
sampingnya dan mengonsumsinya pun kita harus sesuai dengan aturan atau
anjuran dokter.

39
DAFTAR PUSTAKA

Samiadi Lika Aprilia. 2016. Apa Itu Hipoksia?. Di


https://hellosehat.com/penyakit/hipoksia/ (di akses pada 14 Maret).
dr. Arianti. 2017. Hipoksia. Di https://www.alodokter.com/hipoksia (di akses pada
14 Maret).
http://m.klikdokter.com/penyakit/hipoksia/pencegahan (di akses pada tanggal 14
Maret).
2014. Pengertian Obat Menurut Berbagai Ahli Dan Institusi. Di
https://idtesis.com/pengertian-obat-berbagai-ahli/ (di akses pada 14
maret).
Ryan Tama, Yliana Sere. 2018. Penting ! Ini Ciri Ciri Obat Yang Tidak Layak Di
Konsumsi. Di
https://www.himedik.com/info/2018/09/06/154500/penting-ini-ciri-
ciri-obat-yang-tidak-layak-dikonsumsi (di akses pada 14 maret).
Navarro Dave. 2017. Mengenal Bentuk Bentuk Dan Jenis Jenis Obat. Di
http://www.thepanicchannel.com/health/mengenal-jenis-jenis-dan-
bentuk-bentuk-obat/ (di akses pada 14 maret).
https://dokumen.tips/documents/faktor-yang-memengaruhi-kerja-obat.html (di
akses pada 14 maret).
Navisa Calya Puri. 2017. Bagaimana Proses Pemberian Obat Yang Baik. Di
https://www.dictio.id/t/bagaimana-proses-pemberian-obat-yang-
baik/13854/2 (di akses pada 14 MARET).
dr. Kevin Adriana. 2018. Resiko Mengkonsumsi Obat Bebas. Di
https://www.alodokter.com/risiko-mengonsumsi-obat-bebas (di akses
pada tanggal 14 Maret).
Camily Disya. Aspek Senyawa Kimia Berbahaya Bagi Sel Dan Organisme. Di
www.academia.edu/10996775/Aspek_Senyawa_Kimia_Berbahaya_ba
gi_Sel_dan_Organisme_Hidup (di akses pada tanggal 14 Maret).
dr. Tijin Willy. 2018. Isotretion. Di https://www.alodokter.com/isotretinoin (di
akses pada tangga 21 Maret).
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KEPELATIHAN/19631209198
8031-DEDE_ROHMAT_NURJAYA/ROWING_PHYSIOLOGY.pdf
(di akses pada tanggal 21 Maret).
Dwikydarmawan28. Di https://brainly.co.id/tugas/2831001 (di akses pada tanggal
3 April).
https://oktavianipratama.wordpress.com/science/biology/sistem-respirasi/ (diakses
pada tanggal 3 April).

40

Anda mungkin juga menyukai