Anda di halaman 1dari 14

Saipul Hamdi -- Politik Islah

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

POLITIK ISLAH:
RE-NEGOSIASI ISLAH, KONFLIK, DAN KEKUASAAN
DALAM NAHDLATUL WATHAN
DI LOMBOK TIMUR
Saipul Hamdi
Program Studi Manajemen Lingkungan, Jurusan Manajemen Hutan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Kalimantan Timur
Email: hamdi_ugm@yahoo.com

ABSTRACT
This article aims to examine how islah or reconciliation was achieved by Nahdlatul Wathan’s elites.
The conflict of NW in 1998 is a protracted one because the negotiation process of islah failed. Both groups
did not find an appropriate point or an ideal format of islah proposal. Through long way process of
negotiation, taking more than one decade, finally both group achieved an agreement of islah in May 2010.
This article aims to explore the backgrounds and motivations of NW islah between both groups, as well
as describe the efforts of undertaken by NW elite for conducting islah during times of conflict. This article
also aims to understand what the format of islah has been achieved and how the NW maintain the
continuity of islah commitment and agreement. This article is based on ethnographic research undertak-
en over a period of two years (2008-2010) in East Lombok, West Nusa Tenggara. The collecting and
analyzing of data was done using the qualitative method; the collection of data was done using the
techniques of participant-observation, in-depth interview, and focus group discussion.
Keywords: Islah, Politic, Conflict, Nahdlatul Wathan

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk menguji bagaimana islah atau rekonsiliasi dapat tercapai di kalangan
elit-elit Nahdlatul Wathan. Konflik NW 1998 merupakan salah satu konflik yang berkepanjangn karena
proses negosiasi islah selalu kandas di tengah jalan. Kedua kubu belum menemukan titik temu atau
format yang tepat mengenai proposal islah NW. Melalui proses negosiasi yang panjang akhirnya pada
bulan Mei 2010 kedua kubu NW mencapai kesepakatan untuk islah. Secara khusus artikel ini bertujuan
untuk mengeksplorasi bagaimana latar belakang dan motivasi terjadinya islah antara kedua kubu?
Bagaimana upaya-upaya islah yang dilakukan selama konflik berlangsung? Selain itu artikel ini juga
bertujuan untuk memahami format islah yang telah disepakati dan bagaimana mereka mempertahankan
islah tersebut? Artikel ini merupakan hasil penelitian selama dua tahun (2008-2010) di Lombok Timur
Nusa Tenggara Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi dengan meng-
gunakan metode kualitatif untuk pengambilan dan analisa data. Sedangkan teknik pengambilan data
dilakukan melalui observasi-partisipasi, wawancara mendalam, dan fokus diskusi kelompok.
Kata Kunci: Islah, Politik, Konflik, Nahdlatul Wathan

1
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

PENGANTAR Artikel ini membahas konflik komunal


Konflik merupakan salah satu ancaman internal organisasi Nahdlatul Wathan (NW)
besar yang dihadapi bangsa Indonesia pada dan upaya-upaya islah atau rekonsiliasi
masa Reformasi. Jatuhnya rezim Suharto yang dilakukan oleh kelompok elit. Konflik
1998 ditandai dengan munculnya berbagai NW termasuk konflik yang berkepanjangan
konflik komunal hampir di setiap daerah di karena setiap upaya proses negosiasi islah
Indonesia (Anwar et al., 2005; Nugroho et antara agen selalu mengalami kegagalan.
al., 2004). Konflik yang muncul pada masa NW adalah organisasi sosial keagamaan
Reformasi lebih bersifat komunal yang me- lokal yang didirikan pada tahun 1953 oleh
libatkan sebuah masyarakat, komunitas, or- Tuan Guru Hajji (TGH) Muhammad
ganisasi atau institusi sosial (Tomagola, 2006; Zainuddin Abdul Madjid atau lebih dikenal
Colombijn, 2001). Konflik tidak hanya di- dengan Maulana Syaikh di Pancor, Lombok
sebabkan oleh perbedaan identitas budaya, Timur. Dalam waktu yang tidak lama NW
bahasa, dan agama, tetapi juga karena mengalami kemajuan yang sangat pesat dan
adanya kepentingan ekonomi, politik, dan menjadi kelompok mayoritas Muslim terbe-
kekuasaan. Anthony Giddens mengatakan sar di Lombok. Jumlah warga NW di Lom-
bahwa konflik sangat dekat dengan ideolo- bok diperkirakan 2 juta orang sehingga ia
gi, politik, dan kekuasaan. Bahkan sebagian memiliki peran penting di dalam pemba-
besar konflik yang muncul hanya disebab- ngunan civil society dan pemerintahan (Ba-
kan oleh faktor kekuasaan (Giddens, 1989: haruddin, 2007: 111-115; Rasmianto dan
571). Konflik komunal di Ambon, Maluku, Baharuddin, 2004: 42; Nu’man, 1999: 32).
Poso, Kalimantan, dan Lombok memiliki Sebagai organisasi besar di tingkat lokal
kaitan yang kuat dengan kepentingan poli- NW menghadapi berbagai persoalan baik
tik, ekonomi, dan kekuasaan. Kuatnya pe- dari internal maupun eksternal. NW meng-
ngaruh dari faktor-faktor tersebut menye- alami konflik dan perpecahan setelah pendi-
babkan konflik terus mengalami polarisasi, ri NW Maulana Syaikh wafat tahun 1997.
reproduksi, dan eskalasi di masyarakat (Van Terdapat dua kubu yang muncul pasca-
Klinken, 2005: 94, 99; Wilson, 2008: 130- Syaikh yang dipimpin oleh kedua keluarga
131). putrinya yaitu kubu Rauhun (R1) dan Raiha-
Lombok merupakan salah satu daerah nun (R2). Kedua kubu dan pendukungnya
rawan konflik sejak rezim Orde Baru turun bersaing memperebutkan posisi sebagai
dari tahta kekuasaan. Dalam satu dekade pemimpin NW yang baru menggantikan
terakhir telah terjadi berbagai konflik komu- Syaikh (Macdougall, 2007: 286). Konflik NW
nal seperti konflik antara kampung, antara mengalami puncak pada Muktamar NW ke
agama, dan konflik internal keagamaan 10 tahun 1998 di Praya, Lombok Tengah.
yang melibatkan organisasi-organisasi Islam. Hasil Muktamar Praya menunjukkan bah-
Konflik agama sangat dominan mewarnai wa salah satu kubu terpilih sebagai Ketua
konflik komunal di Lombok seperti konflik Umum Pengurus Besar NW, namun hasil
antara agama Islam dengan Kristen (2000), Muktamar ini tidak diterima oleh kubu yang
konflik internal organisasi Nahdlatul lain yang menilai tidak sah dan melanggar
Wathan (1998-2009), konflik antara jamaah aturan organisasi. Hasil Muktamar melahir-
Ahmadiyah dengan masyarakat lokal (2002- kan pro dan kontra di kalangan jamaah NW
2011), konflik kelompok Amphibi dengan dan akhirnya berubah menjadi konflik so-
komunitas Hindu di Mataram (1999) dan sial yang berkepanjangan (Saprudin, 2005;
dengan masyarakat di desa Perampauan Nazri, 2000).
(2000) di Lombok Barat, dan konflik LDII Konflik NW pasca-Muktamar Praya
dengan masyarakat lokal (2002) di Lombok 1998 belum memperlihatkan adanya tanda-
Timur (Kristiansen, 2003: 121-122; Avonius, tanda islah antara kedua kubu. Selama satu
2004: 66; Macdougall, 2007: 297; Smith dan dekade lebih upaya-upaya islah NW selalu
Hamdi, 2009: 2). kandas dan gagal di tengah jalan karena
2
Saipul Hamdi -- Politik Islah

disebabkan oleh berbagai faktor. Di tengah ada hubungan antara keduanya karena ja-
kebuntuan proses negosiasi islah secara rak waktu yang cukup jauh, meskipun
mengejutkan kedua kubu NW mencapai Syaikh pernah diangkat sebagai konsulat
kesepakatan islah pada bulan Mei 2010. Is- NU di tahun 1950 perwakilan dari pulau
lah NW yang mendadak ini menimbulkan Sunda Kecil (Noor et al., 2004: 304).
kontraversi di masyarakat karena sarat de- NW fokus di tiga bidang pembangunan
ngan kepentingan politik elit-elit NW. Islah yaitu pendidikan, sosial dan dakwah. Jum-
NW tidak bisa dipisahkan dari proses pen- lah lembaga pendidikan di bawah naungan
calonan salah satu tokoh NW dari kubu R2 NW sebanyak 1.500 buah dari tingkat SD
sebagai calon bupati pada Pilkada di Lom- hingga perguruan tinggi (Noor et al., 2004;
bok Tengah. Untuk memenangkan Pilkada Nu’man, 1999). Pembangunan lembaga-
ini dibutuhkan penyatuan suara NW dari lembaga pendidikan ini dilakukan melalui
kedua kubu, jika tidak maka sulit bagi calon peran kader yang tersebar di berbagai dae-
dari NW untuk meraih kemenangan. Bagai- rah di Lombok. NW juga mendirikan panti
mana proses islah dan motivasi yang mela- asuhan untuk anak yatim dan anak kurang
tarbelakanginya akan dibahas berikutnya. mampu. Mereka disekolahkan dan diberi
Lombok Timur adalah kabupaten yang beasiswa hingga selesai. Untuk kegiatan
paling padat penduduknya di provinsi NTB dakwah para tuan guru NW mengadakan
yakni 1.053.347 jiwa, dengan kategori laki- pengajian keliling desa. Pengajian ini diha-
laki 480.791 jiwa, dan perempuan 572.556 diri oleh jamaah NW dari berbagai desa dan
jiwa (BPS Lombok Timur, 2006: 73-91). La- sifatnya harian, mingguan, bulanan, dan
junya pertumbuhan penduduk di Lombok tahunan. NW mengembangkan tradisi ritual
Timur dan lapangan kerja yang semakin yang dikenal dengan hiziban, wiridan atau
menyempit berdampak pada tingginya jum- zikiran, barzanji, dan syafa’ah. NW juga
lah buruh migran (TKI) yang bekerja ke luar mengembangkan kesenian dengan mencip-
negeri seperti di Malaysia dan Arab Saudi. takan lagu-lagu berbahasa Arab, Indonesia,
Masyarakat Lombok Timur menganut ber- dan bahasa Sasak (Noor et al., 2004;
bagai macam agama dan aliran kepercayaan Nu’man, 1999; Baharuddin dan Rasmian-
seperti Islam, Hindu, dan Kristen. Islam ada- to, 2004).
lah agama mayoritas masyarakat Lombok NW menganut aqidah Ahlussunnah wa
Timur. Al-Jama’ah dengan menerapkan mazhab
NW didirikan oleh Maulana Syaikh Syafi’i sebagai mazhab tunggal organisasi.
pada tahun 1953 di Pancor, Lombok Timur, Asas organisasi NW adalah Pancasila sesuai
dan NTB. Kata NW berasal dari bahasa Arab dengan undang-udang nomor 8 tahun 1985.
yakni nahdlah berarti kebangkitan atau per- Khittah NW adalah tidak berafiliasi kepada
gerakan, dan wathan berarti tanah air, se- salah satu organisasi politik dan organisasi
dangkan Nahdlatul Wathan artinya gerakan sosial kemasyarakatan mana pun (Nu’man,
tanah air (Nu’man, 1999: 48). Istilah NW 1999; Noor et al., 2004). Dalam praktiknya
bukan lahir dari Syaikh, tetapi telah di- khittah ini berbeda karena NW sejak berdiri
kembangkan oleh Kiai Wahab Hasbullah telah aktif di kegiatan politik praktis. Pada
dan Kiai Mansur sebagai nama organisasi Pemilu pertama 1950 pendiri NW aktif di
pergerakan di Surabaya tahun 1916 (Noor Partai Masyumi dan pernah menduduki ja-
et al., 2004: 294). Selain NW mereka juga batan Penasehat Partai Masyumi di tahun
membentuk Nahdlatul Tujjar (NT) dan Nah- 1952. Setelah Masyumi dibubarkan dia ikut
dlatul Fikri (NF). Fakta sejarah ini menim- membentuk Parmusi bersama tokoh-tokoh
bulkan pertanyaan, apakah terdapat hu- dari ormas lain (Noor et al., 2004: 245-246).
bungan antara NW versi Hasbullah dan Sejak Orde Baru muncul NW bergabung de-
Mansur dengan NW versi Syaikh. Menurut ngan Sekertariat Bersama (Sekber) Partai
Muhammad Noor secara organisatoris tidak Golkar dan pada tahun 1970 NW secara

3
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

resmi bermitra dengan Partai Golkar (Noor besar aktor yang terlibat konflik 1998 ini
et al., 2004: 257-248). adalah aktor-aktor lama yang pernah terli-
Perubahan sistem demokrasi dengan bat konflik 1977. Dengan demikian konflik
multi-partai di Indonesia pasca-Suharto NW adalah konflik ‘warisan’ antara keluar-
memposisikan NW sebagai organisasi yang ga dan kerabat Syaikh yang ingin menguasai
sangat diperhitungkan oleh partai politik seluruh modal ekonomi, non-ekonomi, dan
nasional. Di Era Reformasi, afiliasi politik modal simbolik di dalam NW.
NW ikut mengalami perpecahan karena kon- Konflik NW terjadi pada masa transisi
disi NW yang sedang mengalami konflik in- di tingkat lokal dan nasional. Pendiri NW
ternal. Pada Pemilu 1999 kubu R1 ber- wafat pada 1997 bersamaan dengan mun-
gabung dengan PDR dan kubu R2 memilih culnya krisis ekonomi menimpa Indonesia
tetap bersama Partai Golkar. Pada Pemilu yang berdampak pada reformasi dan tran-
2004 kedua kubu kembali mengganti ben- sisi politik dari Orde Baru ke Reformasi
dera partai politiknya, kubu R1 berafiliasi ke (Hadi, 2010; Nazri 2001; Hamdi, 2011). Masa
Partai Bulan Bintang (PBB), dan kubu R2 transisi ini memiliki pengaruh pada insta-
berafiliasi ke Partai Bintang Reformasi (PBR). bilitas sosial-politik di masyarakat termasuk
Kedua partai afiliasi NW PBB dan PBR sela- instabilitas di kalangan jamaah NW. Keper-
lu masuk tiga besar dalam perolehan suara gian Syaikh melahirkan pertanyaan siapa
di tingkat lokal. Mereka juga berhasil meng- yang akan mengganti posisinya sebagai
antarkan salah satu kadernya sebagai ang- pemimpin NW khususnya dan ummat Islam
gota DPR RI. Dikarenakan perolehan kedua pada umumnya? Syaikh tidak memiliki anak
partai ini tidak mencapai Parliamentary laki-laki tetapi hanya dua anak perempuan
Threshold (PT) pada Pemilu 2009 di tingkat Rauhun (R1) dan Raihanun (R2) yang lahir
nasional, maka NW disinyalir akan bergan- dari ibu yang berbeda karena dia menganut
ti partai politik. Menurut informasi di la- poligami. Wafatnya Syaikh merupakan se-
pangan NW kubu R1 akan bergabung ke buah babak baru bagi organisasi dan jamaah
Demokrat sedangkan R2 bergabung ke Ge- NW. Selama ini NW selalu identik dengan
rindra. Syaikh karena selain menjadi pendiri NW,
dia juga dikenal sebagai pemimpin yang
Muktamar Praya: Konflik Tafsir Agama kharismatik yang sangat disegani dan dihor-
atas Kepemiminan Perempuan mati.
Konflik sosial yang muncul di masya- Kepergian tokoh kharismatik NW diikuti
rakat tidak terjadi secara instan, tetapi hasil dengan munculnya konflik dan perpecahaan
dari proses, sejarah, relasi, dan interaksi so- terbuka antara keluarga, kerabat, dan elit-
sial yang panjang antara agen-agen sosial elit NW. Meskipun konflik keluarga dan elit-
di masyarakat (Broomley, 2002; Tambiah, elit NW ini pada dasarnya telah muncul se-
1996; Horowitz, 1985). Konflik NW 1998 jak Syaikh masih hidup, namun bersifat sem-
merupakan akumulasi dari konflik sebelum- bunyi-sembunyi karena para aktor konflik
nya, puncak dari proses rentetan sejarah merasa sungkan dengan Syaikh yang me-
panjang yang melibatkan elit-elit NW dalam miliki kharisma yang kuat. Konflik keluar-
pertarungan perebutan kekuasaan dan ga Syaikh selain karena persaingan juga
dominasi sumber-sumber modal di dalam karena sikap elit-elit NW yang tidak pernah
dan luar NW (Hamdi, 2011; Hadi, 2010; netral memperlakukan kedua putri Syaikh.
Saprudin, 2005). Meskipun terlalu jauh me- Padahal Syaikh di beberapa kesempatan te-
ngaitkan hubungan konflik NW 1998 de- lah berpesan kepada jamaahnya untuk ber-
ngan konflik NW 1977 karena konteks yang sikap netral dan tidak membeda-bedakan
berbeda, tetapi secara tidak langsung terda- keduanya. Syaikh mengatakan bahwa ke-
pat benang merah yang menghubungkan dua putriku adalah ibarat kedua mataku dan
konflik yang berbeda dekade ini. Fakta di siapa yang berpihak kepada salah satu di
lapangan menunjukkan bahwa sebagian antara mereka sama artinya dengan me-
4
Saipul Hamdi -- Politik Islah

nusuk salah satu mataku. Sikap kelompok milihan calon Ketum. Seorang bakal calon
elit NW yang diskriminatif sangat mempe- berhak maju untuk tahap kedua jika mem-
ngaruhi determinasi konflik dan perpecah- peroleh minimal 18 suara dari 92 suara. Dari
an yang terjadi di kalangan keluarga Syaikh. hasil tahap pertama penjaringan bakal ca-
Kekuatiran berbagai pihak akan mun- lon Ketum terdapat dua nama yang mun-
cul konflik dan perpecahan terbuka antara cul yaitu Raihanun dan Ma’sum Ahmad.
kedua kubu NW pasca-wafatnya Syaikh Raihanun didukung oleh kubu R2 sedang-
menjadi kenyataan. Konflik NW tidak da- kan Ahmad didukung oleh kubu R1. Raiha-
pat dihindari dan mengalami puncak pada nun memperoleh 54 suara, dan Ahmad 34
Muktamar ke-10 di Praya Lombok Tengah suara, 1 abstain, 1 batal, dan 2 utusan tidak
1998 (Nazri, 2001; Hamdi, 2011; Hadi, ikut memilih (Hamdi, 2011: 186; Mugni,
2010). Nuansa Muktamar kali ini berbeda 2005: 2003). Munculnya nama Raihanun
dengan Muktamar-muktamar NW sebelum- pada bursa bakal calon Ketum tidak pernah
nya. Setidaknya ada tiga hal yang membe- diperkirakan sebelumnya oleh kubu R1 kare-
dakannya, yaitu: (1) muktamar ini tidak di- na selama ini dia dikenal sebagai ibu rumah
ikuti oleh pendiri sekaligus pemimpin kharis- tangga. Kesuksesan Raihanun tidak lepas
matik NW karena dia telah wafat. Biasanya dari posisinya sebagai putri Syaikh dan juga
Syaikh selalu hadir di acara Muktamar NW pengaruh kuat suaminya yang memiliki
dan memiliki peran dan pengaruh besar pengikut yang fanatik ketika memimpin NW
untuk menentukan formasi struktur kepe- bersama Syaikh (Hadi, 2010: 58; Hamdi,
ngurusan organisasi; (2) muktamar ini sa- 2011: 187).
rat dengan kepentingan politik para elit Selesai penghitungan hasil tahap perta-
dalam perebutan posisi-posisi penting di ma sidang Muktamar diskor untuk istirahat
dalam kepengurusan organisasi NW. Se- dan Shalat Jumat. Kubu R1 cukup resah de-
bagaimana telah disebutkan di atas bahwa ngan hasil Mutamar apalagi nama yang
ada dua kubu yang muncul bersaing mem- muncul adalah putri Syaikh yang tentunya
perebutkan kursi kepemimpinan NW; (3) sulit untuk dikalahkan. Dia hanya dapat
Muktamar NW diadakan pada masa transi- ditandingi oleh kakaknya Rauhun, namun
si dari Orde Baru ke Reformasi. Masa tran- dia terlanjur tidak mencalonkan diri dengan
sisi dengan turunnya Suharto telah menim- alasan menghindari konflik keluarga. Sidang
bulkan ketidakstabilan sosial-politik di Muktamar untuk tahap kedua dimulai lagi
tingkat nasional. Kondisi ini secara tidak setelah selesai shalat jumat. Sebelum sidang
langsung berpengaruh terhadap kondisi so- dimulai Ahmad seorang calon dari kubu R1
sio-politik lokal di Lombok termasuk juga di mempertanyakan kepada ketua sidang ten-
dalam konteks politik NW. tang keabsahan status perempuan sebagai
Muktamar Praya diwarnai persaingan pemimpin dalam mazhab Syafi’i.
dan pertaruhan gengsi elit-elit NW dari ke- Menurut penafsiran Ahmad dan kubu
dua kubu. Menjelang Muktamar mobilisasi R1 bahwa mazhab Syafi’i tidak memboleh-
massa dan manuver-manuver politik terus kan perempuan sebagai pemimpin termasuk
dilakukan oleh para elit dalam rangka me- pemimpin organisasi, sementara NW hanya
menangkan calon mereka. Acara Muktamar menganut mazhab ini. Merespons perta-
berlangsung dari tanggal 24-26 Juli 1998 di nyaan Ahmad anggota Dewan Syuro PB
lapangan Koni Praya Lombok Tengah. Pe- NW terdiri dari TGH. Ruslan Zain dan TGH.
serta Muktamar yang berhak memberikan Hilmi Najamuddin mengatakan bahwa
suara pada pemilihan calon ketua umum tidak ada larangan bagi kaum perempuan
(Ketum) PB NW sebanyak 92 orang (Hamdi, sebagai pemimpin di dalam mazhab Syafi’i
2011: 185; Mugni, 2005: 22). khususnya pemimpin organisasi. Menurut
Ada dua tahapan pemilihan calon Ke- penafsiran mereka mazhab Syafi’i tidak
tum yaitu penjaringan bakal calon dan pe- membolehkan perempuan sebagai pemim-

5
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

pin hanya pada kasus-kasus tertentu seper- tidak boleh bagi kubu lain melakukan ke-
ti menjadi kepala negara, imam shalat bagi giatan keorganisasian termasuk pengajian di
laki-laki, dan menjadi hakim pidana (Hadi, wilayah itu. Keduanya berupaya saling
2010: 58; Hamdi, 2011: 188; Saprudin, menggagalkan pengajian karena dinilai
2005). politis dan merebut teritori kekuasaan mere-
Mendengar respons dari anggota De- ka. Proses dan mekanisme meluasnya kon-
wan Syuro PB NW yang notabenenya ada- flik dan kekerasan akan dibahas berikutnya.
lah pendukung R2, Ahmad, dan kubu R1
menyatakan tidak puas. Ahmad mengun- PEMBAHASAN
durkan diri sebagai salah satu calon Ketum Meluasnya Konflik NW:
dan menyatakan tidak akan bertanggung dari Wacana ke Praktik Konflik
jawab dengan hasil Muktamar. Dia dan pen- Perang wacana yang terjadi antara elit-
dukungnya walk out dari arena Muktamar, elit NW dari kedua kubu pasca-Muktamar
sedangkan peserta Muktamar yang lain Praya telah berubah menjadi praktik kon-
(mayoritas pendukung R2) tetap melanjut- flik dan kekerasan antara pendukung mere-
kan agenda pemilihan calon Ketum. Mere- ka. Wacana yang berkembang adalah ma-
ka secara aklamasi memilih Raihanun kare- sing-masing mengklaim sebagai kelompok
na Ahmad mengundurkan diri. Raihanun yang sah dan legitimate dan menyalahkan
resmi dilantik sebagai Ketum PB NW untuk kelompok yang lain. Proses produksi dan
masa jabatan 1998-2003. Hasil Muktamar reproduksi wacana dikonstruksi dan dire-
Praya melahirkan pro dan kontra di ka- produksi melalui media agama yaitu pe-
langan jamaah NW. Kubu R1 menolak hasil ngajian. Wacana agama difungsikan sebagai
Muktamar karena dinilai melanggar aturan pendukung dan penguat wacana kekuasaan
organisasi yang menganut mazhab Syafi’i, yang diproduksi oleh kedunya. Apa yang
sedangkan kubu R2 menilai kepengurusan dikatakan dan diwacanakan oleh elit NW
mereka telah sah dan tidak melanggar ajar- menjadi ‘kebenaran mutlak’ yang diterima
an mazhab Syafi’I (Hadi, 2010; Hamdi, begitu saja oleh jamaah NW. Wacana ini
2011; Saprudin, 2005; Smith dan Hamdi, ibarat ‘sabda’ yang mempunyai kekuatan
2009). Terjadi konflik tafsir agama tentang magis yang dapat membentuk dan mempe-
kepemimpinan perempuan di kedua kubu ngaruhi perilaku dan tindakan para jamaah
yang mengklaim sebagai kelompok mereka (Foucault, 1972: 80; Mills, 1997: 3; Bourdieu,
yang benar dan kelompok lain yang salah. 1977: 80). Mereka akan mengikuti seluruh
Kedua kubu aktif menyosialisasikan ha- instruksi elit tanpa bertanya asal-usul, orien-
sil Muktamar melalui pengajian di desa-desa tasi dan dampaknya terhadap kehidupan
yang menjadi basis pendukung mereka. Ke- mereka. Misalnya ketika mereka diundang
dua kubu menggunakan agama sebagai alat ke medan perang untuk bertempur, maka
legitimasi wacana dan media agama sebagai dengan suka rela mereka datang melaksa-
alat reproduksi wacana dengan melibatkan nakan tugas yang diklaim sebagai perang
para tuan guru sebagai agen. Implikasinya suci.
konflik dan kekerasan antara jamaah kedua Praktik konflik dan kekerasan yang di-
kubu sulit untuk dihindari ketika mereka di lakukan antara jamaah NW mengalami po-
dalam satu desa. Kedua kubu berkompetisi larisasi dan reproduksi dari satu tempat ke
memperoleh legitimasi kekuasaan dari tempat yang lain. Hijrahnya tokoh dan
masyarakat NW. Elit-elit NW tidak hanya jamaah NW kubu R2 dari Pancor setelah
memperebutkan massa tetapi juga teritori mendapat tekanan dan serangan kelompok
pengajian yang dinilai penting sebagai ben- R1 tidak membuat konflik berhenti begitu
tuk legitimasi. Jika massa mereka lebih be- saja, justru konflik semakin meluas ke desa-
sar dari massa kubu yang lain, maka teritori desa yang menjadi basis jamaah NW (Mac-
tersebut diklaim sebagai milik mereka dan dougall, 2007; Hamdi, 2011; Hadi, 2010).

6
Saipul Hamdi -- Politik Islah

Apalagi secara organisatoris NW menganut Wilayah-wilayah yang rawan konflik


dualisme kepemimpinan setelah kubu R1 dan kekerasan adalah kecamatan Suralaga,
mengadakan Muktamar Reformasi pada ta- Selong, Masbagik, Kota Raja, Wanasaba,
hun 1999. Dualisme kepemimpinan di dalam Peringgasela, Peringgabaya, Suka Mulia,
NW memposisikan jamaah pada pilihan dan Aikmel. Konflik mengalami ekstrimasi
yang sulit dan dilematis karena harus me- jika terdapat elit-elit NW terutama Tuan
milih salah satu dari dua kubu NW yang ada Guru dari kedua kubu di dalam satu desa.
(Hamdi, 2011; Smith dan Hamdi, 2009; Konflik dan kekerasan tidak bisa dihindari
Hadi, 2010). Meskipun pilihan netral adalah karena para Tuan Guru saling berebut sim-
pilihan yang ideal dalam struktur konflik pati massa dan ingin menunjukkan ke-
NW, tetapi mereka yang memilih posisi ini kuatan kubu masing-masing di desa terse-
akan mengalami diskriminasi dan seringka- but. Kerusuhan pertama terjadi di Pancor
li dicurigai oleh salah satu kubu atau dari 1998 ketika pendukung R1 menyerang tokoh
kedua kubu NW. Sementara jika memihak dari kubu R2 (Mugni, 2005: 32; Nazri, 2001:
salah satu kubu sama artinya melibatkan diri 14; Hamdi, 2011: 242).
ke dalam konflik. Pilihan yang sulit dan Pendukung kedua kubu terus saling
dilematis ini terus menghantui jamaah NW meneror dan melakukan tindak kekerasan.
selama satu dekade sampai lahirnya konse- Kubu R1 lebih diuntungkan karena mayori-
sus untuk islah. tas masyarakat Pancor adalah pendukung
Kekerasan antara jamaah NW lebih ba- mereka. Rumah dan toko-toko milik tokoh
nyak terjadi di Lombok Timur daripada di R2 dijadikan sasaran serangan oleh pen-
Lombok Tengah dan Barat. Meskipun dukung R1 yang kecewa dengan sikap mere-
demikian konflik dan kekerasan ini melibat- ka yang tidak netral dengan putri Syaikh.
kan hampir seluruh jamaah di Lombok. Pe- Di antara Tuan Guru yang menjadi target
rang NW bukan hanya perang antara warga serangan adalah TGH. Anas Hasyri, TGH.
NW tetapi perang antara pepadu atau orang Mahmud Yasin, dan TGH. Tahir. Serangan
sakti yang saling menguji tingkat kesaktian demi serangan terus dilakukan oleh pen-
ilmu mereka (Hamdi, 2011: 240: Smith dan dukung R1 yang berakhir dengan hijrahnya
Hamdi, 2009). Para pepadu memanfaatkan kubu R2 dan pendukungnya dari Pancor ke
konflik NW sebagai ajang pembuktian desa Kalijaga kemudian ke desa Anjani.
tingkat kesaktian mereka. Sementara di satu Peristiwa di Pancor hanya merupakan
sisi kedua kubu saling mengundangkan pe- babak awal terjadinya konflik dan kekerasan
padu dari desa-desa lain untuk memperkuat antara jamaah NW. Perang terbuka terus
pertahanan dan serangan mereka. meluas ke wilayah-wilayah lain di Lombok
Menurut informasi di lapangan, perang Timur setelah kubu R2 meninggalkan Pan-
‘atas’ lebih dahsyat daripada perang ‘ba- cor dan membangun kekuatan di desa Kali-
wah’. Yang dimaksud dengan istilah perang jaga dan Anjani. Pada tahun 2000 terjadi
‘atas’ adalah perang di udara yang melibat- kerusuhan antara kedua pendukung di desa
kan orang-orang sakti yang berkelahi de- Gotong Royong ketika pengajian kubu R1
ngan cara terbang dan biasanya dilakukan berusaha digagalkan oleh kubu R2. Tidak
pada malam hari. Sedangkan perang ada korban jiwa dalam peristiwa ini, hanya
‘bawah’ adalah perang di darat yang meli- beberapa orang terluka (Hamdi, 2000: 251;
batkan masyarakat secara umum dan biasa- Mugni, 2005; Nazri, 2001).
nya pada siang hari (Hamdi, 2011: 241). Pe- Di tahun yang sama 2000 juga terjadi
rang ‘atas’ hanya melibatkan orang-orang kerusuhan di Desa Kesik, Kecamatan Mas-
yang mempunyai ilmu kesaktian tinggi yang bagik ketika kedua jamaah NW saling meng-
bisa mengubah dirinya ke berbagai jenis bi- hadang dan menggagalkan pengajian.
natang. Tidak ada data pasti yang menye- Kerusuhan ini menyebabkan puluhan orang
butkan berapa jumlah orang yang mening- terluka akibat saling melempar dengan batu
gal dalam perang ‘atas’ ini. dan senjata tajam (Hamdi, 2011: 255-256).
7
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

Sepanjang tahun 2000-2001 terjadi aksi sa- pengajian ini terus mengalami reproduksi dan
ling serang di beberapa desa sehingga me- terinternalisasi di dalam diri jamaah NW.
nimbulkan kerusakan rumah seperti di desa
Kelayu, dusun Majuet, dan Kota Raja (Ibid, Upaya-Upaya Islah yang Selalu Gagal
268). Pada tahun 2002 terjadi perang besar Islah atau rekonsiliasi merupakan salah
antara kedua pendukung di desa Wanasa- satu tahapan penting dalam proses resolusi
ba. Kubu R2 mengadakan pengajian, tetapi konflik NW. Islah mengarah pada restorasi
digagalkan oleh kubu R1 sebagai aksi ba- dan rekonstruksi struktur yang mengalami
lasan atas serangan pengajian sebelumnya. kekacauan sosial (disorder) dan instabilitas
Menurut catatan kepolisian 4 orang mening- akibat konflik dan kekerasan yang berkepan-
gal dunia dan puluhan orang terluka (Ibid, jangan. Islah identik dengan proses penyem-
272). buhan (healing) luka dan trauma masyarakat
Kerusuhan Wanasaba merembet ke yang menjadi korban, mencari keadilan (jus-
desa-desa yang lain termasuk desa Paok tice) dan kebenaran (truth) dan saling me-
Lombok, Borok Tumbuh dan desa Tebaban. maafkan (forgiveness) antara korban dan
Korban dalam kerusuhan di desa-desa terse- pelaku kekerasan (Skaar dan Bloomfield,
but adalah 4 orang meninggal dunia, ratusan 2008: 14). Islah tidak hanya merupakan se-
rumah dibakar dan dirusak, dan ratusan buah tujuan yang harus dicapai, tetapi juga
orang mengungsi ke desa lain. Kerusuhan merupakan sebuah proses yang harus di-
di Paok Lombok disebabkan keinginan to- jalani dan dilakukan oleh para pelaku dan
koh dari kubu R2 untuk mengadakan acara korban konflik (Bloomfield et al., 2006: 11).
Maulid di masjid, tetapi tidak diberi izin oleh Tujuan islah adalah membangun kembali
tokoh-tokoh R1 sehingga massa dari kedua kehidupan bersama antara pelaku dan kor-
kubu bentrok. Kerusuhan ini melibatkan ban konflik, tidak harus mencintai mereka,
desa-desa tetangga seperti Dusun Majuet, atau memaafkan mereka, atau melupakan
Dusun Borok Tumbuh dan Desa Tebaban. masa lalu, tetapi co-exist untuk mengem-
Melihat pola konflik dan kekerasan an- bangkan tingkat kerja sama membagi ke-
tara jamaah NW di atas secara keseluruhan hidupan sosial kemasyarakatan (Ibid, 2006:
hampir sama yaitu terjadi pada waktu 11).
pengajian dan motivasinya adalah perebut- Proses islah atau rekonsiliasi bukanlah
an massa dan pengaruh di kalangan jamaah sesuatu yang mudah untuk direalisasikan.
NW sebagai bagian dari legitimasi kekuasaan Pada kasus-kasus tertentu terkadang islah
kedua kubu. Masing-masing kubu membu- mengalami keberhasilan, dan terkadang
tuhkan pengakuan sebagai kubu yang sah juga banyak mengalami kegagalan total.
memimpin organisasi NW. Media agama Menurut David Bloomfield islah harus dili-
seperti pengajian dijadikan sebagai alat re- hat sebagai proses yang panjang yang mem-
produksi kekuasaan dan sekaligus keke- butuhkan beberapa dekade bahkan pergan-
rasan. Setiap ada pengajian maka kekerasan tian beberapa generasi (Bloomfield, 2006:
juga muncul di pengajian tersebut. Penga- 22). Konflik di Aceh, Ambon, Poso, Timor-
jian bukan lagi berfungsi sebagai tempat si- Timur, Kalimantan, dan Lombok membu-
raman rohani, tetapi lebih sebagai tempat tuhkan waktu puluhan tahun untuk men-
saling memfitnah, menjatuhkan, menyerang capai rekonsiliasi. Konflik NW termasuk
dan sebagai tempat aksi kekerasan. Salah salah satu konflik yang berkepanjangan di
satu kubu berupaya menggagalkan penga- Indonesia dan untuk sementara waktu da-
jian dari kubu yang lain karena dinilai poli- pat dikatakan gagal dalam mencapai islah.
tis dan dapat mempengaruhi massa dari Konflik NW yang telah menginjak satu de-
kubu mereka. Ada kekuatiran jika nantinya kade lebih belum memperlihatkan tanda-
pendukung mereka akan beralih ke kubu tanda akan terjadinya islah atau rekonsiliasi
yang lain. Pola-pola konflik di dalam terutama di tingkat elit. Sejak 1998-2009

8
Saipul Hamdi -- Politik Islah

proses islah belum mengalami kemajuan rakat. Hambatan utama islah NW hanya
yang berarti, bahkan setiap adanya inisiasi pada kelompok elit. Mereka masih berupaya
dan upaya islah selalu kandas di tengah mempertahankan konflik untuk menjaga ke-
jalan (Hamdi, 2010: 353). Kedua kubu be- pentingan mereka dan kelompoknya tanpa
lum menemukan titik temu dan format is- mempedulikan keadaan masyarakat (Ibid,
lah yang tepat karena adanya sarat dan tun- 354).
tutan yang tidak mungkin terpenuhi oleh Setidaknya terdapat empat faktor yang
salah satu kubu. menyebabkan kegagalan islah NW yaitu, (1)
Peran pemerintah daerah sebagai pihak faktor kepentingan, (2) gengsi, (3) lemahnya
yang seharusnya netral dan mampu mem- budaya dialog, dan (4) faktor wasiat Mau-
fasilitasi proses islah NW ikut terjebak dalam lana Syaikh. Faktor kepentingan telah meng-
konflik. Kecenderungan yang terjadi adalah hambat proses islah NW. Kepentingan di sini
mereka memihak salah satu kubu sehingga tidak hanya kepentingan politik, tetapi juga
menimbulkan perlawanan dari kubu NW kepentingan ekomomi, status, pengaruh dan
yang lain. Misalnya mantan Bupati Lombok pengakuan sosial. Selain itu, faktor gengsi
Timur M. Sahdan dinilai lebih condong ke juga menjadi penghambat proses islah kare-
kubu R1, sementara mantan bupati setelah- na kedua kubu merasa lebih mampu, legiti-
nya Ali Bin Dahlan cenderung ke kubu R2. mate, dan lebih besar sehingga merasa gensi
Sulit bagi pemerintah daerah bersikap ne- menerima kehadiran kubu lain. Budaya
tral karena kepentingan yang besar terhadap dialog yang tidak berkembang di lingkung-
NW. Bahkan pemerintah seringkali memam- an NW juga menjadi faktor kendala islah
faatkan konflik NW untuk tujuan politik karena para elit tidak pernah bertemu dan
praktis. Mereka tidak mau melihat NW ber- berdialog untuk mencari titik temu masalah
satu, jika bersatu, maka NW akan menjadi yang mereka hadapi. Para elit sangat alergi
rivalitas politik yang sangat kuat melihat dengan dialog, mereka hanya berani saling
kekuatan NW sebagai kelompok majoritas di mengkritisi di balik layar. Sementara wasiat
Lombok. Terbukti pada Pilkada 2008 NW Maulana Syaikh yang memprediksi perpe-
dari kubu R1 berhasil mengantarkan kader cahan NW yang akan berlangsung 20 tahun
terbaiknya sebagai gubernur NTB dan Bu- telah diyakini kebenarannya sehingga sebe-
pati Lombok Timur. Kemenangan ini diraih sar apa pun usaha untuk islah tidak akan
tanpa dukungan kubu R2 yang justru men- berhasil kecuali menunggu apa yang dika-
dukung calon lain di luar NW. takan dalam wasiat tersebut. Kalau dihitung
Kegagalan islah di tingkat elit pada ke- dari sejak konflik NW 1998, maka islah NW
nyataannya tidak berlaku bagi jamaah NW. akan terwujud pada tahun 2018.
Di beberapa desa yang sebelumnya sangat
rawan dan parah akibat konflik mulai mem- Islah NW: antara Kepentingan Politik
bangun kembali kehidupan mereka (Ham- atau Kepentingan Ummat
di, 2011: 343-344). Sebagian besar masya- Di tengah kebuntuan para elit NW da-
rakat di desa itu berupaya melakukan islah lam upaya mewujudkan islah, sebuah
secara natural tanpa tekanan atau arahan ‘keajaiban’ datang pada Mei 2010, kedua
dari kelompok elit. Mereka mulai sadar de- kubu NW akhirnya sepakat untuk islah.
ngan apa yang menimpa mereka dan ke- Kesepakatan islah ini menimbulkan kontro-
luarga yang terpecah belah akibat konflik. versi di masyarakat karena prosesnya dinilai
Mereka mulai saling menegur dan mengun- instan dan motivasinya sarat dengan ke-
dang kembali keluarga mereka yang berbe- pentingan politik. Kubu R2 secara tiba-tiba
da afiliasi ke-NW-annya. Ikatan komunali- menerima tawaran islah dari kubu R1,
tas dan kekeluargaan yang hancur akibat padahal sebelumnya berbagai langkah dan
terjangan badai konflik seakan menemukan pendekatan telah dilakukan namun tidak
kembali eksistensi dan fungsinya di masya- pernah berhasil. Islah NW dalam konteks

9
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

sekarang ini sulit untuk dipisahkan dari Terdapat dua hal yang mendasari ter-
realitas dan dinamika politik lokal ketika jadinya islah NW terlepas dari asumsi dan
salah seorang putra Raihanun Gede Sakti di- opini yang berkembang di masyarakat yaitu:
calonkan oleh kubu R2 sebagai calon bupati pertama, adanya kerinduan antara keluarga
Lombok Tengah priode 2010-2015. Syaikh untuk bertemu. Setajam apapun kon-
Pencalonan Sakti didukung oleh partai flik dan perpecahan di kalangan pemimpin
politik afiliasi NW Partai Bintang Reformasi NW, mereka masih memiliki hubungan per-
(PBR) yang berkoalisi dengan Partai Demo- saudaraan. Keluarga Syaikh tidak pernah
krat. Untuk memenangkan Pilkada Sakti bertemu lebih dari satu dekade (1998-2009)
membutuhkan dukungan seluruh suara dari sejak muncul konflik dan kekerasan secara
jamaah NW baik dari kubu ibunya R2 mau- terbuka antara pendukung mereka. Selama
pun dari kubu bibiknya R1. Sulit bagi Sakti konflik kedua keluarga Syaikh saling serang
menggapai kemenangan jika suara NW ter- melalui mimbar-mimbar keagamaan seper-
pecah dan terbagi-bagi ke calon lain. Meli- ti pengajian. Konflik NW seperti virus ga-
hat momentum politik inilah elit-elit kubu nas yang masuk ke semua sendi kehidupan
R1 menawarkan kerja sama mendukung jamaah NW.
pecalonan Sakti dengan sarat NW harus ber- Kedua, adanya kepentingan politik elit-
satu. elit NW terkait Pilkada Lombok Tengah.
Tawaran islah dari kubu R1 adalah pi- Kepentingan politik sangat dominan dalam
lihan yang mendekati mustahil bagi R2 kare- islah ini, seandainya bukan karena kepen-
na selama ini mereka tidak mengakui ke- tingan politik kenapa islah tidak dilakukan
pengurusan NW versi R1. Bahkan satu-sa- sebelumnya. Padahal jamaah NW secara
tunya sarat yang diberikan oleh R2 adalah umum telah lama menginginkan islah. Ke-
pembubaran kepengurusan R1 dan meng- inginan masyarakat bawah ini tidak pernah
akui kubu R2 sebagai kelompok yang sah dihiraukan oleh sebagian elit-elit NW. Mere-
hasil Muktamar Praya. Dikarenakan tidak ka berusaha mempertahankan konflik demi
ada pilihan lain bagi kubu R2 yang menca- menjaga kekuasaan mereka di semua ranah.
lonkan Sakti, mereka akhirnya menerima Islah NW diikuti dengan bertemunya
tawaran islah tersebut. Langkah politik R2 elit-elit NW dari kedua kubu. Setelah difasi-
yang menerima tawaran islah R1 menimbul- litasi oleh elit-elit NW akhirnya kedua putri
kan pertanyaan di tengah-tengah masya- Syaikh Rauhun dan Raihanun bertemu un-
rakat tentang keseriusan mereka dalam tuk pertama kalinya setelah berpisah sela-
melakukan islah. Muncul kesan jika islah ma 12 tahun. Pada tanggal 2 Mei 2010
NW bersifat semu atau sementara disebab- mereka bertemu di makam Maulana Syaikh
kan oleh kepentingan politik yang men- di Pancor, Lombok Timur. Keduanya
dasarinya. Masyarakat kuatir islah NW ter- didampingi oleh putra mereka dan sebagi-
ancam gagal apabila agenda politik mereka an elit NW yang menggagas islah ini. Perte-
tidak tercapai dalam konteks ini Sakti meng- muan keluarga besar Syaikh ini sangat spe-
alami kegagalan pada Pilkada. Elit-elit R2 sial dan mengharukan semua pihak karena
mengemukakan proposal islah khususnya sebelumnya betapa sulit mempertemukan
islah keorganisasian dapat terwujud jika mereka dalam satu ruang. Ucapan takbir
Sakti memenangkan Pilkada, sebaliknya jika ‘Allahu akbar’ dengan suara gemuruh oleh
dia gagal dalam Pilkada maka islah orga- para jamaah dan elit-elit NW mengawali
nisasi sulit terwujud dan hanya bersifat is- pertemuan keduanya. Mereka melakukan
lah keluarga. Sementara kubu R1 mengingin- doa bersama yang dipimpin oleh TGB. Zainul
kan islah secara total termasuk islah orga- Majdi. Selesai berdoa mereka selanjutnya
nisasi yakni penyatuan kepengurusan da- berkunjung ke rumah R1 yang tidak jauh
lam satu komando. dari area makam.

10
Saipul Hamdi -- Politik Islah

Sepanjang pertemuan islah tersebut kan bahwa tolong acara silaturrahmi dan
Raihanun terlihat kurang nyaman karena islah ini disebarluaskan kepada seluruh
kehadiran media massa. Dia tidak meng- jamaah NW yang belum mengetahui supaya
inginkan wartawan datang meliput karena tidak ada lagi sesuatu yang tidak diingin-
pertemuan ini dinilai sebagai pertemuan kan. Sakti dari kubu R2 juga memberikan
awal keluarga. Dia menutupi wajahnya de- sambutan dengan menekankan pentingnya
ngan kerudung dan berusaha menghindari jamaah NW untuk bersatu, merapatkan ba-
pengambilan gambar, namun usahanya risan, dan melanjutkan perjuangan Syaikh.
gagal karena para wartawan tidak berhenti Dia mengatakan untuk mengakhiri konflik
mendokumentasikan foto mereka berdua. yang berkepanjangan, maka biarlah untuk
Setelah acara doa di ruang tamu di rumah urusan orang tua dengan orang tua, sedang-
R1 seluruh keluarga Syaikh masuk ke dalam kan urusan anak diselesaikan dengan anak-
ruangan dan tidak diperbolehkan seorang anak.
wartawan meliput acara inti keluarga. Ha- Untuk mensosialisasikan islah ini kedua
nya seorang petugas pengambil foto dari NW kubu mengadakan pawai keliling Lombok.
yang dipercaya menemani mereka sehingga Pawai ini melibatkan seluruh elemen
semua pembicaraan dapat direkam. masyarakat NW seperti siswa, guru, maha-
Mereka sangat antusias dan bahagia siswa, dosen, politisi, serta jajaran pengurus
dapat berbicara, menuangkan rasa rindu NW. Pawai ini bertujuan supaya masyarakat
yang selama ini terpendam akibat konflik umum mengetahui adanya islah NW dan
yang panjang. Mereka berfoto bersama se- tidak ada lagi keraguan yang menimbulkan
bagai bukti bahwa NW telah menyatu dan pro dan kontra di tengah masyarakat. Fak-
tidak ada lagi persoalan di antara mereka. ta di lapangan menunjukkan bahwa tidak
Foto ini kemudian diabadikan dalam ben- semua jamaah dan elit-elit NW setuju de-
tuk baleho besar yang dipajang di pinggir ngan islah, sebagian menolak dan tidak
jalan di depan kantor PB NW Pancor. Se- mempercayai dan mengakui islah NW.
lain bercerita tentang keluarga mereka juga Apalagi kubu R2 tidak pernah secara terbu-
membicarakan situasi politik kaitannya de- ka dan transparan mengumumkan islah di
ngan pencalonan Gede Sakti dan langkah- depan jama’ahnya. Selain pawai islah ke-
langkah politik yang dilakukan oleh tim suk- dua elit NW juga mengadakan acara ritual
sesnya. keagamaan bersama-sama seperti mengada-
Sebelum pertemuan kedua tokoh kunci kan pengajian dan membaca hizib NW. Ke-
NW di atas terlebih dahulu diadakan perte- dua putri Syaikh juga diundang untuk ha-
muan oleh kedua putra mereka yang diwa- dir pada kampanye politik Sakti. Kehadiran
kili oleh Syamsul Lutfi (wakil Bupati Lom- mereka diharapkan mampu menarik per-
bok Timur) dan Sakti pada acara tablig ak- hatian dan simpati masyarakat supaya men-
bar sekaligus kampanye politik di Praya Lom- dukung Sakti dan menunjukkan jika NW
bok Tengah. Para tuan guru, politisi, dan benar-benar islah.
jamaah NW dari kedua kubu untuk perta- Terlepas dari pro dan kontra mengenai
ma kalinya kumpul bersama-sama di acara kebenaran dan keikhlasan islah oleh kedua
pengajian tablig akbar ini. Lutfi dalam cera- kubu NW ini, tetapi islah ini telah memberi-
mahnya mengatakan: “dulu konflik dan kan dampak yang sangat positif bagi masya-
perpecahan NW terjadi di Praya Lombok rakat Lombok khususnya jamaah NW. Islah
Tengah ketika NW mengadakan Muktamar ini telah melebur sekat-sekat yang selama ini
ke 10 di tahun 1998, maka sekarang islah menjadi jurang pemisah antara kubu R1
NW juga dimulai dari Praya Lombok Te- dan R2. Islah juga secara tidak langsung
ngah.” mengurangi tekanan bagi jamaah NW se-
Pidato Lutfi disambut tepuk tangan me- bagai orang yang selalu ‘dicurigai’ memihak
riah oleh jamaah NW. Lutfi juga mengata- ke salah satu kubu. Sedangkan secara poli-

11
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

tik islah NW telah mendongkrak perolehan Ruang-ruang konflik yang semakin melebar
suara Sakti dengan memenangkan Pilkada ke ranah-ranah yang lain tidak hanya di NW
pada putaran pertama. Sakti berhasil me- tetapi juga di ranah politik praktis, ikut mem-
menangkan Pilkada pada putaran pertama persempit ruang dan prospek islah ke depan.
dengan memperoleh 24,71% suara yang di- Sementara islah NW membutuhkan pengor-
susul oleh pasangan Maik-Meres 21,83%, Jari banan yang cukup besar khususnya kepen-
19,94%, dan Suke 19,33%. Meskipun diurut- tingan-kepentingan dari kelompok elit. Ka-
an pertama Sakti harus bertarung pada pu- lau mereka tidak mau mengorbankan ke-
taran kedua karena tidak ada pasangan pentingan pribadi dan kelompoknya, maka
yang memperoleh lebih dari 50% lebih dari islah NW tidak mungkin dapat terwujud.
jumlah total suara. Pro dan kontra islah NW di tahun 2010
Walaupun Sakti telah memenangkan merupakan sesuatu yang wajar karena
putaran pertama, namun belum ada jamin- masyarakat dan jamaah NW telah lama
an jika dia mampu memenangkan putaran menunggu pencapain islah tersebut. Selama
kedua karena jarak suara yang diperoleh ini negosiasi islah hanya bersifat wacana
tidak jauh berbeda dengan rival politiknya. tanpa aksi dan realisasi sehingga melahir-
Putaran kedua juga menjadi pertaruhan ter- kan rasa skeptis dari masyarakat. Jamaah
akhir atas paket islah NW. Jika gagal, maka NW mengaku pasrah dengan proses nego-
islah NW secara organisasi akan terancam siasi islah dan menyerahkan semuanya ke-
gagal. Pil pahit harus ditelan oleh calon NW pada kedua pemimpin NW. Tidak ada
karena pada putaran kedua Sakti kalah dari angin dan badai tiba-tiba kedua kubu men-
pasangan Maik-Meres. Sakti yang dipredik- sosialisasikan kesepakatan islah yang sarat
si memenangkan Pilkada menurut hasil sur- dengan motivasi kepentingan politik di
vey LSI mengalami kekalahan cukup besar samping kepentingan ummat. Ranah poli-
dengan perolehan suara 40%, sedangkan la- tik di ambil sebagai media untuk islah kare-
wan politiknya Maik-Meres 59,3%. na ranah-ranah yang lain tidak dapat dite-
Kekalahan ini mencoreng reputasi dan rima dan tidak marketable bagi kedua kubu.
legitimasi politik NW karena sebelumnya Langkah islah dengan jalan politik meng-
tokoh NW dari kubu R1 berhasil memenang- indikasikan kalau faktor kekuasaan sangat
kan dua jabatan penting yaitu gubernur NTB dominan, di dalam konflik NW selain faktor
dan Bupati Lombok Timur pada Pilkada ekonomi dan keluarga. Ketika faktor ke-
2008. Selain itu kekalahan ini juga berdam- kuasaan atau politik yang dominan, maka
pak pada proses islah yang telah berlang- jalan islah yang ditempuh harus melalui
sung dan hubungan kedua keluarga Syaikh. jalur politik atau sharing kekuasaan.
Hingga sekarang islah dalam konteks orga- Apa yang dilakukan oleh elit-elit NW
nisasi tidak terwujud, bahkan tidak ada upa- untuk merekonstruksi proses islah di jalur
ya pembicaraan kembali mengenai islah politik sudah tepat. Elit-elit NW tidak memi-
oleh elit-elit NW. Kedua kubu masih berjalan liki banyak pilihan pendekatan untuk islah.
seperti sebelumnya mengelola organisasi Saya berpendapat bahwa konflik NW harus
masing-masing. diselesaikan melalui jalur politik dan
sharing kekuasaan karena dominasi faktor
SIMPULAN itu terhadap konflik NW. Masyarakat tidak
Proses negosiasi islah NW mengalami terlalu peduli dengan strategi dan pende-
jalan buntu sejak pecahnya konflik dan ke- katan yang dilakukan untuk islah, yang
kerasan antara kedua kubu 1998-2009. Se- penting islah dapat dilaksanankan secara
lama konflik pintu negosiasi islah sepertinya berkelanjutan. Pilihan transaksi politik se-
sudah tertutup, kedua kubu berjalan dengan bagai jaminan islah NW bukan tanpa risiko,
sendiri-sendiri dan tidak mau menerima seandainya Sakti gagal kemungkinan besar
mediasi islah baik dari internal elit-elit NW islah NW akan mengalami kegagalan.
maupun eksternal pemerintah daerah. kekuatiran banyak pihak atas langkah elit-
12
Saipul Hamdi -- Politik Islah

elit NW dengan menyandera islah dalan harus diisi dengan jumlah yang sama dari
transaksi politik memperlihatkan tanda-tan- kedua kubu. Dengan demikian tidak ada
da kebenaran. Hingga sekarang belum ada kubu yang dominan terhadap kubu yang
lagi upaya islah NW secara organisasi pas- lain.
ca kakalah Sakti pada putaran kedua Pilka- Ketiga, melakukan modernisasi NW di
da Lombok Tengah. Padahal elit-elit NW semua bidang termasuk sistem kepengu-
dari kedua kubu telah berkomitmen untuk rusan, rekruktmen dan adminsitrasi orga-
menyatukan kepengurusan NW dalam satu nisasi. Dengan modernisasi organisasi ini di-
komando. harapkan dapat meminimalisasi potensi kon-
Sebagian elit-elit yang tidak setuju de- flik di kalangan elit-elit NW akibat penyim-
ngan islah NW membuat dalih, jika islah NW pangan aturan organisasi.
sekarang ini hanya pada tataran keluarga,
bukan pada tataran organisasi. Sementara DAFTAR PUSTAKA
organisasi NW tidak bisa dipisahkan dengan Anwar, D.F., Bouvier, Helen, Smith, Glenn
keluarga Syaikh. Ketika kedua putri Syaikh dan Tol, Roben (eds.), 2005, Konflik
(Rauhun dan Raihanun) sudah islah, maka Kekerasan Internal: Tinjauan Sejarah,
semua lapisan di bawahnya harus ikut is- Ekonomi, Politik dan Kebijakan di Asia
lah. Namun fakta di lapangan sangat ber- Pasifik, Jakarta: Kerjasama Yasasan
beda karena elit-elit di bawahnya menilai Obor Indonesia, LIPI, Lasema-CNRS,
apa yang mereka lakukan adalah bagian dari KITLV.
islah NW dalam konteks keluarga bukan or-
Avonius, L, 2004, Reforming Wetu Telu: Is-
ganisasi. Dengan demikian islah NW belum
lam, Adat and the Promises of
tuntas dan konflik NW akan menjadi bom
Re­gionalism in Post-New Order Lom-
waktu yang akan siap meledak setiap saat.
bok, Yliopistopaino: Helsinki.
Momentum-momentum politik akan meng-
uji kembali apakah NW akan islah secara Baharuddin, 2007, Nahdlatul Wathan &
organisasi atau sebaliknya tetap memperta- Per­ubahan Sosial, Yogyakarta: Genta
hankan konflik. Gesekan massa sangat Press.
dikuatirkan terjadi kembali seandainya is- Baharuddin dan Rasmianto, 2004, Maulana
lah secara organisasi tidak segera direalisasi- Lentera Kehidupan Umat, Malang:
kan. Mintra Insan Cendekia.
Ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh Bloomfield, David, Barnes, Teresa and
elit-elit NW dalam rangka melanjutkan pro- Huyse, Luck, 2006, Reconciliation Af-
ses islah organisasi. Pertama, pemimpin ke- ter Violent Conflict: A Handbook, Stock-
dua kubu NW segera melakukan Muktamar holm: IDEA.
islah untuk memilih pemimpin NW yang
Bourdieu, P, 1977, Outline of a Theory of Prac-
baru yang lebih legitimate dan bersih dari
tice, Cambridge, UK: Cambridge Uni-
sejarah konflik. Muktamar islah ini penting
versity Press.
dilakukan dalam rangka memutus mata ran-
tai konflik dan pro-kontra terhadap kepe- BPS Lombok Timur, 2006, Lombok Timur
ngurusan NW sebelumnya. Seperti yang dalam Angka, Lombok Timur: BPS.
dijelaskan di atas bahwa kepengurusan NW Bromley, D.G., dan Melton, J.G. (Eds.), 2002,
di kedua kubu sekarang ini adalah produk Cults, Religion and Violence, Cam-
konflik. bridge, UK: Cambridge University
Kedua, calon pemimpin NW yang baru Press.
harus mampu mengakomodasi kepentingan Colombijn, F, 2001, “What is so Indonesian
kedua kubu NW secara berimbang dan adil about Violence”, Dalam Wessel, In-
sehingga tidak memunculkan resistensi dari grid and Georgia, Wimhofer, Violence
salah satu kubu. Formasi kepengurusan

13
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 1-14

in Indonesia, Hamburg: Hem. Abera erjasama dengan Pondok Pesantren


Press. Nahdlatul Wathan Jakarta.
Foucault, M., 1972, The Archeology of Knowl- Nugroho, Fera, Dirdjosanjoto, Pradjarto,
edge, New York: Pantheon Books. Kana, Nico L., 2004, Konflik dan Ke-
Giddens, A., I989, Sociology, Oxford: Polity kerasan Pada Aras Lokal, Yogyakarta:
Press. Pustaka Percik & Pustaka Pelajar.
Hadi, A., 2010, Charismatic Leadership and Nu’man, H., 1999, Maulana Syaikh TGKH.
Traditional Islam in Lombok: History Muhammad Zainuddin Abdul Madjid:
and Conflict in Nahdlatul Wathan, Riwayat Hidup dan Perjuangannya,
Thesis: MA Program of the School of Mataram: Pengurus Besar Nahdlatul
Culture, History and Languages, The Wathan.
Australian National University. Saprudin, 2005, Konflik Kekuasaan di Tu-
Hamdi, S., 2011, Reproduksi Konflik dan buh Organisasi Nahdlatul Wathan
Kekuasaan dalam Organisasi Nahd- Antara Kubu Hajjah Siti Rauhun de-
latul Wathan (NW) di Lombok Timur ngan Kubu Hajjah Siti Raihanun, Be-
Nusa Tenggara Barat, Belum Diter- lum diterbitkan, Tesis: Program Mas-
bitkan, Disertasi: Program Studi Aga- ter Jurusan Sosiologi, Universitas Ga-
ma dan Lintas Budaya, Pascasarjana djah Mada.
Universitas Gadjah Mada. Smith, Bianca J. dan Hamdi, S., 2009, “The
Horowitz, D.L., 1985, Ethnicity Group in Con- Politics of Female Leadership in Nah-
flict, Los Angles: University of Berke- dlatul Wathan Pesantren, Lombok,
ley Press. Eastern Indonesia” dalam Internation-
al Journal of Pesantren Studies, Vo­l.3,
Kristiansen, S., 2003, “Violent Youth Groups
No. 1, pp 1-25.
in Indonesia: The Cases of Yogyakar-
ta and Nusa Tenggara Barat,” Sojourn, Tambiah, S. J., 1996, Leveling Crods: Ethnon-
vol. 18, pp.110-138. ationalist Conflict and Collective Violence
in Sout Asia, Berkeley, London dan Los
Macdougall, 2007, “Criminality and the Po-
Angles: University of California Press.
litical Economy of Security in Lom-
bok” dalam Renegotiating Boundaries: Tomagola, T. A., 2006, Republik Kapling, Yo-
Local Politics in Post-Suharto Indonesia, gyakarta: Resist Book.
Leiden: KITLV Press. Van Klinken, G., 2005, “Pelaku Baru, Iden-
Mills, S., 1997, Discourse, London and New titas Baru: Kekerasan antar Suku
York: Routledge. pada Masa Pasca Suharto”, dalam
Anwar et al., (ed), Konflik Kekerasan
Mugni, 2005, Nahdlatul Wathan Pasca Mau-
Internal: Tinjauan Sejarah, Ekonomi,
lana Syaikh, Draf buku yang belum
Politik dan Kebijakan di Asia Pasifik,
diterbitkan.
Jakarta: Kerjasama Yasasan Obor In-
Nazri, 2001, Membedah Konflik Rauhun-Rae- donesia, LIPI, Lasema-CNRS, KITLV.
hanun, Pancor: Penerbit Kita.
Wilson, Chris, 2008, Ethno-Religious Violence
Noor, M., et al., 2004, Visi Kebangsaan Re- in Indonesia: From Soil to God, USA and
ligius: Refleksi Pemikiran dan Perjuan- Canada: Routledge.
gan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997,
Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu bek-

14

Anda mungkin juga menyukai