Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS II

PAROTITIS

Kepaniteraan Klinik Puskesmas Pondok Jagung


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
BAB I

A. IDENTITAS
Nama : Viona Amalia
Umur : 8 tahun
Alamat : Pondok jagung timur, Rt 01 Rw 01
Pendidikan : Sekolah Dasar
Agama : Islam
Masuk Pkm : 02 Mei 2017

B. SUBJEKTIF

1. ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Bengkak di leher sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keadaan compos mentis ke Puskesmas dengan keluhan
bengkak di leher bagian kanan sejak 2 hari yang lalu. Bengkak pada leher terasa sakit
bila di tekan. Pasien juga merasakan demam kurang lebih sejak 2 hari yang lalu.
Nafsu makan pasien menurun dikarenakan pasien merasa sakit bila mengunyah dan
menelan. Batuk, pilek, pusing, sakit perut disangkal.
Dikeluarga pasien tidak ada keluhan yang sama. Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya dan kakaknya. Disekolah pasien, pasien mengatakan disekolahnya
banyak yang mengalami keluhan seperti pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat darah tinggi disangkal


 Riwayat kencing manis disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat Penyakit keluarga


 Riw. Darah tinggi disangkal
 Riw. Kencing manis disangkal
 Riw. Penyakit Jantung disangkal
 Riw. Asma Disangkal

Riwayat imunisasi

 Hepatitis B (+)
 BCG (+)
 DPT (+) 3x
 Polio (+)4x
 Campak (+)
 MMR (-)

Riwayat pengobatan

 Pasien belum pernah berobat dan mengkonsumsi obat.

Riwayat Alergi

 Alergi Makanan (-) dan Alergi Obat (-) disangkal

Riwayat psikososial

 Pasien suka jajan diluar, seperti gorengan dan minuman es sirup.

Riwayat persalinan
 Pasien lahir cukup bulan. Lahir spontan, ditolong oleh bidan. Anak lahir langsung
menangis. Berat badan lahir 2900 gram.

C. OBJEKTIF

1. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah :-
Nadi : 85 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 38,3 C
Kepala : bentuk normocephal
Mata : Exopthalmus/enophtal: (-)

Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : jernih
Telinga : sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas
hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
Palpasi leher: Terdapat pembengkakan pada area didepan telinga
hingga rahang bawah, dan terdapat nyeri tekan. Tidak
teraba hangat dan eritem.

Tenggorok : Inspeks : Tonsil : T 0

Radang pada faring


Thorax : Inspeksi  simetris, penggunaan otot bantu napas (-),
retraksi dinding dada (-), bagian dada yang
tertinggal (-)
Auskultasi  ronkhi -/-, vesicular +/+, wheezing -/-,

Abdomen Inspeksi  Datar , jaringan parut (-)

Auskultasi  bising usus normal

Palpasi  Nyeri tekan (-) diseluruh lapang paru

Perkusi  tympani (+)

Ekstremitas : akral hangat, edema (-)


Kulit : turgor kulit baik. Hangat (+), CRT < 2 detik

Status lokalis:

Regio angulus mandibula sinistra

Terdapat massa dengan diameter sebesar ± 4-7 cm, bentuk bulat oval, konsistensi lunak,
batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus. Nyeri tekan (+)

D. PLANNING

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

2. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Darah Rutin, pada infeksi virus biasnya akan menunjukkan lekopenia, tetapi jika
terdapat infeksi sekunder dan parotitis supuratif yang disertai pus, maka didapatkan
leukositosis.
 Kultur jaringan untuk menetukan penyebab infeksi dan respon keberhasilan
pengobatan yang telah diberikan.
 FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) untuk membedakan adanya tumor parotis atau
neoplasma.

3. DIAGNOSIS KERJA
Parotitis epidemika dekstra.

4. DIAGNOSIS BANDING
 Tumor parotis
 Limfadenitis

5. MANAJEMEN
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilangsendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi
virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
1. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada kom plikasi, keadaan umum
cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik : P a r a c e t a m o l s i r u p 2 x 1 c t h ,
Anti radang : Dexamethason 2x1/2 tab
Vitamin : Anagens sirup 2x1 cth

2. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi


a. Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna
untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis, istrahat yang cukup pemberian analgetik - sistemik kortikosteroid
(hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,selama 2-4 hari.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Definisi
Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah
terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Menyerang pada anak
dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).1,2,3

2.2. Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.Virus menyebar
melalui kontak langsung melalui droplet, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva,
dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada
menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar, dan
menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada
kelompok yang berhubungan erat, yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak-
barak tentara, atau sekolah.terjadi pada anak berusia 5-9 tahun. terutama Ada penurunan
insiden sejak pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun,
parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena 5-15 tahun.
Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada usia
dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi
atau daerah yang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian
parotitis pada usia/dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun sebesar 70%-80%.
Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena
parotitis dibandingkan perempuan.3,4

2.3. Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus, yang
juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran
dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.4,5,6 Virus mumps merupakan virus
ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk dalam genus paramyxovirus, dan
merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia sebagai satu-satunya inang (host).
Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin.6 Infeksi
parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa demam, nyeri kepala, nafsu
makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam
waktu 48 jam dan dapat berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum
sampai 3 hari setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis.5,6
Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S
atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal
dari hemaglutinin permukaan (2) Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini
hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada
suhu < 4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.

2.4. Patogenesis
Masa inkubasi 15 sampai 25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus
respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran
darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea,
jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai
melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus
kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke kelenjar ludah dan parotis. Bila
testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada
pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis kelenjar liur
merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria biasanya terjadi, dan disertai oleh
gangguan ginjal.4

2.5. Gejala Klinis


Masa inkubasi berkisar antara 14 - 25 hari, dengan puncak pada 17 -18 hari dan rata-rata
selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 sampi 30 hari. Pada anak,
manifestasi prodormal jarang tetapi mungkin bersama dengan demam, nyeri otot (terutama
pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 –
39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi
kemudian bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada
perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini
merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri khas lain adalah
kelenjar parotitis membengkak sampai kebelakang. Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat
biasanya puncaknya pada 1-3 hari dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu
setelah pembengkakan maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga keatas
dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit di atas kelenjar yang
membengakak tidak hangat atau eritem, berlawanan dengan tanda yang ditemukan
pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 8-10 hari. Satu
kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi
lazimnya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.7,8

2.6. Penegakan Diagnosis


1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit kepala,
muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadangdengan keluhan pembengkakan pada
bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita
makan atauminum sesuatu yang asam.7,8

2. Klinis
 Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C
 Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah fihak disertai pembesaran
 Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas.
 Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa inkubasi 14-24
hari).
 Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit
berat.
 Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid).

2.7. Differensial Diagnosis


 Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik. Disebabkan oleh kelainan metabolik dan
nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan sirosis.
 Pembesaran kelenjar parotis simptomatik Pembesaran kelenjar parotis akibat operasi.
 Parotitis supuratif. Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari
duktus kelenjar. Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.
 Parotitis berulang. Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi
mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas.
 Kalkulus salivarus. Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran sub
mandibularis,menyebabkan pembengkakan intermitten.
 Limfo sarkoma atau tumor parotis.
 Adenitis servikal, disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck,
mononukleosisinfeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis kanalis
auditorius eksterna.
 Reaksi obat. Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan
pembengkakan parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.
Parotitisiodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena. Obat
antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan parotis.
 Sindroma Sjorgen. Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang
seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi pada
wanita pasca menopause.

2.8. Pemeriksaan Laboratorium


 Darah rutin.
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan
dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis
polimorfonuklear tingkat sedang.
 Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung
dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu.
 Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization (NT) test
 Pemeriksaan Virologi
Tes imunofluoresein untuk mendeteksi antibody dalam darah.

2.9 Pengobatan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilangsendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi
virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
1. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi, keadaan umum
cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu : metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari
maksimum 2 g/hari, parasetamol : 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
2. Penderita rawat inap.
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf
perlu rawat inap diruang isolasia. Diit lunak, cair dan TKTP , Analgetik-antipiretik,
Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna
untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis, istrahat yang cukup pemberian analgetik - sistemik kortikosteroid
(hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,selama 2-4 hari.(1,4,6,8)

2. 10. Komplikasi
1. Meningoensepalitis.
2. Ketulian
3. Orkitis
4. Ooforitis
5. Pankreatitis
6. Nefritis
7. Tiroiditis
8. Miokarditis
9. Artritis

2.11. Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri. Prognosis parotitis
adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta jarang berlanjut menjadi kronis.
Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.

2.12. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
1) Pasif.
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
2) Aktif.
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi
telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada
anak berumur 15 bulan.Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan
tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan
dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus
“mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi
“mumps” padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak
mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi
variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek
antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponenvaksin;
demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;sedang diberi obat-obat
imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedangmendapat radiasi. Belum diketahui apakah
vaksin akan mencegah infeksi bila diberikansetelah pemaparan, tetapi tidak ada
kontraindikasi bagi penggunaan vaksin“Mumps” dalam situasi ini

Anda mungkin juga menyukai