Parafin liquid 5%
BHT 0,025%
Aquadest q.s
Vaselin Flavum 5g
Pemerian : Zat serupa lemak, liat, kuning muda atau kuning pucat, agak
tembus cahaya, bau lemah dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol 95% ,
mudah larut dalam kloroform dan dalam eter.
Titik leleh : 36-42 °c
Ph : 4-5
Penggunaan : Ointment base
Stabilitas zat : Dapat mengalami autosidasi selama penyimpanan, untuk
mencegah ditambah antioksidasi.
1. Atropin Sulfat =
2. Lanolin =
3. Parafin liquid =
4. BHT =
5. Aquadest = 1ml
6. Vaselin Flavum = 5 - (0,05 + 0,3 + 0,25 + 0,00125)
5 – 0,6013 = 4,3987 g x 1,1 = 4,838 g
6 PROSEDUR KERJA
6.2.1 Organoleptis
Pengujian kejernian, bau, dan rasa.Selain itu diperiksa perlengkapan dan kebersihan
etiket, brosur, kotak, dan penandaan (Kumpulan Materi Teknologi dan Analisis Kimia).
6.2.2 pH
meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan buffer standar. Dan ukur pH krim
menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi (Kumpulan Materi Teknologi dan
Analisis Kimia).
6.2.3 Viskometer
pot krim di letakkan di bawah viscometer. Lalu dipasangkan spindle.spindle yang
digunakan adalah spindle 62. Spindel diturunkan ke dalam sediaan hingga tanda batas
yang ditentukan pada spindle.Spindle dibiarkan berputar hingga angka yang ditunjukan
jarum merah pada skala stabil.Pengukuran dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield (Kumpulan Materi Teknologi dan Analisis Kimia).
Evaluasi Hasil
Hari ke 0 Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
8. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan salep dengan kandungan zat
aktifnya adalah atropine sulfat dengan nama dagang “Atos”. Sediaan ini dibentuk dalam salep
atropine sulfat 1% ditujukan untuk menghambat M.constrictor pupillae dan M.ciliaris lensa
mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia. Midriasis mengakibatkan fotofobia,
sedangkan siklopegia menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat. Indikasi dari atropine
sulfat ini yaitu untuk mengobati radang iris, untuk prosedur pemeriksaan refraksi, dan
keracunan organofosfat. Atropin sulfat memiliki bentuk fisik berupa hablur tidak berwarna atau
serbuk hablur putih dengan kelarutan sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol,
terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, salep adalah sediaan setengah padat berupa
massa lunak yang mudah dioleskan dan digunakan untuk pemakaian luar. Salep tidak boleh
berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat
keras atau narkotik adalah 10%.
Zat tambahan yang digunakan terdiri dari lanolin, paraffin liquidum, Buthylated
Hydroxytoluene (BHT), aqua destillata, dan vaselin flavum. Lanolin dan vaselin flavum
berfungsi sebagai basis salep. Paraffin liquidum berfungsi sebagai emollient. BHT berfungsi
sebagai antioksidan. Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi
kerusakan basis karena terjadinya oksidasi. BHT perlu ditambahkan ke dalam formula, karena
di dalam formula terdapat paraffin liquidum yang sangat mudah teroksidasi.
Berdasarkan bahan penyusunnya, dasar salep sediaan ini merupakan dasar salep
hidrokarbon. Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (bebas air). Hanya sejumlah
kecil komponen berair dapat dicampur ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar
hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emollient. Dasar hidrokarbon ini sukar dicuci, tidak
mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
Sediaan dibuat sebanyak 5 gram dalam tiap kemasannya. Dan dibuat sebanyak 100
gram. Sebagian sediaan digunakan untuk pengujian evaluasi pada sediaan. Evaluasi dalam
sediaan obat perlu dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan, suatu sediaan harus stabil
baik secara fisika maupun kimia. Dari mulai produksi hingga sampai ke tangan konsumen dan
dipakai hingga mendapatkan efek farmakologi yang sesuai dan dapat memberikan efek terapi
yang diinginkan. Pembuatan salep mata atropin sulfat ini dihomogenkan dengan menggunakan
mortir dan stamper.
setelah semua bahan tercampur dan homogeny, kemudian di masukkan kle dalam tube
salep dan di lakukan evaluasi selama 3 hari. evaluasi yang di lakukan pada sediaan ini adalah
organoletis, yaitu berupa warna, bau dan tekstur yang mencangkup mengering, melekat,
menyerap serta kasar atau lembutnya salep yang telah di buat. lalu pengujian pH dan viskositas.
Adapun hasil evaluasi organoleptis yang berupa warna dan bau, dari hari pertama
sampai hari ke 3 tetap sama yaitu berwarna kuning dan berbau adeps lanae. begitu pula hasil
yang di dapat pada evaluasi tekstur yang mencangkup mengering, melekat, menyerap serta
kasar atau lembutnya salep yang di lakukan selama empat hari, tetap sama yaitu salep tersebut
tidak mengering dan menyerap, tetapi melekat pada kulit dan teksturnya pun lembut.
pada evaluasi pH yang bertujuan untuk melihat tingkat keasaman sediaan suspense
untuk menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi apabila terlalu asam maupun terlalu basa
yang di lakukan selama empat hari di dapati hasil yang beragam. hal ini di sebabkan karena
suhu yang tidak stabil saat penyimpanan sediaan, karena suhu juga dapat mempengaruhi nilai
pH suatu sediaan. rentang pH yang di dapat antara 3.5 sampai 5.3 sedangkan batas normal pH
salep yaitu pH 7. pada evaluasi viskositas dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan suspensi
mudah dituang atau tidak. Semakin tinggi kekentalan maka suspensi akan sulit dituang.
viskositas sediaan ini dapat di katakan stabil karena rentang yang di dapat tidak terlalu jauh
berbeda yaitu antara 27.500 cps-28.500 cps.
9 KESIMPULAN
Dari hasil pembuatan salep dengan zat aktif atropine sulfat dapat dipasarkan ke
konsumen karena setelah melakukan berbagai evaluasi sediaan tersebut sesuai dengan literatur
yang ada.
10 DAFTAR PUSTAKA
Pharmaceutical press
Departemen RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI..
Stationery Office.
11 LAMPIRAN
12.1 Kemasan
12.2 label
12.3 Brosur